Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Yussuf Solichien M.
"Tesis ini diawali dengan pertanyaan bagaimana terjadinya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibentukanlah beberapa variabel yang dapat mendukung agar permasalahan dapat dipecahkan. Untuk membuktikan adanya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat diperlukan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang pertama adalah Upaya Perdamaian Internasional dan variabel kedua adalah Kepentingan dan Upaya Amerika Serikat. Dengan adanya dua variabel dependen tersebut, maka variabel dependen yang digunakan adalah Kerjasama PBB-Amerika Serikat dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait. Invasi Irak terhadap Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 merupakan pelanggaran nyata terhadap Piagam PBB yang telah disepakati bersama. Tindakan Irak itu sangat sulit diterima oleh masyarakat internasional dalam situasi lingkungan internasional yang relatif aman dan stabil, walaupun di beberapa bagian dunia masih terjadi konflik.Tindakan agresi militer Irak itu sangat mengejutkan dan mendapat reaksi dan kecaman keras dari negara-negara di dunia termasuk PBB. Adapun faktor-faktor yang mendorong invasi Irak terhadap Kuwait adalah kombinasi latar belakang sejarah, latar belakang ekonomi, ambisi Saddam Hussein dan kepentingan nasional Irak. Setelah Irak melancarkan invasi terhadap Kuwait, secara bertahap Irak memperkuat posisinya di Kuwait tanpa memperdulikan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB. Upaya perdamaian internasional yang dilakukan agar Irak mau keluar dari Kuwait tidak mendatangkan hasil, karena Irak tetap pada pendiriannya bahwa Kuwait adalah bagian dari Irak. Irak mau mundur dari Kuwait, apabila Israel mau melepaskan wilayah-wilayah Arab yang diduduki sejak tahun 1967. PBB yang bertanggung jawab atas keamanan dan perdamaian internasional berupaya untuk menekan Irak agar mundur dari Kuwait. Dewan Keamanan PBB atas dukungan Amerika Serikat mengeluarkan resolusi-resolusi agar Irak mundur dari Kuwait tanpa syarat. Namun resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB itu tidak dipatuhi oleh Irak. Atas dukungan Amerika Serikat akhirnya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 678 yang memberikan mandat penggunaan kekuatan militer untuk mengusir Irak dari Kuwait. Dukungan Amerika Serikat itu berupa diplomasi, tekanan dan bahkan sogokan yang dilakukan Amerika Serikat kepada anggota tetap maupun anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB agar mereka menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberikan mandat penggunaan kekuatan militer untuk mengusir Irak dari Kuwait. Disini menunjukan bahwa PBB sangat tergantung kepada Amerika Serikat dan hal itulah yang mendorong terjadinya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat. Amerika Serikat merasa terancam kepentingan nasionalnya di Timur Tengah, ketika Irak melancarkan invasi militernya terhadap Kuwait. Oleh karena itu Amerika Serikat berupaya mengerahkan seluruh kekuatan dan kemampuan militer dan ekonomi yang dimilikinya untuk mengusir Irak dari Kuwait dan memulihkan kemanan dan perdamaian di Timur Tengah. Kajian tentang upaya Amerika Serikat diawali dengan penjelasan tentang kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah dengan memberikan latar belakang sejarahnya. Dalam hal ini akan terlihat bahwa invasi Irak terhadap Kuwait akan berbenturan dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Oleh karena itulah Amerika Serikat melakukan segala upaya untuk menyelesaikan kasus invasi Irak terhadap Kuwait dalam rangka mengamankan kepentingan nasionalnya. Upaya Amerika Serikat untuk mengusir Irak dari Kuwait tidak akan berhasil tanpa dukungan PBB, karena Amerika membutuhkan mandat dari Dewan Keamanan PBB untuk melancarkan intervensi militer terhadap Irak. Disini menunjukan bahwa Amerika Serikat perlu bekerjasama dengan PBB untuk menyelesaikan kasus invasi Irak terhadap Kuwait.
Dari fakta dan data yang diperoleh dalam penelitian, selanjutnya diadakan pembahasan dan analisis tentang adanya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat. Keterkaitan PBB dalam kasus invasi Irak terhadap Kuwait akan mengawali analisis terjadinya ketergantungan PBB terhadap Amerika Serikat. Disini dibahas bagaimana PBB sesuai dengan Piagam PBB melakukan upaya atas terjadinya pelanggaran hukum internasional yang dlakukan oleh Irak. PBB melalui Dewan Keamanan PBB dengan dukungan para angotanya mengeluarkan resolusi-resolusi untuk memaksa Irak keluar dari Kuwait. Dukungan utama datang dari Amerika Serikat, tanpa dukungan Amerika Serikat, Dewan Keamanan PBB tidak dapat berbuat banyak. Selanjutnya dibahas tentang Keterkaitan Amerika Serikat dalam kasus invasi Irak, yaitu bagaimana Amerika Serikat juga tergantung kepada PBB dalam upayanya mengusir Irak dari Kuwait. Amerika yang merasa terancam kepentingan nasionalnya berupaya untuk menghentikan langkah Irak dan mengusir Irak dari Kuwait. Upaya Amerika Serikat itu sangat tergantung Dewan Keamanan PBB, karena Amerika Serikat memerlukan mandat Dewan Keamanan PBB untuk menggunakan kekuatan militernya terhadap Irak. Dengan adanya keterkaitan PBB dengan Irak dan Amerika Serikat dengan Irak dalam kasus invasi Irak terhadap Kuwait, mengakibatkan adanya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat. Selanjutnya dengan menggunakan pisau analisis teori interdependensi, teori keamanan kolektif dan teori kolaborasi menghasilkan kesimpulan bahwa terjadinya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait disebabkan oleh ketergantungan satu dengan yang lainnya. PBB tergantung kepada Amerika Serikat dan demikian juga Amerika Serikat tergantung kepada PBB. PBB maupun Amerika Serikat tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait.

