Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76831 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"LAMUN SEBAGAI BIOINDIKATOR KONTAMINAN LOGAM. Lamun, kelompok tanaman berbunga unik yang beradaptasi dengan terendam di laut, sangat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi dari pesisir dan mempunyai banyak fungsi ekologik. Ekosistem lamun memiliki nilai ekologi penting dengan mendukung biodiversitas dan berperan sebagai zona perawatan bagi ikan komersial dan ikan hias. Lamun yang memiliki fungsi sebagai produsen primer, dapat juga berfungsi sebagai indikator awal untuk monitoring logam berat di kawasan pesisir. Agar dapat memberikan interpretasi data yang akurat dalam menyusun program monitoring menggunakan lamun, sangat penting untuk memahami pola akumulasi dari logam yang berbeda pada tiap organ lamun"
575 OSEANA 39 (3) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Soertiningsih Wijarso Karliansyah
1999
LP 19 (4) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Patty, Frits John
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia.
Dengan predikat tersebut, Indonesia memiliki kekayaan hayati dan non hayati laut
yang sangat berlimpah dan memiliki nilai yang tidak terhingga sehingga dapat
dipertimbangkan sebagai salah satu kekayaan laut terbesar di Asia. Indonesia
sebagai negara modern juga memiliki industri perkapalan dan pelayaran yang
cukup maju, hal ini ditandai dengan banyaknya armada kapal yang dimiliki oleh
perusahaan kapal nasional baik di sektor swasta maupun pemerintah serta
banyaknya pelabuhan modern yang strategis yang menjadi pusat perlabuhan bagi
kapal laut asing maupun domestik. Kemajuan tersebut tentu membawa dampak
yang positif bagi semua pihak serta sebagai suatu indikator kemajuan
perekonomian nasional, namun di sisi lain, lintas kapal yang melalui wilayah
perairan Indonesia juga memiliki resiko yang dapat mengancam kepentingan
nasional. Penelitian ini mencoba mengkaji salah satu resiko tersebut, yaitu resiko
terhadap pencemaran lingkungan hidup di laut yang mungkin timbul akibat
tumpahan minyak di laut yang bersumber dari kapal tanker sebagai pembawa
muatan minyak. Mengambil contoh kapal pada umumnya, dan kapal tanker pada
khususnya (kapal tanker membawa muatan minyak curah yang memiliki kadar
konsentrasi yang cukup tinggi yang apabila tumpah dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan hidup di laut serta membahayakan biota di laut),
penelitian ini mencoba untuk melakukan analisa terhadap bentuk pertanggung
jawaban pemilik kapal tanker terhadap kerusakan lingkungan hidup di laut akibat
kecelakaan kapal. Asuransi di satu sisi merupakan skema perlindungan terhadap
resiko yang dapat merugikan kegiatan usaha & perekonomian nasional, sehingga
asuransi adalah konsep yang sangat komprehensif, lengkap, dan menguntungkan
bagi semua pihak. Penelitian ini mencoba menerapkan konsep asuransi sebagai
mekanisme perlindungan yang wajib pada dunia industri pelayaran dan
perkapalan di Indonesia agar dapat memberikan solusi perlindungan dan
pertanggung jawaban yang lebih baik serta lebih efektif lagi sebagai bentuk solusi
dari pertanggung jawaban pemilik kapal tanker terhadap kemungkinan timbulnya
pencemaran lingkungan hidup di laut yang bersumber dari kapal tanker sebagai
akibat tumpahan minyak.

