Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nurfitri Bustamam
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Preeklampsi adalah penyakit pada kehamilan dengan gejala: hipertensi, proteinuria, dan edema. Salah satu teori yang dapat menjelaskan penemuan Minis pada penderita preeklampsi adalah kerusakan sel endotel akibat peroksidasi lipid yang tidak terkontrol. Kerusakan sel endotel pada penderita preeklampsi menyebabkan rendahnya kadar NO, suatu vasoaktif yang penting pada kehamilan. Serum preeklampsi banyak mengandung peroksida lipid dan bersifat merusak kultur sel endotel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap produksi NO pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum preeklampsi. Pada penelitian ini, sel-sel endotel yang diisolasi dari vena umbilikalis bayi lahir aterm normal dari ibu dengan kehamilan normal dikultur hingga confluence. Selanjutnya, kultur sel endotel diinkubasi dalam medium yang mengandung vitamin E sebelum dipapar dengan 10% serum preeklampsi. Produksi NO kultur sel endotel diukur dalam bentuk nitrit yang terdapat dalam medium kultur. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, dilanjutkan dengan uji Pembandingan Berganda.
Hasil dan Kesimpulan: Dan penelitian ini diperoleh (1) produksi NO pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum preeklampsi cenderung lebih tinggi daripada produksi NO pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum ibu hamil normal, namun perbedaan hasil tersebut secara statistik tidak bermakna (p > 0,05), (2) pemberian vitamin E mempertahankan produksi NO dalam kisaran normal pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum ibu hamil normal (p < 0,05), dan (3) pemberian vitamin E diduga menetralkan faktor "toksik" dalam serum preeklampsi yang mengaktivasi kultur sel endotel, sehingga produksi NO pada kultur sal endotel tersebut tidak berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontral (p 0,05)"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Ternita
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditransmisikan melalui nyamuk ke manusia, terutama nyamuk Aedes betina. DBD memiliki dampak yang besar dalam hal masalah kesehatan, mortalitas, dan ekonomi terutama dikarenakan kurangnya vaksin atau obat antivirus yang disetujui di negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Studi eksperimental dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan senyawa murni katekin pada DENV Serotipe 2 Strain NGC yang diinfeksikan pada sel Vero. Efek antivirus pada sel Vero yang terinfeksi DENV dilihat dengan menggunakan 2 kali nilai dari IC50 yaitu 21,457 μg/mL yang didapatkan dari penelitian sebelumnya. Perbandingan antara selisih jumlah fokus perlakuan dengan kontrol DMSO pada metode Focus assay dihitung untuk mengetahui persentase efektivitas hambatan yang terjadi. Viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup pada penelitian ini dihitung menggunakan metode MTT assay dengan membandingkan nilai viabilitas dengan kontrol DMSO. Persentase efektivitas hambatan serta viabilitas sel pada perlakuan pre-post infeksi berturut-turut yaitu 73,03% dan 110,17%. Sedangkan pada perlakuan post infeksi didapatkan 98,37% dan 99,86%. Dapat disimpulkan bahwa senyawa murni katekin memiliki potensi sebagai antivirus."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Indah Kendarsari
"Penelitian dengue secara in vitro banyak dilakukan untuk mengetahui mekanisme pasti patogenesis infeksi degue. Namun, sedikitnya informasi mengenai karakter pertumbuhan virus dengue pada galur sel model menjadi salah satu faktor pembatas. Karakterisasi pertumbuhan kinetik dilakukan untuk mengetahui dengan melihat karakter pertumbuhan kinetik virus dengue pada galur sel C6/36, Vero76, MDCK, 293, HepG2, dan A549. Parameter pertumbuhan virus dengue pada tiap sel diketahui dengan melihat kecepatan replikasi, ekspresi protein NS1, dan deteksi genom virus dengue. Hasil uji kinetik menunjukkan adanya perbedaan profil pertumbuhan tiap serotipe virus dengue pada tiap galur sel, dengan pertumbuhan relatif lebih tinggi pada sel A549 dibandingkan dengan galur sel lainnya. Hasil uji ELISA menunjukkan ekspresi protein NS1 pada sel A549 meningkat seiring peningkatan titer virus. Keberadaan RNA genom virus dengue pada sel A549 dikonfirmasi menggunakan RT-PCR. Dengan demikian, keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan virus dengue mampu tumbuh dengan baik pada galur sel A549, sehingga dapat digunakan sebagai galur sel mamalia alternatif untuk propagasi dan penelitian infeksi virus dengue lebih lanjut.

