Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Aryono Hendarto
"Background: low-grade chronic inflammation in obese individuals contributes to the development of lipid abnormality and insulin resistance. Vitamin E has antioxidant and insulin-sensitizing properties, mediated by adiponectin. In this study, we aimed to evaluate the effect of vitamin E supplementation on lipid profiles and adiponectin levels in obese adolescents.
Methods: this was a randomized, double-blind, controlled study. Obese adolescents aged 14-18 years, with no history of taking anti-obesity or antioxidant drugs, were recruited and randomized into two groups: vitamin E and placebo. The dose of vitamin E was 400 IU/day. Intervention was administered for two months. Lipid profiles and adiponectin levels were measured at baseline and after intervention. Primary outcomes were analyzed using the per-protocol analysis principle. Statistical analysis was performed using the independent t-test or the Mann-Whitney U test.
Results: a total of 66 subjects completed the intervention study, 34 in the vitamin E group and 32 in the placebo group. Lipid profiles and adiponectin levels at 2 months after intervention did not differ significantly between the two groups. Changes from the baseline level were also not significantly different between the two groups and were inconsistent from one subject to another.
Conclusion: in obese adolescents, vitamin E supplementation of 400 IU/day for 2 months does not significantly affect lipid profiles and adiponectin levels.

inflamasi kronik derajat rendah pada obesitas menyebabkan abnormalitas lipid dan resistensi insulin. Vitamin E mempunyai efek antioksidan dan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dengan perantara adiponektin. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek suplementasi vitamin E terhadap profil lipid dan kadar adiponektin pada remaja dengan obesitas.
Metode: penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda. Remaja obesitas berusia 14-18 tahun tanpa riwayat konsumsi obat-obatan antiobesitas atau antioksidan diikutsertakan dalam penelitian ini. Mereka dibagi menjadi dua kelompok menggunakan metode randomisasi: kelompok vitamin E dan plasebo. Dosis vitamin E yang digunakan adalah 400 IU/hari. Intervensi diberikan selama 2 bulan. Profil lipid dan kadar adiponektin diukur sebelum dan setelah pemberian intervensi. Hasil utama dianalisis menggunakan prinsip “per-protocol analysis”. Analisis statistik menggunakan uji t independen, dan uji Mann-Whitney U sebagai alternatifnya.
Hasil: sebanyak 66 subyek menyelesaikan penelitian, terdiri dari 34 subyek pada kelompok vitamin E dan 32 subyek pada kelompok plasebo. Profil lipid dan kadar adiponektin setelah intervensi selama 2 bulan tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Perubahan parameter-parameter tersebut dari nilai dasar juga tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok dan tidak konsisten dari satu subyek ke subyek lainnya.
Kesimpulan: pada remaja dengan obesitas, suplementasi vitamin E dengan dosis 400 IU selama 2 bulan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profil lipid dan kadar adiponektin.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2019
610 UI-IJIM 51:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Karera Aryatika
"ABSTRAK
Di Indonesia, prevalensi kelebihan berat badan pada remaja umur 16-18 tahun meningkat dari 1.4 persen 2010 menjadi 7.3 persen 2013 . Obese pada tubuh memicu timbulnya ldquo;chronic low grade inflammation rdquo; dalam jangka waktu yang lama. Diet merupakan faktor penting yang mengatur kondisi inflamasi dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat inflamasi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh remaja dan hubungannya dengan status gizi mereka di kabupaten Trenggalek. Studi perbandingan potong lintang dengan subjek remaja terdiri dari 152 kelebihan gizi dan 151 normal dilaksanakan di kabupaten Trenggalek. Variabel bebas dari inflamasi pada makanan diukur menggunakan ldquo;dietary inflammatory index rdquo;. Status gizi remaja dikategorikan menggunakan CDC BMI/U . Data dianalisis dengan ldquo;chi square rdquo; menggunakan SPSS versi 20. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter inflamasi makanan dan status gizi pada remaja p>0.05 . Namun, remaja yang mengkonsumsi makanan yang mengandung pro inflamasi memiliki resiko mengalami kelebihan berat badan 1.16 kali dibandingkan dengan remaja yang mengkonsumsi anti inflamasi adjusted OR 1.16, 95 CI=0.718-1.881 . Makanan yang bersifat pro inflamasi berkaitan remaja dengan gemuk dan obese. Sebaliknya, makanan yang bersifat pro inflamasi berkaitan dengan remaja normal.
