Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
cover
Ruly Besari Budiyanti
"Pencemaraan udara merupakan salah satu masalah bagi kesehatan masyarakat, baik pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara tergantung dari jenis bahan pencemar, konsentrasi bahan pencemar serta tingkat pemaparannya. Khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, pencemaran udara banyak disebabkan oleh sumber bergerak yaitu sekitar 70-80%.
Hidrokarbon sebagai bahan utama bahan bakar, junilahnya di DKI tiap tahun meningkat, demikian pula halnya dengan timbal yang digunakan sebagai bahan campuran pada bahan bakar di Indonesia. Salah satu senyawa hidrokarbon yang bersifat aromatik, memiliki potensi dapat menimbulkan kanker, sedang timbal disinyalir dapat menurunkan tingkat IQ pada anak-anak sampai 5 angka. Mengingat bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh kedua bahan pencemar tersebut, perlu dilakukan upaya mengurangi penyebarannya di lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman sebagai penghijauan kota. Untuk mengetahui kemampuan tanaman dalam menyerap bahan pencemar tersebut, maka penelitian ini dilakukan. Tanaman yang digunakan adalah pohon Swietania sp dan pohon Ficus sp, kedua tanaman tersebut merupakan tanaman yang banyak digunakan dan mudah tumbuh Penelitian ini bersifat deskriptip dengan metoda kroseksional dan lokasi yang akan dijadikan obyek penelitian adalah pertigaan jalan Hangtuah Raya, Kyai Maja dan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dari basil penelitian ternyata daun pohon Swietania sp lebih besar dalam meyerap Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH ) dibandingkan dengan daun pohon Fiats sp dan daun pohon Ficus sp lebih besar dalam menyerap timbal (Pb ) dibandingkan dengan daun pohon Swietania sp. Konsentrasi timbal di lokasi penelitian sebesar 0,67 ug/m3, sedangkan PAH sebesar 1,74 ppm. Konsentrasi tersebut telah melampaui batas baku mutu yang dikeluarkan oleh KLH. Dengan melihat kemampuan kedua tanaman tersebut dalam menyerap bahan polutan timbal dan PAH, maka sudah saatnya mempertimbangkan keberadaan kedua tanaman tersebut sebagai pohon jalan, dan memperbaiki pola lansekap jalan yang saat ini bersifat satu lapis menjadi berlapis, sehingga akan diperoleh efektifitas pengurangan penyebaran bahan pencemar di lingkungan dan mempertimbangkan keberadaan tanaman sebagai unsur pembentuk kota.
Daftar acuan : 44 ( 1978-1996 ).

The Ability Of The Leaves Of Swietania sp And Ficus sp In Absorbing Lead (Pb) AM) Polycyclyc Aromatic Hydrocarbons (PAH) Pollutants In The Urban South Jakarta, 1996.Pollution which caused by mobile and immobile sources is one of public health problems. The result of the air pollution depends on the type of the pollutant, concentrate and the exposure level. Especially in the big cities ( for example Jakarta ), about 70 - 80% pollution is caused mostly by immobile sources.
The use of Hydrocarbons as the main element for fuels, is growing every year in Jakarta. So does Lead that is used as a mixture of fuels in Indonesia. One of the aromatically element of Hydrocarbons, is potentially causing cancer, while Lead is presumed to reduce children's IQ up to 5 ( Five ) points. Considering that those two chemicals are dangerous to our health, it is essential to reduce the spreading in the environment. One good effort that has to be done is developing Green Belt. In aiming of proving the ability of plants in absorbing pollutants, it's need to handle this research. The research is using Swietania sp and Ficus sp, which are easily plan and grow. This is a descriptive research with crosectional method, located in the three-way crossing among jalan Hang Tuah Raya, jalan Kyai Maja and jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, South Jakarta.
The result of the research is that Swietania sp absorbs more PAH than Ficus sp. On the other hand, Ficus sp absorbs more Lead than Swietania sp. Lead concentration is 0,67 ug/m3 and PAH concentration is 1,748 ppm, that is over limit the KLH standard. Seeing the ability of those two plants in absorbing Lead and PAH pollution, its time to have Green Belt in developing the city. So, the pollution can be reduced effectively.
