Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudihati Hamid
"Anemia Gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi masih merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa 57,1% Remaja Putri (usia 10-14 tahun) dan 39,5% Wanita Usia Subur (WUS) menderita anemia. Hasil penelitian pada remaja putri di SMUN 3 Padang tahun 1999 juga menunjukkan angka anemia yang cukup tinggi yaitu 25,6%. Namun sejauh ini belum diketahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan terjadinya anemia atau rendahnya kadar hemoglobin pada siswi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran asupan zat gizi terutama energi, protein, vitamin C, dan zat besi serta faktor lainnya yang berkaitan dengan kejadian anemia. Penelitian dilakukan pada siswi SMUN 3 Kota Padang Provinsi Sumatera Barat Desain penelitian adalah cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 192 orang siswi.
Hasil penelitian menunjukkan besarnya prevalensi anemia sebesar 29,2%. Terdapat hubungan bermakna antara asupan zat gizi (energi,protein, zat besi) dengan kadar Hb siswi (p< 0,05). Faktor pendapatan per kapita berhubungan secara bermakna terhadap kadar Hb, sedangkan tingginya konsumsi bahan makanan penghambat absorbsi zat besi, rendahnya konsumsi bahan makanan peningkat absorbsi zat besi, pola haid yang lama, dan pendidikan ibu yang rendah menunjukkan persentase kejadian anemia yang lebih tinggi walaupun tidak bermakna secara uji statistik. Dan uji multivariat ditemukan 2 (dua) faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kadar Hb yaitu asupan protein dan pendapatan per kapita keluarga. Asupan protein merupakan faktor dominan berhubungan dengan kadar Hb.
Dari hasil penelitian disarankan kepada sekolah untuk mengembangkan program pencegahan dan penanggulangan anemia dengan pendidikan kesehatan dan gizi melalui diskusi peer group secara berkala, pengembangan materi KIE yang menarik sesuai dengan minat remaja, pengadaan dan pemberian tablet tambah darah bagi siswi pada saat haid, pemeriksaan Hb secara berkala, dan pemberian tablet tambah darah bagi yang anemia. Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan organisasi BP3,OSIS, Puskesmas/Dinas Kesehatan Kota Padang, Akademi Gizi Padang, dan Distributor obat.
Perlu penelitian dengan ruang lingkup lebih luas untuk mengetahui besarnya permasalahan anemia gizi di Kota Padang, khususnya pada remaja putri sebagai calon ibu agar mutu SDM dapat lebih dioptimalkan.

Nutritional Anemia, and specifically iron deficiency anemia remains one of the most severe and important nutritional deficiencies in Indonesia to day. The household health survey (SKRT) conducted in 1995 showed that 57,1% of adolescent girls (10-14 years old) and 39,5% women of reproductive age (15-44 years old) suffered from anemia. The result of survey on adolescent school girls at SMUN 3 Padang in 1999, showed that prevalence of nutritional anemia among that girls was 25,6%. So far, the factors which are related to that problem not yet known. The potential consequences of anemia in adolescent girls may include fatigue, impaired physical performance, lowered endurance, reduced attention span, decreased school performance and leads to increased risk for morbidity and mortality among pregnant women.
The objective of this study was to find out the description of nutrients intake (energy, protein, vitamin C, iron) and other factors related to hemoglobin concentration in adolescent school girls. The study has been done for adolescent school girls at SMUN 3 Padang, West Sumatera. Research designed was using cross sectional study and location of the study based on purposive sampling. Sampling used by systematic random sampling and sample size were 192 adolescent school girls.
The results indicates that 29,2% of adolescent schoolgirls was suffered from anemia (Hb concentration < 12 g/dl) and nutrients intake (energy, protein, iron) had significant relation to concentration of hemoglobin of adolescent schoolgirls (p<0,05). The household income per capita also had statistically significant relation to concentration of hemoglobin, while high consumption of inhibitor factor of iron absorption, low consumption of enhancer factor of iron absorption, length of menstruation patterns, and low level of mother education had relation to concentration of hemoglobin but non significant by using statistics. Results of multivariate statistics showed that 2 (two) factors which are protein intake and household income per capita were related significantly with hemoglobin concentration. Protein intake was dominant factor related to hemoglobin concentration.
According to the results of the study the author suggests to school to develop preventive and curative program through health and nutrition education with peer group discussion regularly, to develop the attractive material for IEC, to provide and gives iron supplementation to menstrual school girls, to assess hemoglobin concentration regularly, and gives iron supplementation to anemic girls. The activity can be done by teamwork with BP3 organization, OSIS, Public Health Center/Padang Health District, Academy of Nutrition, and Pharmacy Distributor.