ABSTRACT
In Indonesia, prevalence of overnutrition among adolescence aged 16 18 years increase from 1,4 percent 2010 to 7.3 percent in 2013. The state of obesity in the body lead to have chronic low grade inflammation in the long term condition. Diet has been known as an important regulatory factor on inflammatory condition.This study was conducted to capture inflammation contain on foods which consumed by adolescence and observe its association with their nutritional status. A comparative cross sectional study with 152 overnutrition and 151 non overnutrition adolescence in Trenggalek District was involved. Independent variable of food rsquo s inflammation was measured using Dietary Inflammatory Index. Nutritional status of adolescence was categorized using CDC BMI for Age percentils . Data were analyzed with Chi Square using SPSS version 20. There was not significantly difference of food rsquo s inflammatory parameter and nutritional status of adolescence p 0.05 . However, adolescence who consumed highest pro inflammatory foods, had risk to suffer overnutrition 1.16 times compare to adolescence who consumed more anti inflammatory foods adjusted OR 1.16, 95 CI 0.718 1.881 . A pro inflammatory diet the higher dietary inflammatory index score was significantly associated with overweight and obese adolescence. Inversely, anti inflammatory diet the lower dietary inflammatory index score was associated with normal adolescence."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Kelvyn Kristianto
"ABSTRAK
Telah diketahui bahwa rasio platelet dan limfosit (PLR) dan berat badan berlebih berkaitan dengan perjalanan kanker payudara. Maka dari itu, skripsi ini hendak menilai hubungan stadium metastasis dengan PLR pada pasien dengan overweight/obesitas. PLR dinilai pada saat sebelum kemoterapi, setelah kemoterapi, dan kontrol terakhir dalam 6 bulan terakhir pada pasien pre-metastasis dan metastasis yang diperoleh dari data yang terdapat di rekam medis. Terdapat 24 pasien pre-metastasis dan 24 pasien metastasis yang menjadi subjek penelitian. Diperoleh bahwa PLR tidak berhubungan dengan metastasis kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan variasi waktu dan metode pengambilan sampel yang mempengaruhi hitung limfosit dan trombosit

ABSTRACT
Platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) and overweight has known to be related with breast cancer progression. This study is conducted to evaluate the correlation between metastasis and PLR in breast cancer patient with overweight/obesity. PLR is evaluated before chemoteraphy, after chemotherapy, and last control in 6 months in pre-metastasis and metastasis patients, using data from medical record. There are 24 patients with pre-metastatic stage and 24 patients with metastatic breast cancer, and the result shows that there is no significant correlation between metastasis and PLR. Time and method variations in blood sample collection may affect lymphocyte and platelet count."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwantyastuti
"ABSTRACT
Coronary Heart Disease (CHD) morbidity and mortality rate is increasing dramatically in the last 15 years in Indonesia. Available data show that among the contribution factor changes in life style and demographic transition are prominent.
A hypothetical risk factor for CHD is lipid peroxidation, a reaction between oxygen free radical and lipid parts of cell membranes and low density lipoprotein (LDL). Food habit is following a pattern of nutrient and non-nutrient intakes, including fatty acids and antioxidants. Fatty acid intakes determine the susceptibility of the lipid parts of eell membranes and LDL to peroxidation by free radicals. Theoretically, antioxidants will protect against oxidative damage caused by oxygen free radicals. Commercially available and advertised antioxidants such as vitamin E are widely used inspite of limited information on the interrelation between lipid peroxide levels in the Indonesian elderly with CHD risk factors such as food habits, dyslipidemia and obesity.
A two-phase study on the elderly (55-85 years.) guided by the health centers was undertaken in Jakarta. Data for both phases were collected through interviews, anthropometric measurements, blood analysis and blood pressure measurements. Univariate, bivariate and multivariate analysis were done using SPSS and WorldFood 2 programs.