This thesis starts with raising the questions: 'How the cooperation between The United Nations (UN) and The United States Of America (US) does happen in solving the case of Iraqi Invasion of Kuwait. To answer these questions, we have to define some variables which could support the problem solving. To prove whether there is the cooperation between UN and US, there are two independent variables and one dependent variable. The first independent variable is International Peace Efforts, and the second one is the US Interest and Efforts. Based on the two dependent variables, the dependent variable which will be used is UN-US Cooperation. The Iraqi invasion of Kuwait on August 2nd 1990, is the major violation to UN Charter that had been signed by its member, including Iraq. The act of Iraq cannot be accepted by the member of international society while at the time of relatively peaceful and stable situation, although there are small parts of the world which at are conflict. Every nation in the world is shocked by the Iraqi aggression and most of them have the negative reaction and condemn the invasion. The push factors of the Iraqi invasion are the mixed result of historical and economic background, Saddam Hussein's ambition and the Iraq's national interest. After invading of Kuwait, furthermore, Iraq reinforced its military occupation of Kuwait without obeying UN Security Council resolutions. The international peace efforts which had done to expel Iraqi from Kuwait were getting failure, because Iraq remained its stand that Kuwait is a part of Iraq. Iraq will withdraw from Kuwait, if Israel to do so from the Arab land which have been occupied since 1967. The UN which is responsible for peace and international security strove for throwing out Iraq from Kuwait. UN Security Council that supported by the US declared the UN Security Council resolutions in order Iraq to withdraw from Kuwait unconditionally, but Iraq did not comply those UN Security Council resolutions. Finally, the UN Security Council that was supported by the US declared Resolution 678 that gave a mandate for using military force to expel Iraq from Kuwait. US supports to UN were diplomacy, pressure and even bribes to the Security Council permanent and nonpermanent members in order to agree UN resolution that giving a mandate for using military force to throw out Iraq from Kuwait. It showed that UN was dependent upon US and it was caused the cooperation between UN and US. The US which its national interest in the Middle East had been threatened when the Iraq had launched its military invasion of Kuwait. For that reason, US strove to launch all of its military and economical power and ability to expel the Iraq from Kuwait and to restore the peace and security in Middle East. US efforts analysis is started to explain about the US national interest in Middle East and its historical background. This explanation shows that the Iraqi invasion of Kuwait was clash with the US interest in Middle East. Therefore, the US took all necessary efforts to solve the case of Iraqi invasion of Kuwait in order to maintain its national interest. The US efforts would be failed without UN supports, because US needed the UN Security Council mandate to launch military intervention into Iraq. It shows that US needs the cooperation with UN to solve the case of Iraqi invasion on Kuwait.
Based on the facts and data which can be found, it will be discussed and analyzed of the happening of the cooperation between UN and US. The involvement of UN in the case of Iraqi invasion will precede the analysis of how UN could be dependent to US. In this term, it will explain the efforts of UN, according to UN Charter, had to response the violation of international law that had been done by the Iraqi. The UN, through the UN Security Council and the support of its member, declared the UN resolutions to force the Iraqi withdrawal from Kuwait. The main support came from US, because UN Security Council could not do much without US support. Furthermore, it will be analyzed the involvement of US in the case of Iraqi Invasion. In this term, it will discuss about US dependence to UN on US effort to expel Iraq from Kuwait. US, which its national interest has been threatened by the Iraqi Invasion, are trying to stop the Iraqi movements and to expel Iraq from Kuwait. The US effort is highly dependent upon the UN Security Council, because the US needs the UN Security Council mandate for launching US military forces into Iraq. With the connection between UN with Iraq and US with Iraq in the case of Iraqi Invasion of Kuwait, it caused the cooperation between UN and US. Furthermore, by using the analyses tools of interdependent theory, collective security theory and collaboration theory concluded that the UN-US cooperation was caused by UN and US interdependence. UN was dependent upon US and US was dependent upon UN. UN or US could not take action alone in solving the case of Iraqi invasion of Kuwait."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T23483
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machsanah Asnawi
"Pasca perang dingin ditandai dengan kemenangan pengaruh AmerikaSserikat dengan faham liberalnya terhadap faham komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Perkembangan global terutama di bidang teknologi informasi sangat mendukung kemenangan tersebut. Sebagai akibatnya, banyak terjadi disintegrasi terutama di negara- negara Komunis yang berkesempatan mendirikan negara-negara baru serta ingin menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis. Seiring dengan itu, berkembang pula isu-isu internasional yang di angkat dari isu nasional, seperti isu pelanggaran HAM, Perdagangan wanita dan anak, kekerasan dan sebagainya. Tugas masyarakat internasional menjadi lebih besar, karena pelanggaran hak individu di suatu negara dapat menjadi masalah internasional. Tujuan PBB yang utama adalah mencegah terulangnya kembali Perang Dunia yang telah meninggalkan kesengsaraan yang memprihatinkan bagi peradaban umat manusia.
