Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doy, Clemens
"ABSTRACT
In the classic study of revolution, The Anatomy of Revolution, by Crane Brinton, (Vintage Books, New York, 1938/1952), the author identified a number of uniform factors as a cause of all great revolutions. In my study of black liberation and the role of the black church, I have focused on three of those uniform factors associated with liberations in history because they seem to surface repeatedly in the subject of the role of the black church in black liberation. These three uniformities are Leadership, Organization, and Ideology, and to be more specific, my hypothesis is that BY AND THROUGH THE BLACK CHURCH, ESPECIALLY THROUGH ITS IDEOLOGY, ORGANIZATION, AND LEADERSHIP, BLACKS EVENTUALLY SUCCEEDED IN LIBERATING THEMSELVES IN AMERICA. This tentative statement will be proved by the data which I obtain from the books I have read in libraries. The hypothesis is in line with the topic of the paper.
The reason I chose this topic is:
1. It is and was a fact that in the black community the church is the only. legitimate institution by and
through which the blacks are and were improved.
2. The church allows opportunities for training in leadership and independence.(McPherson,1972:81).This means that the church provides opportunities for black clergies to preach, and their preachings in.-the church reflect their leadership, and. serve as a training ground to air their independent thought to lead their people to gain independence.
3. The church functions as the "fountainhead" for the improvement of blacks' social life.(Thompson, 1986: 98).
All the great revolutions of history required all three factors in a well-developed stage. In my readings on the Black Church in American history, it too seems to focus on these same three factors.
Definition of terms:
According to the Grolier International Dictionary, the terms "ideology", "organization", and "leadership" are explained as follows:
Ideology is "the body of ideas reflecting the social needs and aspirations of an individual, group, class, or culture" (William Morriss, 1981: 654). Organization is "a number of persons or groups having specific responsibilities and united for some purpose or work" (Morriss, 1981 ; 926). Leadership is "capacity to be a leader; ability to lead; whereas a leader is one in command of others, or The head of political party or organization; or One who has an influential voice in polities" (Morris,
. 1981: 743)
What I would like to show is how the above three concepts were used by Black Leaders over time in order to form a successful black liberation movement in the United States.
Leadership: It was explained that leaders of a revolution are "often of striking respectability and excellent social standing" (Brinton, 1952:1067107). They are not political innocents; instead, "they have experience in leading organizations and even' pressure groups"(. Brintan, 1952: 109-110).
As men in their thirties and forties, "they are not newcomers to the world. They are idealists with a streak of realism. The men who act as political prophets are usually "men of words" who are gifted orators" (Brinton,
1952: 124) and "are skilled in the teaching of propaganda" (Brinton, 1952: 163-164). Despite their idealism, they are also capable of "managing organizations which can get things done" (Brinton:1952:166).They seek "to spread their
liberating gospel" (Brinton, 1952: 202) and are convinced that "they are the elect who are destined to carry out liberating will of God" (Brinton, 1952: 203).
Organization: It is argued that revolutions are "the product of careful organization and propitious circumstances" (Brinton,1952: 90). The key to the success of revolutions "lies in their monopoly of control over liberating organizations" (Brinton, 1952:156), Without organizations capable of "collecting the funds, followers, and attention for their political cause, there can be no revolution" (Brinton, 1952: 164,151).
Ideology: All revolutionary movements need "... an ideology, symbols, or myth" (Brinton, 1952: 49)?Revolutions are about ideals and dreams. Brinton says, "Revolutions contrast the current illegitimate, existing world with the good and inevitable world of the world to come" (Brinton, 1952: 150)?
