Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Daniel, Wayne W.
Jakarta: Gramedia , 1989
519.5 DAN at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Triton Prawira Budi
Yogyakarta: Andi , 2006
005.55 TRI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka Catherine Natauli Siborutotop
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi dari pasar saham di Indonesia dan apakah kondisi pasar mengikuti Efficient Market Hypothesis (EMH) atau Adaptive Market Hypothesis untuk tahun 2000-2019. Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian random walk dan martingale untuk menentukan apakah terdapat bukti dari EMH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia bersifat inefisien berdasarkan EMH dan terdapat perubahan dalam tingkat dan periode efisiensi serta inefisiensi pasar. Sebagai analisis lebih lanjut, dilakukan pengujian rolling variance ratio untuk menentukan apakah AMH dapat menjelaskan kondisi pasar saham dengan lebih baik. Berdasarkan hasil yang didapat, periode inefisiensi pasar terjadi pada periode yang sama dengan terjadinya peristiwa besar pada tingkat global dan domestik. Dari keseluruhan hasil analisis, pasar saham Indonesia lebih konsisten dengan AMH.

This paper examines the degree of market efficiency in Indonesian Stock Exchange and whether it follows either the Efficient Market Hypothesis (EMH) or the Adaptive Market Hypothesis (AMH) for the year 2000-2019. In this study, the approach of random walk hypothesis and martingale were tested to determine if EMH is evident. The result of this study shows that the Indonesian stock market is inefficient based on EMH, but rather having successive periods of efficiency and inefficiency. For further analysis, a rolling variance ratio test approach was applied to find if AMH can provide a better understanding of the stock market. Based on the results, the periods of market inefficiency also coincide with major events that occur on both global and domestic level. Of the overall analysis, results are more consistent with AMH.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Harjanto Setiawan
"ABSTRAK
lndustri Real Estat mengalami fluktuasi yang hebat antara tahur1 1993-
1999. Semaraknya industri ini dimulai pada tahun 1993 yang ditandai dengan
banyaknya pameran-pameran real estat di Jakarta yang menawarkan berbagai
macam produk properti seperti kawasan perumahan, kondominium, komplek
perkantoran, kawasan wisata, kawasan agrowisata dan juga resort terpadu. Namun
kondisi booming ini tidak bertahan lama, dengan terjadinya kelesuan pada tahun
1996 hingga tahun 1997 dimana mulai terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Dan
akhirnya terjadilah yang dinamakan property crash di tahun 1998, dim ana hampir
seluruh pengembang mencatat kerugian.
Krisis industri real estat di tahun 1998 diawali oleh krisis likuiditas akibat
turunnya permintaan, kemudian diperparah dengan meningkatnya jumlah hutang,
kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri, dan depresiasi nilai rupiah terhadap
dollar AS yang terus berfluktuasi. Dengan hilangnya kepercayaan investor dan
spekulan terhadap prospek investasi merupakan faktor yang menambah semakin
memburuknya pasar modal di Indonesia. Hal ini kemudian menjalar langsung
pada krisis permodalan yang dihadapi oleh pihak perbankan. Walaupun Bank
Indonesia (BI) telah mengeluarkan pedoman restrukturisasi kredit, namun hingga
saat ini belum tampak dengan jelas bagaimana mekanisme yang akan ditempuh
oleh perbankan dalam menyelesaikan hutang para pengembang nasional.
Kondisi krisis pada industri real estattersebut tidak akan berlangsung terus
menerus, dengan total penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 210 juta
jiwa, kebutuhan akan real estat akan terus ada. Dengan serangkaian program
reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah yang baru untuk memulihkan
kepercayaan investor, seperti penyehatan sektor perbankan, kebijakan moneter
dan berbagai deregulasi di sektor riil, diharapkan kondisi perekonomian Indonesia
akan kembali membaik, dan juga industri real estat pun akan kembali meningkat.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah melihat trend yang terjadi
pada bisnis real estate selama tahun 1994-1999, yang diikuti dengan penilaian
pasar modal Indonesia terhadap fluktuasi yang terjadi di industri real estat melalui
penerapan Arbitrage Pricing Theory (APT) dan kemudian menentukan faktorfaktor
apa saja yang mempengaruhi pembelian saham di sektor real estat oleh
investor yang rasional.