Piagam PBB pada dasarnya tidak menghendaki adanya agresi atau tindak kekerasan Setiap sengketa baik internal maupun internasional dapat dilaporkan kepada PBB untuk mendapatkan penyelesaian dengan jalan damai. Sebagai good office, PBB menawarkan penyelesaian melalui perundingan, penyelidikan, perantaraan, persetujuan, pewasitan, putusan kehakiman dan bantuan organisasi organisasi atau badan badan regional. Dalam hal ini Dewan Kemanan diberi wewenang dan tanggung jawab yang besar, disertai perlengkapan-perlengkapan yang memadai. Namun dalam Bab VII tentang Tindakan Menghadapi Ancaman Terhadap Perdamaian, Pelanggaran Perdamaian dan Tindak Agresi, Pasal 51 mengenai self-defence, ada peluang untuk diperdebatkan. Amerika Serikat dalam serangannya terhadap Irak menggunakan pasal 51 ini. Ia menuduh Saddam Hussein sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional serta berbahaya bagi Amerika Serikat, karena tidak mematuhi resolusi PBB No. 1441 yang memberikan kepada Irak kesempatan terakhir untuk melucuti diri, kedua masih memiliki program pengembangan senjata pemusnah masal dan ketiga melindungi organisasi teroris internasional Al Qaida yang pada 11 September 2001 telah meruntuhkan menara kembar World Trade Center di New York dan gedung Markas Besar Tentara AS di Washington DC.
Penyerangan itu sendiri membelah pandangan dunia dan dalam Dewan Keamanan PBB menjadi dua, yang pro berpendapat bahwa Saddam Hussein memang berbahaya dan pantas diserang. Kebanyakan negara negara yang mendukung serangan AS ke Irak memberikan alasan: pertama tidak setuju terhadap pemerintahan tirani di Irak, keterlibatan Irak dengan terorisme, senjata pemusnah masal yang dimiliki Saddam Hussein dan rasa sempati terhadap rakyat Irak yang tertindas. Sedangkan yang kontra berpendapat bahwa Amerika Serikat telah melanggar ketentuan-ketentuan dalam Piagam PBB. Sebetulnya Dewan Keamanan dilengkapi dengan mekanisme penyelesaian sengketa dari penggunaan cara-cara damai sampai kepada penggunaan kekuatan/kekerasan. Namun karena persyaratan pelaksannaannya harus secara kolektif dan melibatkan negara negara anggota serta disetujui oleh seluruh 5 anggota tetap Dewan Keamanan, maka pada waktu kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti dalam kasus serangan AS ke Irak 2003, PBB tidak dapat melakukan tindakan apa-apa.
Sehubungan dengan itu tulisan ini selain memaparkan peran PBB termasuk pembahasan-pembahasan di Dewan Keamanan serta upaya diplomasi AS, juga dikemukakan mengenai latar belakang konsep intervensi serta sejarah intervensi PBB terhadap sengketa sengketa internal yang menilai membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Tulisan ini memiliki time frame sekitar 20 hari setelah Amerika Serikat menyatakan perang telah selesai, Namun kerena perang tersebut melalui perencanaan yang panjang, sejak awal tahun 2001, maka disertakan juga mengenai prolognya, sampai dengan digelarnya serangan militer pada tanggal 20 Maret 2003. Tulisan ini juga disertai kesimpulan yang memuat evaluasi terhadap serangan AS terhadap Irak serta upaya upaya yang kiranya dapat dilakukan oleh dunia untuk memperkuat PBB sebagai payung perdamaian dan keamanan internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The UNPKO has an important role in dealing with conflict resolution in many part of the world and bring the security back to normal. In this regards, the constitutional basis of the UNPKO can be seen in Chapter Six and Seven of the UN Charter. A a country which embraces value of liberty and in order to creat orderliness and worldpeace, Indonesia has been actively involved in the UNPKO since 1957. Based on this, it can be argued that Indonesia's role in the UNPKO is relevant with the constitution of the republic."
JPUPI 2:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azman Ridha Zain
"Topik riset ini adalah mengenai perjalanan konflik antara Irak dan AS dengan segala dinamikanya. Terutama berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pasta perang dingin, khususnya setelah berlangsungnya perang Teluk II yang menjadikan Irak sebagai pihak yang kalah dan menerima akibatnya sejak saat itu sampai sekarang. Penelitian tentang dinamika konflik tersebut diarahkan pada realitas dan hakikat dibalik konflik berkepanjangan antara Irak dan AS yang berujung pada invasi AS ke Irak serta untuk mengetahui sejauh mana dampak dan pengaruh invasi AS terhadap negara Irak dan proses perdamaian yang sedang terus diupayakan di kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.
