Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
"Industri korupsi sekarang semakin berkembang karena korupsi sudah menjadi instrument politik oleh para elit politik dalam kelompok bangsa Indonesia yang berkuasa, bukan saja bagi alat perebutan kekuasaan melainkan juga sebagai alat untuk melakukan asasinasi politik demi terebutnya kekuasaan yang diinginkan. Juga asasinasi untuk bangsa Indonesia yang berada dalam kelompok yang dikuasai. Sumber dan cara pemberantasan industri korupsi di Indonesia mudah saja, yaitu melakukan pembersihan rezim terhadap mereka yang mempertahankan rezim pembodohan, rezim korupsi, rezim pembenaran dan rezim dinasti, termasuk kelompok kelompok bangsa Indonesia yang berkuasa itulah yang harus dibersihkan. Caranya mudah, tinggal pilih: demokrasi, democrazy, atau kleptokrasi alias korupsi? …."
IKI 5:25 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Asima Nurjaya
"ABSTRAK
Industri serat sintetis memegang peran strategis dalam industri tekstil Indonesia karena industri serat sintetis merupakan penyuplai utama bahan baku (serat sintetis) bagi industry tekstil nasional yang adalah penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas dan sekaligus penyerap tenaga kerja terbesar (1 ,2 juta orang pada tahun 2001 ). Berbeda dengan sektor-sektor lain dalam industri tekstil yang bersifat padat karya, industri serat sintetis bersifat padat modal dan teknologi. Industri serat sintetis Indonesia memproduksi Polyester Staple Fiber, Polyester Filament Yarn, Nylon Filament Yam dan Viscose Rayon Staple Fiber. Indonesia termasuk 10 besar negara penghasil serat sintetis di dunia. Sekitar 70% dari total produksi industri serat sintetis Indonesia dikonsumsi oleh industri pemintalan benang dan penenunan kain di dalam negeri dan sisanya diekspor ke berbagai negara terutama Cina, Hongkong, India, Uni Eropa,
Amerika Serikat, dan lain-lain. Sebagian bahan baku dan hampir seluruh teknologi yang digunakan masih diimpor. Seluruh perusahaan di dalam industri serat sintetis Indonesia merupakan perusahaan swasta dan pemain utamanya umumnya berasal dari Jepang, Korea, India, dan Austria. Struktur industri ini adalah oligopoli dengan jumlah pemain hanya 23 perusahaan, namun 2 perusahaan telah menghentikan produksinya karena bangkrut dan bermasalah dengan masyarakat di sekitamya.
Permasalahan yang diteliti di dalam Karya Akhir ini adalah bagaimana prospek industry serat sintetis Indonesia pasca penghapusan kuota tekstil tahun 2005 dan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk industri serat sintetis Indonesia dalam menghadapi'pengaruh global. Penulis menggunakan pendekatan analisis industri, perdagangan intemasional, dan manajemen strategik dalam menganalisa permasalahan di dalam Karya Akhir ini.
Dari analisis yang dilakukan dengan memakai pendekatan-pendekatan tersebut di atas, disimpulkan bahwa prospek industri serat sintetis Indonesia setelah penghapusan kuota tekstil tahun 2005 adalah baik, asalkan pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut mampu memilih dan melaksanakan strategi-strategi yang tepat bagi perkembangan industri ini sesuai denga:n peran masing-masing.
Perusahaan perlu melakukan alimsi strategis untuk memperkuat posisi di pasar lokal maupun internasional, memfokuskan produksi pada produk bernilai tinggi karena produk Cina umumnya bersifat komoditi, memperluas cakupan pasar ekspor, melakukan operasi global dengan melakukan FDI di negara-negara lain, terutama Cina atau Vietnam, untuk meningkatkan efisiensi dan mendekatkan fasilitas produksi kepada pelanggan di negara lain, memanfaatkan peluang yang timbul dari relokasi industri tekstil dan pakaian ke Cina dan Vietnam dan tneningkatkan posisi perusahaan dalam persaingan global.