It needed a study with wide-scale to investigate the problem of nutritional anemia in Padang city, especially in adolescent girls as future mothers in order to make human resources optimalized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Juliani
"Anemia gizi merupakan salah satu dari 4 masalah gizi utama di Indonesia yang harus mendapatkan perhatian dan penanggulangan secara serius. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2007) menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada tahun 2007 di Jawa Barat untuk perempuan dewasa sebesar 13,4% dan laki-laki dewasa sebesar 7,4% melebihi rata-rata prevalensi nasional 11,9%. Hasil penelitian pada kelompok dewasa di Depok menunjukkan angka anemia yang cukup tinggi yaitu pada wanita dewasa sebesar 16,9%, dan laki-laki sebesar 7,8%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara karakteristik individu, asupan zat gizi dengan status hemoglobin, menggunakan data sekunder dari penelitian Riset Unggulan UI. Penelitian ini dilakukan pada kelompok usia dewasa di wilayah kota dan desa Depok, desain penelitiannya adalah cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata kadar hemoglobin (Hb) pada orang dewasa di Depok untuk wilayah urban (kota) adalah 14,1 gr/dl dan di rural (desa) 13,7 gr/dl. Untuk wilayah urban (kota) terdapat korelasi negatif antara frekuensi konsumsi pepaya ( r = -0,23 dan p = 0,04) dengan kadar Hb. Korelasi positif antara frekuensi konsumsi suplemen vitamin C ( r = 0,32 dan p = 0,004) dan kopi ( r = 0,23 dan p = 0,041) dengan kadar Hb. Sedangkan wilayah rural (desa) terdapat korelasi negatif antara umur (r= -0,23 dan p = 0,037) dengan kadar Hb. Korelasi positif antara frekuensi konsumsi daging sapi (r = 0,22 dan p = 0,048) dan tomat ( r = -0,252 dan p = 0,023) dengan kadar Hb. Sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi konsumsi makanan pemicu dan penghambat absorbsi zat besi berhubungan dengan kadar hemoglobin baik di kota maupun di desa.

Nutritional anemia is one of the four major nutrition problems in Indonesia that should get serious attention and response. Report of Health Research Association (RISKESDAS) (2007) showed that the prevalence of anemia in 2007 in West Java for 13,4% of adult women and men of 7,4% exceeds the average national prevalence of 11,9%. The results of research on adult groups in Depok indicate a fairly high rates of anemia in adult women is 16,9%, and males by 7,8%. This study aims to determine the relationship between individual characteristics and nutrient intake with the status of hemoglobin, using secondary data from Competitive research studies UI. The research was conducted on adult age groups in urban and rural in Depok, the research design is cross sectional.
The results showed that average levels of hemoglobin (Hb) in adults in Depok to urban areas (cities) was 14.1 g / dl and in the rural (village) 13.7 g / dL. For urban areas (cities) there is a negative correlation between the frequency of consumption of papaya with Hb (r = -0.23 and p = 0.04). Positive correlation between frequency of consumption of vitamin C supplement (r = 0.32 and p = 0.004) and coffee (r = 0.23 and p = 0.041) with Hb. While for the rural areas (villages) there is a negative correlation between age (r = -0.23 and p = 0.037) with Hb. Positive correlation between frequency of consumption of beef (r = 0.22 and p = 0.048) and tomato (r = -0.252 and p = 0.023) with Hb. So it can be concluded that the frequency of consumption of food enhancer and inhibiting the absorption of iron associated with hemoglobin levels in both urban and rural.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Anitasari
"Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang tablet tambah darah berkontribusi terhadap ketidakpatuhan terapi. Leaflet dan SMS reminder merupakan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan terapi. Penelitian bertujuan untuk menilai efektifitas pemberian SMS reminder dibandingkan leaflet terhadap
kepatuhan minum tablet tambah darah dan kadar hemoglobin ibu hamil. Penelitian merupakan eksprimen semu, prospektif, menggunakan dua kelompok intervensi
yang tidak berpasangan dengan pre test-post test group design. Penelitian dilakukan di dua Puskesmas kota Depok pada bulan Maret-Mei 2016. Sebanyak 38 responden
ibu hamil di Puskesmas Sukmajaya mendapatkan leaflet dan 36 responden ibu hamil di Puskesmas Pancoran Mas mendapatkan SMS reminder. Pengukuran kepatuhan menggunakan kuesioner MMAS-8. Kadar hemoglobin diukur dengan HemoCue®. Pemberian leaflet meningkatkan kepatuhan responden secara bermakna (P = 0,018) tetapi tidak bermakna meningkatkan kadar hemoglobin ratarata
(P = 0,553). 19 responden kelompok leaflet mengalami kenaikan kadar hemoglobin dengan rata-rata kenaikan 0,6 g/dl. Pemberian SMS reminder tidak meningkatkan kepatuhan responden dan kadar hemoglobin secara bermakna (P = 0,180 dan P = 0,798). 17 responden kelompok SMS reminder mengalami kenaikan kadar hemoglobin dengan rata-rata kenaikan 1,1 g/dl. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pemberian leaflet dan SMS reminder terhadap peningkatan kepatuhan dan kadar hemoglobin responden (P = 0,576 dan P = 0,929).

