Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10487 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maksum Radji
2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maksum Radji
"Vaccines have played an important role in preventive medicine since Edward Jenner discovered that cowpox induced protection against human smallpox. Until recently, a vaccination has meant a needle in the arm. However, with the increasing need for inexpensive, easily administered vaccines, along with the improvements in genetic engineering, the concept of edible vaccines is fast becoming reality. This is especially important in developing countries, where it is estimated that three to five million children die each year from common diseases, which could have easily been prevented with the proper vaccination. Compared to traditional labsynthesized vaccines, plants are capable of producing proteins at lower cost, and need not be isolated for injection. Plant-based vaccines are also safer than traditional vaccines because they use selected sub-units of the disease rather the attenuated whole disease-causing organism."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmayanti
"Pengembangan kapas transgenik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serat kapas yang mencapai 464.400 ton per tahun, untuk industri tekstil di Indonesia. Produksi kapas Indonesia hanya dapat memenuhi 2% kebutuhan dalam negeri sehingga sisa kebutuhan kapas harus dipenuhi melalui impor.
Rendahnya produktivitas kapas di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya iklim, teknologi budidaya, ketersediaan bibit unggul serta gangguan hama dan penyakit. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu sehingga potensi produksi tanaman kapas menjadi tidak optimal.
Kapas transgenik Bollgard adalah salah satu produk rekayasa genetik yang dikembangkan melalui teknik rekombinan ADN. Gen Bt yang ditransfer ke tanaman kapas memiliki efektivitas pengendalian yang tinggi terhadap hama utama tanaman kapas H. armigera sehingga melalui pengembangan kapas transgenik diharapkan produktivitas tanaman kapas dapat ditingkatkan.
Di samping meningkatkan produktivitas, dalam pengembangan kapas transgenik Bollgard harus dilakukan pengkajian terutama pada saat dilepas ke lingkungan, mengingat protein crylAc yang dihasilkan oleh Bt di dalam kapas Bollgard kemungkinan dapat tertransfer ke tanaman lain, berpengaruh pada serangga non-target maupun jumlah mikroba tanah yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu model dinamik yang dapat menggambarkan secara holistik pengaruh pengembangan kapas Bollgard pada lingkungan, baik lingkungan alami yang dicerminkan melalui dinamika populasi serangga hama dan mikroba tanah, lingkungan sosial dalam hal ini adalah dinamika penduduk dan kehidupan sosial ekonomi penduduk khususnya petani, melalui tingkat kesejahteraan masyarakat yang memperoleh manfaat dari budidaya tanaman kapas, maupun lingkungan buatan berupa ekosistem perkebunan kapas. Penelitian ini juga bertujuan untuk membuat prediksi pengaruh pengembangan tanaman transgenik pada lingkungan melalui simulasi model dinamik.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode system dynamics. Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahap: (1) desk study, untuk mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya, (2) tahap deskriptif analitik dengan metode survei, dan (3) pembuatan model.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa diagram simpal kausal yang menyusun model pengaruh pengembangan kapas transgenik pada lingkungan membentuk empat simpal positif (reinforcing loop) dan empat simpal negatif (balancing loop). Pada subsistem penduduk bekerja satu simpal positif dan satu simpal negatif. Pada subsistem produksi kapas terbentuk duo simpal positif dan dua simpal negatif sedangkan pada subsistem serangga hama terbentuk satu simpal positif dan satu simpal negatif.
Simulasi yang dilakukan pada model dinamik pengaruh pengembangan kapas transgenik pada lingkungan menyimpulkan bahwa pengembangan kapas transgenik Bollgard menunjukkan adanya dampak pada penurunan populasi serangga hama. Berdasarkan prediksi, populasi serangga hama akan meningkat kembali sejalan dengan timbulnya resistensi serangga hama terhadap protein crylAc yang dihasilkan tanaman kapas Bollgard. Jumlah total mikroba tanah berkurang akibat protein crylAc, dan diprediksi berkurangnya mikroba tanah dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pengembangan kapas transgenik menunjukkan adanya pengaruh pada tingkat kesejahteraan petani.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa upaya yang disarankan antara lain: menerapkan teknik budidaya yang tepat dengan mengurangi penggunaan herbisida dan pupuk kimia untuk mengatasi berkurangnya mikroba tanah yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Pengendalian serangga hama yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan stabilitas produksi dengan pengelolaan resistensi hama melalui penerapan strategi refugia. Selain itu, perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai dampak tanaman transgenik pada komponen tanah lain yang ikut menentukan kesuburan lahan, seperti komponen fisik tanah, kimia tanah, serta bahan organik tanah.

The development of transgenic cotton is performed to fulfill cotton demand by Indonesian textile industries at the amount of 464.000 ton per year. Indonesia's production supply only 2% of local demand, while the rest is imported.
The low cotton productivity in Indonesia is influenced by climate condition, cultivation technology, the availability of high quality seed stock, and pest attack. The effect from those factors will inhibit plant's growth, which resulted on the low cotton productivity.
