Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25803 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Ramdan, Andalusia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gap yang terjadi
antara corporate culture yang sengaja ditanamkan top level management
(intended) dengan corporate culture yang berkembang saat ini dalam level
manajer (deliberate) dan level karyawan (emergent) serta menjelaskan
pengaruh dari gap tersebut terhadap basis daya saing. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survei dengan mengambil studi kasus pada PT
Perkebunan Nusantara VIII (Persero) salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bargerak di bidang agrobisnis dan agroindustri.
Sampel diambil secara random yang berstrata secara tldak
proporsional (disproportionate stratined random sampling) darl tiga
wilayah sebanyak 180 Sampel yang terdiri dari 22 manajer dan 158
karyawan. lnstrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah Organréational Culture Profile (OCP), untuk mengetahui corporate culture
yang saat ini berkembang pada level karyawan dan manajer (emergent
versus deliberate). Untuk mengukur variabel-variabel tersebut digunakan
t-test dan Analysis Of Variance (ANOVA). Sedangkan untuk top level
management (Intended) tidak dilakukan pengujian dengan OCP, namun
menggunakan corporate culture yang sudah sengaja ditanamkan.
Dart hasil penelitian, diketahui bahwa karyawan dan manajer di
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) menyatakan bahwa dari 7 (tujuh)
faktor yang ada dalam nilai-nilai corporate culture yang sengaja
ditanamkan oleh top level management (intended), hanya terdapat 3 (tiga)
faktor yang sudah tertanam kuat dalam level manajer dan karyawan. 3
(tiga) faktor yang sudah tertanam kuat tersebut adalah faktor 1 (inisiatit),
faktor 3 (kejujuran) dan faktor 5 (onentasl kerja tim). Sedangkan gap yang
tedadi sebanyak 4 (empat) faktor yaitu pada: faktor 2 (orientasi pada
kepentingan pegawai), faktor 5 (kemauan bereksperlmen), faktor- 6
(penekanan pada kualitas) dan faktor 7 (orientasi pada peraturan).
Secara umum dapat dinyatakan bahwa dengan adanya 4
(empat) gap faktor yang terjadi tersebut maka usaha top level
management PT Perkebunan VIII (Persero) untuk membangun corporate
culture masih memlliki kelemahan-kelemahan yang mendasar sebagai
basis daya saing."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Eka Nugraha
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gap yang terjadi
antara kepemimpinan yang ada pada top level rnanagement (intended)
dengan teaming organization yang berkembang di organisasi ini, termasuk
di dalamnya level manajer (deliberate) dan level karyawan (emergent)
serta menjelaskan pengaruh dari gap tersebut terhadap basis daya saing.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan mengambil studi
kasus pada Otonta Batam Salah satu Badan Otorita untuk kawasan Pulau
Batam dan sekitarnya yang berada Iangsung di bawah Presiden.
Sampel diambil secara random yang berstrata secara tidak
proporsional (disproportionate stratified random sampling) dari dua
wilayah sebanyak 153 sampel yang terdiri dan 2 manajer dan 151
karyawan. Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah Leaming Organizational Profile (LOP), untuk mengetahui pembelajaran
yang saat ini berkembang pade level karyawan dan manajer (emergent
versus deliberate) dan principles of developmental leadership questionare
untuk mengetahui kepemimpinan yang seat ini berkembang pada level
pimpinan (intended). Untuk mengukur variabel-vanabel tersebut
digunakan skala licked.
Dan hasil penelitian, diketahui bahwa kafyawan dan manajer di
Otorita Batam tingkat pembelajarannya masih di_ bawah rata-rata dar_i
standar yang diuji oleh Marquardt dan tingkat kepemimpinan di Otorita
Batam pun masih kurang dari standar nilai menurut J.W. Gilley oleh
karena itu, secara umum dapat dinyatakan bahwa dengan adanya
standar yang masih di bawah rata-rata, maka. usaha top level
management Otorita Batem untuk membangun leaming organization dan
kepemimpinan masih memiliki kelemahamkelemahan yang mendasar
sebagai basis daya saing."
2001
T5257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Agung Handayani
"ABSTRAK
Persaingan dalam industri otomotif menjadi semakin ketat, hal ini terlihat dari
usaha yang dilakukan oleh para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merck) dan lmportir
Umum (lU) dalam mengembangkan produk lokal yang sudah ada di pasar juga dalam
meluncurkan mobil-mobil baru baik yang dirakit di Indonesia maupun diimpor Iangsung
dari luar negeri.