Lack of knowledge among pregnant women about iron supplementation contributes to poor compliance to the therapy. The use of media such as leaflet and SMS reminder can be used to improve compliance. This study aims to assess effectiveness of SMS reminder than leaflet on compliance of iron supplementation and hemoglobin level in pregnant women. This was a quasi-experimental study, prospectives, using two intervention groups with a pretest-posttest group design. The study was conducted between March and May 2016 in two public health center in Depok city. A total of 38 respondents in Sukmajaya get a leaflet and 36 respondents in Pancoran Mas get SMS reminders. Patient's compliance was measured by MMAS-8 quesionaire. Hemoglobin level was measured by HemoCue®. Leaflet improved patient's compliance significantly (P=0,018) but did not significantly increase the average hemoglobin level (P=0,553). 19 respondents in leaflet group experienced an increase in hemoglobin levels with an average 0.6 g/dl. SMS reminder didn't improve patient’s compliance neither did hemoglobin level significantly (P=0,180 dan P=0,798). 17 respondents in SMS reminder group experienced an increase in hemoglobin levels with an average 1.1 g/dl. There were no difference between leaflet and SMS reminder to improve patient’s compliance and hemoglobin level (P=0,576 dan P=0,929).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venni Vernissa
"Menurut WHO, prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 41,8%. Penanggulangan masalah anemia pada ibu hamil yaitu dengan pemberian tablet tambah darah sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Kurangnya tenaga apoteker di puskesmas, menyebabkan konseling tidak dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan menilai pengaruh pemberian konseling dan leaflet terhadap peningkatan kepatuhan dan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Cibungbulang dan Puskesmas Cileungsi Kabupaten Bogor tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment. Jumlah sampel 158 ibu hamil dengan anemia. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) dan kadar Hb dengan alat STAT-Site MHgb. Pengukuran pada kelompok konseling di Puskesmas Cibungbulang dan kelompok leaflet di Puskesmas Cileungsi Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square, uji Wilcoxon dan analisis regresi logistic bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pemberian konseling pada ibu hamil dengan anemia meningkatkan kepatuhan minum tablet tambah darah (p<0,05) dan kadar Hb (p<0,05). Pemberian leaflet pada ibu hamil dengan anemia meningkatkan kepatuhan minum tablet tambah darah (p<0,05) dan kadar Hb (p<0,05). Ibu hamil dengan anemia yang patuh minum tablet tambah darah kadar Hbnya meningkat sebesar 3,24 kali dibandingkan ibu yang tidak patuh minum tablet tambah darah. Ibu hamil dengan anemia yang makan makanan sumber heme setiap hari meningkatkan kadar Hb sebesar 2,31 kali dibandingkan yang tidak setiap hari makan makanan sumber heme.

According to WHO, the prevalence of anemia in pregnant mothers is 41,8%. The treatment of anemia in pregnant mothers namely by giving iron tablet of 90 tablet during the pregnancy. The lack of pharmacists in primary care, resulting in the counseling can not be carried out. This research has a purpose to assess the effect of counseling and leaflet giving have influence to improve adherence and hemoglobin rate of pregnant mothers in primary care Cibungbulang and Cileungsi Bogor Regency in 2013. Research design applied is quasi experiment. Number of samples 158 pregnant mothers with anemia. The measurement of adherence was conducted by using MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) questionnaires and Hb rate with STAT-Site MHgb equipment. The measurements in group counseling at primary care Cibungbulang and group leaflet at primary care Cileungsi Bogor Regency. Data analysis was carried out with Chi-square test, Wilcoxon test and bivariate logistic regression analysis.
