Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sofia Anggita Hasty
"Provinsi Jawa Barat menghadapi permasalahan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan TPT Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kesempatan kerja dan pengangguran di Jawa Barat, dan juga bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengangguran di Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan model tidak cukup baik menjelaskan variabel dependen TPT, ditunjukkan oleh nilai R-Square yang rendah. Oleh karena itu, dilakukan uji terhadap variabel independen yang sama, yaitu PDRB, UMK Riil, Dummy PP No.33 Tahun 2013, dan Dummy Kota/Kabupaten terhadap variabel dependen Jumlah Pengangguran.
Hasil estimasi menunjukkan PDRB, UMK Riil, dan Dummy Kota/Kabupaten signifikan berpengaruh terhadap Jumlah Pengangguran.

West Java Province has been facing the unemployment rate problem, the rate is even higher than the national rate. This study aims to describe the trend of employment and unemployment in West Java, and also to analyze what factors affect the unemployment in West Java.
The result shows that the model is not good enough to explain the Unemployment Rate TPT as dependent variable, indicated by the low R Square value. Therefore, the same independent variables, which are GRDP, Minimum Wage, Dummy Government Regulation No 33 2013, and Dummy Districs Variable were tested for the Number of Unemployment variable.
The result shows that GRDP, Minimum Wage, and Dummy Districts Variable significantly affect the Number of Unemployment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra A. Samuel
"ABSTRAK
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengangguran adalah penduduk yang selama
seminggu terakhir tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau
mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan,
karena merasa putus asa, atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan jumlah
pengangguran terhadap angkatan kerja. Pengangguran adalah suatu masalah yang
serius bagi suatu negara. Tingkat Pengangguran Terbuka di Pulau Jawa, khususnya
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur beragam. Di Jawa Barat TPT cenderung
tinggi, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur TPT cenderung rendah. Pada
skripsi ini akan dimodelkan TPT di ketiga daerah tersebut, menggunakan tingkat
pendidikan, kesehatan, PDRB, jumlah penduduk serta status pernikahan sebagai
variabel penjelas, faktor spasial juga diperhatikan karena jarak antar
kabupaten/kota yang berdekatan, akan mengakibatkan TPT cenderung berkorelasi.
Data yang digunakan adalah data sekunder bersumber dari BPS. Data akan
dianalisis menggunakan uji Moran I, untuk mengetahui tingkat dependensi spasial,
dan metode Spatial Autoregressive untuk mengetahui variabel-variabel yang
signifikan mempengaruhi TPT di ketiga daerah tersebut dan besar pengaruh faktor
spasialnya. Hasil yang diperoleh, variabel proporsi penduduk menikah, rate
penyakit, dan jumlah penduduk merupakan variabel yang signifikan
mempengaruhi TPT. Pada ketiga daerah tersebut, juga akan diteliti kabupaten/kota
manakah yang memiliki TPT tertinggi menggunakan metode Spatial Scan
Statistics. Hasil yang diperoleh, terdapat 22 kabupaten/kota yang merupakan
kelompok daerah dengan TPT paling tinggi (Most likely cluster) pada area
penelitian, 2 kabupaten/kota yang merupakan kelompok daerah dengan TPT paling
tinggi di daerah Jawa Barat, 1 kabupaten/kota yang merupakan kelompok daerah
dengan TPT paling tinggi di daerah Jawa Tengah, dan 15 kabupaten/kota yang
merupakan kelompok daerah dengan TPT paling tinggi di daerah Jawa Timur.

ABSTRACT
According to Badan Pusat Statistik (BPS), unemployment is the population that did
not work but looking for work, or preparing for a business, or find it is impossible
to get a job (in despair), or have been accepted to work but have not started
working over the past week. Unemployment Rate (TPT = Tingkat Pengangguran
Terbuka) is the ratio of the number of unemployed to the labor force.
Unemployment Rates in Java, especially in West Java, Central Java, and East Java
are diverse. In West Java TPT tends to be high, whereas in Central Java and East
Java TPT tends to be low. The objectives of this study is modeling the TPT in
those three regions, using rate of disease, infant mortality rate, educational level,
population size, proportion of married people, and GDRP as explanatory variables.
Spatial factors are also considered in the modeling since the closer the distance, the
higher the correlation. This study uses the secondary data from BPS. The data will
be analyzed using Moran I test, to obtain the information about spatial dependence,
and Spatial Autoregressive method to obtain information, which variables are
significant affecting TPT and how great the influence of spatial factors. The result
is, variables proportion of married people, rate of disease, and population size are
related to TPT significantly. In all three regions, will also be investigated
districts/cities which has the Hotspot of TPT using Spatial Scan Statistics Method,
that is 22 districts/cities as a regional group with the highest TPT (Most likely
cluster) in the study area, 2 districts/cities as a regional group with the highest TPT
in West Java, 1 district/city as a regional groups with the highest TPT in Central
Java, and 15 districts/cities as a regional group with the highest TPT in East Java."