Persaingan industri otomotif yang ketat ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah yang sangat fundamental yaitu yang berkaitan dengan dikeluarkannya
keputusan penurunan tarif bea masuk (BM) dan Pajak Barang Mewah (PPnBM) bagi
impor mobil dalam kondisi (Completly Built Up (CBU) dan Completely Knock Down
(CKD). Selain itu juga dilakukan perubahan kebijakan mengenai tata niaga impor
kendaraan bermotor dimana impor otomotif CBU diserahkan ke Importir Umum (lU)
tidak lagi kepada Importir Produsen (IP) atau ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek).
Kebijakan pemerintah lainnya juga termasuk penurunan tarif bea masuk mengenai
penurunan tarif bea masuk untuk komponen kendaraan bermotor.
Kebijakan lain yang membuat persaingan dalam industri otomotif menjadi
semakin kuat adalah dengan diberlakukannya Undang-undang Perlindungan konsumen
No. 8 tahun 1999 sejak 20 April 2000, yang mengatur hak dan kewajiban konsumen dan
produsen. Kebijakan ini menuntut dunia usaha, termasuk pelaku bisnis otomotif untuk
dapat menyajikan kualitas produk dan pelayanan yang profesional kepada konsumen.
PT Toyota-Astra Motor sebagai salah satu perusahaan otomotif hasil kerjasama
PT Astra-International Tbk. dan Toyota-Motor Corporation (TMC), yang memiliki
lingkup usaba bukan hanya rnemproduksi mobil-mobil merek Toyota di Indonesia,
melainkan sebagai pemegang lisensi, ímportir, perakit dan distributor kendaraan
bermotor bermerek Toyota, juga sebagai pembuat mesin dan pengekspor komponen dan
kendaraan Toyota. Komitmen yang tinggi untuk memberikan kualitas pelayanan yang
terbaik kepada pelanggan tertuang dalam Toyota Quality Service (TQS) sebagai konsep
Toyota yang diterapkan selama ini untuk memberikan kualitas produk, kualitas jaringan
pemasaran, kualitas layanan purna jual yang terbaik dan selalu berorientasi kepada
kepuasan pelanggan.
Sebagai usaha dalam mempertahankan pelanggannya, maka pengetahuan
mengenai kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan Toyota merupakan suatu hal yang
sangat penting karena kepuasan pelanggan pada akhimya akan membawa pada loyalitas
terhadap merek brand (Brand Loyalty) yang memberikan keuntungan jangka panjang
pada perusahaan.
Dari hasil penelitian ini kemudian dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, terdapat 3 alasan utama pelanggan memilih Toyota sebagai kendaraaan barunya
yaitu performa/penampilan produk, mutu dan ketahanan produk, dan kemudahan
mendapatkan suku cadang.
Kedua, terdapat 23 elemen kepuasan pelanggan yang díberikan oleb Toyota pada saat
kepemilikan kendaraan baru yang dikelompokan menjadi 5 kategoni kepuasan
pelanggan yaitu ruang pamer (showroom), proses pembelian, proses penyerahan
kendaraan, aktivitas tindak lanjut dan tentang Toyota baru Anda.
Ketiga, dari 23 elemen kepuasan pelanggan tersebut masalah ketepatan janji wiraniaga
tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan penyerahan kendaraan, dan
kemudahan dalam proses pembelian merupakan hal yang sangat penting bagi
pelanggan.
Keempat, terdapat tiga nilai rata-rata kepuasan tertinggi adalah kepuasan terhadap produk
itu sendiri yang meliputi kepuasan terhadap peralatan mekanik, kondisi bagian
luar kendaraan dan bagian dalam kendaraan.
Kelima, tiga nilai rata-rata terendah menunjukkan ketidakpuasan pelanggan terhadap
ketepatan janji wiraniaga tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan
penyerahan kendaraan, dan kemudahan dalam proses pembelian.
Keenam, 71 % pelanggan kendaraan baru Toyota merasa cukup puas karena
ditindaklanjuti oleh wiraniaga Toyota 1 minggu setelah kendaraan diserahkan
kepada pelanggan.
