Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fatmah
"Studi tentang kebiasaan makan ibu dan anak balita dilakukan terhadap 60 responden di dua keluarahan terpilih (Kelurahan Penggilingan mewakili wilayah berlatar belakang sosio ekonom rendahdan Keluarhan Rambuatan mewakili wilayah dengan sosio ekonomi tinggi) di wilayah Jakarta Timur. Metode kualitatif (Focus Group Discussion dan indept interview) digunakan dalam pengumpulan data untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada kedua kelompok di atas lalu dibandingkan pada kelompok sosek tinggi dan rendah. Hasil studi menunjukkan bahwa seperlima ibu-ibu yang termasuk kelompok gizi lebih (overweight) dari kedua kelompok sosek tinggi dan rendah memiliki gambaran sama yaitu sebagai berikut: mereka memiliki aktivitas fisik sedentary (mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga dalam lingkup rumah tinggal yang kecil, dan menghabiskan 2-3 jam per hari untuk menonton televisi); mereka juga mengkonsumsi snack (ngemil) seharian sambil santai atau istirakat atau momong anak; dan mereka sering menghabiskan sisa makanan anak atau suami yang tidak habis dimakan. Sementara seperlima jumlah anak balita dengan kondisi gizi kurang (undrwight) baik kelompok sosio ekonomi tinggi dan rendah menunjukkan situasi dan kondisi yangsama yaitu mereka menderita penyakit infeksi ISPA, TBS dan bronkhitis; mereka senang bermain; dan mereka banyak jajan sehingga mempengaruhi nafsu makan mereka. Anak balita dari keluarga sosek tinggi cenderung mengkonsumsi snack dengan kalori tinggi seperti hamburger ayam goreng kentang goren dsbnya. Sementara anak balita dari kelompok ekonomi rendah cenderung membeli makanan kecil dengan kalori rendah seperti kerupik jellu dan permen. Kedua hasil di atas menyebabkan terjadinya perbedaaan status gizi kelompok ibu dan anak balita. Ibu memiliki status gizi kurang dan gizi lebih (double burden), sementara anak balita mereka menunjukkanstatus gizi kurang dengan prevalensi masing masing sekitar 20%.

A food habits study is reported from 60 respondents in the urban areas. A qualitative approach was undertaken to explore factors influencing food habits and to compare it within low and high socioeconomic status (SES) by using Focus Group Discussion (FGD) and indepth interview. One fifth of the overweight mothers (low and high SES) showed a similar condition as follow: they had low to moderate physical activity (they worked in a relatively small house and they spent 2-3 hours per day for watching television), they consumed snacks continuously for a whole day, and they ate left-over food of their children or husbands. One fifth of the underweight children 2-5 years old from both SES showed similar situation: they suffered from infectious disease (ARI, TBC, and bronchitis); they played a lot; and they lost appetite eating main meals after they consumed snacks. The high SES under-fives were more likely to buy snacks which were high in calorie such as hamburger, fried chicken, fried potatoes. While the low SES under-fives bought snacks which were considered as ?empty calorie? i.e. jelly, and candy. Both condition above caused the difference of nutritional status among mothers and their children. Mothers had double burden (underweight and overweight), while their children 2-5 years age suffered from under-nutrition (20%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Hartini Sundoro
"Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh minum air susu ibu dan minum susu dengan botol terhadap terjadinya karies pada gigi sulung, dengan subyek anak usia 3-5 tahun di Posyandu dari 5 wilayah di DKI Jakarta. Sebanyak 105 anak diperiksa gigi-giginya untuk mengetahui frekuensi, def-t dan def-s rata-rata, keparahan karies yang diukur dengan klasifikasi Ochiai (1963), serta urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies. Kebiasaan minum susu sejak lahir ditanyakan kepada ibu-ibu subyek. Ternyata 92.38% dari subyek menderita karies dengan def-t rata-rata 8.28 dan def-s rata-rata 19.62. Pada anak yang minum air susu ibu frekuensi karies dan rata-rata def-t dan def-s lebih tinggi dibandingkan dengan minuet susu dengan botol. Demikian pula ukuran keparahan karies, yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita karies kelas 4. Namun dengan perhitungan statistik keparahan karies antara yang minum ASI, minum susu botol, dan kombinasi ASI dan botol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sedang urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies antara yang minum air susu ibu dan susu botol adalah sama; yaitu permukaan proksimal, kemudian permukaan halus, dan yang terakhir permukaan oklusal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sopi Puji Astuti