2015
S61131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawardi
"Penelitian ini akan menganalisis dampak kebijakan investasi Pemerintah Daerah Jawa Barat pada sektor industri terhadap struktur penyerapan tenaga kerja di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan daerah lainnya. Pemilihan Propinsi Jawa Barat sebagai basis penelitian dikarenakan Propinsi tersebut merupakan salah satu sentra industri yaitu di wilayah Bandung, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Botabek). Menarik untuk dijadikan kajian karena Botabek merupakan daerah penyangga Propinsi DKI Jakarta yang notabene merupakan pusat aktivitas perekonomian Indonesia.
Kurang lebih 60% pembangunan sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor industri pengolahan dan berada di Propinsi Jawa Barat. Kebijakan tersebut diharapkan dapat berdampak pada penyerapan jumlah tenaga kerja sekaligus mengurangi tingkat pengangguran regional. Konsekuensi logis adanya interregional effect akan berdampak pula pada daerah sekitarnya.
Investasi yang dilakukan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat di dalam penelitian ini bukanlah investasi yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan skenario alternatif kebijakan investasi yang mungkin diambil, untuk menstimulasi pihak swasta sebagai pelaku utama dalam pembangunan sektor industri. Pemilihan skenario kebijakan investasi Pemerintah Daerah Jawa Barat tersebut berdasarkan kebutuhan msayarakat akan peluang memperoleh lapangan kerja di berbagai sektar industri pengolahan.
Adapun skenario yang dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan sektor-sektor industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. Setor-sektor yang dimaksud adalah sektor industri tekstil (sektor 9), industri kertas (sektor 11) dan industri barang dari logam (sektor 15). Pertimbanganya adalah ketiga sektor tersebut merupakan sektor penyumbang terbesar ketiga yaitu 17,3% bagi penyerapan tenaga kerja di Propinsi Jawa Barat setelah sektor pertanian 29,69% dan sektor perdagangan 24,96%.
Data awal yang digunakan untuk menganalisis dampak tersebut adalah Tabel Input-Output Antar Daerah (IRIO) Tahun 2000 hasil pemutakhiran data Input-Output Antar Daerah (IRIO) Tahun 1990 yang disusum oleh Bappenas.
Dari hasil simulasi dapat dikatakan bahwa kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah Jawa Barat dengan mendorong pihak swasta untuk lebih banyak berperan dalam pembangunan ekonomi, terutama disektor industri tekstil (sektor 9), industri kertas (sektor 11) dan industri pengolahan barang dari logam (sektor 15) memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat, akan tetapi kurang signifikan dampaknya terhadap Propinsi DKI Jakarta dan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi di Propinsi DKI Jakarta dan lainnya relatif rendah bila dibandingkan dengan sektor-sektor sejenis di Propinsi Jawa Barat. Hal ini ditunjukan oleh rendahnya nilai keterkaitan kebelakang (backward linkages), keterkaitan kedepan (forward linkages) dan pure linkages. Dengan kata lain, dampak interregionalnya kecil atau kurang berarti."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven L. Simaela
"Pesatnya pembangunan dibidang industri, selain memberikan peningkatan taraf hidup masyarakat akan tetapi disisi lain akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan sebagai akibat dari kegiatan industri itu sendiri. Hal ini terlihat pada industri penambangan batu, dimana debu yang dihasilkan akibat proses produksi dapat menggangu kesehatan terutama sistim pernapasan pekerja. Hasil penelitian (Castello,1980) pada 20 perusahan pemecah batu di Amerika menunjukkan 30% pekerja yang diteliti mengalami gangguan fungsi paru.
Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional, dengan jumlah sampel sebesar 62 perkerja yang diambil dari bagian produksi perusahaan pemecah batu sesuai kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Dari hasil penelitian yang diketahui pekerja mengalami penurunan kapasitas maksimal paru 74,2% yang terdiri dari gangguan obstruksi adalah yang terbanyak yaitu 40%, gangguan retriksi 24,2% dan gangguan yang bersifat campuran (obstruksi dan retriksi) sebesar 9,7%. Umur pekerja rata-rata adalah 36,2 tahun dengan lama kerja rata-rata 8,7 tahun, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri yang baik( baru mencapai 51,6% sedangkan kebiasaan merokok pada pekerja mencapai angka yang cukup tinggi yaitu 79%. Pekerja yang terpajan debu melebihi nilai ambang Batas sebesar 66%, dan didapatkan pekerja yang pernah atau sedang inengalami gangguan penyakit pare obstrutif kronis sebesar 22,6%.
