Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Aridon Anikar
"Proporsi tingkat kesegaran jasmani kurang pada anak usia remaja (10-I9 tahun) di Indonesia diketahui masih cukup tinggi, hal ini akan memberi dampak buruk pada daya tahan kerja, kecerdasan, dan produktivitas mereka.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan informasi tentang proporsi tingkat kesegaran jasmani kurang pada siswa SLTP Negeri dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kesegaran jasmani mereka. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjungkarang Barat Kodya Bandar Lampung atas dasar bahwa penelitian semacam ini belum pernah ada dan jumlah SLTP Negeri yang ada di kecamatan tersebut paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kodya Bandar Lampung.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 200 orang siswa kelas I s/d III yang dipilih secara acak sederhana dari 5 SLTP Negeri. Tingkat kesegaran jasmani sampel diukur dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Piagam Presiden Untuk Siswa SMTP, sedangkan analisa data dilakukan dengan metoda regresi logistik. Hipotesa yang diajukan adalah ada hubungan antara faktor jenis kelamin, umur; aktivitas fisik, status gizi, keadaan kesehatan, kebiasaan makan pagi, atau kebiasaan merokok dengan tingkat kesegaran jasmani siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 69,4% dari seluruh siswa yang diteliti ternyata memiliki jasmani yang tidak segar. Setelah dikontrol dengan faktor lainnya ternyata status gizi, kebiasaan makan pagi, jenis kelamin, dan keadaan kesehatan siswa merupakan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan tingkat kesegaran jasmani.
Salah satu kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kebiasaan makan pagi merupakan faktor yang paling besar tingkat resikonya terhadap kesegaran jasmani siswa, karena siswa yang tidak biasa makan pagi ternyata memiliki resiko untuk mendapatkan jasmani yang tidak segar sebesar 14,13 kali lebih tinggi dibandingkan siswa yang biasa makan pagi (POR = 14,13; 95% CI: 1,79 - 111,24; p = 0,0119 ). Saran yang bisa diberikan adalah meningkatkan KIE kepada siswa, guru, dan orang tua murid dalam berbagai kesempatan dan cara tentang pentingnya makan pagi bagi kesegaran jasmani siswa.

Milt physical fitness level proportion at teenagers (10-19 year old) in Indonesia has been known still in high level, furthermore that would become a damage effect on work endurance, intellegentia, and their productivity.
The purpose of this research is to get more infomation about ratio of milt physical fitness level at Public Yunior High Schools students and factors that related with their physical fitness level. The research was conducted in West Tanjungkarang Subdistrict Bandar Lampung District, based on there was not any similar research before, and the number of Public Yunior High Schools in this subdistrict are greater than in other subdistricts in Bandar Lampung District.
Moreover, cross sectional analysis was used in this design research. The samples consist of 200 students fiom the first to third grade at 5 Public Yunior High Schools, those were choosen randomly. Physical fitness level of the samples were measured with the President Charter of Physical Fitness Test for Yunuior High School Student.
The data were analyzed with logistic regression method. The submitted hypqtesis is there were relationships among sex, age, physical activity, nutritional status, healthiness, breakfast custom, and smoking behavior factor with student physical fitness level.
Further, the result showed that 69.4% of student fiom the samples had tmtit body. In fact, after it was controlled with another factor, it appeared that nutritional status, breakfast custom, sex, and student health condition were risk factors which related with physical fitness level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. CH. Adji Jalesiawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gratianus Prikasetya Putra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S47969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulansari Sabana
"Di rumah sakit swasta Immanuel Kodya Bandung dengan kapasitas 381 tempat tidur, telah dilakukan program Rumah Sakit Sayang Ibu yang dimulai sejak tahun 1996.
Tujuan penelitian adalah diperolehnya gambaran pelaksanaan program RSSI di RS Immanuel yang akhir-akhir ini kegiatannya menurun.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang merupakan studi kasus, dimana sasaran penelitian diambil secara purposif.
Hasil Penelitian adalah sebagai berikut :
- Pelaksanaan RSSI menggunakan langkah yang ditentukan sendiri, hal ini karena belum adanya kesiapan dari tingkat Propinsi.
- Bila dilihat dari pendekatan sistem (Input, Proses dan Output).
Dari segi Input:
Ketenagaan tersedia lengkap yaitu ada 6 orang Dokter spesialis, 6 orang Dokter umum, 57 orang Bidan dan 2 orang tenaga administrasi. Sarana dan prasarana sudah cukup memadai, hanya penunjukan pelaksana RSSI tidak dikukuhkan dengan surat keputusan Direktur, sehingga ada beberapa anggota tim yang belum berfungsi. Kelemahan yang lain yaitu dalam hal pengguna an metoda dan tidak adanya dana khusus program.