"Stres lansia pada masa pensiun merupakan hal yang wajar ketika lansia tidak mempunyai pekerjaan, jabatan, keuangan, dan kehormatan yang dimiliki oleh lansia. Lansia yang mengalami stres mmepunyai respon pertahanan tubuh untuk melawan stressor. Pertahanan tersebut disebut koping. Koping yang digunakan lansia yaitu koping adaptif dan maladaptif.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan tingkat stres dan koping lansia pada masa pensiun. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melibatkan 84 lansia pensiun yang diambil menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 55,95% lansia pada masa pensiun memiliki tingkat stres sedang dan 51,2% lansia pada masa pensiun menggunakan koping maladaptif. Penelitian ini memberikan implikasi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan, penelitian selanjutnya, dan lansia dalam menjalani kehidupan pada masa pensiun.

Stress got by elderly in retirement is a proper case when they do not have a job, department, finances, and the honor. The elderly who suffer from stress have immune response to against the stressor. It is named coping. The copings used by elderly namely adaptive and maladaptive.
This study was aimed to explain or describe the level of stress and coping suffered by them. Design of this study employed a descriptive study involving 84 riterement elderly, determined by using total sampling technique.
The results showed 56.0% elderly in retirement have moderate level of stress and 51.2% were maladaptive coping. This study proposed some implications to improve the quality of nursing care, nursing education, further studies, and life of the elderly in retirement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Beatrix Rusly
"ABSTRAK
Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan manusia Iain untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Interaksi ini dimulai sejak ia berada dalam kandungan, dan terus
berlanjut sepanjang hidupnya.
Pada mula interaksi ini hanya antara individu dan kedua orang tuanya, tetapi lama
kelamaan semakin meIuas. Pada mass usia sekolah interaksinya tidak hanya dengan -orang
tua saja, melainkan juga dengan guru dan teman sebayanya. Pada masa ini hubungan
dengan teman sebaya memegang peranan yang penting dalam perkernbangan anak,
terutama dalam perkembangan sosialnya.
Bentuk hubungan dengan teman sebaya ini ada dua bentuk, yaitu persahabatan dan
penerimaan oleh teman sebaya. Kedua hal ini memiliki peranan yang berbeda dalam
perkembangan sosial anak. Melalui persahabatan seorang anak dapat mengembangkan rasa
percaya dan kesensitifan pada orang Iain, anak juga dapat belajar mengenai hubungan
timbal balik. Melalui penerimaan oleh teman sebaya anak dapat belajar mengenai kerja
sama., belajar mengkoordinir aktivitasnya, dan.belajar mematuhi aturan dan norma-norma
dalam suatu kelompok; [Parker dan Asher, 1993 dalam Sroufe et. al. 1996).
Adanya kesenjangan pengetahuan mengenai bagaimana hubungan antara kedua
konsep ini dalam perkembangan sosial anak mendorong penulis untuk melakukan
penelitian mengenai hal ini.
Penelitian ini dilakukan di suatu sekolah dasar di Jakarta pada anak usia 10-
11 tahun. Penelitian ini mecoba mencari ada tidaknya perbedaan kualitas persahabatan
antara anak yang memiliki tingkat penerimaan tinggi dan anak yang memiliki tingkat
penerimaan rendah. Hal ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan alat
ukur sebagai berikut, Sosiometri Roster-dan Rating, Sosiometri Nominasi, dan Kuesioner
Kualitas Persahabatan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probability
sampling dengan teknik cluster sampling untuk pengambilan sampel siswa usia sekolah.