Dari hasil uji regresi logistik didapatkan nilai OR untuk umur pekerja adalah 0,0858, 95%CI (0,0089-0,8306), dan nilai p = 0,0340, kadar debu nilai OR = 0,2133, 95% CI (0,0452-1,0058) dengan nilai p = 0,0509 dan lama kerja nilai OR = 0,1512, 95% CI (0,0317-0,7724) dengan nilai p = 0,0179.
Kesimpulan yang didapat adalah faktor umur, kadar debu dan lama kerja mempunyai hubungan secara statistik maupun substantif dengan kapasitas maksimal paru pekerja perusahaan pemecah batu di daerah Bogor Jawa Barat.
Selanjutnya dapat disarankan upaya memberlakukan inutasi atau rotasi kerja pada pekerja, pemeriksaan berkala terutama fungsi paru serta penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan maupun peralatan perlindungan sesuai dengan kebutuhan pekerja.
Daftar bacaan : 35 (1962-1999)

Factors Associate with Maximum Capacity of Lung Among Stone Breaker Labors PT. P in Bogor Area, West Java in The Year 2000
The impacts of industrial development are increasing the community income and also unexpected impact such as dust pollution from stone mining industry that produce health disadvantages especially respiratory system among labors. 30 % labors got lungs problem at 20 stone breaker companies in USA. ( Castello, 1980).
This study used cross sectional design with 62 samples from producing department stone breaker company's labors. As a result, 74.2 % labor got decreasing in maximum capacity of lungs with 40 % obstruction, 24.2 % restriction and 9.7 % combination. Age average is 36.2 years old, average 8.7 years working experience, wearing self protector device properly is 51.6 %, smoking habit is 79 %. Dust contact above standard is 66 % and chronic obstructive among labors is 22.6 %.
With Iogistic regression, OR value for age of labors = 0.0858, 95% CI (0.0089 - 0.8306), and p value = 0.0340, respirable dust OR value = 0,2133, 95% CI (0,0452 - 1,0058) and p value = 0.0509, working experience OR value = 0.1512, 95% CI (0.0317 - 0.7224) and p value = 0.0179.
If can be concluded that age, working experience and dust value factor have associate with maximum capacity of lungs among labors in stone breaker company in Bogor area, west Java,
Working mutation and rotation among labor, periodically lung function examination, providing health care facility and self protection device are suggested.
References : 35 (1962-1999)."
Universitas Indonesia, 2000
T7272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Togi Asman
"ABSTRAK
PENDAHULUAN. Salah satu penyakit akibat kerja yaitu hematuria dapat terjadi akibat para pekerja mengalami benturan berulang antara telapak tangan atau telapak kakinya dengan sesuatu permukaan alat yang keras. Hematuria karena getaran terjadi akibat hemolisis intravaskuler yang timbul akibat adanya jejas mekanik terhadap eritrosit yang terdapat pada pembuluh darah telapak tangan dan lengan. Dari data sekunder pada bulan Maret 1999 di Pusat Kesejahteraan Mahasiswa UI (Universitas Indonesia ) ditemukan keluhan badan capek, lemah, tangan kebas dan pada pemeriksaan fisik di lapangan menunjukkan konjungtiva anemis ( 28,6 %) dari pekerja pemotong rumput di kompleks UI depok.
SUBJEK PENELITIAN.Populasi penelitian ini adalah seluruh operator pemotong rumput di kompleks Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat. METODOLOGI.Penelitian ini meliputi pemberian intervensi berupa akselerasi getaran dalam sumbu x = 8 m / dtk 2 dan 10 m / dtk 2 pada frekuensi getaran 40 Hz semuanya diatas NAB (nilai ambang batas ) sesuai ketetapan Departemen Tenaga Kerja dan TLVs dari ACGIH dengan lama pajanan per hari dan mesin pemotong rumput `Tanaka RBK 250 yang digunakan operator ( pekerja ) pemotong rumput di kompleks Ul Depok, Jawa Barat.
Untuk mendapat informasi hubungan berbagai variabel metode yang digunakan adalah kuasi eksperimental (desain pre dan post test). Pada penelitian ini variabel umur, masa kerja, dan variabel penggunaan alat pelindung merupakan variabel yang dimasukkan dalam variabel para eksperimental yang akan dipelajari pengaruhnya terhadap terjadinya hematuria, ( sedimen eritrosit dalam urin ).