Masalah-masalah utama yang dihadapi industri serat sintetis Indonesia adalah persaingan yang semakin tajam di pasar lokal dan internasional, penurunan konsumsi serat sintetis di dalam negeri sejak tahun 1998, maraknya penyeludupan pakaian dan tekstil, lemahnya daya beli masyarakat Indonesia, buruknya iklim investasi di Indonesia, harga energi dan tenaga kerja di Indonesia semakin mahal, Pajak Penerangan
Jalan atas mesin genset yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah, industri bahan baku (terutama Paraxylene dan MEG) dan industri mesin tekstil belum berkembang di Indonesia, biaya THC sangat mahal, kwalitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dan peningkatan kemampuan teknologi sulit karena tergantung pada impor. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan meningkatkan daya saing industry serat sintetis Indonesia dalam menghadapi pengaruh global, diperlukan kerjasama yang saling melengkapi (complementary) antara industri serat sintetis Indonesia dan Pemerintah Indonesia.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang melarang impor pakaian bekas dan berusaha memberantas penyeludupan pakaian, namun pakaian bekas masih beredar di pasar. Supaya larangan itu lebih efektif, pemerintah perlu menindak tegas pengimpor dan pedagang pakaian bekas sambil mengkampanyekan perlunya membeli produk dalam negeri. Pemerintah juga telah berusaha memperbaiki iklim investasi dengan meningkatkan keamanan, menurunkan suku bunga perbankan, memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dan memperbaiki peraturan ketenagakerjaan, namun investasi (FDI maupun lokal) terus menurun. Daya beli masyarakat juga semakin menurun akibat kenaikan harga BBM dan listrik.
Pemerintah berperan penting untuk mendukung peningkatan daya saing industri serat sintetis Indonesia dalam menghadapi pengaruh global dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat, memperbaiki iklim investasi dengan menegakkan hukum, membatalkan peraturan yang menghambat investasi misalnya peraturan Pajak Penerangan Jalan atas mesin genset, dan menurunkan suku bunga pinjaman agar kompetitifterhadap Cina, Vietnam dan Thailand.
Transfer teknologi ke dalam industri serat sintetis perlu difasilitasi pemerintah dengan mengadakan persyaratan transfer teknologi, kewajiban pembayaran dana riset tekstil dan persyaratan local content dalam peraturan investasi di seluruh sektor industri tekstil Indonesia dan membangun pusat penelitian tekstil nasional yang profesional dan independen.
Kwalitas sumber daya manusia harus ditingkatkan dengan mengarahkan sistem pendidikan nasional agar berorientasi pada penciptaan tenaga terampil dan ahli di bidang-bidang yang sesuai dengan kebutuhan industri serat sintetis yaitu teknik pertekstilan, teknik kimia, teknik mesin, hukum perdagangan intemasional, dan kebutuhan seluruh sektor dalam industry tekstil nasional dari yang paling hulu (bahan baku dari petrokimia) sampai ke paling hilir (fashion).
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Susilowati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat pajanan benzene pada pekerja industri sepatu kulit di PIK Pulogadung. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52 pekerja memiliki nilai RQ > 1 untuk efek pajanan realtime dan sebanyak 37 pekerja memiliki nilai RQ > 1 untuk efek pajanan lifetime. Selain itu didapatkan hasil bahwa semua pekerja disana memiliki risiko kanker untuk pajanan lifetime dan realtime karena nilai ECR>10-4. Karena nilai RQ> 1 dan ECR>10-4 maka perlu dilakukan manajemen risiko. Manajemen risiko untuk efek pajanan non karsinogenik dilakukan dengan menurunkan konsentrasi benzene menjadi 0,042 mg/m3, lama pajanan menjadi 5,4 jam/hari, frekuensi pajanan menjadi 114 hari/tahun dan menetapkan durasi pajanan yang aman yaitu 10,8 tahun. Sedangkan manajemen risiko untuk efek pajanan karsinogenik dilakukan dengan menurunkan konsentrasi benzene menjadi 0,023 mg/m3, lama pajanan menjadi 2 jam/hari, frekuensi pajanan menjadi 63 hari/tahun, dan menetapkan durasi pajanan yaitu 5 tahun.