Sampel yang diambil dipisahkan ke dalam dua kelompok yaitu, (1) Kelompok Tingkat
Penerimaan Tinggi (TPT), 30 orang, dan (2) Kelompok Tingkat Penerimaan Rendah
(TPR) 30 orang.
Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya .perbedaan kualitas persahabatan yang
signifikan antara kedua kelompok tersebut. Dari hasil analisa keenam aspek kualitas
persahabatan juga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok tersebut, kecuali pada aspek yang terakhir yaitu aspek konflik dan
pengkhianatan.
Pada analisa lebih lanjut, yaitu dengan memisahkan kelompok TPR dan TPT
berdasarkan jenis kelaminnya, ternyata ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
kelompok TPT dan TPR pada anak perempuan. Perbedaan ini muncul pada aspek
pertolongan dan bimbingan, dan aspek konflik dan pengkhianatan.
Hasil yang demikian diduga disebabkan oleh peranan faktor budaya, faktor jenis
kelamin, adanya social desirability. Diduga faktor-faktor ini bekerja secara simultan
sehingga menimbulkan hasilkan hasil yang demikian.
Saran peneliti, untuk masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian mengenai
kualitas persahabatan pada laki-laki dan perempuan, mengenai hubungan kelekatan dengan
persahabatan dan penerimaan oleh teman sebaya. Juga dapat dilakukan penelitian
mengenai persahabatan dalam budaya Indonesia, untuk itu diperlukan pengembangan alat
ukur kualitas persahabatan yang lebih lanjut lagi dalam budaya Indonesia."
1997
S2545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiyah Azizah
"Permasalahan gizi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor dan Indonesia masih belum sepenuhnya mencapai target MDGs mengenai gizi ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan pola makan dengan status gizi, dimana data didapat dari pengambilan langsung dan data sekunder dari penelitian utama tentang efek suplementasi multipel terhadap kadar hemoglobin anak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 26.32% subjek tergolong status gizi tidak normal (sangat kurus, kurus, dan gemuk; berdasarkan indeks BB/TB). Sebaran karakteristik subjek berdasarkan faktor sosiodemografi adalah sebagai berikut: 65.79% berusia 6-36 bulan; 50.53% adalah perempuan; 67.89% memiliki ayah dengan pekerjaan nonformal; 74.74% memiliki ayah dengan tingkat pendidikan menengah; 60.53% memiliki ibu dengan tingkat pendidikan menengah; 76.84% memiliki keluarga dengan status ekonomi dibawah garis kemiskinan; dan 66.84% tinggal di rumah dengan bentuk keluarga inti. Selain itu didapatkan 64.21% memiliki pola makan tidak baik. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan Uji Chi Square tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara semua variabel faktor sosiodemografi dan pola makan dengan status gizi (p>0.05).

Nutritional problem in Indonesia is affected by multifactorial causes and Indonesia is still not fully achieve the MDGs targets on this point. This research was determined to confirm the association between sociodemographic factors and dietary habit to nutritional status in children aged six to sixty months old using the primary (direct interview) and secondary data from a primary research which studied the effect of multiple micronutrient supplementation on haemoglobin level in children. The result shows that prevalence of bad nutritional status was 26.32% (including underweight and overweight). Characteristics of subjects by sociodemographic factors namely: 65.79% aged 6-36 months old; 50.53% were female; 67.89% had father with informal jobs; 74.74% had father with intermediate education; 60.53% had mother with intermediate education; 76.84% had family that below the poverty line; and 66.84% classified as small family. Then, characteristic of subjects by dietary habit was 64.21% had bad dietary habit. Based on analysis using Chi Square test, there were no significant association between all sociodemographic factors and dietary habit to nutritional status (p>0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Fauziah Permatasari
"Latar belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi dan menyerang seluruh negara termasuk Indonesia. Karies gigi juga dapat terjadi sejak dini pada anak prasekolah dan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak tersebut.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat karies anak prasekolah dengan kualitas hidup terkait kesehatan mulut di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Sebanyak 200 anak prasekolah umur 3-5 tahun dipilih dengan teknik purposive dan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk menilai skor deft, defs serta menentukan status karies oleh 2 dokter gigi yang sudah dilatih. Kualitas hidup dinilai melalui wawancara kuesioner ECOHIS ke 165 ibu anak.