HASIL PENELITIAN. Dan hasil analisis diperoleh bahwa 3 orang diantara subjek penelitian terdapat hematuria (15 % ). Sedangkan terdapat hubungan yang signifikan antara lama pajanan dengan hematuria sesudah kerja ( p < 0,05 ) dengan nilai odds ratio = 1,37 pada konfiden interval 95 % . Lama pajanan getaran tangan lengan 5 - 7 jam ( X = 6,37 jam ) berhubungan dengan terjadinya hematuria, resiko menjadi hematuria dengan lama pajanan per hari > 6 jam adalah sebesar 1,37 kali dibanding dengan lama pajanan per hari 5 6 jam. Umur, masa kerja tidak berhubungan dengan hematuria demikian juga API) (pemakaian alat pelindung diri ) tidak ada hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hematuria sesudah kerja, namun dari hasil analisa statistik didapat nilai odds ratio yang cukup besar yaitu 6,50 pada konfiden interval95 % untuk pemakaian AHD. Resiko untuk menjadi hematuria pada operator yang tidak selalu memakai API) ( sarung tangan) adalah 6,50 kali dibanding dengan yang selalu memakai APE) ( sarong tangan ) pada waktu keija.
REKOMENDASI Oleh karena itu disarankan agar lama pajanan per hari operator pemotong rumput di UI dikurangi sebaiknya lama pajanan per hari 4 - < 6 jam,serta selalu menggunakan sarung tangan pada waktu kerja, pegangan alat pemotong rumput diberi lapisan yang dapat mengurangi getaran tangan lengan. Perlu penelitian berlanjut yang lebih luas untuk mengetahui besar dan kronisitas dari hemolisis serta dampaknya terhadap fungsi ginjal.

ABSTRACT
INTRODUCTION. One of the occupational disease is Haematuria. It can happen because worker gets collision continuously between hand sole or foot sole with a hard surface. Haematuria that caused by vibration, happens because of intravasculer hemolysis that come out because of being mechanic scraped to blood vessels of hand sole and arm. According to secondary data in March 1999 at welfare Center of Indonesia University, found complaint, tired body, weak, finger numbness and physic survey in the field showed anemis conjunctiva 28,6 % (8 workers) from Grass Cutter worker at UI area in Depok.
SUBJECT OF RESEARCH. This research population is all Grass Cutter operator at University of Indonesia area in Depok, west Java.
METHODOLOGY. This research derives from giving interference namely vibration acceleration in fuse x = 8 m 1 s 2 and 10 m 1 s z on vibration frequency 40 Hz, all above NAB ( value of limit threshold) according to Manpower Department and TLVs from ACGIH by using daily exposure from Grass Cutter machine ` Tanaka ` RBK 250 that used by Grass Cutter worker at UI area in Depok, West Java.
To get relation information of kind of method variable that used is kuasi experimental ( pre and post test design ). In this research age variable, life time exposure and variable the use of protecting tool is variable that put in variable para experimental that will be studied the effect how haematuria can happen ( sediment of erytrosit in urine ).
RESULT. Result show that 3 people among subject of research got haematuria ( 15 % ). While there is a significant relation between time of exposure and haematuria after working ( p < 0,05 ) with odd ratio value = 1,37 at confident interval 95 %. Vibration exposure of 5 --- 7 hour for daily ( X = 6,37 hour, median - 6,75 ) connected by haematuria , the risk of getting haematuria with time of daily exposure > 6 iwlu is 1,37 times compared with time of daily exposure 6 hour. Age, life time exposure is not connected with haematuria also API) ( the use of self protection tool ) there is not significan relation to get haematuria after working, but the result of statistic analization was gotten a big odd ratio value namely 6,50 at interval confident 95 %. The risk of getting haematuria with worker not always uses APE) ( glove ) is 6,50 times compared with someone that always uses API) ( glove ) when worker is working.