This study aims to determine the magnitude of health risk from exposure to benzene in the leather shoe industry workers in PIK Pulogadung. This research uses a risk analysis environmental health approach. The results of this study shows that 52 workers have RQ > 1 for realtime risk exposure and 37 workers have RQ > 1 for lifetime risk exposure. Beside that, the results show that all of the workers have a cancer risk for lifetime risk exposure and realtime risk exposure because ECR > 10-4. Since value of RQ > 1 and ECR > 10-4 so it is necessary for risk management. Risk management carried out to reduce non carcinogenic effect of exposure with decrease the concentration of benzene into 0,042 mg/m3, then reduce exposure time into 5,4 hour/day, reduce exposure frequency into 114 days/year and establish a safe exposure duration of 10,8 years. Whereas the risk management for carcinogenic exposure is decrease the benzene concentration into 0,023 mg/m3, then reduce time exposure into 2 hour/day, reduce exposure frequency into 63 days/year, and establish a safe exposure duration of 5 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
James Budiono
"Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar.
Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia.
Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya.
Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Suprapti
"Ada banyak perkembangan teori perdagangan internasional yang disertai dengan hasil penelitian empirik dalam konteks perubahan tersebut, tetapi sayangnya, banyak teori perdagangan yang mutakhir tidak menyajikan model-model yang lebih aplikatif untuk negara sedang berkembang (NSB) ' daripada untuk negara maju (NSM). Teori perdagangan konvensional , sangat bermanfaat dalam menjelaskan mengapa perbedaan relatif dalam produktivitas tenaga kerja dan factor endowment menyebabkan terjadinya spesialisasi produksi dan perdagangan antar negara, dan mengapa pola spesialisasi mempengaruhi distribusi pendapatan. Namun, teori-teori ini tidak handal dalam menjelaskan pola perdagangan yang sebenarnya terjadi dewasa ini, yang dicirikan oleh dominasi perdagangan di antara sesama negara yang memiliki factor endowment yang sama dan pola pertukaran barang/kelompok barang yang sama. Perdagangan intraindustri didefinisikan sebagai ekspor dan impor produk-produk dari suatu · industri yang sama secara simultan. Tujuan skripsi ini adalah pertama, memperkenalkan teori dan model perdagangan intraindustri yang merupakan alternatif teori baru yang memiliki beberapa kelebihan dari pada model sebelumnya, meneliti apakah Indonesia memiliki prospek dalam kancah perdagangan intraindustri dengan mitra dagangnya sekaligus menyelidiki potensi kerja sama regional untuk mendapat keuntungan melalui spesialisasi intraindustri dan terakhir mencoba menganalisis bagaimana dampak adanya perdagangan intraindustri pada struktur industri manufaktur di Indonesia. Dalam skripsi ini, metode penelitian yang dipakai adalah dengan melakukan studi dan telaah literatur mengenai teori-teori perdagangan intraindustri yang ada dan melakukan pengujian hipotesis dengan melihat apakah terdapat signifikansi dalam persamaan regresi dengan datadata Indonesia dengan mitra dagangnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian hipotesis adalah: terlihat bahwa selalu terdapat menggambarkan intraindustri yang terjadi peningkatan intensitas dengan negara yang bersangkutan. adalah terutama peningkatan trend yang perdagangan Pola umum perdagangan intraindustri khususnya untuk kelompok negara ASEAN. Dalam kasus negara per negara, ternyata yang signifikansi variabelnya paling banyak adalah Taiwan untuk 'kasus tahun 1985. Yang terpenting di sini adalah bahwa hasilnya kebanyakan sesuai dengan teori yang berarti hipotesis dapat diterima sampai batas-batas tertentu. Potensi-potensi dari perdagangan intraindustri yang mungkin dapat dipakai di Indonesia yaitu adanya keuntungan tambahan dari perdagangan internasional karena menambah benefit bagi suatu negara dari pasar yang lebih besar, mendorong industri manufaktur karena perdagangan intraindustri adalah fenomena dari industri manufaktur, menggalakkan ekspor non migas terutama pada industri manufaktur, makin merangsang proses relokasi dari neqara industri baru (NIC's) ke Indonesia, memacu produktivitas pekerja, memperlemah posisi struktur pasar yang 'monopolistis dan untuk perdagangan antara negara yang sekawasan (ASEAN) akan memperkuat terjadinya integrasi regional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Saptarini W.