Hasil: Prevalensi karies pada 165 anak umur 3-5 tahun adalah sebesar 83 dengan nilai defs 14.8 SD17,6 dan deft 6,2 SD5,2. Pola distribusi karies pada anak usia 3-5 tahun paling banyak ditemukan di gigi insisif sentral dan lateral maksilla dan pola karies hampir simetris antar rahang. Berdasarkan hasil uji Cronbach - 0,868, test-retest 0,968 , dan perbandingan r-hitung tiap item dengan r-tabel, kuesioner ECOHIS versi Bahasa Indonesia reliabel dan valid. Frekuensi item kuesioner ECOHIS ditemukan terbesar di item nyeri mulut pada gigi/mulut pada anak 38,2 serta rasa bersalah pada keluarga 30,3. Uji dilakukan dengan menggunakan uji deskriptif, korelasi Spearman, uji Kruskall-Wallis dan uji Mann-Whitney U. Nilai korelasi tertinggi r=0,4 ditemukan pada item nyeri mulut dan gigi pada anak dan rasa bersalah pada keluarga dengan skor deft dan skor d pada defs anak. Hubungan status karies dan kualitas hidup baik yang berdampak ke anak dan keluarga ditemukan bermakna.

Background: Dental caries has become a major global oral health problem with high prevalence and severity, including Indonesia. Dental caries can develop early in preschool children and will affect their quality of life.
Aim: To assess the relationship between the severity of caries in preschool children and their oral health related quality of life in Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Method" Analytic observational with cross sectional design. A purposive sample of 200 children aged 3 5 years underwent a clinical oral examination to assess their deft and defs score and to determine their caries status by 2 trained dentists. Quality of life is assessed using ECOHIS by interviewing a total of 165 mother's child.
Results: The prevalence of ECC in 165 children aged 3 5 years old is 83 with overall defs score 14.83 SD 17.6 and deft score 6.2 SD 5.2. The tooth distribution pattern of caries in 3 5 years old children mostly affect central and lateral maxillary incisors. Moreover, the caries pattern was almost symmetrical across the arches. The Cronbach 0,868 test retest 0,968 and r count for each item comparison with r table shows that Indonesian version of ECOHIS is a reliable and valid instrument. The most frequent items reported are pain in teeth, mouth and jaw in child 38.2 and feeling guilty in family 30.3. Descriptive analysis, Spearman correlation, Kruskall Wallis test, and Mann Whitney U test were used. The highest correlation r 0.4 were found in item is pain in teeth, mouth and jaw in child and feeling guilty in family with deft score and d score in defs. There was significant difference between caries status and OHRQoL in terms of impact on both child and family p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizqi Assyifa Fauzia
"Latar belakang: Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi, termasuk pada anak-anak di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak adalah pola pemberian makan, yaitu ASI dan PASI.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola pemberian makan dengan Early Childhood Caries ECC pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Metode pengambilan sampel adalah dengan convenience sampling. Data pola pemberian makan dan perilaku membersihkan gigi diambil melalui wawancara dengan ibu subjek oleh pewawancara yang telah dikalibrasi. Pemeriksaan karies gigi anak dengan menggunakan indeks defs dan pemeriksaan indeks plak dilakukan oleh dua orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
Hasil: Prevalensi karies gigi sulung pada 165 anak adalah sebesar 83. Terdapat perbedaan bermakna antara pemberian kolostrum p=0,017, ASI eksklusif p=0,028, frekuensi ASI p=0,001, dan lama kontak gigi dengan ASI p=0,049 terhadap skor karies gigi sulung anterior. Tidak ada variabel ASI yang menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung posterior p ge;0,05. Usia awal diberikannya PASI menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,001; p=0,041. Terdapat perbedaan bermakna antara jenis makanan atau minuman setelah gigi erupsi p=0,020 dan frekuensi susu formula p=0,005 dengan karies gigi sulung anterior. Frekuensi MP-ASI tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,963; p=0,591.
