Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Martulesy, Lintang
"Pemenuhan kebutuhan akan air bersih merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi perusahaan penyedia air bersih, PDAM. Sebagai bagian dari pemenuhan target nasional Millennium Development Goals (MDG), PDAM Kabupaten Bogor selalu melakukan peningkatan kapasitas pelayanan air bersih. Segala bentuk upaya peningkatan kapasitas pelayanan air bersih ini disebut investasi, yang mana harus menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan, demikian pula PDAM yang notabene adalah perusahaan public goods yang bersifat non-profit. Sehingga dalam hal ini, dibutuhkan suatu analisa kelayakan dalam tahap perencanaan investasi.
Penelitian ini akan melakukan analisa kelayakan suatu investasi. Karena studi kasus yang diambil merupakan perusahaan public goods yang beorientasi sosial, tentunya akan terdapat batasan-batasan untuk pengambilan profit yang terlalu besar. Batasan-batasan inilah yang nantinya akan menjadikan keunikan dari analisa kesensitivan yang juga akan dipaparkan pada penelitian ini. Walaupun studi kasus yang diambil tertuju pada satu proyek, namun diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penelitian-penelitian lain dalam menganalisa investasi pada perusahaan public goods.

Fulfilling the need of clean water is a challenge for companies of water supply, PDAM. As part of the fulfillment of the national target of Millennium Development Goals (MDGs), PDAM Kabupaten Bogor will always upgrade the capacity of water services. All these kind of efforts named investment, which must generate added value for the company, so does public goods company. In this case, it is a need to evaluate the feasibility in planning of investment.
This research will carry out feasibility analysis of an investment. Due to the case study is taken in a public goods company, which is social orientated, certainly there will be restrictions for making an excessive profit. These restrictions will make the uniqueness of sensitivity analysis which will also be presented in this study. Although the case focused on one project, but it is expected could be one of the references for other studies in analyzing investment of public goods company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2010
S51766
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Anindya Wirawan Nugrohadi
"Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat tingkat kemampuan PDAM dalam mengelolan pelayanaan dan penyediaan air bersih di Indonesia terutama di daerah perkotaan. PDAM sebagai Perusaahaan Daerah yang umumnya berada di daerah tingkat H mempunyai tanggung jawab sebagai public utility dan penyumbang PAD dari keuntungan yang diperolehnya sehingga kondisi tersebut berhubungan dengan pengelolaan pelayanan dan penyediaan air bersih yang secara langsung berkaitan juga dengan peran dan campur tangan pemerintah. Metode penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah metode studi pustaka dengan data sekunder. Penelitian ini mengambil kasus PDAM Kotamadya Dati II Bandung karena dapat mewakili permasalahan dan latar belakang PDAM di daerah perkotaan, kota besar, serta Indonesia secara umum. Dengan demikian pokok analisa dalam skripsi ini adalah permasalahaan pengelolaan pelayanan air bersih di Kotamadya Bandung tetapi tetap mengacu serta dikaitkan dengan permasalahan PDAM secara umum di Indonesia. Penelitian yang dilakukan memakai data PDAM Indonesia tahun 1993 sampai tahun 1995 yang sebagian bersumber dari Dirjend PUOD, Depdagri guna melihat latar belakang permasalahan umum PDAM dan penyediaan air bersih di Indonesia. Ciri ciri permasalahan PDAM secara umum kemudian dibandingkan dengan permasalahan kasus PDAM Kotamadya Bandung. Ternyata PDAM Kotamadya Bandung juga memiliki permasalahan yang sama dengan permasalahan PDAM secara umum. Permasalahan tersebut secara garis besar adalah tingkat kehilangan air yang masih tinggi, kondisi keuangan yang buruk (kurang sehat), kelangkaan atau krisis air di daerah perkotaan. PDAM Kotamadya Bandung secara khusus memiliki permasalahan kelangkaan cumber air di Cekungan Bandung selain kondisi keuangan yang masih buruk. Karena permasalahan tersebut, PDAM Kotamadya Bandung tidak dapat melaksanakan fungsinya secara optimal sebagai penyedia kebutuhan air bersih dan tidak memperoleh keuntungan yang seharusnya dapat disumbangkan bagi PAD Pemda Kotamadya Bandung. Kondisi pengelolaan pelayanan air bersih PDAM Kodya Bandung dan PDAM secara umum yang belum optimal berkaitan kondisi penyediaan air bersih secara nasional. Penyediaan air bersih di Indonesia berhubungan dengan peran pemerintah khususnya dalam pembangunan prasarana air bersih yang dilatarbelakangi oleh terbatasnya dana. Disamping itu setiap pemerintah daerah tingkat II yang bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan PDAM tidak memiliki potensi sumber daya air dan sumber daya manusia yang sama kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian PDAM yang tidak tergabung pengelolaannya secara nasional seperti yang ada sekarang tidak mendukung kondisi pelayanan dan penyediaan air bersih secara nasional yang optimal. Artinya kondisi tersebut tidak mencapai tingkat efisiensi baik dari manajemen input air baku maupun penjualan air bersih."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Hidayat
"Seperti halnya BUMN perusahaan-perusahaan daerah seperti PDAM
sebagai salah satu wujud BUMD sering diidentikan sebagai unit usaha yang
tidak efisen. Ketidakefisienan tesebut pada PDAM antara lain ditunjukkan oleh
ketidakmampuan perusahaan menangani permintaan konsumen (cakupan
daerah pelayanan yang masih rendah) walaupun pengelolannya bersifat
monopoli, tingkat kebocoran yang masih tinggi, dan masih adanya kapasitas
yang tidak termanfaatkan (idle capacity).