References : 44 (1978-1996 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T1028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Sulistiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan log am berattimbal (Pb) yang terakumulasi pada pucuk, daun, dan batang tanaman puring, dan kemampuan 18 kultivartanamanjalan puring dalam mengakumulasi Pb dari udara di lingkungan Perumahan Satan Indah, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan. PengambHan sampel bersifat purposive sampling pada 2 titik lokasi pada jalan F, G, H, I, J, K, L, M, dan N (9 jalan). Masing-masing terdiri atas titik pertama, yaitu lokasi yang pad at lalu lintas (sekitar 50 m dari jalan raya) dan titik ke-dua, yaitu lokasi yang relatif sepi lalu lintas (sekitar 250 m dari jalan raya). Sehingga terdapat 18 sam pel yang masing-masing terdiri atas pucuk, daun, dan batang tanaman puring. Penetapan kadar Pb dilakukan dengan menggunakan metode spektrometri pendar Sinar-X, dan dilanjutkan penentuan kandungan Pb dengan teknik kurva kalibrasi. HasH penelitian menunjukkan penyerapan Pb tanaman puring pada lokasi padat lalu lintas lebih tinggi (pucuk: 18.78IJg/gr; daun: 26.89IJg/gr; dan batang: 102.15IJg/gr) dibandingkan dengan lokasi yang sepi lalu lintas (pucuk: 13.93 IJg/gr daun: 21.07 IJg/gr dan batang: 68.43 IJg/gr). Jumlah kultivar puring yang ditemukan berdasarkan identifikasi adalah13 kultivar. Sagian tanaman penyerap Pb paling baik adalah batang (220.67IJg/gr), yaitu dari ku~ivar Pictum Spot yang berada di Iokasi yang padat lalu lintas. Penyerap Pb yang terbaik pada pucuk (26 IJg/gr) dan daun (44.33IJg/gr) adalah dari kultivar Apel Malang."
Tanggerang: Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Universitas Terbuka, 2015
502 JMSTUT 16:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Kohar
"Untuk meneliti kandungan Pb dalam tanaman kangkung telah dilakukan penelitian menggunakan kangkung darat (Ipomoea reptans) yang ditanam pada media hidroponik, dan disiram dengan Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) larutan Pb (2 mg/L) dua kali sehari. Sampel kangkung diambil berdasarkan umur tanaman (3 dan 6 minggu), dan bagian tanaman (akar dan seluruh bagian tanaman tanpa akar). Digunakan Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ untuk mengukur kandungan Pb dalam sampel. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam tanaman akumulasi Pb terutama terdapat di akar.Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel, dimana jumlah ini melampaui jumlah maksimum yang diperolehkan untuk dikonsumsi yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (maximum dietary allowance) yaitu 2 mg/kg; sedangkan pada tanaman yang berumur 3 minggu kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg dan tidak melampaui batas yang ditetapkan oleh BPOM. Karena itu dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.

Study on Pb Content in 3 Week and 6 Week Old Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Planted in Pb containing Media. A study on the content of Pb in kangkung has been conducted. Land kangkung (Ipomoea reptans) was used as the sample, and was planted in hydrophonic media, and watered with Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) and Pb solution (2 mg/L) twice a day. Samples were taken based on the age (3 and 6 week old), and part of the plant (root and all parts without root). Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ was used to measure the Pb content. It was shown that in the plant the accumulation was mostly happened in the root. The 6 week-old plant contained Pb not just in the root (3.36 mg/kg sample) but also in the other part of the plant (2.09 mg/kg sample) and those were exceeded the maximum dietary allowance (2 mg/kg sample) regulated by the Indonesian FDA; while in the 3 week-old plant the Pb content in the root was 1.86 mg/kg sample and in the other part of the plan was 1.13 mg/kg, which is not exceeded the dietary allowance. So it is advisable to harvest the kangkung vegetable at the most of 3 week-old."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Rahayu
"ABSTRAK
Tumbuhan dapat mengikat C02 udara(fotosintesis) sehingga terbentuk senyawa organik yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan kemampuan membentuk senyawa antara pertama kali selama fotosintesis tsb., tumbuhan dibagi dalam tipe tumbuhan yakni tumbuhan C3, C4 dan CAM.
Di lakukan penelitian terhadap stek batang tumbuhan pepohonan kastuba(Euphorbia pulcherima ) dan ki hujan(Paraserianthes falca-Laria) dengan melakukan perendaman selama 0, 12 dan 24 jam dalam l aru tan IAA, N A A dan IEA pada kadar 0, 50, 100 dan 200 ppm). Setelah 3 bulan penanaman dilakukan pengamatan terhadap struktur anatomi dawn, waktu inisiasi akar dan tunas serta pertumbuhan akar dan tunas daun(dalam hal ini dinyatakan dalam berat basah organ tsb.) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan kastuba merupakan tumbuhan C4, karena struktur anatomi daunnya tampak adanya j 2.ringan Kranz dibandingkan dengan daun tumbuhan ki hujan yang tidak mengandung jaringan Kranz (Salisbury & Roos,1990).
Pertumbuhan perakaran pada kedua species tanaman tsb.berbeda ny ata, sed ang kan wak tu. inisiasi perakaran dan pertunasan dan pertumbuhan tunas daun tidak berbeda nyata. Berat basah perakaran kastuba yang terbaik yakni dengan perendaman 12 jam pada IBA kadar- 200 ppm sebesar 23,156 g dibandingkan dengan perakaran ki hujan: 16,213 g. Waktu inisiasi akar terjadi pada minggu ke-3, dan ini Inisiasi tunas daun terjadi pada minggu ke-2; serta rerats. berat basah daun/tanaman pada kedua species tab. 43,756 g/tanaman.
Hal ini kemungkinan disebabkan daun pada tanaman kaatuba bersi fat daun tunggal, palmati partitus dan lebar, sedang pada ki hujan daun majemuk, menyirip genap. "
Depok: Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>