RECOMMENDATION. It is suggested to reduce time of daily exposure Grass Cutter operator at L3I, the best time of daily exposure is 4 -
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niprida Mardin
"Hipertensi merupakan risiko utama penyakit kardiovaskular dan stroke. Berdasarkan hasil SKRT tahun 1995, penyakit ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Besarnya masalah stroke dan kardiovaskular ini telah mengindikasikan besar masalah hipertensi di masyarakat Secara nasional angka hipertensi belum ada, namun dari beberapa studi di beberapa propinsi didapatkan prevalensi sebesar 8 - 26 %, dan di Kelurahan Abadi Jaya sebesar 25,6 %. WHO memperkirakan terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya, diperkirakan akan menjadi beban utama kesehatan pada tahun 2010 terutama di negara berkembang. Oleh sebab itu hipertensi harus segera dikendalikan, dan dengan pengendalian penyakit hipertensi berarti sekaligus dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit stroke dan kardiovaskular.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahul faktor risiko hipertensi di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat dengan menggunakan disain cross sectional. Penelitian ini memakai data sekunder yang dilakukan Puslitbangkes yaitu Studi Operasional Promosi Gaya Hidup Sehat dalam Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Utama Secara Terintegrasi Berbasis Masyarakat di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat tahun 2000.
Kriteria hipertensi yang dipakai adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg, atau sedang makan obat anti hipertensi sesuai kriteria WHO - ISH 1999. Populasi studi adalah penduduk berusia 25 - 65 tahun di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat, sample diambil secara multistage random sampling dengan jumlah sample sebesar 917 setelah dikalikan 2 untuk mengatasi disain efek.
Hasil penelitian didapatkan bahwa 4 variabel dapat dibuktikan berhubungan dengan hipertensi yaitu Obesitas OR = 2,2 ( 95 % CI : 1,603 - 3,114), Stress OR = 1,98 ( 95% CI: 1,389 - 2,834 ), dan Umur 45-55 th. OR= 3,2 (95% Cl: 1,946 - 5,298 ), umur 55 - 60 th, OR= 6,3 (95% CI: 3,570 - 11,075 ), umur > 60 th. OR= 8,0 (95% Cl: 4,316 - 14,953). Pengaruh yang paling besar terhadap kejadian hipertensi adalah umur yang diikuti obesitas.
Saran ditujukan kepada pemerintah dan peneliti. pada pemerintah : Ditetapkan program yang bertanggung jawab terhadap Penyakit Tidak Menular, khususnya hipertensi. Peningkatan surveilans penyakit hipertensi, Sosialisasi terns menerus tentang pendidikan pola hidup sehat pada masyarakat, terutama pola gizi seimbang. Pemeriksaan Tekanan darah bagi masyarakat usia > 20 th minimal 1 kali dalam 2 tahun. Pengadaan konseling hipertensi. Pada peneliti : Penyempurnaan penelitian tentang pengukuran konsumsi garam, diet lemak dan olah raga.
Daftar kepustakaan : 55 (1982- 2002)

Risk Factor Analysis of Hypertension in the Community in Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat Year 2000Hypertension is a major risk factor of cardiovascular diseases and stroke. According to SKRT 1995 (House hold Health Survey), these diseases are the number one causes of death in Indonesia. The magnitude of the problems of these cardiovascular diseases and stroke indicate also the problem of hypertension in the community. Nationally, the exact rate of hypertension is not available, but from a number of studies in some provinces, we got the prevalence of 8 - 26%, and the prevalence in Kelurahan Abadi Jaya of 25,6 %. WHO estimates that there are 600 million patients of hypertension throughout the world and 3 million out of them die every year. It is predicted that it will be the main burden of health problems in 2010 especially in the developing countries. Therefore, hypertension should be under controlled and preventing hypertension means also decreasing the morbidity and mortality of stroke and cardiovascular diseases.
The objective of this study is to recognize risk factors of hypertension in KeIurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat by cross sectional study design. The study used secondary data taken from Puslitbangkes (Center of Health Research and Development) titled: Studi Operasional Promosi Gaya Hidup Sehat Dalam Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular [Rama Secara Terintegrasi Berbasis Masyarakat di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat tahun 2000 (Integrated, Community Based Operational Study of Healthy Lifestyle Promotion in Controlling Risk Factors of non Communicable Diseases in Kelurahan Abaadi Jaya Kota Depok Jawa Barat in 2000).
Criteria of hypertension lased' is a systolic blood pressure of > 140 mmHg and diastolic pressure of > 90 mmHg, or being in treatment with anti hypertension drugs as mentioned in the criteria of WHO - ISH 1999. Study population is the people aged 25 - 65 years in Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat, samples were taken by multistage random sampling with the sample size of 917 after multiplied by 2 to avoid effect design.
Study results showed there were 4 variables evidently related with hypertension : Obesity" OR = 2,2 (95 % CI : 1,603 - 3,114), Stress OR = 1,98 (95% Cl: 1,389 - 2,834 ), and age 45-55 years. OR= 3,2 ( 95% CI: 1,946 - 5,298 ), 55 - 60 years. OR= 6,3 (95% CI: 3,570 - 11,075 ), > 60 years, OR= 8,0 (95% CI: 4,316 - 14,953 ). The biggest factor related to the occurrence of hypertension is age, followed by obesity.