Results of this research suggest that influence of counseling giving to pregnant mothers with anemia increases adherence to take iron tablets (p<0,05) and Hb rate (p<0,05). Influence of leaflet giving to pregnant mothers with anemia increases adherence to take iron tablets (p<0,05) and Hb rate (p<0,05). Pregnant mothers with anemia who adhere to take iron tablet have their Hb rate improved 3,24 times compared to those who do not adhere to take iron tablet. Pregnant mothers with anemia who eat food source of heme every day have their Hb rate improved 2,31 times compared to those who do not eat food source of heme every day.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurdjunaida
"Prevalensi anemia pada anak umur 5-14 tahun di Indonesia adalah 28,3 % (SKRT,2001). Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang rentan terhadap anemia karena mereka dalam per3iode pertumbuhan fisik yang cepat dan karena kehilangan darah pada saat siklus; menstruasi. Sementara upaya penanggulangan anemia pada remaja putri belum diprioritaskan seperti pads ibu hamil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh suplementasi Tablet Tambah Darah yang mengandung 60 mg Ferous Sulfat dan 0,25 mg Asam Folat satu kali per minggu dan dua kali per minggu terhadap kenaikan kadar Hb siswi kelas 1,2 dan 3 yang sudah menstruasi dan anemia di SLTP Muhamadiyah 4 Kota Tangerang.
Desain penelitian ini adalah Experimental Randomised non Blinded, Sampelnya adalah siswi yang sudah mendapat menstruasi dan anemia. Sampel dikelompokan menjadi dua kelompok vaitu: kelompok perlakuan suplementasi TTD satu kali per minggu dengan samapel 41 orang dan kelompok yang mendapat perlakuan suplementasi TTD dua kali per minggu dengan jumlah siswi 40 orang. Pemberian suplementasi TTD diberikan selama 11 minggu. Variabel dependennya adalah kenaikan kadar Hb dan variazbel independennya adalah kadar Hb awal, dengan variabel confounding :pengetahuan siswi tentang anemia dan TTD, pendidikan dan pekerjaan ibu dan ayah, jumlah keluarga, frekuensi, lama dan banyaknya haid, dan umur menarche siswi. Analisis data dilakukan dengan Paired t-test, Independent test dan Regresi Linier Ganda.
Hasil penelitian menunjukkan presentase anemia pada 254 siswi SLTP Muhamadiyah 4 Kota Tangerang adalah sebesar 31,89 %. Setelah intervensi suplementasi TTD selama 11 minggu hanya tinggal 4 orang siswi (1,6 %) yang masih anemia. Rata-rata kenaikan kadar Hb antara kadar Hb sebelum dan sesudah suplementasi TTD adalah bermakna (p,00). Rata-rata kenaikan kadar Hb siswi pada kelompok suplementasi 1 kali per minggu adalah 2,20 gr/dl, sedangkan pada kelompok suplementasi TTD yang 2 kali per minggu adalah 2,28 gr/dl. Tetapi perbedaan kenaikan kadar Hb antara kelompok intervensi suplementasi TTD I kali dan 2 kali per minggu adalah tidak bermakna (p=0,31). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kadar Hb siswi adalah kadar Hb awal siswi.
Suplementasi TTD selama 11 minggu dapat menaikkan kadar Hb siswi secara berrnakna. Bila kita memperhitungkan waktu dan biaya maka suplementasi TTD satu kali per minggu lebih efisien daripada yang dua kali per minggu.

The Effect Of "TTD" Supplementation Once A Week And Twice A Week Against Increment Of Hemoglobin Content Of Students (Girls) With Had Menstruation Cycle And Anemia In Muhamadiyah 4 Junior High School City Tangerang, 2004
Prevalence of anemia in young population age 5 -- 14 years in Indonesia is 28,3 % (SKRT,2001). The groups of adolescent girls are vulnerable group with anemia, because they are in physical growth acceleration and blood losses in menstruation cycle. While preventive of anemia in adolescent girls are not priorities like in pregnancy women.
The purpose of this research is to know of effect TTD supplement (contain 60 mg Ferrous Sulfate and 0,200 mg Folic Acid) once a week and twice a week against the increment of Hemoglobin content of students(girls) with had menstruation cycle and anemia in Muhamadiyah 4 Junior High School in City Tangerang, grade 1,2 and 3.
Research design is Experiment Randomised Non Blinded. This sample were girls with had menstruation cycle and anemia_ Sample were divided into two group : group with intervention TTD supplementation once a week with sample 41 persons and group with intervention TTD suplentation twice a week with sample 40 persons. TTD supplementations were given for eleven weeks. The dependent variable of this research is the increment of Hb content girls and the independent variable are pre Hb content, with counfounding variable : girl's knowledge about TTD and anemia, education and occupation of the girls' father and mother, number of her family, frequency, duration and quantity of menstruation and age of menarche. Analysis of the data with Paired t -test, Independent test, and Double Linier Regretion.