Sejak Perang Teluk II Amerika sebenamya telah merancang berbagai cara untuk menaklukkan Saddam Hussein, balk dengan pemberian sanksilembargo ekonomi, dikeluarkannya berbagai resolusi PBB untuk melemahkan kekuatan persenjataan Irak sampai usaha pembunuhan terselubung maupun terang-terangan yang dilakukan oleh Amerika. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil, sementara Saddam Hussein tetap bertengger di singgasana kekuasaannya.
Invasi Amerika ke Irak bulan Maret tahun 2003 yang lalu adalah sebagai salah satu bagian dari kebijakan pemerintahan George Bush sekarang. Tapi menjadi prioritas utama untuk memuluskan agenda-agenda Iainnya yang tersembunyi. Alasan kepemilikan terhadap senjata pemusnah massal, upaya untuk menjadikan Irak sebagai negara demokratis dan lebih terbuka, dendam pribadi George Bush terhadap Saddam Hussein, dan ancaman terorisme maupun keterkaitan Saddam Hussein dengan al-Qaida, meskipun memang bisa dijadikan dalih oleh Amerika untuk memberangus Irak, tetapi fakta di lapangan dan mats hati maupun nurani jernih ummat manusia tidak bisa dikelabui, bahwa itu semua hanyalah sebagian dari alasan dibalik adanya agenda tertentu yang telah sejak lama dirancang oleh pengambil kebijakan di pemerintahan George Walker Bush.
Dengan demikian tidaklah berlebihan bila mengatakan bahwa Dibalik invasi Amerika terdapat sejumlah agenda tersembunyi yang sedang dijalankan oleh negara adidaya itu. Agenda tersebut ada yang memiliki dampak yang langsung bagi Amerika berupa keuntungan-keuntungan materi maupun kepuasan batin setelah berhasiI mengalahkan musuh bebuyutan, ada pula yang berupa kemenangan atas nama hegemoni politik, ekonomi, militer dan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Disamping itu terdapat banyak sekali dampak ikutan (side effect) maupun realitas yang terungkap dibalik konflik Amerika dan lrak yang telah berlangsung lebih dari dua dasawarsa tersebut.
Hipotesis:
"Semakin besar dan berani penentangan Irak terhadap AS semakin besar dan berat pula konsekuensi yang diterima Irak. Invasi yang dilancarkan AS terhadap Irak didasari oleh keinginan untuk menjadi satu-satunya negara super power yang paling berkuasa dan berpengaruh di dunia.."
Metode Penelitian:
Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan datanya antara lain dengan menggunakan kajian literature, bail( dengan eksplorasi bahan-bahan kepustakaan, bahan-bahan dari berbagai artikel? majalah, mass media/surat kabar, pendapat tokohlahli dan pengamat hubungan intemasional, utamanya pengamat masalah-masalah keislaman dan Timur Tengah. Disamping itu penelitian juga dilakukan dengan menelusuri situs-situs Internet yang relevan dengan penelitian.
Oleh karenanya bertitik tolak pada pendekatan deskriptif analisis yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam pembahasannya penel;itian ini banyak memaparkan berbagai peristiwa yang berhubungan dengan konflik antara Irak dan AS. Dengan menggunakan teori konflik dan berbagai teori lain yang ada dalam hubungan internasional, berbagai peristiwa konflik tersebut dianalisa secara kritis.
Hasil Penelitian :
Dengan mengumpulkan serta menganalisa data yang ada, penulis menyimpulkan bahwa invasi AS ke Irak didasari oleh keinginan AS untuk lebih mengukuhkan supremasi kekuasaannya sebagai satu-satunya super power yang tanpa tandingan di muka bumi ini. Dan kekuatan dunia lainnya yang potensial untuk menandingi serta mengalahkan kekuatannya terlebih dahulu akan dilemahkan atau dikalahkan sebelum benar-benar menjelma menjadi kekuatan yang besar. Kekuatan Islam dalam kacamata Barat adalah yang paling potensial untuk menyaingi bahkan mengalahkan supremasi AS tersebut. Maka dengan dalih memberantas terorisme, menjaga perdamaian dunia, serta mengalahkan realm Partai Baath di bawah Saddam Hussein yang tiran atau tidak demokratis, AS pun menginvasi Irak. Keberhasilan tentara AS untuk menaklukkan Saddam Hussein memberi keuntungan yang besar dari segi politic dan ekonomis bagi AS maupun Zionis Israel, karena akan memuluskan agenda besar mereka untuk menaklukkan dan menguasai dunia Arab maupun dunia.
Diantara realitas yang berhasil penulis ungkap dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut: Bahwa dibalik segala alasan Amerika untuk menginvasi Irak terdapat agenda tersembunyi yang telah direncanakan dan diperhitungkan dengan sangat matang oleh pengambil kebijakan di Amerika. Disamping itu terdapat realitas yang tak sempat mereka pikirkan atau sengaja mereka abaikan dari dampak invasi mereka kepada Irak. Dalam bidang politik adalah terjadinya perubahan konstelasi politik internasional yang cukup signifikan. Yang implikasinya sangat luas, mengarah kepada terjadinya konflik-konflik susulan yang semakin memanaskan suhu politik dunia. Dampaknya tidak hanya mempengaruhi kawasan Timur Tengah tetapi juga dunia secara keseluruhan. Akan terjadi pergeseran kekuatan antara Timur dan Barat, peran PBB akan semakin terkecilkan, dan akan muncul kekuatan-kekuatan dunia baru yang potensial untuk menahan laju keserakahan Amerika untuk menguasai dunia. Kekuatan dunia akan semakin terkonsentrasikan ke arah kawasan Timur Tengah. Kondisi ini nantinya akan memunculkan terpolarisasikannya kekuatan dunia menjadi dua kekuatan utama, yaitu Islam dan Barat.