Suggestions were given toward the government and researchers. For the government: to establish a responsible program to the non communicable diseases especially hypertension. To increase the surveillance of hypertension, continuing socialization about healthy pattern in the community especially about balance nutrition pattern. Examination of blood pressure for the people aged > 20 years at lest once every 2 years. Provide hypertension counseling. For the researchers: further study about salt consumption measurement, fat diet and sport activities.
References : 55 (1982- 2002)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T12998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasihin
"Di Jawa Barat, sejak tahun ajaran 1998/1999 telah berdiri enam institusi akademi kebidanan dengan tugas utama untuk menghasilkan tenaga profesional pemula dibidang kebidanan dalam jumlah serta mum yang memadai. Secara umum, kondisi hampir diseluruh institusi masih dihadapkan kepada sejumlah kendala khususnya yang berkaitan dengan belum tersedianya sumber daya yang memadai. Oleh karena itu agar institusi dapat melakukan timgsinya dengan baik, diperlukan pimpinan yang berkompeten sehingga mampu menentukan arah, kebijaksanaan serta stfategi untuk mewujudkan kinexja organisasi yang dipimpirmya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek kompetensi kepemimpinan para direlcmr akademi kebidanan di Jawa Barat dalam hubungannya dcngan kinexja organisasi yang dipimpinnya. Oleh karena itu dalam studi ini , peneiiti melibatkan dua variabel utama yaim variabel kompetensi kepemimpinan sebagai independent variable dan variabei kinelja organisasi yang diperlalmkan sebagai dependent variable.
Independen variabel tersediri dari delapan aspek kompetensi kepemimpinan yang terdiri dari 1. Kemampuan pimpinan dalam memelihara standar akademik, 2. Kemampuan pimpinan dalam memilih staf edukatif maupun staf administrasi, 3. Kemampuan pimpimm dalam membina moral kerja staf; 4. Kemampuan pimpinan dalam membina hubungan organisasi dengan pihak lain , 5. Kemampuan intelektual pimpinan, 6. Kemampuan pimpinan dalam mcnggali dan memanfaatkan dana organisasi, 7. Keteladanan, 8. Pengalaman dalam mengelola pendidikan D-III kesehatarm Adapun dependent variable terdiri dari tiga indikator yaitu 1. lldim organisasi, 2. Prestasi kerja dosen dan 3. Prestasi belajar mahasiswa.
Metoda yang digunakan melalui pendekatan cross sectional dengan pengolahan data menggunakan program Epi Info V. 6.0 dan SPSS For Windows V.9.0_ Populasi sebanyak 57 dosen tetap yang bekerja pada lima Akbid Depkes di Jawa Barat. Sampling tidak dilakukan karcna jumlah responden hanya sedikit. Adapun pengumpulan data untuk setiap aspek variabel kompetensi kepemimpinan, iklim organisasi dan prestasi kexja dosen dengan wawancara melalui kuesioner sedangkan prestasi belajar mahasiswa berupa data sekunder yang diperoleh dari setiap dosen yang menjadi responden dalam penclitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima aspek kompetensi yang berhubungan dengan klnerja organisasi yairu l. Kemampuan pimpinan dalam mcmelihara standar akademilg 2. Kemampuan pimpinan dalam memilih staf edukatif maupun staf administrasi, 3. Kemampuan pimpinan dalam membina moral lcerja stat; 4. Kemampuan intelektual pimpinan, 5. Pengalaman pimpinan dalam mengelola pendidikan D-IH kesehatan.
Rekomendasi yang bisa diberikan adalah apabila pihak direktur Akademi kebidanan, pihak Kanwil Depkes Provinsi Jawa Barat maupun pihak Pusdiknakes Depkes RI mengharapkan kinerja organisasi Akbid berkembang secara optimal, dapat dilakukan melalui meningkatan kemampuan para direktumya baik melalui pelatihan, peningkatan peudidikan dan lain-lain yang fokusnya diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kemampuan para direktur dalam kelima aspek kompetensi kepemimpinan tersebut.

Since 1998/1999, in West Java, there are six institutions of midwifery academy have main goal to produce midwife in appropriate quality and quantity. Generally, the common problems faced institution is the lack of good human resources . Therefore, to make the institution has good fimction, it must have competent leader who is able to point out and to decide the directions, and the strategies to create his organization achievement.
The research is intended to know midwifery academy director?s leadership competency aspect in West .lava related to his organization achievement. Therfore, in this study , researcher involved two main variables leadership competency as independent variable, and organizations as dependent variable.
