Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilawati Endah Peni Adji
"Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan - gambaran sikap dan posisi perempuan; fungsi penggambaran posisi-tinggi perempuan dalam bidang supranatural; serta sikap implied author terhadap sistem patriarki dan isu gender - dalam cerpen-cerpen Danarto.
Dengan menggunakan teori kritik sastra feminis yang beperspektif kritik ideologis, tulisan ini mendekonstruksi teks cerpen cerpen Danarto yang selama cenderung dinilai mengungkapkan permasalahan religiusitas. Dengan perspektif ini dihasilkan gambaran bahwa sikap perempuan sangatlah ambivalen, dan posisi mereka juga bervariasi. Perempuan golongan tua dari kelas atas cenderung mendukung sistem patriarki. Perempuan muda dari kelas atas cenderung bersikap protes dan menggugat terhadap sistem patriarki. Sementara perempuan dari kelas bawah tidak hanya ditindas oleh kelas atas, tetapi juga oleh sistem patriarki. Penindasan ini semakin terlihat ketika ia memasuki bidang publik. Bidang yang di dalamnya perempuan dapat memiliki posisi tinggi dan kekuasaan adalah bidang supranatural.
Dengan mengkombinasikan, kritik sastra feminis dan kategori gender yang dikemukakan Scott, tulisan ini menghasilkan deskripsi representasi perempuan simbolik, konsep normatif, institusi dan organisasi sosial, identitas subjektif, serta gender sebagai indikasi hubungan kekuasaan_ Perempuan simbolik yang direpresentasi dalam teks cerpen Danarto memiliki dua citra, baik positif maupun negatif. Citra positif sifat perempuan ini diwujudkan melalui representasi Maria dan Rabi'ah. Citra negatif sifat perempuan diwujudkan dalam representasi Ratu Pantai Selatan (dari pandangan orang awam dan santri). Pembentukan konsep normatif perempuan bersumber dari representasi perempuan simbolik. Pembentukan itu dilakukan oleh patriarki sehingga meletakkan perempuan dalam posisi yang inferior, tunduk, dan ditindas. Dalam pembentukan norma itu digunakan mitos yang berkesan menghargai perempuan, seperti "ratu rumah tangga" dan "surga terletak di telapak kaki ibu".
Dalam institusi dan organisasi sosial perempuan kelas bawah dipandang rendah dan tidak dihargai meskipun ia bersikap profesional. Perempuan tetap dipandang sebagai pendatang baru dari bidang domestik yang tenaganya tidak dihargai. Identitas subjektif dalam teks cerpen Danarto terlihat melalui tokoh perempuan mu.da dan kelas atas yang berintelektual. Indikasi hubungan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki dalam teks cerpen Danarto adalah tradisional, sebagai warisan patriarki. Perempuan tetaplah inferior, dibatasi wilayahnya (oleh patriarki) dalam bidang domestik, sementara laki-laki tetaplah superior dan mempunyai wilayah di publik. Lebih jauh, dalam bidang domestik yang dianggap sebagai wilayah perempuan ini pun, perempuan harus tunduk dan terikat dengan aturan sistem patriarki yang mengungkung mereka. Karena dalam kehidupan faktual - .yang meliputi kehidupan dalam bidang domestik dan publik -- perempuan ditindas dan tidak mempunyai kekuasaan, maka perempuan mengkompensasikan diri. ke dalam bidang supranatural, suatu bidang yang di dalamnya perempuan dapat memiliki kekuasaan.
Berdasarkan gambaran sikap dan posisi perempuan tersebut tercermin adanya sikap implied author yang bertolak dari pandangan dasar mistik untuk mengungkapkan kondisi faktual perempuan. Tercermin adanya keambivalensian sikap implied author dalam memandang patriarki dan isu gender. Di satu sisi ia menyadari adanya ketimpangan sistem patriarki dalam menempatkan perempuan.. Sehirigga, ia juga menyetujui gerakan feminis yang berusaha menggugat ketimpangan patriarki itu - sebatas gerakan itu tidak menyebabkan perempuan memiliki citra negatif: menggugurkan kandungan. Namun, di sisi lain dia juga tidak menginginkan perubahan pada kemapanan dan kekokohan sistem patriarki itu sendiri. Sehingga, keberhasilan perjuangan feminisme baru dengan isu gendernya itu juga akan sulit terwujud.

"Gender and Patriarchy in Danarto's Short Stories". This research is objected to show - the pictures of women's attitudes and positions; the function of depiction of women's high-position in the field of supernatural; the implied author's attitudes towards the patriarchy and gender issues- in Danarto's short stories.