Namun hal ini justru diawali dengan semakin kuatnya cengkeraman Amerika untuk menguasai kawasan Timur Tengah. Realitas berikutnya adalah bahwa kemenangan Amerika pada hakikatnya adalah kemenangan Zionis Israel. Karena keingian mereka yang telah Iama dirancang, untuk memuluskan didirikannya negara Israel Raya semakin mudah untuk diwujudkan. Dan itu dilakukan melalui perpanjangan tangan Amerika, Dengan demikian Israel akan semakin dapat leluasa untuk menjalankan berbagai kebijakan politiknya untuk semakin memojokkan perjuangan Palestina dan melemahkan bargaining politik negara-negara Arab.
Dalam bidang ekonomi, realitas yang disepakati oleh banyak pengamat adalah bahwa motivasi utama Amerika menginvasi lrak adalah untuk meraih keuntungan yang besar dari minyak Irak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Amerika merupakan negara yang kebutuhan akan energi minyaknya terbesar di dunia. Realitas lainnya adalah adanya perseteruan antara mata uang Euro dan Dolar, faktor yang sangat krusial yang bisa sangat mempengaruhi hidup matinya perekonomian Amerika. Keberanian Saddam untuk menggunakan Euro disaat perekonomian Amerika sedang sekarat, membuat marah pihak Amerika karena hal itu bisa mendorong negara lain untuk juga menggunakan Euro, yang implikasinya bisa membuat US Dolar menjadi sekarat. Realitas lainnya adalah kehancuran Irak sebagai suatu bangsa. Kekalahan Irak menjadikan negara tersebut menjadi kehilangan jati diri kebangsaannya. Karena elemen-elemen kenegaran yang menjadi dasar berdirinya suatu negara telah tercabikcabik akibat perang.
Realiatas berikutnya adalah bahwa perang menimbulkan sentimen agama yang memberi jalan bagi diabsahkannya tesis Samuel P. Huntington yang mempertentangkan antara budaya Barat dan Islam. Meskipun tidak diakui, tetapi perang ini bisa juga dijadikan legitimasi bagi adanya benturan antar peradaban. Meskipun alasan ini masih kontroversial dan masih bisa diperdebatkan, namun dari perspektif agama sejarah membuktikan bahwa berbagai pertentangan yang selama ini terjadi antara berbagai kekuatan di dunia yang memiliki dampak bagi kemunduran dan kekalahan politik ummat Islam terhadap Barat sebenarnya dilandasi oleh adanya rivalitas laten, kebencian yang telah tertanam di hati ummat Yahudi maupun Nasrani terhadap ummat Islam. Baik itu diakibatkan oleh faktor kekuasaan dan hegemonitas, maupun karena faktor ideologi agama. Terlepas dari motif apapun yang ada dibalik alasan invasi AS ke Irak, tetapi konflik antar peradaban bisa mengemuka menjadi sesuatu yang akan berperan bagi terjadinya konflik antar kekuatan Barat dan Islam.
Terhadap kasus konflik AS- Irak, konflik antar peradaban bukanlah sesuatu yang menjadi alasan bagi terjadinya perang antar keduanya. Namun perang tersebut justru memicu semakin terbukanya gap dan perbedaan antar peradaban Barat dan Islam.
Realitas lain yang muncul sebagai dampak dari perang yang berlangsung di Irak adalah terjadinya penderitaan rakyat Irak yang sangat memilukan, dan berdampak sangat panjang terhadap nasib masa depan rakyat Irak. Terhadap masalah ini Amerika terbukti telah melanggar HAM di Irak, hal yang tak terelakkan sebagai akibat dari perang yang tak berperikemanusiaan.
Adapun realitas sebagai dampak ikutan akibat perang diantaranya adalah bahwa perang kali ini dijadikan Amerika sebagai lahan ajang unjuk kekuatan teknologi militer. Hal yang semakin mengukuhkannya sebagai satu-satunya negara militer terkuat di dunia. Unjuk kekuatan ini bcrmanfaat dari segi uji kemampuan militer, maupun untuk pengembangan strategi perang di masa-masa yang akan datang. Disamping itu realitas ikutan lainnya adalah bahwa perang ini juga menimbulkan terjadinya perang media antar berbagai media massa internasional. Peran media terbukti sangat penting dan efektif untuk memanipulasi opini massa tentang kondisi dan realitas perang yang sedang berlangsung. Kaitannya dengan masalah ini, terdapat dua kutub media yang berperang dalam hal ini, yaitu media Arab (baca Islam) dengan media-media yang berasaI dari Barat. Kondisi ini tidak terjadi pada perang-perang sebelumnya. Dimana tradisi yang ada selama ini bahwa sumber berita dari media Baratlah yang dominan menjadi sumber berita dan mempengaruhi opini massa dunia. Demikianlah diantara realitas yang bisa diungkap dari konflik dan perang antara Amerika dan Irak. Konflik yang sangat besar pengaruhnya bagi perubahan konstelasi politik di Timur Tengah dan dunia.