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor,Keeanga-Yamatha
Chicago : Haymarket Books, 2016
305.896 TAY f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Battle, Michael
Malden: Blackwell Publishing, 2006
277.3 BAT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hughes, Langston, editor
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1967
133.4 HUG b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Johnson, Daniel Milo
Durkham, NC: Duke University Press, 1981
305.8 JOH b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dillard, J.L.
New York: Vintage Books, 1973
427.973 DIL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Gracilia
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai terjadinya perubahan pergerakan kelompok etnis Afro-Amerika post-racial dalam menyikapi isu ketidaksetaraan ras terhadap kulit hitam melalui kemunculan gerakan Black Lives Matter. Post-racial dalam penelitian ini mengacu pada mitos dan kerangka pemikiran masalah ras yang muncul setelah terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Dengan menggunakan metode historis dan pendekatan sosiologis, penelitian kualitiatif ini terfokus pada perkembangan gerakan Black Lives Matter sejak dibentuk pada tahun 2013 sampai tahun 2015, yang melakukan kampanye penggunaan hashtag “black lives matter” melalui dunia maya. Dengan mengkontekstualisasikan gerakan Black Lives Matter pada sejarah perjuangan pergerakan kaum Afro-Amerika, penelitian ini menunjukkan adanya pandangan dan tindakan Black Lives Matter yang bersifat lebih inklusif; yaitu pergerakan ini memiliki hubungan intersectionality dengan gerakan kulit hitam lainnya, yaitu gerakan feminis dan gerakan LGBT. Keterlibatan ini juga menunjukkan Black Lives Matter sebagai sebuah gerakan kulit hitam baru yang membuka batasan dan mewakili kelompok-kelompok minoritas yang secara historis terabaikan

ABSTRACT
This thesis discusses the shifts in post-racial’s African-American movement, focusing on racial inequality experienced by Black people and the emergence of Black Lives Matter movement. “Post-racial” in this research refers to the myth and racial framework that emerges after the election of Barack Obama as the president of USA. Using historical methods and sociological approaches, this qualitative research focuses on the development of Black Lives Matter movement since its formation in 2013 to 2015 campaigning of “black lives matter” hashtag through cyberspace. Contextualizing Black Lives Matter movement within the history of African-American civil rights struggle, the thesis indicates that the view and attitudes of Black Lives Matter is more inclusive; evidences show that the movement includes intersectionality of other Black movements, such as Black feminist and Black LGBT. Such inclusion also shows that Black Lives Matter become one of the new African-American movement that open the boundaries and represent minority groups that are historically neglected;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Hamirza
"Islam sudah lama eksis dalam kehidupan bangsa Amerika Serikat. Pada tahun 1312 telah datang ke benua Amerika bagian Utara seorang kulit hitam Afrika yang berasal dari negara Mali bernama Mohammad Mu'min. Selain itu dari beberapa catatan penting tentang kedatangan Columbus ke benua Atnerika, telah ada seorang ahli perbintangan bernama Al-Ibissy yang juga beragama Islam. Pada tahun 1787 ada perjanjian antara negara Maroko dan Presiden pertama Amerika Serikat, George Washington. Perjanjian tersebut berisi tentang pengiriman budak-budak dari Afrika Utara dan Tengah. Permulaan dari munculnya kekuatan muslim kulit hitam di Amerika adalah ketika pada tahun 1875 seorang kulit hitam kelahiran North Carolina, bernama Timothy Drew menyebarkan ajaran Back-to-Islamism yang mempunyai kemiripan dengan ajaran Marcus Garvey. Drew mengubah namanya menjadi Noble Drew Ali dan mulai menyebarkan ajarannya di wilayah-wilayah yang dihuni oleh orang-orang kulit hitam yang miskin dan putus asa. Drew menyebarkan ajarannya di Vita New Jersey, Chicago, Pittsburgh dan Detroit. Drew menemui orang-orang kulit hitam di sudut-sudut jalan kota-kota tersebut dan menghampiri mereka yang hidup di lantai dasar gedung-gedung perkantoran. Pada