Applying the theory of Feminist Literary Criticism that has the ideology critique perspective, this writing deconstructs the texts of Danarto's short-stories which, even now, tend to be considered to reveal the religious issues. As a result of this perspective, it is found that woman?s attitudes and their positions are so various. The old women of the upper-class tend to support the patriarchy. While the young women of the upper-class tend to criticize and protest the patriarchy. Meanwhile, the lower-class women are not only oppressed by the upper-class but also oppressed by the patriarchy as well. This oppression is more visible in the public field. The field where the women can possess high-position and power is in the supernatural.
Combining the Feminist Literary Criticism and Gender Category, proposed by Scott, this writing offers the descriptions of symbolic women's representations, normative concepts, social institutions and organizations, subjective identities, and gender as a power relationship indication. Symbolic women that are represented in the texts of Danarto's short-stories have two images: both positive and negative. The positive images of the women's characters manifested through the symbolic representations of Maria and Rabi'ah. The negative images of the women's characters manifested by the symbolic representations of Ratu Pantai Selatan (from the layman and santri's point of view). The construction of women's normative concepts derives from the symbolic women's representation. The construction built by the patriarchy, so that the women situated in the inferior, submissive, and ?oppressed positions. In constructing that norms, myths are used, which have impression to highly respect women, such as "The queen of household" and "Heaven lays down on the mother's sole of foot".
In the social institutions and organizations, the lower-class women are looked down on and unrespected although they have professional attitudes. That women still considered as the new corners in the domestic field, where their capacities are never taken into consideration. Subjective identities in the texts of Danarto's short stories, axe visible through the young women character of high-class and intellectual. The indication of the power relationship between women and men in the texts of Danarto's short'stories is traditionally, as the patriarchy inheritance. Women are always be the inferior, their authorities are limited (by the patriarchy) in that domestic field. On the other hand, men are always be the superior and have public authorities. Farther, in that domestic field, which is to be the women's region, the women have to submit and cling to the patriarchy rules that bound them. Since in the factual life-which covers the domestic field and public lives- the women are oppressed and they don't have any power, so that they compensate themselves into the supernatural, a spacious where that women can gain the power.
Based on the pictures of the women's attitudes and positions, there is an implied author's attitudes which come from the basic view of magic in order to express the women's factual conditions. The implied author has the attitude of ambivalence in looking at the patriarchy and gender issues. On one side, he realizes that there is an unbalance of patriarchy in positioning the women so that, he, too, agrees with the feminist movement which tries to claim that patriarchy defects-as far as that movement does not bring about the women's becoming have negative images: abortion. Meanwhile, on the other side, he does not want the change on. the establishment and strict of the patriarchy itself. In that case, the product of the struggle in the new feminism and its gender issues are also hard to be achieved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniasari
"Berangkat dari sebuah kenyataan bahwa tidak sedikit dari pengarang Indonesia yang namanya jarang disinggung dalam pembicaraan kesusastraan Indonesia, skripsi ini membahas salah seorang dari pengarang tersebut, yaitu Sukro Wijono. Sukro Wijono merupakan seorang sastrawan yang pernah berkarya di tahun 1950-an dan 1960-an. Seiring dengan banyaknya majalah yang terbit pada tahun 1950-an, karya-karya yang pernah dihasilkannya bermunculan dalam beberapa majalah yang terbit pada waktu itu. Karyanya lebih banyak berbentuk cerpen daripada puisi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Imam Subarkah
"ABSTRAK
Sejumlah bukti menunjukkan tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap cerita pendek (cerpen). Pertama, sejumlah besar majalah dan koran mingguan memuat cerpen sebagai bagian yang penting pada setiap terbitannya. Suratkabar nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Suara Karya Minggu, Pelita, Suara Pembaruan, Republika, Bisnis Indonesia dan sejumlah majalah seperti Ulumul Quran, Amanah, Pandji Masyarakat, Matra, Kartini, Pertiwi, Femina, serta koran-koran daerah seperti Bali Post (Bali), Jawa Post, Surabaya Post, (Surabaya), Berita Nasional, Minggu Pagi (Yogyakarta), Suara Merdeka (Semarang), Pikiran Rakyat (Bandung), Aceh Post (Aceh), Waspada (Medan), Sriwijaya Post (Palembang), Riau Post (Riau) menyediakan ruangan khusus untuk cerpen. Kedua, lomba penulisan cerpen sudah beberapa kali diselenggarakan oleh badan penerbitan atau lembaga. Lomba tersebut selalu mendapatkan tanggapan yang antusias dengan banyaknya karya yang ikut serta dalam lomba tersebut. Akhir-akhir ini banyak bermunculan kumpulan-kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh beberapa penerbit, seperti Gramedia dan Pustaka Grafiti. Hal tersebut menepis anggapan bahwa kumpulan cerpen bukan barang dagangan.