In vitro dengue research has been routinely used to study the pathogenesis of dengue infection. The little information about the growth characteristics of dengue viruses in various cell lines model has become the limiting factor of dengue research. Dengue virus growth characterization was conducted to determine the growth kinetics of dengue viruses in several cell lines i.e. in C6/36, Vero76, MDCK, 293, HepG2, and A549 cell lines. Growth characteristics of dengue virus in each cell were measured by looking at the rate of replication, NS1 protein expression, and detection of dengue virus genome. The replication kinetic assay indicated the difference growth characteristics of each serotype of dengue virus in each cell line, with the relatively higher growth was observed in A549 cell line compared to other cell lines. ELISA result showed an increased expression of NS1 protein in A549 cell in parallel with increasing viral titer. The presence of dengue virus RNA genome in A549 cells was confirmed using RTPCR assay. This study observed the ability of dengue viruses to grow well in A549 cell line and this cell line could be used as an alternative mammalian cell line for propagation and further study of dengue virus infection."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1404
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afiyatul Mardiyah
"Pendahuluan: Infeksi virus dengue merupakan infeksi yang paling banyak terjadi di Indonesia. Terapi infeksi dengue umumnya bersifat suportif berupa terapi cairan dan simptomatik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, quercetin diketahui memiliki potensi sebagai antiviral dengue. Namun, mekanisme penghambatannya belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menilai persentase hambatan quercetin pada mekanisme penghambatan reseptor dan penempelan virus dengue serotipe 2 (DENV-2), persentase viabilitas sel terhadap quercetin, serta ikatan energi antara quercetin dengan protein E pada DENV secara in silico. Metode: Senyawa diuji secara in vitro terhadap DENV-2 menggunakan sel Vero. Dilakukan dua jenis pengujian, yaitu uji penghambatan reseptor dan penempelan virus melalui uji fokus dan uji viabilitas sel melalui uji MTT. Konsentrasi quercetin yang digunakan sebagai uji adalah sebesar 2 kali IC50 (36,81 µg/ml). Pengujian hambatan secara in silico dengan menggunakan software Autodock Tools - 1.5.6. Hasil: Nilai persentase penghambatan pada reseptor dan penempelan DENV dengan quercetin adalah 23,53% dan 45%. Persentase viabilitas sel vero terhadap quercetin pada penghambatan tahap pra-infeksi adalah 109,82%. Interaksi antara quercetin dan protein E DENV memiliki nilai ikatan energi dan konstanta inhibisi pada konformasi terbaik sebesar -4,89 kkal/mol dan 0,26 mM. Kesimpulan: Quercetin berpotensi sebagai antiviral dengue melalui mekanisme penghambatan pada tahap pra-infeksi, terutama penghambatan penempelan virus

Introduction: Viral dengue infection is the most common infection in Indonesi. Nowadays, management of DHF is only supportive care, i.e, fluid and symptomatic therapy. Based on previous research, quercetin has potency as antiviral dengue, but the mechanism is still unknown. Thus, the purpose of this research is to evaluate the percentage of reseptor inhibition and dengue serotype 2 virus (DENV-2) attachments inhibition with quercetin, cell viability percentage against quercetin, and energy bond between quercetin and protein E DENV in silico. Method: The compound was tested in vitro against DENV-2 using Vero Cells. There were 2 type of tests, receptor and DENV attachment inhibitory test using focus assay and viability test using MTT assay. The quercetin concentration