ABSTRACT
Indonesia is a maritime nation-state as well as one of the largest archipelago
countries in the world. With that status, Indonesia has abundant biological and
non-biological assets within its seas and thus possess unlimited values and
considered to be one of the wealthiest nation-states in Asia in terms of its
maritime's and richness. Indonesia as a modern state also possess a shipping and
maritime industry that can be considered to be quite advanced, such matter is
indicated through the modernisation and the large number of fleet owned by
Indonesian national or private companies. Not only that, the high number of
strategic ports built by the Indonesian government for the interest of both
domestic and international ships are also the indication of how our maritime and
shipping industry to be quite advanced. Such progress surely brings positive
impact towards all stakeholders as well as being an indicator for the progress of
national economy, yet on the other side, the shipping lines and traffic through
Indonesian seas also possesses a risk that can threat national interest. This
research attempts to analyze one of those aforementioned risks, which is the risk
towards maritime environment pollution that might be occurred as an effect from
oil spill within the seas that sourced from tankers as the carrier of the oils (oil as
the main cargo). Using the examples of ships in general terms and tanker to be
specific (tankers bring oils as cargo that has high concentration of damages if
spilled to the seas and likely to create pollution within the environment that can
threat the marine biota), this research attempts to undertake a comprehensive
study regarding the liabilities of the tankers owners towards the damages of the
sea environment that caused by accidents. Insurance on the other side is known to
be a strategic scheme that can provide protection towards the risks which can
cover both the business owners and the interest of the national economy, thus
insurance can be considered to be a very comprehensive and complete concept
that can benefits all stakeholders. This research also try to apply the insurance
concept as a mandatory (obligatory) protection mechanism towards the shipping
and maritime lines industry in Indonesia so it can provide better, improved and
effective solution in terms of ship owners protection and liabilities in terms of
engaging the possibilities of sea pollution environment that sourced from tankers'
accidents causing oil spill.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S43742
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tantia Rahmadhina
"Skripsi ini membahas mengenai pencemaran laut yang bersumber dari darat (land-based sources) dan bagaimana hukum internasional dan beberapa negara di dunia mengatur mengenai perihal tersebut. Land-based sources merupakan sumber penyumbang pencemaran laut terbanyak dibandingkan dengan sumbersumber lainnya. Kandungan dari land-based sources sangat bervariasi, sehingga dibutuhkan pengaturan yang komprehensif untuk mencegah dan mengelolanya. Secara internasional, perjanjian multilateral pertama yang menyinggung permasalahan ini adalah UNCLOS 1982 yang mendorong negara-negara anggotanya untuk mengadopsi ketentuan-ketentuan hukum internasional untuk mencegah terjadinya pencemaran laut yang disebabkan oleh land-based sources. UNCLOS 1982 tidak memberikan pengaturan yang lebih spesifik terkait hal-hal apa saja yang termasuk ketentuan-ketentuan hukum internasional tersebut. Dalam perkembangannya, beberapa negara di Benua Eropa dan di wilayah Amerika Tengah telah melahirkan perjanjian regional terkait pencegahan pencemaran laut dari land-based sources. Perjanjian-perjanjian tersebut dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas dan bahan-bahan apa saja yang menjadi ancaman terhadap lingkungan laut, sehingga dapat dijadikan pedoman di dalam pembuatan peraturan perundang-undangan nasional. Beberapa negara yang dijadikan acuan adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Indonesia, dimana di keempat negara tersebut telah memiliki peraturan perundang-undangan yang cukup komprehensif dalam mencegah terjadinya pencemaran laut dari land-based sources. Akan tetapi, negara-negara tersebut menemui kendala berupa kurangnya perhatian yang diberikan oleh pemerintah dalam menjalankan peraturan perundang-undangan tersebut, seperti kurangnya dana dan tenaga ahli. Peneliti juga menemukan beberapa contoh kasus terkait dengan land-based sources dan bagaimana prinsipprinsip hukum lingkungan internasional dapat digunakan untuk mencegah kasus itu dapat terjadi. Pada akhirnya, tetap dibutuhkan suatu perjanjian internasional dengan ruang lingkup yang sama luasnya dengan UNCLOS 1982, namun sama komprehensifnya dengan perjanjian-perjanjian regional yang dibuat oleh beberapa negara di Benua Eropa dan wilayah Amerika Tengah.