Ketujuh, 56.5 % pelanggan pasti merekomendasikan kendaraan Toyota kepada teman
teman, sahabat, kerabat dan keluarga pelanggan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Marga Anggraeni
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Lebih dari 15 tahun PT Krakatau Steel telah menikmati fasilitas monopoli yang diberikan pemerintah baik dibidang pengadaan bahan baku maupun dibidang pemasaran. Pada awalnya fasilitas ini diberikan dengan alasan karena PTKS merupakan industri baja pertama dimana bahan bakunya yang berupa pellet dan Bijih besi hams diimpor dari luar negeri, sehingga diperlukan perlindungan dengan harapan daiam waktu tertentu sudah dapat menikmati keuntungan dan pada saat itu proteksi sedikit demi sedikit mulai dilepas.
Dalam kenyataannya PTKS masih terus mendapatkan proteksi sehingga tahun 1988 dengan alasan PTKS masih merupakan satu-satunya produsen baja didalam negeri karena adanya hambatan (Barrier to Entry) berupa investasi yang tinggi bagi pendatang bam untuk masuk daiam bisnis ini. Proteksi yang terus menerus ini membuat PTKS terlena dengan segala fasilitasnya, sehingga tidak lagi memperhatikan kemampuan untuk bersaing dipasar, karena tanpa hams memperhatikan kebutuhan dan keinginan pasar, konsumen dapat dipastikan akan membeli dari PTKS. Pada saat itu PTKS lebih banyak berorientasi pada produksi dan tidak memperhatikan aspek pemasarannya.
Adanya pembahan lingkungan usaha yang dipicu oleh Globalisasi dan Liberalisasi telah memaksa PTKS merubah pola bisnisnya untuk melepaskan ketergantungannya pa
meningkatkan daya saing industri hilir. Dengan keluarnya kebijaksanaan deregulasi telah menyebabkan meningkatnya jumlah produk impor yang masuk kepasar dalam negeri dan hal ini merupakan pukulan bagi PTKS karena tidak peraah terbayangkan oleh PTKS sebelumnya akan kehifangan pangsa pasar didalam negeri yang selama ini merupakan tempat pelemparan hasil produk dari PTKS. Disamping itu telah menjadikan pasar baja sebagai "Buyer Market" dan bukan lagi sebagai "Seller Market" seperti pada masa monopoli dulu.
Untuk dapat meningkat pangsa pasarnya atau minimal mempertahankannya, PTKS harus merubah strategi pemasarannya yang tadinya berorientasi pada produk keorientasi pemasaran. Perubahan ini harus diiringi oleh pengetahuan tentang kebutuhan dan keinginan dari konsumen, karena tanpa mengetahui "needs and wants" dari konsumen tidak mungkin untuk dapat memenangkan persaingan (pesaing disini adalah produk impor). Agar PTKS dapat memenangkan persaingan dikandang sendiri terutama melawan produk impor, maka diperlukan suatu strategi pemasaran yang jitu, yang dapat meningkatkan daya saingnya dimata konsumen. Melalui survey / penelitian Kepuasan pelanggan yang dilakukan minimal sekali dalam 1 tahun maka PTKS akan dapat mengetahui :
- Hasil kerja/performance PTKS dimata konsumennya selama ini.
- Apa yang telah dilakukan kompetitor terhadap konsumen sehmgga PTKS kalah bersaing, dengan kata lain konsumen lebih memilih membeli dari pesaing dari pada PTKS.
- Keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga PTKS akan memberikan pelayanan yang dapat meningkatkan kepuasan tersendiri bagi konsumen.
11
- Mengetahui dengan pasti faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli, sehingga untuk memenangkan persaingan PTKS membedakan cara memberikan pelayanannya pada tiap segmen.
- Keunggulan serta kelemahan PTKS dalam melayani konsumennya, dan segera memperbaikinya untuk dapat memenangkan persaingan.
Dengan demikian hasil penelitian kepuasan pelanggan akan dapat memberikan gambaran tentang kekuatan serta kelemahan perusahaan, sehingga dengan adanya perubahan Hngkungan usaha yang disatu sisi dapat merupakan ancaman dan di sisi lain merupakan peluang, akan memudahkan perusahaan untuk menyusun strategi agar dapat memenangkan persaingan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudi Dwi Saptadi
"Era Informasi, telekomunikasi dan komunikasi, ternyata maju lebih dahulu dari era globalisasi dilain bidang, meskipun acuan perdagangan bebas berlaku pada awal abad 21, namun bila dicermati era informasi lebih pesat maju ketimbang perdagangan bebas itu sendiri. Informasi merupakan sendi yang tak terpisahkan dari masyarakat dimanapun didunia ini, namun bidang ini mutlak masih dikuasai negara-negara maju, yang menjadikan informasi sebagai sarana penjajahan model baru oleh masyarakat maju dan modern. Lain halnya dengan negara-negara berkembang baru mengantisipasi dalam periode 25 tahun berselang dan teknologinya baru dikuasai sekitar 10 tahun, jelas sangat tertinggal jauh dengan negara-negara maju. Negara-negara berkembang masih disibukkan dengan persoalan Suku; Agama, Ras dan Antar-Galongan serta politik dan ekonomi dan penegakkan hukum yang berkepanjangan tiada habisnya, dimana antara kepentingan pribadi dan umum tidak dapat dipisahkan.