The transgenic Bollgard cotton is produced by genetic engineering using DNA recombinant techniques. Bt gene transferred to cotton plant cell can effectively control H. Amigera cotton's main. Development of this transgenic cotton is expected increase cotton plant productivity.
Research on the impact of transgenic Bollgard cotton cultivation to the environment should be done due to the possibility that crylAc protein produced by Bt which is inserted to Bollgard cotton can possibly transferred to other plant and then influence either the non-target insect or the number of soil microorganism and has the effect to soil fertility.
The objective of this research is to build a dynamic model that can describe holistically the impact of developing Bollgard cotton to the environment, either natural environment indicate by the dynamics of pest population and soil microorganism, social environment indicate by the dynamics of population and socio-economic aspect mainly farmer with the prosperity level who get the benefit of cotton cultivated, or man-made environment indicate by cotton field eco-system. The other objective research is to predict the impact of developing transgenic plant to the environment by means of system dynamics model simulation.
The research is used the combination of qualitative and quantitative approaches and System Dynamics method. The research is divided into 3 phases: (1) desk study to review and study the previous research (2) descriptive analyses, done by survey method, and (3) build a dynamics model.
The research finds that the causal loop diagram created to study the impact of transgenic cotton to the environment forms 4 positive loops (reinforcing loops) and 4 negative loops (balancing loops). In population subsystem, there are 1 reinforcing loop and 1 balancing loop. In cotton production subsystem, there are 2 reinforcing loops and 2 balancing loops, and pest insect subsystem formed 1 reinforcing loop and 1 balancing loop.
Based on the simulation of the dynamics model on the impact of development, of transgenic cotton to the environment, it is concluded that there is an impact to the decrease of pest insect population. It is predicted that, insect pest population will increase along with the increasing resistance of the pest to crylAc protein produced by Boligard cotton plant. The number of total soil microorganism will decrease due to the presence of crylAc protein and is predicted to decrease the soil fertility index. This research finds that there is an impact to the farmer's income from the cultivation of transgenic cotton.
It is suggested to implement the suitable cultivation technique to resolve the decreasing number of soil microorganism that affect to soil fertility, the effects of applying refugee strategy to control pest insect population. Further researches concerning the impact of transgenic plant to another soil component which would be influenced soil fertility and plant productivity should be done.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Silvana
"ABSTRAK
Pada penelitian sebelumnya telah berhasil dilakukan introduksi gen
cry /B- cry IAa dan cry IB ke dalam genom tanaman padi aromatic Indonesia
beberapa kultivar Rojolele yang berdasarkan hasil bioassay potensial
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama penggerek batang kuning.
Gen cry harus stabil diturunkan kegenerasi berikutnya, oleh karena itu
analisis molekuler perlu dilakukan untuk mendeteksi keberadaan gen cry
yang terdapat di dalam genom tanaman pad! transgenik.
Pada penelitian ini konfirmasi keberadaan gen cry dilakukan dengan
uji hasil PCR melalui eiektroforesis gel, sedangkan penentuan jumlah salinan
gen dilakukan dengan analisis Southern Blot.
Berdasarkan elektroforesis gel terhadap hasil PCR menunjukkan
kelima galur tanaman padi transgenik generasi kedua yang diuji masih
mewarisi gen cry IB- cry fAa, atau cry /B. Namun, sejauh ini belum dapat
diketahui jumlah salinan gen yang terdapat pada masing-masing tanaman,
sehingga optimasi teknik Southern Blot masih perlu dilakukan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutini
"Gen DefH9-iaaM merupakan gen pengkode senyawa prekursor pembentukan auksin. Kandungan auksin yang tinggi menginduksi pembentukan buah partenokarpi, tanpa melalui polinasi dan fertilisasi. Tiga galur tanaman tomat transgenik yang membawa insersi dan mengekspresikan gen DefH9-iaaM, yaitu OvR1#14-4, OvM2#10-1, dan OvM2#6-2, telah dihasilkan melalui transformasi genetik dengan Agrobacterium oleh kelompok peneliti di BB-BIOGEN. Penelitian bertujuan menguji stabilitas insersi dan mengetahui ekspresi gen DefH9-iaaM pada tanaman T3 dari ketiga galur tersebut. Uji stabilitas gen dilakukan dengan metode PCR menggunakan primer spesifik IAAM 5 dan IAAM 3. Kedua primer tersebut menghasilkan fragmen gen iaaM sebesar ± 148 pb. Fragmen DNA produk PCR divisualisasikan menggunakan gel elektroforesis. Hasil uji molekuler dianalisis menggunakan uji chi-square dengan level of significant 0,05. Galur OvR1#14-4 memiliki insersi gen yang telah stabil dengan perbandingan filial transgenik dan non transgenik yang memenuhi perbandingan penyilangan monohibrid Mendel yaitu 3:1. Tanaman dengan hasil uji molekuler positif kemudian ditanam di lapang untuk uji ekspresi fenotipik dan evaluasi daya hasil. Hasil uji fenotipik dianalisis dengan uji ANOVA level of significant 0,05. Ekspresi gen partenokarpi DefH9-iaaM pada tanaman tomat transgenik meningkatkan jumlah tandan sebesar 191--227%, jumlah bunga sebesar 191--310%, dan jumlah buah sebesar 331--426% dibandingkan dengan kontrol Opal, serta menyebabkan terbentuknya buah tomat berbiji sedikit dan tanpa biji. Galur OvR1#14-4 menghasilkan jumlah tandan, jumlah bunga, dan jumlah buah paling tinggi dibandingkan dua galur lain."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gen DefH9-iaaM merupakan gen pengkode senyawa prekursor