Secara teoritis, Arbitrage Pricing Theory (APT) menggunakan pemikiran
yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik
yang identik tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda. Konsep yang digunakan
adalah hukum satu harga (the law of one price). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda, maka akan
terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva dengan
harga yang lebih tinggi di tempat lain sehingga memperoleh laba tanpa resiko.
Dan penggunaan Arbitrage Pricing Theory (APT) ini akan sangat
bermanfaat kalau kita bisa mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor
makro ekonomi, mengukur expected return masing-masing faktor tersebut dan
juga mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut.
Dalam penelitian ini, juga akan diteliti faktor-faktor yang mendasari
investor yang rasional dalam membeli suatu saham. Secara umum keputusan
pembelian saham oleh seorang investor yang rasional, akan mempertimbangkan
berbagai aspek ekonomi perusahaan (faktor-faktor fundamental), antara lain :
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba di masa yang akan datang, rasio-rasio
keuangan perusahaan, kondisi ekonomi nasional (seperti tingkat suku bunga
dan tingkat inflasi), kebijakan-kebijakan pemerintah dan juga kebijakan direksi
perusahaan.
Setelah melalui proses pengumpulan sejumlah data-data sekunder dari
berbagai sumber, yang dilanjutkan dengan perhitungan rasio-rasio keuangan yang
diperlukan, dan akhirnya dengan penggunaan software statistik SPSS 9.0
didapatkan hasil seperti berikut ini.
Sejak awal tahun 1995 sampai dengan pertengahan tahun 1998, telah
terjadi trend menurun pada harga saham di sektor real estat dan juga terdapat bukti
parsial mengenai kemungkinan ketidakefisienan pasar saham sektor properti.
Variabel Laba didapatkan mempengaruhi harga saham real estat secara
signifikan dan berkorelasi positif. Hal ini menunjukkan pengelolaan secara baik
perusahaan real estat oleh pihak manajemen akan tercermin pada tingkat laba
yang tinggi sehingga mendorong investor yang rasional untuk melakukan
investasi dan tercermin pada peningkatan harga saham yang tinggi juga.
Didapatkan juga variabel Return On Investment (ROI) mempengaruhi return
saham secara signifikan dan berkorelasi positif. Dengan tingginya nilai ROI ini
menunjukkan seberapa efektif pihak manajemen perusahaan real estat dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada (aktiva perusahaan) untuk menciptakan
laba yang kemudian tercermin pada return saham yang tinggi pula. Sehingga
kedua variabel tersebut sangat memegang peranan penting bagi investor dalam
melakukan investasi di bidang real estat.
Dengan melakukan penelitian lanjutan didapatkan juga variabel Earning
Per Share memberikan hasil yang signifikan dan berkarelasi pasitif dalam
mempengaruhi harga saham perusahaan real estat. Dengan nilai Earning Per
Share yang tinggi menunjukkan earning yang didapatkan aleh pemegang saham
untuk setiap lembar saham yang dimilikinya tinggi juga dan menandakan
kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih
dari setiap lembar sahamnya yang kemudian tercermin dari tinggi tingkat harga
saham. Dari penelitian lanjutan ini didapatkan pula return saham dipengaruhi
secara signifikan aleh variabel Price Earning Ratio yang berkarelasi secara
positif. Semakin tinggi nilai PER berarti harga pasar dari setiap lembar saham
akan semakin baik.