Ketidakefisienan suatu perusahaan seringkali yang dijadikan tolok ukur
adalah kinerja keuangan. Mengukur kinerja dari aspek keuangan cenderung
mementingkan hasil jangka pendek dan hanya mengukur harta-harta yang
tampak (tangible), kurang memperhatikan harta-harta yang tidak tampak
(intangible). Demikian pula halnya pengukuran kinerja PDAM Kabupaten DT II
Karawang sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
menggunakan kinerja tersebut. Memandang kinerja perusahaan dari aspek
kinerja yang menyeluruh (meliputi harta yang tampak dan tidak) boleh
dikatakan hampir tidak ada sama sekali.
Dalam penelitian ini penulis menawarkan alternatif pengukuran kinerja
yang lebih bersifat menyeluruh yaitu berdasarkan pendekatan Balanced
Scorecard (BSC) untuk memecahkan pokok permasalahan pertama yaitu :
Bagaimana kinerja PDAM Kabupaten DT ll Karawang yang telah dicapai.
Pendekatan BSC mengukur kinerja orgnisasi berdasarkan empat perspektif :
Keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta
pertumbuhan organisasi. Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja perusahaan di sini yaitu metode kuesioner,
wawancara, dan analisis data sekunder.
Sebagai bagian dari evaruasi kinerja penulis juga mencoba memecahkan
pokok permasalahan kedua yaitu meneliti faktor-faktor/strategi yang dapat
meningkatkan kinerja PDAM dalam rangka mengantisipasi era persaingan bebas
(AFTA 2003 dan APEC 2020). Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk
menganalis variabel faktor-faktor/strategi di sini yaitu studi Iiteratur, tehnik
wawancara, dan analisis jawaban kuesioner.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif Analisis. Deskriptif
yaitu mencoba memaparkan hasil evalusasi kinerja berdasarkan pendekatan
pengukuran BSC. Analisis yaitu mencoba menganaIisa strategi-strategi apa yang
dapat meningkatkan masing-masing aspek kinerja perusahaan. Tehnik sampling
yang digunakan menggunakan Quota Sampling untuk anggota organisasi
PDAM dan menggunakan Strafified Random Sampiing (Metode Tidak
Berimbang) untuk meneIiti keiompok pelanggan.
Berdasarkan hasil penelitian keseluruhan aspek kinerja (keuangan,
pelanggan, proses internal, dan pembelajaran & pertumbuhan) diperoleh skor
total 85. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran kinerja PDAM
Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang berada datam kriteria penilaian Hampir
Baik (nilai 3 dari 5 kelas interval).
Untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan tersebut pada dasarnya
adalah harus meningkatkan efisiensi dalam segala macam aspek (baik operasi
maupun strategi). Sesuai dengan teori-teori yang direkomendasikan dan hasil
analisis kinerja yang telah dilakukan, maka strategi-strategi yang coba penulis
tawarkan kepada PDAM adalah strategi yang berkaitan dengan peningkatan
efisiensi tersebut."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Sukmawan Putra
"Fokus dari penelitian ini adalah pengukuran kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2007-2009 pada tiga aspek kinerja (aspek keuangan, aspek, aspek operasional, dan aspek administrasi) sebagaimana diatur dalam Kepmendagri No.47 Tahun 1999. Dengan menggunakan 10 indikator kinerja pada masing-masing aspek, diketahui bahwa kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2007-2009 masuk dalam kategori Cukup. Terdapat lima hambatan dalam upaya pencapaian kinerja yang lebih baik. Dari aspek keuangan diketahui bahwa pada tahun 2007-2009 masih mengalami kerugian akibat beban pembayaran cicilan hutang. Dari aspek operasional diketahui bahwa cakupan pelayanan masih rendah karena kecilnya investasi pada sumber air baru dan jaringan distribusi. Tingkat kehilangan air masih cukup tinggi (di atas 30%) dan penggantian meter air pelanggan belum sepenuhnya dilakukan. Dari aspek administrasi, bahwa jajaran direksi belum membuat rencana jangka panjang.