Dari segi Proses :
Rumah sakit telah mencoba melaksanakan pelatihan penggunaan protap, melakukan pembinaan petugas tapi belum secara optimal dan berkesinam bungan. Belum pemah dilakukan penambahan tenaga ataupun peralatan selama RSSI berlangsung karena RS ini telah mempunyai ketenagaan dan peralatan yang lengkap.
Dari segi Output :
Karena pelaksanaan kegiatan tidak optimal maka output yang dihasilkan kurang, antara lain notulen tidak tersedia lengkap, demikian pula dengan pencatatan dan pelaporannya.

Evaluation on the Implementation of Loving Mother Hospital At Immanuel Hospital, Bandung Municipality, year 1997 -1998Loving Mother Hospital Program has been implemented at the Immanuel Hospital With capacity of 381 beds, since year 1996.
The aim of this research is to obtain and overview of the implementation of loving mother program at Immanuel hospital, which showed declination in its activities.
Research Method : The research pattern is qualitative research, using case study, and the target takening purposive.
Results : - The implementation of loving mother hospital program at this hospital used its own steps, due to the weakness of The Provincial guidance. The Hospital creates its own steps and policies. It can be seen in its basic steps, which has not followed The Ministry of Health steps.
The target of this research was divide into three parts:
I. On the basic of inputs :
The number of the obstetric and gynecologic ward staff was sufficient , its components were 6 obstetric gynecology specialists, 6 General Practitioner, 57 midwives and 2 administrative personnel. Equipment and its support has fulfilled the loving Baby Hospital needs, there were still lack of method and funds. And another weakness is that the loving Mother Hospital team have not been strengthen by the Director of the hospital decree, so that the member of the team have not been working properly.
On the basis of the process: The hospital tried to implement training to enhance the uses of standard operating procedure, tried to guide staff properly, but it failed, because it was not implement optimally and continuosly. No equipment and personal preparation has been made, because Immanuel hospital had more than enough equipment and personnel.
On the basis of the outputs : The activity result was unsatisfied due to less Implementation of some activities, for example : meetings were not recorded completely, the reporting and recording system was not done properly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Ervin S.
"Pada tahun 1989/1990 Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan survai tingkat kesegaran jasmani kelompok usia kerja di lingkungan pegawai negeri dan swasta. Hasil survai menyimpulkan bahwa tingkat kesegaran jasmani kelompok usia kerja di lingkungan pegawai negeri dan swasta adalah kurang.
Penelitian yang dilaksanakan merupakan studi cross sectional untuk mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani karyawan-karyawati Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan melakukan pengukuran daya tahan kardiovaskuler menggunakan ergocycle serta mengetahui hubungannya dengan karakteristik karyawan-karyawati tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan 72.3 % karyawan-karyawati Puskesmas Kecamatan Palmerah memiliki tingkat kesegaran jasmani kurang dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat kesegaran jasmani karyawan karyawati tersebut yaitu usia (p = 0.0043) dan aktifitas olahraga (p = 0.0004).
Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kesegaran jasmani karyawan karyawati Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan cara meningkatkan daya tahan kardiovaskuler melalui latihan olahraga yang teratur dan terencana.

Figure of Physical Fitness Level among Employees of Public Health Centre of Palmerah, West Jakarta 2001In 1989/1990 Department of Health Republic of Indonesia has implemented a physical fitness level survey among the working age group of the civil servant and private employees. The survey shows that physical fitness level of the working age group of the civil servant and private employees are low.
This study is a cross sectional study to know physical fitness level among the employees of Public Health Centre of Palmerah by measuring cardiovascular resistance using ergo cycle and knowing the relationship according employee characteristics.
The study shows that 72.3 % employees of Public Health Centre of Palmerah have low physical fitness level and the factors related with the employees physical fitness level are age (p = 0.0043) and exercise activities (p = 0.0004).
Therefore, efforts to increase physical fitness level of the employees of Public Health Centre of Palmerah are needed by increasing cardiovascular resistance through regular and planned exercise.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
"Dasawarsa setelah Perang Dunia II menunjukkan kemajuan teknologi yang teramat pesat dan banyak melahirkan ciptaan baru. Tidak hanya kepada penemuan peralatan dan mesin modern, tetapi juga membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Salah satu yang menonjol di bidang sosial-ekonomi dalam masyarakat kita adalah fenomena yang disebut sebagai pasar swalayan (super market) yang menggeser peranan pasar tradisional.