The results of the research have demonstrated that girls with anemia were 31,89 % from 275 sample in Muhamadiyah 4 Junior High School, city Tangerang. After eleven weeks TTD supplementation intervention only four sample with anemia. Mean of the increment Hb content was significantly among pre Hb content and post TTD supplementation (p=0,00). Mean of the increment Hb content of the girl was 2,20 grldl in group TTD supplementation once a week, while in group TTD supplementation twice a week was 2,28 grldl. But the difference of increment HB content among group intervention YID supplementation once a week and twice a week was not significant (p=0,31), The most effect of the variable against to the mean increment Hb content the girl was pre lib content the girl.
TTD supplementation for eleven weeks could increase the mean of Hb content the girl significantly. If we consider time and cost, so TTD supplementation once a week more efficient than twice a week.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T 12842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safyudin
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Populasi Melayu di propinsi Sumatera Selatan memiliki frekuensi pembawa sifat thalassemia-R sebesar 9% (tertinggi di Indonesia) dan frekuensi Hb E sebesar 6% (Sofro, 1995). Oleh karena itu diperlukan program pencegahan thalassemia-3 berupa skrining pembawa sifat yang efektif dan efisien dengan biaya relatif murah serta spesifik untuk populasi Melayu di Sumatera Selatan, konsultasi genetik, dan diagnosis prenatal. Dengan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) Menentukan nilai MCV dan MCH yang paling optimal untuk skrining pembawa sifat thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan, (2) Mengetahui spektrum mutasi pembawa sifat thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan, dan (3) Memperoleh kemampuan untuk memprediksi jenis mutasi thalassemia-R hanya berdasarkan nilai hematologi dan hasil analisis Hb. Pendekatan yang dilakukan terdiri dari skrining dan pengelompokan data nilai hematologi dan analisis Hb, analisis DNA dengan menggunakan teknik PCR﷓RFLP, ARMS, dan sekuensing, serta analisis korelasi terhadap hasil pemeriksaan.
Hasil dan kesimpulan: Frekuensi pembawa sifat thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan didapatkan sebesar 8% (termasuk Hb E). Hasil ini mengoreksi studi Sofro yang pemah dilaporkan sebelumnya. Pada penelitian ini direkomendasikan nilai MCV < 80 fL dan MCH < 27 pg untuk skrining pembawa sifat thalassemia-p pada populasi Melayu di Sumatera Selatan. Spektrum mutasi thalassemia-P pada populasi Melayu di Sumatera Selatan didominasi oleh Hb E (36,3%) dan Hb Malay (34,1%) yang merupakan jenis mutasi thalassemia-R+ ringan sehingga permasalahan thalassemia-p di propinsi Sumatera Selatan tidak sebesar yang diperkirakan. Nilai MCV dan MCH juga dapat digunakan untuk prediksi jenis mutasi thalassemia-43. Sedangkan kadar Hb A2 tidak dapat digunakan untuk prediksi jenis mutasi thalassemia-P. Kadar Hb tidak berperan dalam skrining pembawa sifat thalassemia-II."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Imran Thahir
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Nilai hemoglobin masih dijadikan parameter dalam menentukan transfusi atau tidak walaupun tidak mengabaikan pertimbangan klinis. Namun, pada kenyataannya pemeriksaan nilai hemoglobin pascaoperasi sulit dilakukan karena keterbatasan alat dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga ketika hasil pemeriksaan nilai hemoglobin didapatkan sudah tidak sesuai dengan kondisi terkini. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan berupa perkiraan dalam menetukan nilai hemoglobin pascaoperasi. Nilai perkiraan hemoglobin selama ini hanya terpaku dengan berapa jumlah perdarahan yang terjadi, padahal ada faktor lain yang memengaruhi, salah satunya pemberian cairan intraoperasi.
Metode: Penelitian ini merupakan desain analitik retrospektif dengan pengambilan data dari status pasien yang menjalani prosedur Modified Radical Mastectomy (MRM) di RSUPN Cipto Mangunkusumo sejak 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2014. Dilakukan pencatatan berupa identitas, umur, jenis kelamin, berat badan, nilai hemoglobin praoperasi, jumlah perdarahan intraoperasi, jumlah cairan intraoperasi, jumlah urin output intraoperasi, dan nilai hemoglobin pascaoperasi. Dilakukan analisis bivariat untuk masing-masing variabel dan kemudian akan dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi linier.