Salah satu daya tarik cerita pendek adalah bentuknya yang ringkas. Hal ini memungkinkan pembaca untuk membaca seluruh cerita sekali duduk. Sifatnya yang ringkas itu juga merupakan daya tarik tersendiri bagi pencipta cerpen karena waktu yang dibutuhkan untuk menulis cerpen relatif lebih pendek dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk menulis novel. Walaupun menulis cerpen tidak berarti lebih mudah daripada menulis novel, kenyataan menunjukkan bahwa jumlah penulis cerpen lebih besar daripada jumlah penulis novel. Sapardi Djoko Damono mengemukakan, bahwa banyak penulis novel yang pada mulanya memulai karier kepengarangannya sebagai penulis cerita pendek.
Sebagai pencipta karya fiksi yang diproduksi secara massal dan dipasarkan dalam suatu jaringan bisnis, penulis cerpen pun tidak dapat lepas dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Demikian juga para redaktur sangat mempertimbangkan nilai-nilai tersebut dalam hubungannya dengan cerpen yang dimuat. Ini berarti bahwa nilai-nilai yang ada dalam masyarakat boleti jadi ikut menjadi bahan pertimbangan yang menentukan dimuat tidaknya sebuah cerpen dalam media massa tertentu. Hal ini berbeda dengan para pujangga istana (poet Laurette) yang menulis atas pesanan raja karena mereka hidup dari belas kasih raja yang menjadi patron mereka. Karya-karya pujangga tersebut dapat digunakan sebagai legitimasi kekuasaan raja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didacus Sunoto
"Perhatian kritikus sastra terhadap cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo masih sedikit. Lebih-lebih perhatian terhadap masalah seks dalam cerpen-cerpennya, boleh dikatakan langka, atau malah mungkin belum ada. Skripsi ini membicarakan perilaku seksual tokoh-tokoh dalam cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo yang terhimpun dalam Kejantanan di Sumbing. Menurut pandangan pengarang ini, semakin takut menghadapi maut, semakin kuat hasrat untuk berkelamin, dan sumber dari munculnya kedua kecenderungan itu adalah kesepian. Ada dua tujuan yang hendak dicapai lewat penelitian ini: pertama, ingin melihat perilaku seksual para tokoh dan sekaligus ingin membuktikan apakah perilaku seksual tersebut dijiwai pandangan pengarang; dan kedua, karena karya sastra yang menyangkut seks kadangkala tidak terhindar dari tuduhan sebagai karya pornografi, skripsi ini akan membahas cerpen-cerpen Subagio tergolong sebagai karya pornografi atau tidak. Akhirnya, penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut. Memang betul cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo mengisahkan tokoh-tokoh yang mempunyai masalah seks. Hadirnya adegan seks dalam perilaku tokoh-tokoh tersebut dijiwai pandangan Subagio Sastrowardoyo bahwa semakin takut menghadapi maut semakin kuat hasrat untuk berkelamin, dan kesepian adalah pangkal dari keduanya. Namun dalam upaya mewujudkan pandangannya tersebut jiwa Subagio terbelah: satu pihak ia ingin menghadirkan adegan seks, di pihak lain masih ada keraguan untuk menghadirkan adegan seks secara penuh. Oleh sebab itu, Subagio melakukan penghindaran adegan Seks secara penuh dengan cara: (1) sebelum tokoh melakukan adegan sanggama, cerpen segera ditutup; dan (2) seandainya harus terjadi adegan sanggama, tokoh wanita yang melakukan adegan senggama tersebut diturunkan derajatnya menjadi pelacur atau perempuan nakal. Selanjutnya dapat disimpulkan pula bahwa cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo tidak dapat digolongkan sebagai karya pornografi, melainkan tergolong sebagai karya yang bernilai sastra dan seni."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeni Afifah
"Penelitian ini membahas gagasan dan simbol-simbol sufistik dalam enam cerpen M. Fudoli Zaini. Untuk menganalisis gagasan sufistik digunakan konsep maqam dan untuk menganalisis simbol sufistik digunakan konsep simbol dari penyair-penyair sufi Parsi dan Melayu. Sumber data yang digunakan yaitu enam cerpen berjudul "Rindu Hujan", "Burung Putih", "Batu-batu Setan", "Burung Kembali ke Sarang", "Kemarau", dan "Pintu Gerbang". Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpencerpen Fudoli Zaini mengandung ajaran-ajaran tasawuf yang terdiri dari delapan maqam, yaitu tobat taubat, melawan nafsu mujahadah, tawakal tawakkal, zuhud zuhd, sabar shabr, syukur syakara, cinta mahabbah, dan penyatuan ittihad. Selain itu, cerpen-cerpen Fudoli Zaini juga banyak memunculkan simbol berupa tokoh, peristiwa, dan benda-benda yang secara simbolis menyampaikan serta menguatkan gagasan tasawuf tersebut.