Independent variable consists of eight competency aspects : l. Leader`s competency in maintaining standard of academy, 2. Leader?s competency in selecting educative of administrative staff; 3. Leader?s competency in guiding his moral work stnif , 4. Leader?s competency in making good relation with other institutions, 5 Leader?s intelectual competency , 6. Leader?s competency in earning and making use of tinance , 7. Leader?s competency in making good axarnple of behavior , 8. His expeience in managing D-lll health institution Dependent variable consists of three indicators, 1. Organitation climate , 2. Leactures? achievement , and 3. Students achievement.
In this research , the researcher used cross sectional approach. In processing the data , the reasearcher us efi info V.6.0 program and SPSS for windows V.9.0. Population in this research was S7 lecrures who worked in five midwifwry academies in West Java. The researcher did not use sampling as a small number of respondents in this research.
The result of the research defined that there are tive competency aspects relate to organization achievement , namely : l. Leader,s competency in maintaining standard of academy, 2. Leader,s competency in selecting educative or administrative staii 3. Leader,s competency in guiding his moral work staff , 4. Leader,s competency in intellectual competency , 5. Leader,s competency in managing D-III health institution. From this research _ the researcher can suggest recommendation as follow : if the director of midwifery academy or regional ofhce intends to develop organization achievement , it can be applied by developing director?s capability through training , continuiting study , and others program that focus on improving and developing director`s capability in the Eve aspects of competency."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Nurmaini
"Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kini muncul kembali (re-emerging). Untuk menanggulangi penyakit ini, sejak tahun anggaran 1995/1996 Program Pemberantasan Tuberkulosis (P2TB) melaksanakan strategi baru yaitu DOTS (Directly Obsertied Thecumem Shot-course) yang telah direkomendasikan oleh WHO.
Guna mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana berupa obat-obatan, alat dan bahan laboratorium yang menunjang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem informsi mengenai ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium, khususnya di tingkat kabupaten. Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan dapat membantu proses evaluasi terhadap ketersediaan sarana-sarana tersebut.
Sistem informasi yang dikembangkan ini merupakan suatu model, dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Serang. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium untuk program TB Paru di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, termasuk pembuatan solfivareidentifikasi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya pengguna dan prosedur operasional standar.
Penelitian ini menggunakan disain penelitian riset operasional dengan tahapan pengembangan sistem diawali dengan kebijakan dan perencanaan sistem, analisis sistem hingga disain sistem terinci.
Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kesehatan Kabupaten Serang memiliki kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak serta sumber daya pengguna yang cukup memadai untuk menjalankan aplikasi sistem informasi yang based-on computer. Ketersediaan komputer bukan merupakan hal yang baru bagi tenaga di kabupaten khususnya Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) yang menangani program TB Paru.
Dari hasil penelitian juga dibuat suatu rancangan alur informasi ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium untuk Program TB Para, dimana pengumpulan data di lakukan di puskesmas oleh petugas gudang obat dan programmer TB Paru, sedangkan pemasukan, pengolahan dan penyajian data dilakukan di Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten oleh Wakil Supervisor (Wasor) Kabupaten.
Sistem informasi yang dirancang ini ditujukan untuk program TB Paru. Untuk program penyakit menular lainnya seperti demam berdarah, malaria, kusta dan Iain-lain kebutuhan. informasi mengenai ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium juga semakin dirasa perlu. Oleh karena itu diusulkan untuk mengkaji model rancangan sistem informasi yang terintegrasi antar program tersebut (integrasi lintas program) daiam proses monitoring dan evaluasi sebagai upaya efisiensi kerja dan dana.

Information System Development Model Of Medicine And Laboratory Equipmentimaterial Availability For Lung Tuberculosis Program In The Health Service Of The Regency Of Serang, West Java In The Year 2000Lung tuberculosis is a re-emerging disease that still causes health problems to people, To fight this disease, the Tuberculosis Elimination Program applies a new strategy since 1995/1996 fiscal year, named DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) as recommended by WHO.
To achieve this goal, supporting facilities like medicine, equipment and laboratory materials are needed. Therefore, an information system of medicine and laboratory equipment/material availability is required, particularly at the level of regency. The existence of this information system is expected to help evaluation process of those facilities availability.
The developed information system was a model resulted from a research located in the Regency of Serang. The research aimed to design an information system of medicine and laboratory equipment/material availability for Lung Tuberculosis Program in the Health Services of the Regency of Serang, including software development, hardware and Software requirement identification, user resources and standard operational procedure.