This thesis is going to explain about marine pollution originating from land-based source and how international law and several countries in the world set about the subject. Land-based sources of marine pollution is the largest contributor to the sources compared to other sources. Land-based sources consist of variety of substances and activities, so it takes a comprehensive arrangements to prevent and manage this problem. Internationally, the first multilateral agreement pertaining to this problem is the 1982 UNCLOS that encourages its member states to adopt the provisions that?s being used internationally to prevent marine pollution caused by land-based sources. Unfortunately, 1982 UNCLOS does not provide more specific requirements on what is the provisions that?s being used internationally, so it can be adopted as guidelines in the creation of national legislation. Some countries are used as a references in this thesis, they are the United States, United Kingdom, France and Indonesia in which they all have adequate legislations to prevent marine pollution from land-based sources. However, these countries are encountering many obstacles to implement their legislation as their government lack of priorities to this problem by not giving enough fund and expertise that onto this problem. The researcher also found several examples of cases related to land-based sources and how the principles of international environmental law can be used to prevent these cases to happen. At the end, the researcher believes that the world needs an international agreement with the same broad scope of the 1982 UNCLOS, but also its comprehensive arrangements of some regional agreements made by several countries in Europe and Central American Region."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darmono
Jakarta: UI-Press, 2001
363.738 DAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Darmono
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2008
363.738 DAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Soertiningsih Wijarso Karliansyah
"ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi kota Jakarta sebagai ibukota negara adalah pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pencemaran udara ini disebabkan tidakseimbangnya pertambahan jumlah kendaraan dengan pertambahan panjang jalan, yang menyebabkan terjadinya kemacetan. Data menunjukkan bahwa pertambahan jalan hanya sekitar 3,5% per tahun, sedang pertambahan kendaraan rata-rata 8,25% per tahun (KPPL DKI Jakarta, 1996: 1-2).
Bergantung kadar dan lama pemaparannya, pencemaran udara dapat mengganggu dan membahayakan lingkungan hidup. Gangguan kesehatan pada manusia, kerusakan tumbuhan dan hewan, gangguan kenyamanan dan estetika, serta kerusakan benda-benda, adalah contoh gangguan yang terjadi akibat pencemaran udara (Kusnoputranto, 1996a: 214).
Salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Tumbuhan adalah bioindikator yang baik, dan daun adalah bagian tumbuhan yang paling peka pencemar (Kovacs, 1992: 7-9). Klorofil sebagai pigmen hijau daun yang berfungsi dalam kegiatan fotosintesis dan berlangsung dalam jaringan mesofil, akan mengalami penurunan kadarnya sejalan dengan peningkatan pencemaran udara (Mowli et aL, 1989: 54). Jaringan mesofil adalah jaringan pertama yang akan terpengaruh oleh pencemaran udara, di samping perubahan kadar klorofil (Heath dalam Mowli et al., 1989: 53).
Pengaruh pencemaran udara pada daun. dapat dilihat dari kerusakan secara makroskopik seperti klorosis, nekrosis; atau secara mikroskopik (anatomi) seperti struktur sel; atau dari perubahan fisiologi dan biokimia, seperti perubahan klorofil, metabolisme (Mudd & Kozlowski, 1975: 4-5; Darral & Jager, 1984: 334; Steubing dalam Kovacs, 1992: 9-10)..
Atas dasar hal-hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap daun tanaman peneduh jalan di wilayah Jakarta Selatan.
Penelitian dilakukan di Jalan K.H. Akhmad Dahlan, Jl. Prof Dr. Supomo, SH, Jl. Jenderal Sudirman-Bunderan Senayan; dan Kebun Pembibitan Dinas Pertamanan DKI Jakarta di Cipedak sebagai kontrol. Penentuan lokasi ini didasarkan daerah yang mempunyai data kualitas udara hasil pemantauan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, dan data tersebut digunakan sebagai data sekunder kualitas udara. Selain itu, kepadatan jalan juga menjadi kriteria pemilihannya dengan menggunakan data hasil pengamatan di lapangan dan data penghitungan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) DKI Jakarta.