The first phase was a cross-sectional study to see the association between lipid peroxides and fatty acids, vegetables, fruits, tempe intakes, obesity, smoking, dyslipidemia and hypertension. The samples were 394 elderly. The variables
found correlated with lipid peroxides were LDL, intake of mono and poly-unsaturated fatty acids, tempe, and vitamin E. The study showed an increase level of lipid peroxides with age and ethnic differences with the highest level of lipid peroxides among the Minangkabau.
The second phase is a randomized double-blind trial giving 600 mg/day vitamin E supplementation or placebo for 12 weeks to 152 elderly with the high level of lipid peroxides found in the cross-sectional study. The objective was to see if there was a change of lipid peroxide levels after the intervention. The results showed a significant decrease of lipid peroxides level in the vitamin E group compared to placebo after being adjusted with age, waist-hip ratio (WHR), plasma cholesterol, and saturated fatty acids (SAFA) intake. The high density lipoprotein (HDL) was also increased significantly in the vitamin E group compared to placebo group.
Randomized controlled trial taking into account the confounding variables such as age, sex, ethnic, waist-hip ratio, saturated fat intake, carbohydrate intake and plasma cholesterol might be able to elucidate the specific beneficial effect of vitamin E supplementation. Health education and information concerning foods that have effect on lipid peroxidation, such as tempe should be endorsed. More studies should be undertaken to find other food or beverage that have protecting effects against lipid peroxides."
2000
D40
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Syabariah
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Implant Levonorgestrel dan Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) merupakan 2 jenis kontrasepsi hormonal jangka panjang yang hanya berisi derivat hormon progestogen. Penggunaan jangka panjang kontrasepsi tersebut dapat menimbulkan gangguan pola menstruasi (pendarahan endometrium). Salah satu teori mengatakan bahwa gangguan tersebut disebabkan kerapuhan kapiler endometrium, karena tergangguannya keseimbangan metabolisme asam arakidonat. Progestogen meningkatkan metabolisme asam arakidonat jalur epoksigenase yang menghasilkan radikal bebas yang kemungkinan meningkatkan kadar peroksida lipid (oksidan). Di lain pihak, vitamin E diketahui merupakan zat antioksi dan utama dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kontrasepsi progestogen (Implant Levonorgestrel dan DMPA) terhadap keseimbangan oksidan dan antioksidan tubuh melalui pengukuran kadar peroksida lipid dan kadar vitamin E plasma.
Pada penelitian ini diukur dan dibandingkan antara kadar peroksida lipid dan kadar vitamin E plasma sebelum dan sesudah 3 bulan penggunaan kontrasepsi Implant Levonorgestrel, DMPA dan kontrol. Pengukuran kadar peroksida lipid plasma dengan spektrofotometri sedangkan pengukuran kadar vitamin E dengan kromatografi cair kecepatan tinggi (KCKT). Masing-masing tujuh orang wanita calon pengguna kontrasepsi Implant Levonorgestrel dan tujuh orang wanita calon pengguna DMPAdan tujuh orang kontrol diukur kadar peroksida lipid dan kadar vitamin E plasmanya dan pengukuran diulangi setelah 3 bulan penggunaan kontrasepsi. Data dianalisa dengan analisis varians, uji perbandingan lebih dari dua kelompok, setelah sebelumnya diuji normalitas dengan uji Koimogorov-Smirnov dan uji variansi dengan uji Levene statistic.
Hasil dan Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh (1) Kadar peroksida lipid plasma baik sesudah penggunaan kontrasepsi Implant Levonorgestrel maupun DMPA lebih tinggi secant bermakna (p < 0,05), dibandingkan sebelum penggunaan kontrasepsi, (2) Kadar vitamin E plasma sesudah 3 bulan penggunaan kontrasepsi DMPA lebih rendah secara bermakna (p<0,05) dan pada pengguna kontrasepsi Implant cenderung lebih rendah dibandingkan sebelum penggunaan (3) Perubahan peningkatan kadar peroksida lipid plasma pada perlakuan dan kontrol secara statistik tidak berbeda beimakna, dan (4) Perubahan penurunan kadar vitamin E plasma pada perlakuaan dan kontrol juga secara statistik tidak berbeda bermakna (p > 0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Sri Hartati
"Peningkatan stres oksidatif selama penuaan, dianggap sebagai kontributor utama pada proses neuro-degenerasi dan kehilangan neuron, dan merupakan faktor utama dalam patologi penyakit Alzheimer dan penurunan kognitif terkait usia. Vitamin E merupakan antioksidan potensial yang menjadi fokus utama penelitian gangguan fungsi kognitif dan penyakit Alzheimer.