Hasil: Dari 103 sampel penelitian didapatkan hubungan bermakna antara asupan cairan intraoperasi dengan perubahan nilai hemoglobin pascaoperasi (p=0.208, r=0.035) dan jumlah perdarahan intraoperasi dengan perubahan nilai hemoglobin pascaoperasi (p=0.297, r=0.002). Pada uji ANOVA didapatkan nilai p sebesar 0.039. Sebenarnya rumus layak untuk dibuat. Namun nilai Adjusted R square sebesar 3 % yang artinya persamaan yang diperoleh hanya mampu menjelaskan perubahan nilai hemoglobin pascaoperasi sebesar 3 %.
Simpulan: Perubahan nilai hemoglobin pascaoperasi tidak dapat dapat diprediksi dari asupan cairan dan perdarahan pada Modified Radical Mastectomy (MRM) di RSUPN Cipto Mangunkusumo.

ABSTRACT
Background: Hemoglobin level is still a valid parameter to help decision in blood transfusion, eventhough its use is in conjunction with clinical decision. In reality, postoperative hemoglobin level is difficult to be done because of two reasons: the limitation of the tools and time consuming. At the moment the result is obtained, its result is different with current clinical condition. Therefore, we need tools to predict postoperative hemoglobin level. At present, hemoglobin prediction level is only looks at bleeding volume, eventhough there is still other factor such as intraoperative fluid intake.
Methods: This study is a retrospective analytic design using data from medical record of the patients undergo the Modified Radical Mastectomy (MRM) procedure at Cipto Mangunkusumo hospital since January 1, 2012 to December 31, 2014. We record the identity, age, sex, weight, preoperative hemoglobin level, the volume of intraoperative blood loss, the volume of intraoperative fluids, the volume of intraoperative urine output, and postoperative hemoglobin level. Each variable will be analyzed using bivariate analysis, and then continued with multivariate linear regression analysis.
Results: Data from 103 samples showed a significant relationship between intraoperative fluid intake with the value of the postoperative hemoglobin (p = 0.208, r = 0.035), and the number of intraoperative blood loss with the value of the postoperative hemoglobin (p = 0.297, r = 0.002). ANOVA shows p value of 0.039. Eventhough the formula could be made, the Adjusted R square value of 3%, means the equation only could explain 3%changes in postoperative hemoglobin level.
Conclusions: Postoperative hemoglobin value changes can not predicted with fluid intake and blood loss in Modified Radical Mastectomy (MRM) at Cipto mangunkusumo hospital., Background: Hemoglobin level is still a valid parameter to help decision in blood transfusion, eventhough its use is in conjunction with clinical decision. In reality, postoperative hemoglobin level is difficult to be done because of two reasons: the limitation of the tools and time consuming. At the moment the result is obtained, its result is different with current clinical condition. Therefore, we need tools to predict postoperative hemoglobin level. At present, hemoglobin prediction level is only looks at bleeding volume, eventhough there is still other factor such as intraoperative fluid intake.
Methods: This study is a retrospective analytic design using data from medical record of the patients undergo the Modified Radical Mastectomy (MRM) procedure at Cipto Mangunkusumo hospital since January 1, 2012 to December 31, 2014. We record the identity, age, sex, weight, preoperative hemoglobin level, the volume of intraoperative blood loss, the volume of intraoperative fluids, the volume of intraoperative urine output, and postoperative hemoglobin level. Each variable will be analyzed using bivariate analysis, and then continued with multivariate linear regression analysis.
Results: Data from 103 samples showed a significant relationship between intraoperative fluid intake with the value of the postoperative hemoglobin (p = 0.208, r = 0.035), and the number of intraoperative blood loss with the value of the postoperative hemoglobin (p = 0.297, r = 0.002). ANOVA shows p value of 0.039. Eventhough the formula could be made, the Adjusted R square value of 3%, means the equation only could explain 3%changes in postoperative hemoglobin level.
Conclusions: Postoperative hemoglobin value changes can not predicted with fluid intake and blood loss in Modified Radical Mastectomy (MRM) at Cipto mangunkusumo hospital.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ballada Santi
"Anemia didetinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lcbih rcndah daripada nilai normal untuk kclompok orang yang bersangkutan. Anemia ibu hamil berdasarkan SKRT tahun |995 sebesar 50,9%; prevalensi anemia ibu hamil di Kabupaten Kuningan tahun 2005 sebesar 62,5 %. Salah satu upaya untuk pencegahan dan penanggulangan anemia ibu hamil dengan pemberian suplemen tablet besi-folat. Selain suplemen tablet besi folat, pemerintah daerah juga menyediakan suplemcn multivitamin mineral. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh konsumsi supiemen tablet besi-folat dan suplemen multivitamin mineral terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia di Kabupaten Kuningan Tahun 2006.