Adapun hasil pengujian karelasi rasia-rasio keuangan perusahaan real estat
sebagian besar memberikan hasil sesuai dengan hipatesis. Rasia likuiditas
memberikan karelasi yang pasitif terhadap harga dan return saham yang
menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya maka semakin tinggi pula harga dan return saham
perusahaan tersebut. Rasia hutang memberikan karelasi yang negatif terhadap
harga dan return saham yang menunjukkan perusahaan yang mempunyai rasia
leverage yang rendah akan mempunyai risika kerugian lebih kecil ketika keadaan
ekonomi merosot, dan mempunyai kesempatan memperoleh laba lebih rendah
ketika ekanami melanjak menjadi baik. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai
leverage tinggi, mempunyai risika menanggung rugi besar ketika keadaan
ekanami merasat tetapi mempunyai kesempatan memperaleh laba besar ketika
keadaan ekanami membaik. Rasia aktivitas memberikan karelasi yang aditif
terhadap harga dan return saham, sehingga semakin efektif operasi perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada maka semakin tinggi harga
dan return saham perusahaan tersebut. Rasia profitabilitas dan market ratio
memberikan korelasi yang positif terhadap harga dan return saham, sehingga
scmakin efektif operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka akan
memberikan peningkatan pada harga saham dan return saham.
Adapun kenaikan bunga dan tingkat inflasi memberikan pengaruh yang
negatifterhadap perkembangan harga saham dan return saham di sektor real estat.
Pengaruh negatif dalam hal kenaikan bunga adalah sesuai dengan hipotesis
scmula. Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh
oleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. Semakin tinggi tingkat
bunga perbankan, akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya pada
investasi di perbankan, dan menyebabkan penurunan harga & return saham.
Sedangkan pengaruh negatif untuk tingkat inflasi memberikan hasil yang
berlawanan dengan hipotesis semula.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suharyono
"Pesatnya perkembangan Telekomunikasi di Indonesia telah menyebabkan persaingan yang ketat antar operator. Perang tarif antar operator kini semakin memprihatinkan, Pemerintah berinisiatif mengatur tarif ini dengan kebijakannya yaitu perubahan skema tarif interkoneksi yang efektif berlaku mulai 1 April 2008. Dengan perubahan skema tarif ini diharapkan menghilangkan dugaan terjadinya monopoli tarif, sehingga operator kecil pun dapat bertahan dengan persaingan yang ada. Berbagai promosi pun di gelar oleh operator dalam meraih pasar, dengan skema tarif yang baru ini tarif percakapan terkadang lebih murah dari tarif SMS.
Dengan perubahan skema tarif interkoneksi oleh pemerintah ini juga akan di lihat apakah terjadi pergeseran kepadatan trafik voice dengan SMS. Hal ini dikarenakan selisih tarif voice dan SMS yang terkadang pada suatu kondisi lebih murah tarif voice jika dibandingkan dengan tarif SMS. Ditambah lagi dengan maraknya promo yang digelar oleh operator dalam menarik pelanggan sebanyakbanyaknya. Perhitungan dilakukan di 5 kota di Jawa Tengah pada Bulan September dan Oktober 2007 dibandingkan dengan periode sama pada tahun 2008 serta bulan Januari 2008 dibandingkan dengan Juli 2008 untuk mewakili kondisi trafik 3 bulan sebelum dan sesudah perubahan skema tarif.
Dari hasil perhitungan dan diperkuat dengan analisis statistik non parametrik chi square didapatkan bahwa Jumlah trafik di 5 kota yaitu Purwokerto, Pekalongan, Solo, Semarang dan Yogyakarta pasca perubahan skema tarif interkoneksi oleh Pemerintah menunjukan peningkatan trafik voice yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan trafik SMS, meskipun Trafik SMS masih lebih besar dari trafik voice. Sementara dari sisi revenue operator mengalami peningkatan meskipun ada penurunan tarif, hal ini dikarenakan peningkatan trafik voice dan SMS yang sangat tinggi setelah perubahan skema Tarif Interkoneksi oleh Pemerintah.