Pasar tradisional, sebagai suatu bentuk awal kegiatan ekonomi sederhana dalam kehidupan masyarakat Indonesia terutama di Batavia/Jakarta, mempunyai sejarah yang panjang. Ini dibuktikan dengan nama-nama sejumlah wilayah di kawasan DKI Jakarta yang mengambil nama pasar dan nama hari pasar, seperti: Pasar Ikan, Pasar Baru, Pasar Glodok, Pasar Tanah Abang, dan Pasar Senen.
Sejarah pemberian nama wilayah berkaitan dengan nama pasar dan hari pasar bermula dari aturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial di jaman VOC Hindia Belanda, kegiatan pasar ditentukan harinya untuk wilayah-wilayah tertentu. Jadi Pasar Senen yang dulunya dikenal sebagai Vinke Bazaar mendapat giliran hari pasar yang jatuh pada hari Senen. Demikian pula pasar juga merupakan suatu peristiwa sejarah pada waktu penyerangan tentara Mataram ke Batavia."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sentot Hari Wibowo
"Tomat merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat dan banyak diperdagangkan di Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional. Kebutuhan tomat untuk konsumsi melebihi kebutuhan akan daging atau ikan. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tomat maka upaya yang dilakukan petani untuk meningkatkan hasil panennya adalah dengan menekan kerusakan buah tomat dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) secara kimiawi. Pada umumnya petani tomat mempunyai ketergantungan pada pestisida dalam pengendalian OPT. Aplikasi pestisida oleh petani meningkatkan residu pestisida pada tanaman tomat yang dapat membahayakan konsumen. Residu pestisida tersebut dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dan melekat atau tertinggal di permukaan buah dan daun tanaman tomat. Permasalahan yang diangkatdalam penelitian ini adalah (1) apakah kadar residu pestisida pada tomat produksi petani PHT lebih rendah daripada petani Non-PHT1 (2) apakah penanganan pascapanen dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat sebelum dijual ke pasar, (3) apakah kadar residu pestisida pada buah tomat yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan melampaui Batas maksimum residu (BMR) pestisida yang disyaratkan, (4) apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan konsumen dengan persepsi mereka tentang residu pestisida pada buah tomat yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan.
Untuk menjawab pertanyaan itu, dikemukakan beberapa hipotesis sebagai berikut: (1) tingkat kadar residu pestisida pada buah tomat yang dihasilkan oleh petani PHT !ebih rendah daripada oleh petani Non-PHT, (2) kegiatan penanganan pascapanen dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat, (3) kadar residu pestisida pada buah tomat yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan melampaui BMR yang disyaratkan, (4) ada hubungan antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan konsumen dengan persepsi mereka tentang residu pestisida pada buah tomat. Penelitian ini menggunakan metode survai di Kabupaten Bandung. Pengamatan dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling dari bulan September sampai dengan Desember 2003. Data primer diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dan hasil wawancara dengan responden atau menggunakan kuisioner. Analisis uji statistik untuk hasil kuisioner menggunakan Koefrsien Korelasi bersyarat (coeficient of contingency) dengan terlebih dahulu mencari Khai Kuadrad.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut
1.Tingkat residu pestisida pada buah tomat yang diambil dari hasil panen PHT lebih rendah daripada yang berasal dari petani Non-PHT. Kadar Profenofos pada sistem PHT 0,1586 mg/kg, sedang Non-PHT 0,3338 mg/kg, sedang untuk Mankozeb pada PHT 0,0320 mg/kg, sedang pada Non-PHT 0,0673 mg/kg (Lembang). Kadar Profenos pada PHT 0,4288 mg/kg, sedang Non-PHT 0,9027 mg/kg. Untuk Mankozeb pada PHT 0,0305mg/kg, sedang Non-PHT 0,0643 mg/kg (Pangalengan).
2.Kegiatan penanganan pascapanen mulai tomat dipetik sampai tiba di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat.
3.Kadar residu Profenofos dan Mankozeb pada buah tomat yang dijual di Pasar masih di bawah BMR yang ditetapkan oleh FAO,
4.Mayoritas responden (80%) mengetahui tentang residu pestisida . Meski demikian, hanya 23,33% responden menyatakan residu pestisida berdampak langsung pada kesehatan dan 56,67% responden mengatakan dampak buruk mengkonsumsi buah tomat yang mengandung residu pestisida bersifat jangka panjang.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah (1) Kadar residu pestisida pada buah tomat produksi petani PHT lebih rendah daripada dari petani Non-PHT, 2) Kegiatan penanganan pascapanen mulai buah dipetik sampai tiba di pasar dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat. (3) Tingkat residu pestisida pada buah tomat yang dijual di pasar masih di bawah BMR, (4). ada hubungan antara Tatar belakang pendidikan dan pekerjaan konsumen dengan persepsi mereka tentang residu pestisida pada buah tomat, tetapi tingkat pendidikan konsumen yang tinggi tidak mencerminkan mereka mengetahui residu pestisida secara mendalam. Dari kesimpulan di atas maka disarankan bahwa; {1) perlu pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan untuk mencetak petani tomat yang handal dalam mengaplikasikan pestisida (2) untuk menjamin keamanan pangan dan kesehatan masyarakat maka pemerintah perlu menetapkan BMR Profenofos dan Mankozeb untuk buah tomat (3) perlu adanya sosiafsasi kepada masyarakat luas bagaimana Cara mengurangi kadar residu pestisida pada buah tomat sebelum dikonsumsi (4) perlu penelitian lebih lanjut oleh instansiliembaga terkait dan Perguruan Tinggi untuk mendapatkan informasi residu pestisida yang aman untuk manusia dan lingkungan.