Penelitian ini menggunakan desain ekspcrimen dengan randomisasi, dilakukan pada ibu hamil anemia dengan umur kehamilan trimester ll (minggu kc 16 sampai minggu ke 24) yang menderita anemia di Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun 2006. Jumlah sampel 138 terdiri : 70 diberi suplemen tablet besi folat dan 68 diberi saplemen multivitamin mineral. Data yang dikumpulkan dam primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran. Data diuji dengan 1.1851 berpasangan dan Lies! dna mean independent.
Hasil penelitian diperoleh : proporsi anemia pada ibu hamil trimester ll di Kabupaten Kuningan masih cukup tinggi (59,57 %); karakteristik ibu hamil yaitu usia ibu hamil, jamk kehamilan, paritas, latar belakang pendidikan, pekerjaan, asupan makanan, pola konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok pcrlakuan atau dapat dikatakan homogen; terdapat perbedaan yang bermakna kadar Hb sebelum dan setelah perlakuan; terdapat kcccndcrungan pcningkatan :ata-rata kadar Hb lebih tinggi pada ibu hamil yang dibcri suplemen tablet besi folat dibandingkan ibu hamil yang diberi suplemen multivitamin mineral, tidak ada pcrbedaan yang bcmiakna kenaikan kadar Hb antara ibu hamil yang diberi suplemen tablet besi folat dan ibu hamil yang diberi suplemen multivitamin mineral, peningkatan kadar Hb lebih tinggi pada ibu hamil anemia dengan kadar llb awal yang lebih rendah karena kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi.
Disimpulkan terdapat perbedaan yang bemtakna rata-rata kaclar Hb sebelum dan sesudah pcrlakuan pada ibu yang diberi suplemen tablet besi folat dan ibu yang diberi suplemen multivitamin mineral, tidak ada pcrbedaan yang bemtakna kenaikan kadar Hb ibu hamil yang diberi suplemen tablet besi folat dan ibu hamil yang diberi suplemen multivitamin mineral, kecendemngan peningkatan kadar Hb lebih tinggi pada ibu hamil anemia yang diberi suplemen tablet besi folat dibandingkan dengan ibu hamil anemia yang diberi suplemen multivitamin mineral, suplemen tablet besi folat maupun suplemen multivitamin mineral dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil anemia sama baiknya, peningkatan Radar Hb lebih tinggi pada ibu hamil anemia dengan kadat' Hb awal yang lebih rendah karena kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi.
Disarankan penanggulangan ibu hamil anemia dapat dengan pemberian suplemen tablet besi folat maupun suplemen multivitamin mineral tetapi perlu dipertimbangkan efektivitas dari segi finansial, perlu penekanan dalam keteraturan minum suplemen. Pcmilih suplemen multivitamin mineral perlu dipertimbangkan dengan kandungan besi sesuai dengan standar WI-IO (60 mg besi) dan unsur vitamin lain yang berguna untuk meningkatkan kadar Hb ibu hamil serta mengurangi efek, melakukan penyuluhan tentang asupan makanan yang mengandung zat besi. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Vinia
"Pemeriksaan hemoglobin umum dilakukan secara invasif menggunakan berbagai metode, seperti automated hematology analyzer dan hemoglobinometer. Akan tetapi metode tersebut memakan waktu, biaya, dan menyakitkan bagi pasien. Pemeriksaan hemoglonin secara invasif juga tidak memungkinkan untuk dilakukan secara real-time dalam situasi mendesak. Akurasi dan ketepatan pembacaan menjadi tantangan dalam pengembangan sistem pengukur konsentrasi hemoglobin non-invasif. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan dua desain sistem pengukur hemoglobin non-invasif (desain prototipe A dan desain prototipe B) menggunakan prinsip photoplethysmography (PPG) menggunakan sensor MAX30102 dan Arduino Uno sebagai mikrokontroler. Pengembangan prototipe dibuat berbasis machine learning dengan menggunakan model Dense Neural Network (DNN) dan menunjukkan akurasi paling maksimal menggunakan MSE loss function sebesar 92,31% untuk desain prototipe A dan 94,70% untuk desain prototipe B. Didapatkan juga hasil pengukuran reliabilitas alat ukur untuk desain prototipe A dan B masing-masing sebesar 84,90% dan 97,30%. Meski sudah memiliki tingkat akurasi yang cukup baik, penelitian ini masih perlu dikembangkan dari segi pemilihan alat referensi pemeriksaan Hb invasif, pengambilan dan pengolahan data yang lebih bervariasi mencakup usia, warna kulit, dan penyakit yang sedang dialami.