Rapid telecommunication development in Indonesia has created through competition among operators. Tariff?s competition among operators becomes campaign competition, Government initiates to regulate this rate's tariff by turning schema of interconnection tariff's policy which effectively valid on April 1st 2008. This tariff schema changing to be intended in which it can omit tariff monopoly, that Minor Operator can keep operating in the hard competition. Almost all of Operators held any kind of promotions through the new tariff schema in which voice conversation is cheaper than SMS tariff.
Since the changing on interconnection tariff schema, that can be shown whether there is a significant friction on voice traffic compared to SMS traffic, due to condition where voice tariff is cheaper than SMS. Moreover, the situation is festive by any kind of promotion that being held by Operators to get more customers. Computation held at 5 cities in Central Java from September 2007 to October 2007 compared to same period on 2008 along with the result on January 2008 compared to July 2008 in representing traffic condition past three months and after the changing.
From the result of reckoning and analytic statistic of non parameter chi square can be known that amount of traffic in 5 cities such Purwekerto, Pekalongan, Solo, Semarang and Yogyakarta, after the changing of schema interconnection tariff by government showing that voice traffic increases significantly compared to SMS traffic, although SMS traffic is still higher than voice traffic. Meanwhile, due to increments of voice and SMS traffic significantly after the changing, revenue of Operator increases drastically though there are tariff decreasing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26028
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suharyono
"Pesatnya perkembangan Telekomunikasi di Indonesia telah menyebabkan persaingan yang ketat antar operator. Perang tarif antar operator kini semakin memprihatinkan, Pemerintah berinisiatif mengatur tarif ini dengan kebijakannya yaitu perubahan skema tarif interkoneksi yang efektif berlaku mulai 1 April 2008. Dengan perubahan skema tarif ini diharapkan menghilangkan dugaan terjadinya monopoli tarif, sehingga operator kecil pun dapat bertahan dengan persaingan yang ada. Berbagai promosi pun di gelar oleh operator dalam meraih pasar, dengan skema tarif yang baru ini tarif percakapan terkadang lebih murah dari tariff SMS. Dengan perubahan skema tarif interkoneksi oleh pemerintah ini juga akan di lihat apakah terjadi pergeseran kepadatan trafik voice dengan SMS. Hal ini dikarenakan selisih tarif voice dan SMS yang terkadang pada suatu kondisi lebih murah tarif voice jika dibandingkan dengan tarif SMS. Ditambah lagi dengan maraknya promo yang digelar oleh operator dalam menarik pelanggan sebanyakbanyaknya. Perhitungan dilakukan di 5 kota di Jawa Tengah pada Bulan September dan Oktober 2007 dibandingkan dengan periode sama pada tahun 2008 serta bulan Januari 2008 dibandingkan dengan Juli 2008 untuk mewakili kondisi trafik 3 bulan sebelum dan sesudah perubahan skema tarif. Dari hasil perhitungan dan diperkuat dengan analisis statistik non parametrik chi square didapatkan bahwa Jumlah trafik di 5 kota yaitu Purwokerto, Pekalongan, Solo, Semarang dan Yogyakarta pasca perubahan skema tarif interkoneksi oleh Pemerintah menunjukan peningkatan trafik voice yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan trafik SMS, meskipun Trafik SMS masih lebih besar dari trafik voice. Sementara dari sisi revenue operator mengalami peningkatan meskipun ada penurunan tarif, hal ini dikarenakan peningkatan trafik voice dan SMS yang sangat tinggi setelah perubahan skema Tarif Interkoneksi oleh Pemerintah.