Namun hal ini justru diawali dengan semakin kuatnya cengkeraman Amerika untuk menguasai kawasan Timur Tengah. Realitas berikutnya adalah bahwa kemenangan Amerika pada hakikatnya adalah kemenangan Zionis Israel. Karena keingian mereka yang telah Iama dirancang, untuk memuluskan didirikannya negara Israel Raya semakin mudah untuk diwujudkan. Dan itu dilakukan melalui perpanjangan tangan Amerika, Dengan demikian Israel akan semakin dapat leluasa untuk menjalankan berbagai kebijakan politiknya untuk semakin memojokkan perjuangan Palestina dan melemahkan bargaining politik negara-negara Arab.
Dalam bidang ekonomi, realitas yang disepakati oleh banyak pengamat adalah bahwa motivasi utama Amerika menginvasi lrak adalah untuk meraih keuntungan yang besar dari minyak Irak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Amerika merupakan negara yang kebutuhan akan energi minyaknya terbesar di dunia. Realitas lainnya adalah adanya perseteruan antara mata uang Euro dan Dolar, faktor yang sangat krusial yang bisa sangat mempengaruhi hidup matinya perekonomian Amerika. Keberanian Saddam untuk menggunakan Euro disaat perekonomian Amerika sedang sekarat, membuat marah pihak Amerika karena hal itu bisa mendorong negara lain untuk juga menggunakan Euro, yang implikasinya bisa membuat US Dolar menjadi sekarat. Realitas lainnya adalah kehancuran Irak sebagai suatu bangsa. Kekalahan Irak menjadikan negara tersebut menjadi kehilangan jati diri kebangsaannya. Karena elemen-elemen kenegaran yang menjadi dasar berdirinya suatu negara telah tercabikcabik akibat perang.
Realiatas berikutnya adalah bahwa perang menimbulkan sentimen agama yang memberi jalan bagi diabsahkannya tesis Samuel P. Huntington yang mempertentangkan antara budaya Barat dan Islam. Meskipun tidak diakui, tetapi perang ini bisa juga dijadikan legitimasi bagi adanya benturan antar peradaban. Meskipun alasan ini masih kontroversial dan masih bisa diperdebatkan, namun dari perspektif agama sejarah membuktikan bahwa berbagai pertentangan yang selama ini terjadi antara berbagai kekuatan di dunia yang memiliki dampak bagi kemunduran dan kekalahan politik ummat Islam terhadap Barat sebenarnya dilandasi oleh adanya rivalitas laten, kebencian yang telah tertanam di hati ummat Yahudi maupun Nasrani terhadap ummat Islam. Baik itu diakibatkan oleh faktor kekuasaan dan hegemonitas, maupun karena faktor ideologi agama. Terlepas dari motif apapun yang ada dibalik alasan invasi AS ke Irak, tetapi konflik antar peradaban bisa mengemuka menjadi sesuatu yang akan berperan bagi terjadinya konflik antar kekuatan Barat dan Islam.
Terhadap kasus konflik AS- Irak, konflik antar peradaban bukanlah sesuatu yang menjadi alasan bagi terjadinya perang antar keduanya. Namun perang tersebut justru memicu semakin terbukanya gap dan perbedaan antar peradaban Barat dan Islam.
Realitas lain yang muncul sebagai dampak dari perang yang berlangsung di Irak adalah terjadinya penderitaan rakyat Irak yang sangat memilukan, dan berdampak sangat panjang terhadap nasib masa depan rakyat Irak. Terhadap masalah ini Amerika terbukti telah melanggar HAM di Irak, hal yang tak terelakkan sebagai akibat dari perang yang tak berperikemanusiaan.
Adapun realitas sebagai dampak ikutan akibat perang diantaranya adalah bahwa perang kali ini dijadikan Amerika sebagai lahan ajang unjuk kekuatan teknologi militer. Hal yang semakin mengukuhkannya sebagai satu-satunya negara militer terkuat di dunia. Unjuk kekuatan ini bcrmanfaat dari segi uji kemampuan militer, maupun untuk pengembangan strategi perang di masa-masa yang akan datang. Disamping itu realitas ikutan lainnya adalah bahwa perang ini juga menimbulkan terjadinya perang media antar berbagai media massa internasional. Peran media terbukti sangat penting dan efektif untuk memanipulasi opini massa tentang kondisi dan realitas perang yang sedang berlangsung. Kaitannya dengan masalah ini, terdapat dua kutub media yang berperang dalam hal ini, yaitu media Arab (baca Islam) dengan media-media yang berasaI dari Barat. Kondisi ini tidak terjadi pada perang-perang sebelumnya. Dimana tradisi yang ada selama ini bahwa sumber berita dari media Baratlah yang dominan menjadi sumber berita dan mempengaruhi opini massa dunia. Demikianlah diantara realitas yang bisa diungkap dari konflik dan perang antara Amerika dan Irak. Konflik yang sangat besar pengaruhnya bagi perubahan konstelasi politik di Timur Tengah dan dunia.