was 2 times IC50 (36,81µg/ml). In silico study was conducted using Autodock Tools – 1.5.6. Results: Inbitory percentage of reseptor and DENV attachment with quercetin were 23,53% and 45%. Vero cell viability against quercetin in pre-infection step was 109,82%. Energy bond and inhibition constanta between quercetin and protein E DENV were -4,89 kkal/mol and 0,26 mM. Conclusion: This study shows that quercetin has potency as antiviral dengue through DENV attachment inhibition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Asri Tresnaningtyas
"ABSTRAK
Infeksi virus dengue (DENV) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hingga saat ini patogenesis infeksi DENV masih belum diketahui secara jelas. DENV dapat menginfeksi dan bereplikasi pada monosit yang mengarah pada hipotesis ADE (Antibody-Dependent Enhancement). Infeksi DENV juga seringkali menyebabkan kerusakan hati, hepatomegali hingga disfungsi hati. Organ hati merupakan salah satu target utama infeksi DENV. Beberapa mekanisme yang terlibat dalam kerusakan hepatosit selama infeksi DENV yaitu efek sitopatik langsung yakni dari infeksi virus, dan efek tidak langsung yakni terkait disfungsi mitokondria, dan pengaruh faktor imun seluler dan humoral pada hati. Untuk mengetahui peranan DENV dan monosit dalam kerusakan sel hati, pada penelitian ini dilakukan infeksi DENV pada galur sel hepatosit Huh 7 it-1 yang diko-kultur dengan PBMC secara in vitro untuk mengetahui kadar sitokin IL-6, IL-10, TNF-a, IP-10 dan GRO-a menggunakan ELISA. Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan infektivitas DENV-2 pada sel Huh 7it-1 melalui FFU assay, dan pengukuran serta pengamatan viabilitas sel melalui MTT assay dan pewarnaan tryphan blue. Hasil menunjukkan bahwa kadar sitokin IL-6, IL-10, TNF-a, GRO-a pada PBMC yang dikultur bersama sel Huh 7it-1 terinfeksi DENV-2 lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Sementara kadar kemokin IP-10 pada PBMC yang dikultur bersama sel Huh 7it-1 terinfeksi DENV-2 lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol. Penambahan PBMC dapat menurunkan infektivitas sel Huh 7it-1terinfeksi DENV-2. Penambahan PBMC pada sel Huh 7it-1 terinfeksi DENV-2 menurunkan viabilitas sel.

ABSTRACT
Dengue virus (DENV) infection increases every year and still being a health problem in Indonesia. Pathogenesis of DENV infection still not clearly known. DENV can infect and replicate monocytes that lead to the ADE (Antibody-Dependent Enhancement). DENV infection may cause liver damage, hepatomegaly and liver dysfunction. Liver is also known to be the main target of DENV infection. Some of the mechanisms involved in hepatocytes damage during DENV infection are direct cytopathic effects of the virus,and indirect cythopatic effects due to mitochondrial dysfunction, and effect of cellular and humoral immune factors in the liver. To determine the role of DENV and monocytes in liver cell damage, this study carried out DENV infection on Huh 7it-1 hepatocyte cell lines cultured with PBMC in vitro to determine levels of cytokine IL-6, IL-10, TNF-a, IP-10 and GRO-a using ELISA. This study also observed infectivity of DENV-2 infected Huh 7it-1 cells through FFU assay, and cell viability through MTT assay, and tryphan blue staining. The results showed that the levels of cytokines IL-6, IL-10, TNF-a, GRO-a in PBMC cultured with DENV-2 infected Huh 7it-1 cells were higher than control. While levels of chemokine IP-10 in PBMCs co-cultured with DENV-2 infected Huh 7it-1 cells were lower than control. Addition of PBMC decreased the infectivity of DENV-2 infection in Huh7it-1 cells. Addition of PBMC in DENV-2 infected Huh 7 it-1 cells decreased cells viability.