The focus of this study is measuring performance of Ponorogo Regency's Water Supply Company (PDAM) in 2007-2009 with three aspects of performance (financial aspect, operational aspect and administration aspect) as regulated by the Decree of Interior Minister Number 47 Year 1999. Using 10 indicators performance from each aspect of performance, performance of Ponorogo Regency's Water Supply Company (PDAM) in 2007-2009 are classified as sufficiently. The result are found that five obstacles in achieving better performance. From the financial aspects, that PDAM still incur losses because bear large debt repayment. From operational aspects found that service coverage still low because of small investments in new water sources and distribution networks. The water loss are high (above 30%) and customer water replacement not fully being done. From administration aspect, that board of director has not made a long-term planning."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27572
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Darmasetiawan
"Tesis ini membahas hubungan tingkat keuntungan dengan struktur modal pada Perusahaah Daerah Air Minum (PDAM) di Jawa Barat. Saat ini terdapat 276 buah (PDAM) yaitu hampir meliputi seluruh Daerah Tingkat II di Indonesia. Pada Pelita V sebagian besar pola investasi pada PDAM tersebut merupakan hibah dari Pemerintah Pusat. Sedangkan pada Pelita VI sejalan dengan proses desentralisasi pembiayaan PDAM di arahkan ke pinjaman dan peran serta swasta. Sejalan dengan itu dalam tesis ini dibahas mengenai hubungan antara tingkat keuntungan dengan struktur modal PDAM di Jawa Barat. Disini struktur modal diuraikan menurut modal sendiri dan pinjaman. Berdasarkan komposisi tersebut kemudian dikaitkan dengan tingkat keuntungannya melalui modal WACC. Secara garis besar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat suatu komposisi optimal dari struktur modal yang memaksimalkan keuntungan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Noni Evita
"ABSTRAK
Eksistensi BUMN dalam menunjang perekonomian Indonesia masih dirasakan penting artinya walaupun pihak swasta telah menunjukkan peranan yang semakin meningkat dan menentukan dalam pembangunan. Keberadaan BUMN masih diperlukan terutama dalam merintis sektor-sektor penting yang belum dapat menarik minat swasta serta untuk menjamin penyediaan barang dan jasa yang vital bagi masyarakat luas.
Demikian pula dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai badan usaha yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah (Pemda) keberadaannya dirasakan cukup penting , karena selain memiliki misi non komersial yaitu bertujuan untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dasar manusia, perusahaan ini dituntut pula untuk memupuk pendapatan melalui laba yang diperoleh karena fungsinya sebagai business entity.
Studi kepustakaan yang dilakukan dalam rangka penulisan tesis ini mengungkapkan bahwa hasil kinerja perusahaan yang berlandaskan pada data dan informasi keua.ngan merupakan tolok ukur penting dalam menentukan tingkat kesehatan perusahaan, demikian juga untuk menentukan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang telah dicapai. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap masalah keuangan untuk dapat mengetahui kinerja keuangan PDAM khususnya di Tama Barat, disamping itu juga untuk mengungkapkan rasio-rasio keuangan apa sajakah yang merupakan faktor terpenting dalam menentukan kinerja keuangan PDAM.
Dengan menggunakan metode prosentase dari jumlah populasi yang ada dan juga berdasarkan kelengkapan data selama periode penelitian maka terdapat 10 PDAM di Sawa Barat yang dijadikan sampel. Untuk mengetahui kinerja keuangan penulis mengamati komponen kinerja yang terdiri dari : I). efisiensi yang diukur dari perputaran modal kerja, perputaran piutang dan rasio operasi 2). likuiditas diukur dari rasio lancar 3) profitabilitas diukur dari rasio laba kotor dan ROA 4). leverage diukur dari hutang jangka panjang per kapital.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PDAM di Jawa Barat pada umumnya menunjukkan kondisi yang cukup baik dalam hal likuiditas, efisiensi penggunaan dana dan leverage, sedangkan untuk profitabilitas menunjukkan keadaan sebaliknya atau tidak seperti yang diharapkan (beberapa perusahaan mengalami kerugian). Selanjutnya dengan menggunakan analisis diskriminan dapat diketahui pula bahwa variabel ROA dan variabel rasio operasi merupakan faktor terpenting dalam menentukan kinerja keungan PDAM, yaitu dengan bobot untuk masing-masing adalah 50,19% dan 27,63%, sedangkan variabel-variabel lainnya yaitu perputaran modal kerja, perputaran piutang, rasio lancar, rasio laba kotor dan rasio hutang jangka panjang perkapital menunjukkan peranan yang relatif kecil.