tahun 1913 pada waktu berusia 27 tahun, dia masjid bernama, Moorish American Science Temple di kota Newark, New Jersey. Beberapa bulan kemudian dia membuka lagi masjid peribadatan di kota Pittsburgh, Detroit dan Chicago pada tahun 1925. Hal itu membuat dirinya mendapatkan perhatian dari pemerintah Amerika Serikat karena kegiatannya yang mulai meningkat dan memiliki banyak pengikut. Dalam perkembangannya Drew berhasil membuat sistem perekonomian yang modern dengan membentuk perusahaan minyak Old Moorish Healing Oil, perusahaan sabun mandi Moorish Purifier Bath Compound dan Moorish Herb Tea for Human Ailments. Keberhasilan dalam mendapatkan pengikut yang banyak di kota Chicago membuat dirinya semakin kuat. Pada tahun 1929 kepemimpinannya sebagai Yang Tertinggi dalam Moorish Science Temple di seluruh kota digantikan oleh wakilnya, Sheik Claude Greene. Namun, kepemimpinan Greene tidak berlangsung lama karena banyak pengikut Drew yang menentangnya. Pada masa kepemimpinan Greene ajaran Islam tidak berkembang dengan baik dan dia dianggap terlalu lemah dalam menyelesaikan perselisihan di antara para pengikutnya. Dia juga terlalu kooperatif dengan pemerintah dan tidak mewakili pengikut-pengikutnya yang tertindas oleh pemerintah. Pada bulan Maret 1929 Greene terbunuh oleh pengikut Drew. Drew Ali sendiri kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan karena terbukti terlibat dalam pembunuhan tersebut. Dia secara misterius terbunuh dalam tahanan. Para pengikutnya berangsur-angsur menghilang dan para pimpinan dari masjid yang didirikannya mengundurkan diri. Perkembangan Islam di Amerika Serikat sebagai bagian dari black nationalism berlanjut pada tahun 1930 ketika terbentuk sebuah organisasi black muslim, yaitu Nations of Islam di kota Detroit. Organisasi ini didirikan oleh Wallace Dodd Fard yang berasal dari Maroko. Dalam menyebarkan ajarannya Fard, menggunakan ajaran Back-to-Africa untuk melawan superioritas dari kulit putih yang ada di Amerika Serikat. W. D. Fard, selain mengajarkan cara beribadah dan syariah, menggunakan Islam sebagai alat perlawanan untuk memperjuangkan hak asasi mereka. Sistem perekonomian dan pendidikan menurut Islam diperkenalkan untuk mendidik orang_-orang kulit hitam agar lebih mempunyai sikap optimis dalam hidupnya. Pada tahun I920-an di New York berkembang Harlem Rennaissance. Gerakan ini muncul karena keputusasaan dari kulit hitam yang hidup di wilayah ghetto di Amerika Serikat bagian Utara. Mereka merupakan korban dari kekejaman kulit putih pada masa perbudakan dan berpindah ke distrik City's Harlem di kota New York (pada awalnya merupakan daerah pemukiman elit bagi kulit putih). Di kota Harlem ini orang-orang kulit hitam menuangkan secara bebas pemikiran mereka, baik di bidang budaya dan seni. Hal yang panting dalam usaha untuk menarik dan memicu kaum intelektual kulit putih dan philantropist adalah dengan kebangkitan dari literatur dan kesenian yang terjadi pada tahun 20-an dan permulaan tahun 30-an. Pada masa yang dikenal dengan Harlem Rennaisance ini, orang kulit hitam banyak yang menuangkan pemikirannya dalam bidang seni untuk menghilangkan rasa rendah din mereka terhadap kulit putih. Masjid yang pertama didirikan pada tahun 1931 di kota Detroit dan diberi nama Detroit Moslem Temple Number Two, kata Temple digunakan karena masyarakat Amerika belum mengenal kata Masjid pada waktu itu. Dalam perkembangannya Nations of Islam mempunyai badan keamanan tersendiri yang dikenal dengan Fruit of Islam dan mengajarkan tentang dasar-dasar kemiliteran dan taktik perang. Ketika perkembangan NOI hampir meliputi seluruh kota-kota besar di Amerika Serikat, dia menunjuk wakil-wakil pada setiap pusat peribadatan yang didirikan. Pihak kepolisian mulai memberikan perhatian secara khusus terhadap dirinya karena tersebar gosip bahwa ajarannya mengajarkan pengorbanan darah. Fard pun ditangkap pada tahun 1932. Dia berpindah dari kota Detroit ke kota Chicago pada tanggal 26 Mei 1933 karena merasa diawasi oleh polisi. Pada tahun 1934 W.D. Fard menghilang secara misterius tanpa diketahui oleh para pengikutnya. Dia digantikan oleh muridnya bernama Elijah Poole. Elijah Poole diganti narnanya oleh Fard menjadi Elijah Muhammad, karena Poole merupakan nama pemberian dari tuan tanah