"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Mahira Yanfaunnas
"Infeksi virus dengue (DENV) dapat menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan melalui nyamuk betina Aedes aegypti. Penyakit ini meningkat setiap tahunnya di dunia pada tahun 2010 sekitar 2,2 juta orang dan sekitar 3,34 orang juta pada tahun 2016. Permasalahan yang terjadi ialah ketersediaan obat spesifik DENV
belum ada hingga sekarang. Salah satu pengobatan yang sedang berkembang di Indonesia ialah pengobatan herbal, seperti Piperin. Piperin merupakan senyawa murni dari buah lada (Piper nigrum, Piper longum, dan Piper retrovractum) dan diketahui memiliki kemampuan untuk dapat menghambat replikasi virus DENV-2 pada sel Vero. Namun, belum diketahui spesifik pada mekanisme apa piperin menghambat replikasi DENV-2 tersebut. Penelitian ini akan fokus pada mekanisme efektivitas hambatan replikasi virus pada pre-post infeksi dan post infeksi dan juga viabilitas sel. Efektivitas hambatan dan
viabilitas sel dilihat dengan metode focus assay dan MTT assay. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil efektivitas hambatan pada mekanisme penghambatan pre-post infeksi dan post infeksi ialah 89,74%  2,56 dan 84,53%  3,44 secara berurutan. Sedangkan
untuk viabilitas didapatkan hasil 100,03% dan 102,00% untuk mekanisme pre-post infeksi dan post infeksi. Hal ini menunjukkan piperin efektif menghambat DENV-2 dengan persentase penghambatan lebih tinggi pada mekanisme pre-post infeksi.
Infection by dengue virus (DENV) can cause dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted through female Aedes aegypti mosquitoes. This disease keeps rising every year around the world, in 2010 approximately 2.2 million people to 3.34 million people in 2016 got infected. The occurring problem is no specific antiviral drug to DENV. One of the treatments that are developing in Indonesia is herbal medicine, Piperine. Piperine is one of the pure compounds of pepper (Piper nigrum, Piper longum, dan Piper retrovractum). It is believed to be able to inhibit DENV-2 viral replication in Vero cell. The effectivity of Piperine as antiviral against DENV-2 has been proven in the thesis
conducted by Heidi. However, its specific mechanisms inhibit DENV-2 replication has not been known yet. Therefore, this is an experimental study of Piperine against DENV- 2 strain NGC viral replication in Vero cell. The focus of research is looking at the effectivity of inhibition in pre-post infection, post infection, and also cell viability. The effectivity of inhibition is seen by the focus assay method. Based on the research, the results for the effectivity in pre-post infection is 89,74%  2,56, and 84,53%  3,44 in post infection. As for the cell viability, the results are 100,03%  2,74 in pre-post infection and 102,00%  3,23 in post infection. These show that Piperine is effective in inhibiting DENV-2 and the effectivity of inhibition is higher in pre-post mechanism."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Cahyadirga
"Demam dengue (DD) merupakan penyakit infeksi virus dengue (DENV) dengan vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Secara global, terjadi peningkatan kasus DD sebanyak enam kali lipat dari tahun 2010 hingga 2016 namun sampai saat ini regimen terapi DD adalah terapi suportif yaitu terapi cairan dan simptomatik. Ekstrak Curcuma longa telah diteliti memiliki potensi sebagai antiviral untuk DENV. Namun, mekanisme penghambatannya masih belum diketahui sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak Curcuma longa terhadap penghambatan reseptor dan penempelan virus dengue serotipe 2 (DENV-2) secara in vitro dan ikatan curcumin dengan protein E secara in silico.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk menganalisa mekanisme kerja dari ekstrak Curcuma longa sebagai antivirus terhadap DENV-2 menggunakan sel Vero sebagai sel uji dan in silico untuk mengetahui ikatan energi curcumin dengan protein E DENV. Focus assay dan MTT Assay digunakan untuk menilai penghambatan reseptor dan protein virus, serta viabilitas sel secara berturut-turut. Konsentrasi ekstrak Curcuma longa yang digunakan yaitu dua kali IC50 (17,91 μg/mL). DMSO digunakan sebagai kontrol.
Persentase hambat pada reseptor sel dan protein virus masing-masing adalah 98,67 ± 1,33% dan 2,29 ± 1,19%. Persentase viabilitas sel pasca pemberian ekstrak Curcuma longa adalah 97,07 ± 0,50%. Energi ikatan pada konformasi terbaik curcumin dengan protein E bernilai -2,71 kkal/mol dengan konstanta inhibisi 10,34 mM. Ekstrak Curcuma longa memiliki efek penghambatan reseptor sel lebih baik daripada protein E virus serta memiliki ikatan yang relatif baik dengan protein E.

Dengue fever (DF) is an disease caused by dengue virus infection (DENV). From 2010 to 2016, there has been a sixfold increase of DF cases globally. However, therapy for DF currently only consist of supportive treatments. Curcuma longa (turmeric) extract has been studied and its potential antiviral activity against dengue serotype 2 virus was found but inhibitory mechanism is still unknown. This research aims to find the inhibitory effect of turmeric extract against cell receptor and attachment protein of DENV-2 in vitro and binding energy between curcumin and dengue protein E in silico.