Daun yang digunakan sebagai sampel adalah daun angsana dan mahoni yang ditanam sebagai tanaman peneduh di tepi jalan raya. Dengan menggunakan alat spektrofotometer, kadar klorofil daun dianalisis. Kemudian dilakukan uji Kruskal-Wallis atas hasil kadar klorofil ini untuk melihat perubahan yang terjadi pada masing-masing lokasi. Selain itu, dibuat pula preparat anatomi daun dengan potongan melintang dan permukaan daun, untuk melihat perubahan yang terjadi pada sel-sel akibat pencemaran udara. Atas dasar hasil uji dan analisis tadi dievaluasi hubungan antara kadar klorofil dengan kualitas udara.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diperoleh informasi bahwa:
(1) pada daun tanaman angsana terjadi perubahan sebagai berikut:
a. kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif (kenaikan NO, menyebabkan penurunan kadar klorofil),
b. kadar klorofil a dengan SO2 berkorelasi negatif (kenaikan SO2 menyebabkan penurunan kadar klorofil), dan kadar klorofil b dengan SO2 berkorelasi positif (peningkatan SO2 menyebabkan peningkatan kadar klorofil);
(2) pada daun tanaman mahoni terjadi perubahan sebagai berikut:
a. kadar kiorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif (kenaikan NOx menyebabkan penurunan kadar klorofil),
b. kadar klorofil a dan b dengan SO2 berkorelasi positif (peningkatan SO2 menyebabkan peningkatan kadar klorofil);
(3) terjadi kerusakan secara mikroskopik dan makroskopik pada jaringan daun angsana dan jaringan daun mahoni, akibat NO, dan SO2;
(4) uji Kruskal-Wallis membuktikan kadar klorofil a dan b daun angsana dan mahoni pada keempat lokasi penelitian berbeda nyata;
(5) uji Kruskal-Wallis untuk kualitas udara DKI Jakarta bulan Oktober, November, dan Desember 1996 menunjukkan adanya perbedaan nyata dalam NO, dan SO2.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. pencemaran udara pada umumnya mengakibatkan terjadinya perubahan pada daun tanaman, baik secara makroskopik, mikroskopik, maupun kadar klorofil;
2. pada daun angsana, hubungan antara kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif; hubungan antara kadar klorofil a dengan SO2 berkorelasi negatif, dan klorofil b dengan SO2 berkorelasi positif; pada daun mahoni, hubungan antara kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif; hubungan antara kadar klorofil a dan b mahoni dengan SO2 berkorelasi positif;
3. tanaman mahoni mempunyai kemampuan bertahan lebih baik terhadap pencemaran khususnya NOx dan SO2 daripada tanaman angsana;
4. daun tanaman angsana dan mahoni dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara, khususnya NO, dan SO2;
5. tanaman angsana dan mahoni yang selama ini telah ditanam di lingkungan perkotaan, memang berfungsi baik sebagai tanaman peneduh jalan dan dapat mengurangi pencemaran udara khususnya NO, dan SO2 ;
6. daun tanaman peneduh jalan dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator tahap pertama dalam pemantauan kualitas udara;
7. penelitian bioindikator lainnya masih diperlukan dalam mengidentifikasi pencemaran khususnya pencemaran udara di Indonesia; .
8. tanaman peneduh jalan sangat diperlukan sebagai peneduh jalan, penyejuk dan penyaman, mengurangi pencemaran udara, laboratorium alam, dan estetika.

ABSTRACT
Leaf Damage As Bioindicator Of Air Pollution (A Case Study of Shelter Trees Angsana and Mahoni with Air Pollutants NOx and SO2)One of the problems of Jakarta as the capital of the Republic of Indonesia is air pollution caused by motor vehicles emission. Air pollution is caused by imbalance between vehicles and road growth which cause traffic jams. Data of road growth is about 3.5% per year, and vehicles growth 8.25% per year (KPPL DKI Jakarta, 1996: 1-2).
Air pollution may disturb and create a danger to the environment in accordance with its concentration and time exposure. Human health effect, damage of plants and animals, pleasure and aesthetic effect and damage of property, all of them are examples of the air pollution impacts (Kusnoputranto, 1996a: 214).