There are many dimensions to the US-Iraq conflict. They can be looked at from varying perspectives to highlight American concerns, Iraqi objections to US behaviour and the wider consequences of a war between the two protagonists for regional stability and world order. The objective of this research is to focus on those dimensions for which ample evidence exists in the public arena. Is is also to underline one major contention: that the US is partly responsible for the current crisis and a war with Iraq for the purpose of destroying Saddam Hussein's regime and transforming Iraq into a subordinate US ally, free of Weapons of Mass Destruction (WMD), changing Iraqi government to be a democratic country, and weakening Saddam Hussen's potention to threat US interests in the area, since it suspected to have a relation with group of terrorist al-Qaida, is unlikely to make the Middle East any less volative and American interests any more secure in the region in the long run.
The ruination of Saddam Hussein' regime was expected by most American government. As it can smooth the American ambition to become a real super power of the world. US superiority will facilitate realizing of occult agenda from Israel Zionism to build 'the Great Israel Nation' unfolding from Israel to Afghanistan. Neglectfully react to ossify international world protesting unilateral action of its country, US remain to be determined groan, conquering even colonizing Iraq. Notwithstanding this action neglect the aspects of human right and regional perfection of Iraq sovereignity. The American invasion to Iraq, however carries a very high risk of inflicting greater suffering upon the Iraqi people and subjecting the region to geostrategic shifts that may be beyond the US's power to control. The invasion also Ieft the other impacts and realities caused by a brutal war launched by US armies: the national identity ruination of Iraq, the mass media war between media of Arab and the West, a new phenomenon which not yet been happened in the previous Gulf War, And not to mention was the foray and crushing to various heritage and valuable old cultures of the past Iraqi history.
hypothesis :
"The greater Iraq confrontation towards US the greater and harder consequense faced by Irak as US launched the war and invation against Irak, a hidden and desired agenda to beat any potential opponent power and to prove that US is the only one unbeatable and influense super power in the Middle East and of the world."
Research Method :
This research uses a qualitative methode with analytical descriptive approach. The technique of data collecting is by using literature study, exsploration of bibliography substances from various articles, magazines, mass medial newspapers, the opinions of the international relation experts and observers about Middle East issues, and not to mention also the searching or tracing relevant intemet sites.
Along with using of a theorical framework utilize to comprehend social reality, hence the way of thinking used in this research by the character of deductive. Here the concepts mustered in theorical framework weared to explain, non to be tested. Starting at analytical descriptive approach used in this research, hence under consideration, this research analize a lot of various events dealing with conflict between Iraq And US_ By using conflict theory and various existing other similar theories in international relations, the various conflict events analysed critically.
Research Method :
This research uses a qualitative methode with analytical descriptive approach. The technique of data collecting is by using Iiterature study, exsploration of bibliography substances from various articles, magazines, mass medial newspapers, the opinions of the international relation experts and observers about Middle East issues, and not to mention also the searching or tracing relevant internet sites.
Along with using of a theorical framework utilize to comprehend social reality, hence the way of thinking used in this research by the character of deductive. Here the concepts mustered in theorical framework weared to explain, non to be tested. Starting at analytical descriptive approach used in this research, hence under consideration, this research analize a lot of various events dealing with conflict between Iraq And US. By using conflict theory and various existing other similar theories in international relations, the various conflict events analysed critically.
Result of Research:
By collecting and analysing the relevance data to this research, the writer conclude that the US invasion towards Iraq was constituted by US desire to maintain and increase its power supremacy as a single major super power of the world. Any other potential power that might have a capability and opportunity beforehand to compete with US power or even to threat and beat its supremacy must be defeated and destroyed before it really transform to become a big strength and the real threat for US hegemony. As the Islamic Strength is now awakening and is the biggest power that might defeat US power,- for the US and West perspective- The Islamic power is the most potential power to be a real threat for its supremacy. Eventhough Iraq ought not to be claimed as a representative of Islamic power or movement but in the fact that for decades the other enemies or the rival potential of US never be beated as to Iraq and Afghanistan.
Hence under the cloak of fighting against terrorism, taking care of world peace, and also defeating Baath Party Regime under Saddam Hussein, which is tyran leader or undemocratic, US decided to invade Iraq. Military efficacy of US to conquer Saddam Hussein gave big advantages from economic and political facet for US and also Israel Zionism, since this conquering smooths their 'hidden agenda' to conquer and to have control over the Middle East and the World.
There are many realities noted in this research : Behind the reasons of attacking Iraq, America had planned to launch the war long before it happened. The invasion however can not be avoided from any negative impact or side effect caused by the war. And the war had been affecting many implications in politics, economic, humanity, civilization, etc. In politics side is the changing of world politics constalation. It has a wide effect that can be inflicting the upcoming of conflict in the area between the international actors around the middle east, there would be a changing between the west and east power, the role of United Nation would be reduced as it failed to hinder the US war against Iraq.
The US winning the war against Iraq is indeed the winning of Zionism against Iraq and Islam power_ Indirectly involved in the war Israel will take an advantage from US superiority that facilitate realizing of occult agenda from Israel Zionism to build 'the Great Israel Nation' unfolding from Israel to Afghanistan. It can be the smart way to weaken the Palestine's struggle for freedom and to reduce the bargaining position from the Arab nations.
In economic field, almost the middle east experts and observer aggred that the main motivation from US to attack Iraq is to get a lot of benefit and advantage from Iraq oil. Not to mention is the rivalries between US Dollar vs Euro currencies, as the crucial factor that has a vital impact for US future economic.