Rapid telecommunication development in Indonesia has created through competition among operators. Tariff?s competition among operators becomes campaign competition, Government initiates to regulate this rate's tariff by turning schema of interconnection tariff's policy which effectively valid on April 1st 2008. This tariff schema changing to be intended in which it can omit tariff monopoly, that Minor Operator can keep operating in the hard competition. Almost all of Operators held any kind of promotions through the new tariff schema in which voice conversation is cheaper than SMS tariff. Since the changing on interconnection tariff schema, that can be shown whether there is a significant friction on voice traffic compared to SMS traffic, due to condition where voice tariff is cheaper than SMS. Moreover, the situation is festive by any kind of promotion that being held by Operators to get more customers. Computation held at 5 cities in Central Java from September 2007 to October 2007 compared to same period on 2008 along with the result on January 2008 compared to July 2008 in representing traffic condition past three months and after the changing. From the result of reckoning and analytic statistic of non parameter chi square can be known that amount of traffic in 5 cities such Purwekerto, Pekalongan, Solo, Semarang and Yogyakarta, after the changing of schema interconnection tariff by government showing that voice traffic increases significantly compared to SMS traffic, although SMS traffic is still higher than voice traffic. Meanwhile, due to increments of voice and SMS traffic significantly after the changing, revenue of Operator increases drastically though there are tariff decreasing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40866
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Frans I Budianto
"Berangkat dari pernyataan bahwa "nilai suatu saham dilihat sebagai petunjuk nilai perusahaan", dapat disimpulkan bahwa nilai saham dipengaruhi oleh nilai perusahaan, yang kemudian pada akhirnya juga dipengaruhi oleh performance perusahaan tersebut. Dengan demikian performance perusahaan seharusnya dapat dijadikan petunjuk untuk melakukan investasi dalam saham yang tepat di Pasar Modal. Umumnya yang dijadikan .ukuran performance• perusahaan oleh calon investor adalah Earnings per Share, Return on Investment, dan berbagai perangkat analisa lain yang umumnya menggunakan earnings sebagai dasar perhitungannya. Earnings sendiri mengandung berbagai kelemahan untuk dapat dijadikan sebagai alat analisa. Oleh karenanya penulis mencoba menggunakan pendekatan lain untuk menilai performance perusahaan, yakni Shareholder Value Approach. Untuk itu selain studi pustaka , penulis juga melakukan penelitian terhadap 18 perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Penulis membandingkan secara statistis nilai saham perusahaan dengan performance perusahaan yang dinilai dengan Shareholder Value Approach, untuk periode tertentu (antara 3 - 5 tahun). Kemudian dari data 18 perusahaan sampel tersebut dilakukan pendugaan kondisi pasar. Dari hasil analisa didapatkan 55,56% perusahaan sampel harga sahamnya berbanding lurus dengan performancenya, dan 28,24% perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh perubahan dalam performance perusahaan. Pendugaan terhadap pasar dengan tingkat keyakinan 99% menunjukkan maksimal 78% dari seluruh perusahaan di BEJ harga sahamnya berbanding lurus dengan performancenya, dan pengujian dengan tingkat keyakinan 98% menunjukkan angka maksimal 76%. Sementara pengujian koefisien determinasi pasar menunjukkan dengan tingkat keyakinan 99%, 44% perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh perubahan dalam performance perusahaan. Pengujian dengan tingkat keyakinan 98% menunjukkan angka 42%. Dari hasil uji koefisien determinasi terlihat bahwa walaupun performance perusahaan dapat menjOaskan sebagian perubahan dalam harga saham, tetapi pengaruhnya tidak ,dominan, Antara 56% - 58% perubahan dalam harga saham dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dicakup dalam skripsi ini. Dengan demikian nilai perusahaan , yang merupakan cerminan performance perusahaan, tidak dapat dijadikan satu-satunya alat untuk memprediksi trend harga saham. Seorang investor perlu juga memperhitungkan faktor-faktor lain baik intern (keadaan keuangan, rencana pengembangan skala operasi, kinerja, dan lain-lain) maupun ekstern (prospek perekonomian nasional, tingkat persaingan dengan perusahaan sejenis, ekspektasi dan tingkat optimisme investor, dan lain-lain)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>