Penulis dan Peneliti mengkonsentrasikan pada penerbitan suratkabar bukan media elektronik, karena surat kabar merupakan suatu kernasan produk yang unik, yakni sebagai penyebaran informasi, harga yang wajar, mencerdaskan bangsa dan aspek peiklanan sebagai tulang punggung mereka, sehingga penerbitan surat kabar berdiri diantara dua kepentingan yakni kepentingan pembaca dan bisnis, sehingga dikotomi penerbitan muncul sehingga sulit untuk menerapkan manajemen modern dalam perusahaan/ organisasi penerbitan, belum lagi budaya organisasi menjadikan pembeda antar organisasinya.
Penelitiaan tersebut dibantu oleh konsep-konsep pemasaran umum karena daya saing mengacu pada segi konsep pemasaran, maka banyak diulas teoriteori pemasaran dan Phillip Kotler, Walker-Boyd-Larreche, Michael E Porter, dan Donald E. Schultz Penulis dalam hal ini rneneliti pada 6(enam) surat kabar harian di Jakarta, agar tidak terlalu lama penelitian tersebut, karena keterbatasan dana dan wallctu maka diambil sampel dari 6 (enam) suratkabar, yakni harian Kontpas. Media Indonesia, Bisnis Indonesia, The Jakarta Post, SuaraKarya, dan Republika. Harian-harian tersebut diatas, oleh peneliti dijadikan obyek penelitian karena membuktikan tingkatan umum persaingan dan menggunakan sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh penulis serta bantuan penelitian independen dari Laporan Survey Research Indonesia (SRI) dan PT. Surindo Utama-Jakarta. Tingkatan dari Laporan ini kami anggap memenuhi kualifikasi peneliti karena pada dasarnya kami menguji teed NICHE tersebut dengan data data yang telah ada sebelumnya dimana daya saing ditentukan oleh tiga (3) Tipe kriteria yang telah ditentukan dalam teorinya yakni : Tipe Pembaca, tipe penerimaan iklan dan tipe berita yang disajikan, sehingga tiap periode waktunya tidak sama dan pendeknya survey yang dilakukan, sengaja penulis lakukan demikian untuk alasan segi penghematan dan studi lanjutan, bilamana memungkinkan ke tingkat program Doktoral.
Dari Analisa perbitungan dengan manual, atas teen Niche tersebut kami juga rnenggunakan model metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan melakukan program dengan komputer, atas uji 10 kriteria utama yang telah ditentukan dan tidak terlepas dari rantai nilai generilcnya Michael E. Porter dalam bukunya Keunggulan bersaing, Ternyata dari Dua (dua) model tersebut masing-masing memperkuat dan saling mengisi atas kekurangan model-model diatas yakni antara Teori NICHE dan Metode Perbandingan Eksponensial.
Untuk hasil yang optimal, penelitian tersebut perlu diikuti dengan survey mendalam dan luas jangkauannya untuk mencapai basil yang memuaskan dan minimal mendekati kebenaran. Alas kerendahan Kati sebagai insan akademik penulis memohon saran dan kritik atas tesis tersebut semoga menjadikan marifaat kiranva dikemudian hari."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-8873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Kasim
Depok: UI-Press, 1998
PGB 0076
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ali Ramdhani
"ABSTRAK
Peningkatan teknologi, khususnya pada bidang teknologi informasi memberikan dampak
yang signifikan terhadap perubahan tata kehidupan dunia. Dimensi kreativitas dan inovasi
memainkan penting dalam meningkatkan kapasitas ekonomi suatu negara. Quad Helix
merupakan sistem kolaborasi yang memberikan dorongan pada tumbuhnya industri kreatif
dan inovatif . Tujuan penulisan ini adalah membahas tentang implementasi Quad Helix yang
dibingkai dalam konsep sismennas sebagai upaya peningkatan daya saing bangsa."
Jakarta : Biro Humas Settama Lemhannas RI , 2019
321 JKLHN 39 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>