Other reality is Iraq ruination as a nation. US invasion towards Iraq has made it state lost of its national spirit and exixtence. However the war caused the loss of Iraq identity and the basic elements as a nation.
Next Reality is that war generate religion sentiment between Islam and the west (read: Christian and Jews) as stated by Samuel P. Huntington thesis opposing to Western civilization and Islam. Though this reason still be controversy and still can be debated, but from religion perpective, the history proved that various oposition which during the time be happened among various strength in the world indeed be based on the existence of rivalries coming from the hatret and dislike from the Jew and Christian towards Islam and its communities. In the ease of conflict between US and Iraq, the war of civilization between the west and Islam was not a direct cause of the war launched by US towards Iraq, and was not also the significance reason for US to attack Iraq. But, however the Saddam and Iraq factors which are coming from the power that represented Islam as their religion opened the big gap and religious sentiment from George Bush and his governmental desicive maker. And the war had been escalating the sencitive issues about the beginning war of civilization between the west and Islam, eventhough it sencitive issues always be hidden by US policy maker or the middle east observers or experts worried of it dangerous and wide effect for the peace of the world.
The invasion also left the other impacts and realities caused by a brutal war launched by US armies : greater suffering upon the Iraqi people and the uncertainty living of Iraqi people, unpredictable fate of future Iraq. The war had also caused the national identity ruination of Iraq, the killing of thousand unsin people, and not to mention was the foray and crushing to various heritage and valuable old cultures of the past Iraqi history.
The other impact of US light against Iraq is that the war used by US army to show up the force of its war machine technology. US wanted to show to the world that he was the biggest military power in the world, and for those who dared to challenge, claimed as the US enemy or to fight against him must be defeated before it become the real potential power that threat US power.
The last reality found in this research is the mass media war between media of Arab and the West, a new phenomenon which not yet been happened in the previous Gulf War.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S8323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Nehemia
"Penelitian ini mencoba melihat bagaimana ekspose foto-foto dalam media massa dalam melihat perang terutama mengenai Invasi Amerika Serikat (AS) dan koalisinya yaitu Inggris, Australia, dan Spanyol terhadap Irak. Seperti diketahui bahwa AS dan koalisinya tidak memperdulikan pendapat banyak negara yang menentang terjadinya kekerasan di Irak yang selama ini telah porak poranda karena Perang teluk pertama serta embargo ekonomi yang dilakukan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Bahkan AS dan koalisinya meninggalkan kursi dialog di PBB lalu menyerang sendirian tanpa persetujuan Dewan Keamanan (DIG) PBB.
Ketika melakukan penyerangan, pasukan koalisi terutama dari AS mengikutsertakan para wartawan untuk menyaksikan perang. Penyertaan wartawan ini kemudian disebut embedded, dimana beberapa wartawan "ditanam" dalam pool atau kelompok pasukan tertentu yang diberangkatkan ke medan perang. Tentunya semua dalam kelompok tentara AS. Dan pemberitaannya mau tidak mau berasal dari sudut tentara AS. Walaupun begitu ternyata ada juga yang bukan termasuk kelompok penyertaan. Hanya saja pemberitaannya tetap bias karena tidak ada yang berani langsung masuk ke jantung pertahanan musuh kecuali jaringan televisi A1-Jazeera maupun kontributor-kontributor wire services atau agen foto yang berkewarganegaraan Arab. Karena kemampuan kelompok wire services (jaringan penyedia berita) dan media massa barat dalam bidang SDM, Dana, dan Teknologi maka mereka bisa mendapatkan banyak berita dan foto-foto penting dari segala penjuru dunia. Lalu mereka menjual dan mendistribusikannya ke seluruh dunia. Konsumen yang paling sering menggunakan jaringan wire services ini adalah media massa Asia yang memiliki keterbatasan dalam segala hal. Sehingga untuk menampilkan berita yang menarik dan cepat mereka tinggal membelinya dari jaringan media massa luar negeri ini.
Pembelian ini sayangnya terkadang tidak melihat ideologi dari penyedia berita tersebut. Karena jaringan penyedia berita tersebut bahkan kebanyakan berasal dari negara pendukung invasi ke Irak. Namun sebenarnya mereka bisa menyeleksinya, sehingga tidak semua berita ataupun foto yang disediakan diambil begitu saja. Penyeleksian berita inilah yang menjadi bagian penting dari ideologi media, dimana mereka hidup bergantung kepada khalayaknya, pengiklan, budaya organisasi, dan lain sebagainya.
Maka ketika Kompas menampilkan foto berita yang kebanyakan dari jaringan penyedia berita Barat bahkan dengan menampilkannya secara berwarna maka dapat dipastikan bahwa Kompas berusaha menampilkan foto berita yang secara garis besar mendukung Invasi negara-negara koalisi ke Irak. Perhitungannya adalah bahwa foto berita yang di dapat dari jaringan penyedia berita barat ada sebanyak 136 foto dibandingkan foto dari kontributor langsung yang hanya berjumlah 1 buah. Bahkan ketika dihitung berasarkan isi foto, maka dapat dilihat bahwa foto yang mendukung ada sebanyak 80 dibandingkan dengan foto yang menentang yang hanya sebanyak 57 foto."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>