Penelitian potong lintang pada populasi lansia sehat di Kelurahan Cikoko ini dilakukan pada bulan Desember 2014 untuk menilai hubungan antara kadar vitamin E serum dengan fungsi kognitif. Selain itu juga menilai asupan vitamin C dan E dengan metode FFQ. Penilaian fungsi kognitif dengan instrumen MoCA-Ina. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar vitamin E menggunakan metode HPLC. Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan Chi-square. Sebagian besar subyek (75,9%) adalah perempuan dengan usia rata-rata 65 tahun. Sementara, kadar rata-rata vitamin E adekuat, yaitu 21,6 μmol/L.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kadar vitamin E serum dengan fungsi kognitif yang dinilai dengan skor MoCA-Ina. Meskipun berat badan normal hingga obes I menunjukkan hubungan signifikan dengan skor kognitif (r = 0,17 p = 0,026), tetapi tidak ada hubungan signifikan antara asupan vitamin C dengan fungsi kognitif (r = 0,19 p = 0,15) atau antara asupan vitamin E dengan fungsi kognitif (r = 0,04, p = 0.72) pada penelitian ini. Kesimpulan, tidak terdapat hubungan antara kadar vitamin E serum dengan fungsi kognitif.

Oxidative stress increases during ageing, is considered as a major contributor to neuro-degeneration and neuronal loss, and is a primary factor in the pathology of both Alzheimer’s disease and age-related cognitive decline. Vitamin E has been the main focus of investigation in studies of cognitive impairment and alzheimer’s disease during aging as a potent antioxidant.
A cross-sectional study of an elderly population in Cikoko Regency in December 2014 was conducted to evaluate the association between serum vitamin E levels and cognitive function in elderly. Correlation between intakes of vitamin C and E as well as Body Mass Index to the MoCA-Ina scores were also investigated. Fifty four elderly were included in the study and interviewed for their vitamins intake using a Food Frequency Questionnaires (FFQ). Cognitive function was examined by Montreal Cognitive Assessment Indonesian version (MoCA-Ina). Levels of vitamin E serum were assessed by high performance liquid chromatography. Data were analyzed by using the Mann-Whitney and Chi-square test. The majority of the subjects were female (75.9%) with median age 65 years old. While, the median levels of vitamin E was 21.55 μmol/L.
The result of this study showed that there was no association between vitamin E level and MoCA-Ina scores. Although normal weight to obese I was significantly associated with cognitive scores (r = 0,17 p = 0.026), no significant correlation between vitamin C intake and cognitive function scores (r = 0.19 p = 0.15) or between vitamin E intake and MoCA-Ina scores were found in this study (r = 0.04, p = 0.72). In conclusion, there is no association between vitamin E serum and cognitive function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hetherington, John Aikman, 1907-
Melbourne: Cheshire, 1960
920.094 HET a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Charissa
"Latar belakang: Obesitas pada anak dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan. Rekomendasi kebutuhan anak yang digunakan saat ini adalah berdasarkan pedoman gizi seimbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Konseling dan optimasi diet menggunakan linear programming (LP) merupakan salah satu cara yang baik untuk pengaturan kebutuhan anak karena dapat memperhitungkan ketersediaan makanan lokal dan kebutuhan nutrisi anak. Omega-3 memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai antiinflamasi, akan tetapi strukturnya membuatnya rentan terhadap terjadinya peroksidasi. Vitamin e merupakan antioksidan penting dalam menangkal oksidasi asam lemak.
Objektif : Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konseling optimasi asam lemak omega-3 dibandingkan dengan konseling standar sesuai rekomendasi DepkesRI terhadap kadar vitamin E serum pada anak prone obes.