Kesimpulan: Pola pemberian makan anak yang meningkatkan skor karies gigi sulung anterior maupun posterior adalah usia awal diberikannya PASI, yaitu sebelum usia 6 bulan.

Background: Caries is one of the most common oral problems, including in children in Indonesia. One of the factors that influence the occurrence of caries is child's feeding methods, like breastfeeding and complementary feeding.
Aim: To obtain information about the relationship between child's feeding method and early childhood caries in children aged 3 5 years old.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The sampling method is convenience sampling. The data of child's feeding method and oral hygiene behavior was obtained through interviewing the mother. Caries examination was done using defs assessment.
Result: The prevalence of ECC in 165 children is 83. There are significant differences between colostrum p 0,017, exclusive breastfeeding p 0,028, breastfeeding frequency p 0,001, and length of contact time between teeth and breastfeeding milk p 0,049 with anterior primary teeth caries. None of the breastfeeding methods has significant difference with posterior primary teeth caries p ge 0,05. Age of initiation of complementary feeding has a significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,001 p 0,041. There are significant differences between the type of complementary food after first tooth eruption p 0,020 and frequency of infant formula p 0,005 with anterior primary teeth caries. Frequency of complementary feeding has no significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,963 p 0,591.
Conclusion: Child's feeding method which increases early childhood caries'score in both anterior and posterior teeth is the age of initiation of complementary feeding, which is before six months old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayyu Sari Estiningsih
"Memasuki usia dewasa, seseorang cenderung memiliki pola makan yang kurang sehat dan kurang memperhatikan kesehatan, akibatnya penyakit degeneratif seperti hipertensi akan dengan mudah terjadi. Hipertensi akan mengakibatkan munculnya penyakit lain seperti stroke,penyakit jantung, dan juga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian hipertensi di Kelurahan Sukamaju, Depok dan mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada tanggal 22 April - 26 Mei 2012, dengan responden kelompok usia 18 - 44 tahun berjumlah 214 orang. Metode yang digunakan cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah timbangan digital, microtoise, BIA, kuesioner, dan FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hipertensi pada kelompok usia 18 - 44 tahun di Kelurahan Sukamaju yaitu 15,3%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Sedangkan riwayat hipertensi orangtua, persen lemak tubuh, keadaan stress, aktivitas fisik, pola konsumsi kopi, pola makan (makanan tinggi natrium dan lemak) tidak memiliki hubungan yang signifikan. Bagi masyarakat berusia 18 - 44 tahun diharapkan dapat mencegah hipertensi secara mandiri dengan hidup sehat, mengelola stress dengan baik dan olahraga teratur. Dinkes Depok diharapkan membuat baliho, buku saku, penyuluhan untuk menyebarkan informasi pencegahan hipertensi lebih luas.

To be an adulthood, a person tends to have less healthy diet patterns and lack of medical attention, resulting in degenerative diseases such as hypertension will easily occur. Hypertension will lead to the emergence of other diseases such as stroke, heart disease, and death. This study aims to determine the prevalence of hypertension incidence in Kelurahan Sukamaju, Depok and investigate the factors - factors that influence it. The study was conducted on April 22 to May 26, 2012, with respondents age group 18-44 years amounted to 214 people. The method used cross sectional. Instruments used were digital scales, microtoise, BIA, questionnaires, and the FFQ.
The results showed that the prevalence of hypertension incidence in the age group 18-44 years in Kelurahan Sukamaju is 15.3%. Factors associated with incidence of hypertension is the Body Mass Index (BMI). While parental history of hypertension, percent body fat, the state of stress, physical activity, coffee consumption patterns, diet patterns (high in sodium and fat meals) had no significant relationship. For people aged 18-44 years is expected to prevent hypertension independently, manage stress well and exercise regularly. For Dinkes Depok is expected to create billboards, booklets, outreach to disseminate information more widely prevention of hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>