Experimental, in vitro study was done to analyze inhibitory mechanism of turmeric extract as antivirus to DENV-2 using Vero cell as test cell. In silico calculation of binding energy between curcumin and DENV protein E was also done using a docking software. Focus assay and MTT assay were used to evaluate receptor and viral attachment protein inhibition as well as cell viability, respectively. Turmeric extract concentration used was twice of IC50 (17,91 μg/mL) . DMSO was used as control.
Inhibition percentage on cell receptor and viral attachment protein yielded 98,67±1,33% and 2,29±1,19% respectively. Viability percentage of the cells after treatment with turmeric extract is 97,07 ± 0,50%. Binding energy at the best conformation between curcumin and viral protein E is -2.71 kcal/mol with inhibition constant of 10,34 mM. Turmeric extract has a higher inhibition effect against cell receptor compared to viral attachment protein and has a relatively strong bond with protein E.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yora Permata Dewi
"Infeksi DENV masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena dapat menyebabkan penyakit berat dan bahkan mungkin berakibat fatal. Pengembangan vaksin rekombinan dengan antigen yang mampu dengan efektif menginduksi respon imun perlu untuk dikembangkan. Kesesuaian genotipe yang digunakan di vaksin dan genotipe yang beredar di suatu wilayah berimplikasi terhadap keberhasilan pengembangan vaksin. Plasmid rekombinan yang dirancang berdasarkan gen prM-E DENV-2 strain 151 diekspresikan di Pichia pastoris strain X-33. Telah dilakukan optimasi ekspresi dan antigenisitas protein rekombinan prM-E. Diperoleh 4 koloni P. pastoris rekombinan dengan fenotipe Mut . Hasil SDS-PAGE dan Western blot menunjukkan protein telah berhasil diekspresikan pada ukuran 50 kDa. Kondisi ekspresi optimum protein rekombinan prM-E DENV-2 yaitu pada konsentrasi metanol 1 dengan waktu inkubasi 48 jam. Protein rekombinan prM-E DENV-2 dikenali oleh antibodi anti- prM-E DENV-2 dan bereaksi silang dengan antibodi anti-prM-E DENV-1, DENV-3, serta DENV-4. Protein rekombinan prM-E DENV-2 yang diperoleh dapat digunakan sebagai antigen dalam pengembangan vaksin protein rekombinan dengue strain Indonesia.

DENV infection is still a public health problem in Indonesia because it can cause severe illness and may even be fatal. Development of recombinant vaccine with antigens capable of effectively inducing an immune response needs to be developed. The suitability of genotypes used in vaccines and genotypes circulating in a region has implications for the successful development of vaccines. Construction of a recombinant plasmid based on prM E gene of DENV 2 strain 151 was used for expression in Pichia pastoris strain X 33. Optimization and antigenicity of DENV 2 prM E recombinant protein were tested. Four Mut phenotypes were generated. SDS PAGE and Western blot analysis showed that the protein was expressed with a molecular weight of 50 kDa. Optimal protein expression level occurred at concentration of 1 methanol with 48 hours incubation time. DENV 2 prM E recombinant protein was recognized by anti prM E DENV 2 and also showed cross reaction with anti prM E DENV 1, DENV 3, and DENV 4 antibodies. Thus, the DENV 2 prM E recombinant protein can be used as an antigen in the development of the recombinant protein vaccine of the dengue strains of Indonesia. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashila Putri Disamantiaji
"Latar Belakang: Hilangnya mikroorganisme komensal yang menjadi building block dari maturasi sistem imun dapat menyebabkan ketidakseimbangan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi. Disregulasi dari sistem imun memiliki implikasi pada predisposisi penyakit. Tujuan: Mengetahui hubungan antara status permukiman sebagai proksi dari pajanan mikroorganisme dengan keseimbangan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi. Metode: Penelitian dengan desain studi potong lintang analitik ini menggunakan data sekunder dari disertasi berjudul “Regulasi Respons Imun Subyek di Permukiman Kumuh: Studi Imunitas Seluler pada Kultur