Metode : merupakan penelitian uji klinis dengan intervensi berupa edukasi nutrisi diet optimasi omega-3 pada anak usia 12-24bulan di kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Indonesia. Kelompok intervensi (n=14) dibandingkan dengan kontrol (n=18). Edukasi nutrisi dengan bantuan flipchart dan menu optimasi disusun dengan LP, diberikan sekali seminggu dengan durasi 10 minggu.
Hasil : Mayoritas asupan omega-3 dan vitamin E anak masih cukup, meskipun peranan susu pertumbuhan cukup tinggi. Terdapat peningkatan asupan omega-3 dan vitamin E serta penurunan konsumsi susu formula dengan pemberian LP, meskipun tidak berbeda bermakna. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam perubahan asupan nutrisi dan kadar vitamin E serum sebelum dan sesudah intervensi antar kedua kelompok (p = 0,52). Tidak terdapat perubahan perilaku pemberian makan antar dua kelompok (p>0,05), akan tetapi perilaku pemberian makan sebelum dan sesudah intervensi memiliki perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan : Konseling diet optimasi omega-3 dapat memenuhi dan mempertahankan kebutuhan anak, akan tetapi tidak berbeda bermakna dibandingkan konseling standar.

Background: Children obesity is associated with the increased risk of various health problems. Recommendations for children which are used today are based on balanced nutrition guidelines Indonesian Ministry of Health. Counseling and diet optimization using linear programming (LP) is a good way of managing a child's dietary needs due to its ability to calculate the availability of local food and the nutritional needs of each child. Omega-3 has many benefits, for example as anti-inflammatory and antiobesity, however its structure makes it vulnerable to peroxidation. Vitamin E is an important antioxidant in counteracting the oxidation of fatty acids.
Objective: This study aimed to evaluate the effect of dietary counseling on omega-3 fatty acids optimization towards the vitamin E serum level compared to standard counseling based on recommendations of Indonesian Ministry of Health on children who are prone to obese.
Design: A clinical trial which involves a series of nutrition education sessions targeted to optimize omega-3 diet on children aged 12-24 months in the Pulogadung district, East Jakarta, Indonesia. The intervention group (n = 14) is compared to controls (n = 18). A set of optimized menu, prepared using the LP, was administered and flipcharts were used as demonstration tools during the weekly session, within the period of 10 weeks.
Results: The majority of children show sufficient level of omega-3 and vitamin E intake despite the relatively high contribution of formula milk. There is an increased of omega-3 and vitamin E intakes, in addition to slight decrease in formula milk consumption as the result of the LP program. There were no significant differences in the change of nutrient intakes and the level of vitamin E in blood serum between the two groups, both before and after the intervention (p = 0.52). There is no change in child feeding behavior between the two groups (p> 0.05), whereas the behavior before and after the intervention had a significant difference.
Conclusion: Optimized omega-3 diet counseling could maintain and fulfill children?s needs of nutrient, but there is no significant difference if compared to standard counseling.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susbantarsih
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Hormon steroid telah lama digunakan sebagai alat kontrasepsi pada wanita. Didasarkan pada keberhasilan penggunaan hormon ini pada wanita, maka sekarang sedang dikembangkan untuk digunakan pada pria. Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita dapat meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh. Diduga penggunaan hormon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Bila terjadi peningkatan radikal bebas, diharapkan pemberian vitamin E sebagai antioksidan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk itu, dilakukan penelitian dengan menggunakan model hewan coba yaitu tikus jantan. Untuk penentuan radikal bebas, parameter yang diukur adalah kadar peroksida lipid secara spektrofotometris pada panjang gelombang 531 rim, dan kadar glutation pada panjang gelombang 412 am. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam anova dua faktorial, sebelumnya data diuji normalitasnya dan homogenitasnya.
Hasil dan kesimpulan : Penyuntikan kombinasi hormon TE & DMPA pada tikus jantan tidak meningkatkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, tidak menurunkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, dapat mempertahankan kadar GSH plasma darah (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik dengan kombinasi hormon TE & DMPA, tidak berpengaruh terhadap kadar peroksida lipid tetapi dapat mempertahankan kadar glutation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>