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa yang menentukan kinerja keuangan PDAM di Jawa Barat adalah faktor kemampulabaan dan faktor efisiensi biaya. Kemampulabaan menunjukkan sampai sejauh mana perusahaan memperoleh laba usaha dengan penggunaan seluruh modal yang tertanam dalam total aktivanya, dimana rata-rata ROAnya menunjukkan hasil yang kecil yaitu 0,5 % per tahun. Sedangkan efisiensi biaya menunjukkan bahwa perusahaan masih tidak efisien, hal ini dapat diketahui dari rata-rata biaya operasi perusahaan yaitu 112 %, berarti lebih besar dari penjualannya.
Sedangkan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kinerja keuangan PDAM ini, maka dapat dilakukan replikasi penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan mewakili, juga dengan menambahkan variabel-variabel lain yang dapat dijadikan tolok ukur.

ABSTRACT
The existency of BUMN in supporting Indonesia's economy is still important although the private side has shown its growing increasing and determining role in the development. BUMN is still needed particularly in pioneering important sectors which have not been able to attract the private bodies and to guarantee the provision of vital goods and services for the large communities. The case is the same as PDAM being a joint enterprise between the central-and local government. The local government (PEMDA) is still needed; besides having a non-commercial mission which aims to fulfill the basic human needs, this enterprise is also demanded to collect the income through the obtained profit having the function as business entity.
The literature study done in this paper writing observes that the result of the enterprise performance based on financial data and information is an important standard in determining the level of enterprise health, as well as determining the efficiency-effectively and productivity levels which have been obtained. This research has the purpose to carry out analysis towards financial problem to know the performance of PDAM especially in West Java, besides that the research is also to discover what financial ratios form an important factor in determining PDAM financial performance.
By using the percentage method from population number and also based on data completion during the research period, there are ten {10) PDAM in West Java taken as samples. To know the financial performance the writer observes the performance components consisting of 1). The efficiency measured from working capital turn over, account receivable turn over and operation ratio 2). The liquidity measured from current ratio 3). Profitability measured from gross profit ratio and Return on Asset/ROA 4). Leverage measured from long term debt per capitalization. From the research result can be known that the financial performance ofPDAM in West Java in general shows a fairly good condition in the matter of liquidity, the efficiency of fund use and leverage, whereas profitability shows the contrary condition or a condition which is not being expected.
Further on by using determined analysis it can also be known that ROA variable and operation ratio variable form the most important factor in determining PDAM financial performance that is with weight for each is 50,19 % and 27,63 % whereas the other variables are working capital turn over, account receivable turn over, current ratio, gross profit ratio and long term debt per capitalization show a relatively small role.
This research concludes that the factor of profitability and the factor of cost efficiency determine PDAM financial performance in West Java. Inthis case profitability shows how far an enterprise obtains Net Income 1 compared with total assets, in which the ROAaverage shows a small profit of 0,5% annually ; whereas the cost efficiency shows that the enterprise is still inefficient which can be known from the operation ratio average of 112%, which means that expense is bigger than sales. To know further about PDAM financial performance, research replication by using a bigger number of samples as well as adding other reference variables can be performed.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Utari
"Kebutuhan air minum bagi masyarakat yang harus dipenuhi secara memadai dan berkesinambungan memerlukan pembangunan prasarana dan sarana air minum. PDAM Pondok Ungu yang merupakan cabang dari PDAM Bekasi ini melayani daerah di sekitar PDAM tersebut (kelurahan Pejuang) dan 2 unit lainnya (kelurahan Kaliabang Tengah dan Kecamatan Tarumajaya). Kehilangan air yang terjadi pada jaringan distribusi air minum PDAM Pondok Ungu sebesar hampir 40% menyebabkan perlunya dilakukan evaluasi pada jaringan distribusi ini. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, lalu diberikan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pengembangan jaringan distribusi air minum dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air minum penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga perlu adanya rekomendasi untuk pengembangan jaringan distribusi air minum sampai mencapai kapasitas maksimum 600 L/detik. Evaluasi dan pengembangan jaringan distribusi ini dilakukan menggunakan program EPANET dan WaterCAD. Kecepatan aliran dalam pipa yang kurang dari kriteria desain merupakan permasalahan yang terjadi, maka diperlukan penggatian pipa dengan diameter yang lebih kecil. Pengembangan dilakukan sampai kapasitas maksimum 600 L/detik yang dicapai pada tahun 2024, dan perlu penambahan 2 loop pada jaringan distribusi air minum PDAM Pondok Ungu.