This research deals with ideas and sufism symbols in six short stories of M. Fudoli Zaini rsquo s. Theory and approach that be used on analyzing ideas sufism is mysticism theories which are maqam and sufism symbols used concept of a symbol of Persian Sufi poets and Malay. Data that be used are sourced from six short stories each of them titled ldquo Rindu Hujan rdquo, ldquo Burung Putih rdquo, ldquo Batu batu Setan rdquo, ldquo Burung Kembali ke Sarang rdquo, ldquo Kemarau rdquo, and ldquo Pintu Gerbang rdquo. The results shows that Fudoli Zaini rsquo s six short stories contained mysticism theories that consists of eight maqams, they are repentance taubat, against lust mujahadah, tawakal tawakkal, zuhud zuhd, patience shabr, gratitude syakara, love mahabbah, and fusion ittihad. Moreover, Fudoli Zaini rsquo s short stories are also providing symbols such as characters or figures, occurrence, objects that symbolically conveyed and strengthened those mysticism theories."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
899.221 MEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiati
Jakarta: Pusat Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
808.831 SUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Kusworatri
"Penelitian mengenai kecenderungan tematis cerpen-cerpen di majalah Dewan Sastera tahun 1990 bertujuan untuk menunjukkan tema-tema yang muncul pada tahun tersebut dan menjelaskan kaitan tema-tema yang muncul dengan keterlibatan penerbit dalam sistem penerbitan yang dilakukan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sulton Ghozali
"Kesusastraan yang menggambarkan latar atau yang ditulis oleh pengarang dari Indonesia timur menjadi semakin penting seiring dengan kesadaran masyarakat mengenai kesenjangan di daerah tersebut. Tulisan ini memenuhi kebutuhan tersebut dengan membahas novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga karya Erni Aladjai. Novel tersebut menggambarkan masyarakat dalam lingkungan pertanian cengkih di Maluku yang hidup dalam toleransi dan terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan narasi pengucilan dan pemilihan tokoh hantu dalam novel tersebut, termasuk perannya dalam mediasi konflik ketika terbatas dengan kehadirannya sendiri. Penelitian ini menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra dan teori konflik yang dilakukan dengan metode kualitatif dan berbasis studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa tokoh hantu dalam novel tersebut digunakan untuk memberikan petunjuk terkait konflik, mendukung keefektifan cerita, memicu kesan emosional, dan menggambarkan sejarah penindasan pada masa kolonial. Meskipun dinilai sebagai pilihan yang abnormal, kehadiran hantu dalam narasi pengucilan membangun hubungan paralel untuk menyiratkan gagasan pengarang tentang kritik sosial atas sikap represif masyarakat dalam menyuarakan kebenaran dan terobsesi dengan mistikisme.

Literature that describes the setting or written by authors from eastern Indonesia is becoming increasingly important as there is public awareness of the gaps in this region. This paper fulfills this need by discussing the novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga by Erni Aladjai. The novel describes the people in the clove farming environment in Maluku who live in tolerance and openness. This study aims to describe the narrative of excommunication and selection of the ghost character in the novel, including its role in conflict mediation when limited by its presence. This research uses a sociological approach to literature and conflict theory which is carried out using qualitative methods and based on library studies. This study found that the ghost character in the novel used to provide clues regarding the conflict, deliver the story more effectively, trigger emotional impressions, and describe the history of oppression in the colonial period. Even as an abnormal choice, the presence of ghosts in the excommunication narrative builds a parallel relationship to implying the author's idea of social criticism about society's repressive attitude towards speaking the truth and obsessed with mysticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
899.232 CIN (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>