"Kondisi dunia usaha yang semakin kompetitif dan dinamis, menuntut perusahaan untuk mampu memilih dan menerapkan strategi yang mampu memenangkannya dalam persaingan. Pengembangan Core Competence sebagai sebuah paradioma baru dalam manajemen strategi, berusaha memberikan keunggulan yang berkelanjutan dalam persaingan melalui pengembangan kapabilitas internal yang superior yang sulit ditiru oleh pesaing. Industri kecil sebagai salah satu pelaku bisnis tidak pula terlepas dari keniscayaan untuk menerapkan strategi yang handal dalam persaingan yang dinamis. Penulis dalam penelitian ini mengaksentuasikan sigi pada industri kecil sepatu kulit di Indonesia, yang pada realitanya menunjukkan pertumbuhan yang relatif lambat dibandingkan dengan perkembangan industri sepatu secara keseluruhan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Belman
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa terhadap daya saing industri Sepatu Indonesia dan menetapkan strategi bersaing yang harus dikembangkan PT. Sepatu Bata dalam menghadapi persaingan dalam industri sepatu.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menitik beratkan pada penggunaan alat analisis Iingkungan persaingan untuk melihat keunggulan dan kelemahan perusahaan, dihubungkan dengan peluang dan ancaman yang ada. Teknik atau alat analisis utama yang digunakan adalah analisis atas 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dan analisis rantai nilai. Analisis dilakukan atas data primer yang berasal dari Iaporan intern perusahaan, dan wawancara dengan berbagai pihak ekstern. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari studi kepustakaan, maupun informasi Iainnya yang terkait dengan penelitian ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelemahan utama PT. Sepatu Bata adalah sistim birokrasi dimana setiap keputusan dalam penentuan model sepatu yang akan diproduksi harus mendapat persetujuan dari induk organisasinya rganisasinya Bata Shoe Organization, Canada. Kelemahan Iainnya adalah kurangnya kesadaran karyawan di bagian produksi terhadap kualitas produk yang dihasilkan akibat mengejar target produksi. Hal ini membuat perusahaan tertinggal dari industri sepatu Iainnya dalam menghasilkan model-model sepatu terbaru. Standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan telah teruji dengan baik khusunya untuk sepatu ekspor, tetapi untuk konsumen dalam negeri karyawan biasanya kurang teliti dalam mengerjakan pembuatan sepatu tersebut. PT. Sepatu Bata saat ini berkonsentrasi untuk melayani segmen sepatu anak-anak, sepatu olah raga dan sepatu untuk orang dewasa. Sepatu yang menguasai pasar adalah sepatu anak-anak dan alas kaki yang harganya relatif berdaya saing dan mutu disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen dalam negeri.
Untuk mencapai pertuanbuhan usaha sebagaimana digariskan, maka PT. Sepatu Bata harus mampu mengantisipasi persaingan dimasa yang akan datang dan memperbaiki pasisi bersaingnya dengan mengatasi kelemahan diatas. Adapun strategi yang harus dikembangkan adalah strategi konsentrasi, perluasan pasar, dan diversifikasi produk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>