pembentukan auksin. Kandungan auksin yang tinggi menginduksi
pembentukan buah partenokarpi, tanpa melalui polinasi dan fertilisasi. Tiga
galur tanaman tomat transgenik yang membawa insersi dan
mengekspresikan gen DefH9-iaaM, yaitu OvR1#14-4, OvM2#10-1, dan
OvM2#6-2, telah dihasilkan melalui transformasi genetik dengan
Agrobacterium oleh kelompok peneliti di BB-BIOGEN. Penelitian bertujuan
menguji stabilitas insersi dan mengetahui ekspresi gen DefH9-iaaM pada
tanaman T3 dari ketiga galur tersebut. Uji stabilitas gen dilakukan dengan
metode PCR menggunakan primer spesifik IAAM 5 dan IAAM 3. Kedua
primer tersebut menghasilkan fragmen gen iaaM sebesar ± 148 pb. Fragmen
DNA produk PCR divisualisasikan menggunakan gel elektroforesis. Hasil uji
molekuler dianalisis menggunakan uji chi-square dengan level of significant
0,05. Galur OvR1#14-4 memiliki insersi gen yang telah stabil dengan
perbandingan filial transgenik dan non transgenik yang memenuhi
perbandingan penyilangan monohibrid Mendel yaitu 3:1. Tanaman dengan
hasil uji molekuler positif kemudian ditanam di lapang untuk uji ekspresi
fenotipik dan evaluasi daya hasil. Hasil uji fenotipik dianalisis dengan uji
ANOVA level of significant 0,05. Ekspresi gen partenokarpi DefH9-iaaM pada
tanaman tomat transgenik meningkatkan jumlah tandan sebesar 191--227%,
jumlah bunga sebesar 191--310%, dan jumlah buah sebesar 331--426% dibandingkan dengan kontrol Opal, serta menyebabkan terbentuknya buah tomat berbiji sedikit dan tanpa biji. Galur OvR1#14-4 menghasilkan jumlah tandan, jumlah bunga, dan jumlah buah paling tinggi dibandingkan dua galur lain."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhaskara Anggarda Gathot Subrata
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian hara mikro melalui akar dan daun. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal. Perlakuan berupa kontrol,pupuk mikro lewat media, pupuk mikro lewat daun. Masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Media tanam berupa pasir yang sudah dimasukan ke dalam bak penanaman, setelah itu tanam benih kangkung dengan jarak 10x10 cm pada setiap bak. Lalu aplikasikan pupuk melalui media atau daun seminggu sekali. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman dan kehijauan daun dengan SPAD 502 untuk tiap minggunya; aktivitas nitrate reduktase, kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total, bobot kering batang, bobot kering tajuk, bobot kering daun, bobot kering akar, luas daun (LD), serta analisis pertumbuhan tanaman, meliputi nisbah laju daun (NLD), luas daun khas (LDK), bobot daun khas (BDK). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemberian pupuk cair melalui media maupun daun belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. Perlakuan pada daun cenderung menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan pada media pada semua parameter pengamatan. "
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Improvement of Plant Genetic Variability through Soma- clonal Variations. Sri Hutami, Ika Mariska, and Yati Supriati. High genetic variability’s are important factors in the development of new crop varieties. In vitro techniques are applicable for development of crop variability that is not found in the gene pool. One of the in vitro techniques that can be used for this purpose is the somaclonal variation technique. Somaclonal variation may be derived from gen- etic variations in explants and genetic variations in tissue cultures. Variations in the explant may be obtained from cell mutations or polysomic mutations of a certain tissue. Gen- etic variations in tissue culture may be caused by ploidy of chromosomes (endomitosis fusion), changes of chromosom structures (crossings), as well as changes of genes and cyto- plasms. Changes of genetic characters may be improved if anorganic compound was added into the medium. To im- prove the plant tolerances to biotic or abiotic factors, selec- tion components may also be added to the medium. Re- search results showed that somaclonal variation in tissue culture can improve genetic variations in plants. The vari- ation produced in tissue culture provide chances to develop new plant genotipes. Many selection components, such as Gamma-ray irradiation, Al contents and low pH, pure toxin or filtrate, polyethylene glycol (PEG), and plant growth regula- tors can be used to improve somaclonal variations in many plants to produce new genotipes."
JURAGBIO 2 (2) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
"ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.
Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular
rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.
Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.
Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>