Tomato is one of the fruit vegetables which is consumed by many people and sold in the Supermarket and Traditional Market The human need of tomatoes for consumption is higher than meat or fish. In line with the increase of demand of tomato consumers, one of the farmers' efforts to increase yield of tomatoes is by suppressing the damage (yield loss) caused by pests and diseases through the use of chemical pesticides. Generally, tomato farmers are completely relying on the use of pesticides to control pests and diseases. The application of pesticides done by the farmers leaves residue of chemical substances on tomato fruits, which is harmful to the consumers. The pesticide residues may enter the plant cells and attach or left on the surface of tomato leaves and fruits. The problems raised in this study are: (1) whether the level of pesticide residues in tomato fruits grown by Integrated Pest Management (IPM) farmers was lower than non-IPM farmers, (2) whether fresh handling activities can reduce the pesticide residue contents in tomato fruits before to be sold to the market, (3) whether the contents of pesticide residues in tomatoes sold in traditional market and supermarket surpasses the official maximum residue limits (MRL), (4) whether the background of education and job of consumers effect their perception on the pesticide residues in tomatoes sold in traditional market and supermarket.
To get the answer of above mentioned questions, some hypothesis are drawn as follows: (1) level of pesticide residues in tomatoes harvested from IPM farmers' growing is lower than non-IPM farmers, (2) fresh handling activities can reduce the pesticide residues content in tomato fruits before to be sold to the market, (3) the pesticide residues level in tomatoes sold in traditional market and supermarket surpass the official MRL, (4) the background of education and job of consumers effect their perception on pesticide residues in tomatoes. This study was conducted using a formal survey in Bandung district from September to December 2003. Observation was made with the use of purposive sampling. The primary data were obtained from laboratory analysis and interview with the respondents or using a questionnaire. Statistical analysis for data obtained from the questionnaire was done with the use of coefficient of contingency and Chi Square.
Results of the study are as follows:
1.Level of pesticide residues in tomato samples taken from IPM farmers at harvest time was lower than non-IPM farmers. The profenofos content in 1PM system was 0.1586 mg/kg, while in non-IPM system was 0.3338. mg/kg. In addition, the mancozeb content was 0.0320 mg/kg in IPM system, and 0.0673 mg/kg in non-IPM system (Lembang sub-district). The profenos content was 0.4288 mg/kg in IPM system, while in non-IPM system was 0.9027 mg/kg. As for mancozeb, in IPM system was 0.0305, mg/kg, while in non-IPM system was 0.0643 mg/kg (Pangalengan sub-district).
2.Fresh handling activities starting from picking tomato fruits at harvest time up to the markets can reduce the pesticide residues in tomatoes.
3.The residues of profenofos and mancozeb in tomatoes sold in
traditional market and supermarket were still below MRL values
recommended by FAO.
4.Most the respondents (80%) knew about pesticide residue. However only 23,33% out of the total respondents stated that pesticide residues in tomatoes would give direct negative side effects on human health. In addition, 56,67% out of the total respondents said that negative side effect will occur in a long term.
Based on the results of study, following are some important conclusions: (1) pesticide residue contents in tomatoes harvested from 1PM farmers were lower than from non-IPM farmers, (2) fresh handling activities of tomatoes starting from harvest time up to consumers can reduce the pesticide residues in tomatoes, (3) the level of pesticide residues in tomatoes sold in market is still below MRL, (4) higher level of education background of the consumers do not reflects their profound knowledge on pesticide residues.
Some important recommendation: (1) it is needed to train continuously the tomato farmers who can apply good agriculture practices (2) the maximum residue limit (MRL) of tomatoes should be established by the government to support the food safety and health of the consumers, (3) it is disseminated continuously so that the people know how to reduce the content of pesticide residues in tomatoes, (4) it is needed to conduct research continuously by related institutions to get information of pesticide residues which is safe for human and environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Eduardo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunandir
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>