Plant as bioindicator is one of the air pollution monitoring methods. Plant is a good bioindicator, and leaf is the most sensitive part of the plant to air pollution (Heck & Brandt, 1977: 161-162; Kovacs, 1992: 7-9). Chlorophyll as green pigment of leaves has a photosynthetic function which takes place primarily within mesophyll cells. The chlorophyll content decreases, in line with the increase of air pollution concentration (Mowli et al., 1989: 54). Mesophyll cells are the first cells which are influenced by air pollutants, in addition to changing chlorophyll contents (Heath in Mowli et al., 1989: 53).
Air pollution effect on leaf can be evaluated through macroscopic symptoms such as chlorosis and necrosis, or through microscopic symptoms such as cell structure changes; or physiological and biochemical changes such as chlorophyll content and metabolism changes (Mudd & Kozlowski, 1975: 4-5; Dural & Jager, 1984: 334; Steubing in Kovacs, 1992: 9-10).
Based on above mentioned phenomenon, a research of air pollution impact on shelter trees leaves was done in Jakarta Selatan District.
Sampling locations of this research were in Jl. K.H. Achmad Dahlan, Jl. Prof.Dr. Supomo, SH., Jl. Jenderal Sudirman - Bunderan Senayan; and at the nursery of Dinas Pertamanan DKI Jakarta as control area. These locations were selected based on air quality monitoring data done by Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, which was used as secondary data. Traffic counts on these locations were monitored by Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) DKI Jakarta.
Angsana and mahoni leaves were used as samples of which the trees were planted as shelter trees along above mentioned roads. Chlorophyll contents were analysed by spectrophotometer. The results were analysed statistically by the Kruskal-Wallis test for chlorophyll content changes. Microscopic symptoms were also analysed through microscopic anatomic preparations of cross sectional and surface view of leaves for identifying the impacts of air pollution. Regression-correlation analysis was carried out to analyze the correlation between chlorophyll content and air quality.
Based on this research, the following informations were obtained:
(1) chlorophyll of angsana leaves changed as followed:
a. chlorophyll a and b with NOx showed a negative correlation (increased NO, caused decrease of chlorophyll concentration);
b. chlorophyll a with S02 showed a negative correlation (increased SO2 caused decrease of chlorophyll concentration), and chlorophyll b with SO2 showed a positive correlation (increased SO2 caused increase of chlorophyll concentration);
(2) chlorophyll of mahoni leaves changed as followed:
a. chlorophyll a and b with NO, showed a negative correlation (increased NOx caused decrease of chlorophyll concentration),
b. chlorophyll a and b with SO2 showed a positive correlation (increased SO2 caused increase of chlorophyll concentration);
(3) NOx and SO2 air pollutants did cause angsana and mahoni leaf tissue damage which were demonstrated microscopically and macroscopically;
(4) the result of Kruskal-Wallis test for different chlorophyll contents of angsana and mahoni leaves of those locations was significant;
(5) the result of Kruskal-Wallis test for air quality of DKI Jakarta in October, November, and December 1996 showed significant difference in NO, and SO2.
Based on this research, the following conclusions were made:
(1) air pollutants generally cause changes of tree leaves, as showed macroscopically, microscopically, and in chlorophyll contents;
(2) chlorophyll a and b of angsana leaves and NO, show negative correlation; chlorophyll a of angsana leaves and SO2 show negative correlation, but chlorophyll b of angsana leaves and SO2 show positive correlation; chlorophyll a and b of mahoni leaves and NO, show negative correlation; chlorophyll a and b of mahoni leaves and SO2 show positive correlation;
(3) mahoni has a better adaptive ability to environmental air pollution, especially NOx and SO2 than angsana;
(4) angsana and mahoni tree leaves can be used as bioindicator of air pollution, especially NO,, and SO2;
(5) angsana and mahoni trees which are grown in urban environment have demonstrated perfect functions as shelter trees and also as reducer of air pollution, especially NOx and SO2;
(6) advantages of using shelter tree leaves as bioindicator may help preliminary air quality monitoring;
(7) further research is needed to link the use of other bioindicators to identify pollution, especially air pollution in Indonesia;
(8) shelter trees are needed as shelter, air cooler, reducer of air pollution, nature laboratories, and aesthetics.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>