Sel Darah yang Distimulasi Malaria, Vaksin BCG, dan LDL” di mana sampel kelompok kumuh diambil dari masyarakat yang bermukim di sekitar TPST Bantar Gebang (n=10), sedangkan sampel kelompok nonkumuh diambil dari mahasiswa Universitas YARSI (n=8). Pada penelitian tersebut sampel darah kelompok kumuh dan nonkumuh dikultur dengan metode PBMC dan distimulasi dengan LPS. Kadar TNF-alfa dan IL-10 diukur menggunakan luminex assay pada kondisi basal, pascastimulasi, dan kedua data tersebut dibandingkan menjadi suatu nilai rasio stimulasi:basal yang menggambarkan besarnya peningkatan produksi setelah terpajan stimulus dari keadaan basal. Hasil: Pada keadaan basal, kadar TNF-alfa lebih tinggi pada kelompok kumuh, namun tidak bermakna secara statistik (p=0,202). Kadar IL-10 pada keadaan basal lebih tinggi pada kelompok nonkumuh, namun juga tidak bermakna (p=0,108). Kadar TNF-alfa pascastimulasi LPS dan dalam bentuk rasio stimulasi:basal lebih tinggi secara bermakna pada kelompok kumuh (masing-masing p=0,000 dan p=0,005), sementara kadar IL-10 pascastimulasi LPS maupun dalam bentuk rasio stimulasi:basal lebih tinggi pada kelompok kumuh, namun tidak bermakna secara statistik (masing-masing p=0,893 dan p=0,423). Korelasi antara kadar TNF-alfa dan IL-10 sangat kuat dan signifikan pada kelompok kumuh (r=0,881, p=0,000), sementara korelasi yang lebih lemah da tidak signifikan diamati pada kelompok nonkumuh (r=0,611, p=0,054). Kesimpulan: Penduduk permukiman kumuh memiliki potensi produksi sitokin proinflamasi TNF-alfa yang lebih besar, namun potensi tersebut diimbangi dengan produksi sitokin antiinflamasi IL-10 secara seimbang. Hal ini tidak diamati pada penduduk permukiman nonkumuh.

Introduction: Reduced exposure to commensal microorganisms—one of the building blocks/inputs needed for immune system maturation—can lead to aberation on the balance between pro- and anti-inflammatory cytokine. This kind of immune dysregulation has an implication on disease predisposition. Objective: To determine the association between residential status—a proxy for microorganism exposure—and the balance of pro- and anti-inflammatory cytokine production. Method: This is an analytic cross-sectional study and secondary data was obtained from a parent study titled "Regulation of Immune Response to People Living in The Slum Area: A Study of Cellular Immunity on Whole Blood Cultures Stimulated Malaria, BCG, and LDL". Subjects for the rural group were sampled from Bantar Gebang landfill (n=10) while subjects for the urban group were sampled from YARSI University students (n=8). Blood sampled from the subjects was cultured using PBMC method and stimulated using Lipopolysaccharide. The measurement for the concentration of TNF-alpha and IL-10 was undertaken using luminex assay in basal and after stimulation condition. Both data were then made into a ratio (stimulated:basal) that represents the amount of cytokine production increment from basal. Result: At the basal condition, TNF-alpha concentration was higher in rural group, but the association was not significant (p=0,202). Meanwhile, IL-10 concentration at the basal condition was higher in urban group, but the association was not significant as well (p=0,108). The concentration of TNF-alpha after stimulation and the stimulated:basal ratio were significantly higher for rural group (p=0,000 and p=0,005, respectively), while the concentration of IL-10 after stimulation and the stimulated:basal ratio were higher for rural group, but the mean differences were statistically insignificant (p=0,893 dan p=0,423, respectively). Correlation between the concentration of TNF-alpha and IL-10 was very strong and statistically significant for rural group (r=0,881, p=0,000), while a weaker insignificant correlation was observed for urban group (r=0,611, p=0,054). Conclusion: Rural population have a greater potential to produce pro-inflammatory cytokine TNF-alpha but this potential was followed and balanced by the production of anti-inflammatory cytokine IL-10. This relationship was not observed in the urban population.
"
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>