Water supplies for communities must be met adequately and sustainable development requires infrastructure and drinking water facilities. PDAM Pondok Ungu which are of the branch of PDAM Bekasi serves the area around the PDAM Pondok Ungu (Pejuang Village) and two other units (Kaliabang Tengah Village, and Tarumajaya District). Water losses that occurs in PDAM Pondok Ungu water distribution system by almost 40%, causing the need of evaluation in this distribution system. The evaluation was done to identify problems that occurred, and provided recommendations to overcome these problems. Development of water distribution to meet drinking water needs of a growing population every year, so it needs a recommendation for the development of water supply distribution until it reaches the maximum capacity of 600 L/s. Evaluation and development of distribution system is performed using the program EPANET and WaterCAD. Flow velocity in the pipe that is less than the design criteria is a problem that occurs, then the necessary change the pipe into smaller diameter. Development is done until the maximum capacity 600 L/s that is reached in 2024, and need the addition of two loops in the water distribution system of PDAM Pondok Ungu, Bekasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50634
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Indira Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi biaya PDAM secara umum di Indonesia serta aspek mikroekonomi dalam hal ini kemajuan teknis dan skala ekonomi yang diduga memengaruhinya. Data yang digunakan adalah data PDAM yang dikelompokkan menurut provinsi, periode 2002-2006 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS). Metode pengukuran yang digunakan adalah pendekatan fungsi biaya parametrik dengan langkah-langkah meliputi; pertama, penentuan fungsi biaya, dalam penelitian ini digunakan model fungsi biaya translog; kedua, penentuan skor efisiensi, dalam penelitian ini digunakan metode Distribution Free Approach (DFA); ketiga perhitungan indikator kemajuan teknis dan skala ekonomi serta pengaruhnya terhadap skor efisiensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar PDAM belum berperilaku efisien pada biayanya, yang ditunjukkan dengan skor efisiensi rata-rata dalam setiap periode sampel belum mendekati nilai 1 (satu). Sementara dugaan keberadaan kemajuan teknis dan posisi Increasing Return To Scale (IRS) pada
skala ekonomi berpengaruh terhadap skor efisiensi ternyata tidak terbukti, sehingga PDAM tetap harus melakukan penghematan biaya input untuk dapat
mencapai tingkat efisiensi biaya yang optimal. Namun karena keterbatasan data, maka penelitian ini tidak menganalisa faktor inefisiensi alokatif pada biaya-biaya input PDAM. Dari 32 provinsi, terdapat satu provinsi yang teramati mengalami peningkatan ranking sejak tahun 2004 sehingga pada akhir periode sampel (tahun 2006) dapat mencapai ranking tertinggi baik dalam skor efisiensi, indikator kemajuan teknis, maupun nilai skala ekonomi, yaitu Jawa Timur.

This study aims to measure the general cost efficiency of PDAMs in Indonesia as well as the microeconomic aspects, in this case technical progress and economies of scale, which are thought to affect it. The data used are PDAM data grouped by
province, for the period 2002-2006 published by the Central Statistics Agency (BPS). The measurement method used is a parametric cost function approach with steps including; first, determining the cost function, in this study the translog cost function model is used; second, determining the efficiency score, in this study the Distribution Free Approach (DFA) method is used; the third calculation of
indicators of technical progress and economies of scale and their effect on the efficiency score. The results of the analysis show that most of the PDAMs have not behaved efficiently at their cost, which is indicated by the mean value of efficiency score in each sample period has not yet approached the value of 1 (one). Meanwhile, the presumption of technical progress and the position of Increasing Return To Scale (IRS) on economies of scale has an effect on the efficiency score, it is not proven. So the PDAM still has to make input cost savings to achieve an optimal level of cost efficiency. However, due to data limitations, this study does not analyze the allocative inefficiency factor of the PDAM input costs. Of the 32 provinces, one province was observed to have increased its ranking since 2004 so that at the end of the sample period (2006) it
was able to achieve the highest ranking both in terms of efficiency scores, indicators of technical progress, and values of economies of scale, it is East Java.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>