pada masa perbudakan. Hilangnya pemimpin mereka secara misterius membuat pars pengikutnya menyebut dirinya sebagai titisan Tuhan yang dikirimkan untuk keselamatan kulit hitam di dunia. Elijah merupakan tokoh yang radikal dan berhasil mengembangkan NOI ke seluruh negara bagian Amerika Serikat (pada tahun 1965 pusat peribadatan black muslim ada di seluruh Amerika Serikat). Elijah mengikuti pola yang sama dengan Marcus Garvey dalam mengembangkan ajaran Islam. Dia mengembangkan sistem perekonomian yang sesuai dengan ajarannya, kaum kulit hitam berkedudukan sama dalam melakukan transaksi pembelian dan penjualan. Mereka membentuk masyarakat yang komunal dengan mempunyai restauran, pasar dan toko pakaian yang hanya diperuntukkan bagi black muslim. Pada akhir tahun 1950-an ketika di Amerika Serikat sedang muncul gerakan perlawanan terhadap Undang-Undang Segregasi, NOI turut serta dalam setiap protes dan demonstrasi menentang kebijakan tersebut. Undang-Undang yang mengatur pemisahan aktivitas antara kulit hitam dan kulit putih di muka umum. pada prakteknya hal itu sama saja dengan membatasi kegiatan kulit hitam di muka umum, misalnya terjadi pemisahan tempat ketika berada dalam bus, orang-orang kulit hitam duduk di belakang sedangkan kulit putih di depan. Undang-undang ini ditentang oleh masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat, tidak terkecuali dari kalangan black muslim. Malcolm X yang menjadi murid Elijah Muhammad dan menjadi pemimpin pusat Masjid New York Moslem Temple Number Seven merupakan seorang tokoh yang mendapatkan perhatian penting dari pers dan masyarakat Amerika Serikat. Perlawanannya dilakukan secara radikal dan bertentangan dengan non-violence action yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr. Namun, dirinya selalu menjadi pemberitaan pers karena merupakan salah seorang wakil penting dari kulit hitam di Amerika Serikat yang berani menentang sikap rasialis dari orang kulit putih dan menyebut mereka sebagai setan kulit putih. Sikapnya ini membuatnya dibunuh oleh lawan-lawan politiknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Kurniawan
"Awal abad ke-21 merupakan masa dimana film-film superhero mulai bangkit menjadi genre yang populer di Hollywood. Selama satu dekade terakhir, film-film superhero menjadi salah satu genre yang paling populer dan menguntungkan dalam industri perfilman. Meski begitu, masih terdapat ketidakseimbangan dalam representasi tokoh perempuan di genre ini. Ketidakseimbangan tersebut terlihat tidak hanya dalam jumlah karakter namun juga dalam kualitas tokoh perempuan tersebut. Makalah ini menganalisis penggambaran tokoh Black Widow dalam film The Avengers sebagai heroine yang mendobrak stereotip perempuan di film superhero. Berdasarkan teori dan konsep gender dari penulis-penulis feminis seperti Simone de Beauvoir dan Kate Milltet, makalah ini membahas konstruksi gender yang muncul dalam film-film superhero dan bagaimana film The Avengers menyikapi isu feminis melalui penggambaran tokoh Black Widow. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menunjukkan pentingnya tokoh perempuan yang mampu memiliki karakteristik maskulin namun tetap juga mempertahankan aspek-aspek feminin mereka.

The early of 21st century was the period when superhero movies started to revive into a popular genre in Hollywood. Throughout the last decade, superhero movies became one of the most popular and profitable genres in the film industry. However, there is still an inequality in the representation of women in the superhero movies. The inequality is seen not only in the quantity of female characters, but also in the quality of their roles. This paper analyzes the depiction of Black Widow in The Avengers as a heroine who breaks the stereotypes of women in superhero movies. Based on some theories and concepts of gender from feminist writers such as Simone de Beauvoir and Kate Millet, this paper examines gender construction that occurs in superhero movies and how The Avengers addresses the issue trough the portrayal of Black Widow. The goal of this paper is to show the importance of having female characters that can exhibit masculine traits, yet still maintain their feminine aspects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>