The research applied operational research design which system development began with policy and system design, system analysis, to a detailed system design.
According to the research results, the Health Services of the Regency Of Serang has adequate hardware, software and user resource requirement to run an information system application which based on computer. Computer provision is not new for human resources in the regency, particularly for the Disease Prevention and Cure Section in charge of the Lung Tuberculosis Program.
An information flow design of medicine and laboratory equipment/material availability was also developed based on the research results with data collected from community health services by medicine warehouse officer and Lung Tuberculosis Programmer. Whereas, data entry, processing and presentation were conducted in the Disease Prevention and Cure Section by the District Vice-Supervisor.
The designed information system aimed for Lung Tuberculosis Program. For other infectious disease such as dengue DHF, malaria, leprosy etc., the need of information on medicine and laboratory equipment/material availability is increasing. Therefore, it is proposed to assess an integrated information system design model (inter Program integration) in the process of monitoring and evaluation as an effort for task and fund efficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Ganefa
"Rabies merupakan suatu penyakit zoonosa terpenting di Indonesia, yang dapat menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) 100% dan diperkirakan kematian karena rabies pada manusia diseluruh dunia mencapai 35.000 - 40.000 kasus setiap tahunnya.
Di Kotip Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, rabies masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat karena cakupan vaksinasi rabies pada anjing peliharaan dan eliminasi anjing liar belum mencapai target 100% dari total populasi anjing setiap tahunnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya di Kotip Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tahun 2000.
Studi ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel 153 kasus yaitu pemilik anjing yang tidak memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, dan 153 kontrol yaitu pemilik anjing yang memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden pemilik anjing dan kemudian dianalisa dengan analisa univariat, bivariat (Chi Square) dan multivariat (Logistic Regression).
Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya beberapa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, yaitu variabel pendidikan (OR=2,73; p=0,001), pengetahuan (OR=3,19; p=0,x02), sikap (OR=2,84; p=0,005), keterpaparan terhadap media penyuluhan rabies (OR=2,77; p=0,016) dan anjuran petugas (OR=15,76; p=0,000).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pemerintah baik di daerah maupun di pusat untuk meningkatkan pengetahuan pemilik anjing tentang pentingnya pemberian vaksinasi rabies pada anjing peliharaannya yang dapat dilakukan secara interpersonal melalui petugas vaksinasi dan secara massal melalui kegiatan penyuluhan terutama menggunakan media televisi dengan peningkatan kwantitas penayangan informasi tentang rabies. Selain itu perlu pula meningkatkan kwalitas petugas vaksinasi dengan memberikan pelatihan kepada petugas vaksinasi dalam hal pemberian informasi kepada pemilik anjing dan kwantitas petugas dengan menambah jumlah petugas. Selain itu juga memberikan imbalan/ penghargaan kepada petugas atas keberhasilan pekerjaan mereka untuk menambah semangat kerja petugas.

Factors Related with Incompliance Dog Owner to Give Rabies Vaccination for Their Dog in Cimahi Sub District, Bandung District, West Java in Year 2000. Rabies is the most important zoonotic disease in Indonesia, which can cause of death with Case Fatality Rate (CFR) 100% and mortality of human rabies in the world around 35.000 - 40.000 cases every year.
In Cimahi Sub District, Bandung District, West Java, rabies is still a public health problem, because coverage of rabies vaccination in own dog and elimination in stray dog haven't reach yet 100% target from total dog population every year.
This study was done to know the factors related with incompliance dog owner to give rabies vaccination for their dog in Cimahi Sub District, Bandung District, West Java in year 2000. It was carried out by Case Control design with 153 samples of case i.e. dog owner who didn't give rabies vaccination to their dog, and 153 control i.e. dog owner who gave rabies vaccination to their dog.
The data has been gotten by interviewed the respondents using questioner, and then analyzed by univariate, bivariate (Chi Square) and multivariate (Logistic regression) analysis.
Result of multivariate analysis indicated that there were some variables that have statistical significance relation with incompliance dog owner to give rabies vaccination for their dog, Le: education (OR=2,73; p=0,001), knowledge (OR=3,19; p=0,002), attitude (OR=2,84; p=0,005), exposed of information media (OR=2,77; p=0,01fi) and vaccinator suggestion (OR=15,76; p=0,000).
Based on this study result can be suggestion to local and central government to improve the knowledge of dog owners about rabies vaccination to their dog by interpersonal through vaccinator and by mass information using television media. Also to improve quality of vaccinator by training especially about information given to dog owner, and to improve quantity of vaccinator. Beside that the vaccinators must be given award for their work to increase their spirit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>