Hemoglobin examination is commonly conducted invasively using various methods such as automated hematology analyzers and hemoglobinometers. However, these methods are time-consuming, costly, and painful for patients. Invasive hemoglobin examinations also do not allow real-time measurements in urgent situations. Accuracy and precision of readings pose challenges in the development of non-invasive hemoglobin concentration measurement systems. In this study, the development of two designs of non-invasive hemoglobin measurement systems (prototype design A and prototype design B) using photoplethysmography (PPG) principle with MAX30102 sensor and Arduino Uno as the microcontroller was conducted. Prototype development was based on machine learning using a Dense Neural Network (DNN) model and achieved maximum accuracy using MSE loss function of 92,31% for prototype design A and 94,70% for prototype design B. The measurement reliability of the measurement device was also obtained, with 84,90% for prototype design A and 97,30% for prototype design B, respectively. Although the study already achieved a relatively good level of accuracy, further development is still needed in terms of selecting invasive Hb examination reference devices, obtaining and processing more diverse data including age, skin color, and existing diseases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moeke Mahyastuti
"Pada penerjunan High Altitude Low Opening, pasukan dipaparkan pada ketinggian 20.000 kaki. Pada ketinggian tersebut, manusia tanpa tambahan O atau alat pelindung masih dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif (WSE: Waktu Sadar Efektif) selama 10-20 menit. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi WSE adalah kadar Hb. Penelitian ini memilih disain studi korelasi dengan jenis eksperimen laboratorium tanpa kontrol, yaitu dengan memaparkan sejumlah 100 anggota PASKHAS TN1-AU sebagai subyek dalam simulator ruang udara bertekanan rendah (RUBR) setara 20.000 kaki selama 26 menit, guna meneliti tentang hubungan antara kadar Hb dan WSE, serta melihat beberapa faktor faali terhadap WSE. Subyek diminta mengerjakan soal-soal tes penjumlahan secara vertikal sepasang angka random dua digit. Apabila subyek salah menjawab dua nomor berturut-turut, atau diam tidak mengerjakan soal selama 15 detik, atau tidak melaksanakan perintah pengawas berarti titik akhir WSE tercapai. Selanjutnya dibuat analisa hubungan antara kadar Hb dan WSE, serta dilihat pengaruh beberapa faktor faali terhadap WSE.
Hasil dan kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata WSE 15,46 menit, rata-rata Hb 15.08 g% (Hb 12.2 - 17.8 g%). Secara statistik univariat Hb mempunyai regresi positif sedang ( B = 0,55, p = 0,08). Pada model multivariat, Hb tidak dipengaruhi oleh variabel umur, sistolik, diastolik, denyut jantung, FVC). Denyut jantung mempunyai garis regresi negatif sedang (B =- 0,07, p = 0,05), FVC mempunyai regresi positif lemah (B= 0,55 , p = 0,56), Sistolik (B = - 0,05, p = 0,30) dan diastolik (B = -0,08, p = 0,28) kedua-duanya mempunyai regresi negatif lemah.

During HALO dropping, the troops were deployed at the height of 20,000 feet. It was discovered that in this altitude without extra oxygen or any other protective equipment, human being can still survive and do their task effectively for and around 10 - 20 minutes. Hb content was concluded to be one of the factors that can influence the TUC. Correlative study design with laboratory experiment without control was chosen for this research. One hundred subjects (IAF - HALO - Paratroops Candidates) were deployed for 26 minutes into altitude chamber at simulated 20,000 feet high, to investigate the correlation between Hemoglobin and TUC. Other physiological factors, which might influence the TUC, were also investigated. The subjects were requested to do kind of additive test two digits paired random numbers, vertically arranged. The end points for determination of the TUC were either (1) two consecutive mistakes in the addition test, or (2) subject stop writing for more than 15 seconds or (3) subject did not respond to the observer's instructions. The result was analyzed to evaluate the correlation between Hemoglobin and TUC, and other physiology factors, which might influence the TUC.
Result and conclusion: The mean value of TUC was 15,46 minutes, the mean value of the Hemoglobin was 15.08 g . Statistically Hemoglobin has moderate positive regression (B = 0,55, p = 0.08). The result of multivariate and univariate model analysis towards correlation between Hb and TUC were almost similar. This mean, Hb is not influence by other variables (age, systolic, diastolic, heart rate, FVC). It was concluded that Hemoglobin has moderate correlation with TUC, and heart rate has moderate negative regression (B = - 0.07, p = 0.05). FVC has weak positive regression (B = 0,55, p = 0,56), systolic (B = - 0,05, p = 0,30) and dyastolic ( B = - 0,08, p = 0,28) has weak negative regression.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T4428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>