Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160902 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatimah Resmiati
"Sampai saat ini angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan negaranegara tetangga Asean. Tetanus neonatorum merupakan penyebab urutan kedua (Ā± 20%) kematian bayi di Indonesia. Berbagai upaya dalam menurunkan angka kematian bayi telah banyak dilakukan, yang menjadi prioritas program dalam Repelita V adalah Eliminasi Tetanus Neonatorum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pencegahan tetanus neonatorum, dengan lokasi di Kabupaten Bogor. Hasil-hasil penelitian diharapkan sebagai sumbangan pemikiran untuk pengelola program maupun pengambil keputusan dalam kegiatan penanggulangan tetanus neonatorum.
Metoda penelitian dengan rancangan Cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat. Analisis yang dipergunakan adalah tabulasi silang dan regresi logistic.
Faktor-faktor yang diteliti adalah umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan ibu dan sikap ibu mengenai tetanus neonatorum, serta tersedianya tenaga kesehatan sebagai variabel bebas. Sebagai variabel terikat adalah praktek pencegahan tetanus neonatorum yang meliputi imunisasi tetanus toxoid lengkap, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan perawatan tali pusat bayi yang steril.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua faktor tersebut mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pencegahan tetanus neonatorum. Pengetahuan dan sikap ibu terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pertolongan persalinan dengan nilai OR 2.9 dan dengan praktek perawatan tali pusat dengan nilai OR 22.9. Umur dan paritas ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek imunisasi tetanus toxoid dengan nilai OR 2.2 dan OR 2.1. Pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pertolongan persalinan dengan nilai OR 4.4. Pekerjaan suami menunjukkan kecenderungan untuk mencegah praktek perawatan tali pusat dengan nilai OR 0.3. Demikian pula dengan tenaga kesehatan menunjukkan kecenderungan untuk mencegah praktek imunisasi tetanus toxoid dan perawatan tali pusat bayi dengan nilai OR 0.4 dan OR 0.2.
Disamping itu diketahui pula bahwa sekitar 65.7% responder, tingkat pengetahuannya kurang mengenai tetanus neonatorum walaupun yang mempunyai sikap positif cukup banyak yaitu 87.8%. Responden yang melaksanakan praktek imunisasi TT dan perawatan tali pusat sudah cukup baik, namun praktek pertolongan persalinan oleh dukun bayi masih cukup tinggi yaitu 65%.
Mengingat hal-hal yang telah diuraikan diatas, disarankan untuk : (1) meningkatkan pengetahuan ibu mengenai tetanus neonatorum beserta upaya pencegahannya melalui penyuluhan oleh kader kesehatan khususnya kader KIA, dan (2) pembinaan terhadap dukun bayi baik terlatih maupun tidak terlatih. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Purwanto
"Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia hingga saat ini masih sangat tinggi dimana Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi yang menempati urutan ke-5 (SKRT 1995). Upaya untuk mengeliminisasi tetanus neonatorum terus dilakukan Departemen Kesehatan dengan target menurunkan insiden menjadi < 1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000.
Salah satu strategi Departemen Kesehatan mencapai Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) adalah meningkatkan cakupan imunisasi TT ibu hamil. Namun evaluasi tahun 1999/2000 menunjukkan cakupan yang masih rendah. Oleh karena itu Depkes mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi TT kepada wanita usia subur (WUS). Hingga tahun 2000, Kabupaten Serang melaporkan cakupan imunisasi TT WUS > 3 kali mencapai 77,3%. Salah satu Puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi TT WUS rendah adalah Puskesmas Anyer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT WUS di Puskesmas Anyer, dengan menggunakan desain survei cross sectional. Responden terdiri dari 300 orang wanita usia subur. Variabel yang diteliti meliputi faktor umur, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan, sikap, pekerjaan, persepsi tentang jarak, anjuran, dan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan/imunisasi TT.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan status imunisasi TT WUS (p<0,05). Variabel yang mempunyai hubungan bermakna tersebut adalah umur (OR=3,60), status perkawinan (5,60), pengetahuan (3,60), sikap (4,45), anjuran petugas kesehatan (2,63), anjuran petugas non kesehatan (7,14) dan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan (2,89). Sementara variabel persepsi tentang jarak, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05).
Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah pengetahuan, umur, status perkawinan dan anjuran petugas non kesehatan. Diantara ke empat variabel tersebut, status kawin merupakan variabel yang paling besar mempengaruhi status imunisasi TT WUS.
Mengacu pada hasil penelitian, maka untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT WUS disarankan agar penjangkauan sasaran melalui kegiatan sweeping perlu dipertahankan mengingat kegiatan yang bersifat mass campaign masih dirasakan cukup efektif. Selain itu upaya sosialisasi TT WUS melalui media penyuluhan yang tepat bagi kelompok sasaran antara, seperti kader dan perangkat desa perlu dibuat mengingat pengaruhnya kepada sasaran utama program cukup besar. Untuk mempercepat tercapainya target jangka panjang yaitu dihentikannya imunisasi TT ibu hamil, maka perlu dilakukan pentahapan target TT WUS sehingga status imunisasi TT5 mendekati l00%. Penyesuaian jadwal dengan mengadopsi konsep interval minimal pada pelaksanaan imunisasi TT rutin pada ibu hamil sangat diperlukan untuk meningkatkan perlindungan individu sekaligus untuk meningkatkan efisiensi imunisasi TT.

Factors Contributed To Tetanus Toxoid Immunization Status among Child Bearing Age Women in Anyer Puskesmas Service Area, District Of Serang, In the Year 2001Infant mortality rate is considerably still high in Indonesia where Neonatorum tetanus as the fifth major cause of infant deaths in Indonesia (Household Health Survey 1995). The Ministry of Health has been adopting various efforts to eliminate tetanus neonatorum targeted reducing of neonatal tetanus incidence rate down to below 1 per 1000 live births by the end of 2000.
One of the strategies in the Ministry of Health in order to eliminate neonatal tetanus is achieving high coverage of routine tetanus-toxoid (TT) immunization for pregnant women. Annual evaluation still shows low level of coverage up till the fiscal year 1999/2000, therefore the implementation of program acceleration of TT immunization targeting child-bearing age women (CBAW) as a new approach. By the year 2000, 77.3% of CBAW in Serang District health service area have received TT immunization minimum 3 doses. Anyer is one health centers of health centers in Serang District which reports the lowest coverage.
The objective of this study is to identify the factors contributing to TT immunization status of CBAW in Anyer puskesmas service area, using cross sectional study design. This survey included 300 CBAW. The study factors are age, educational level, marriage status, knowledge, attitude, job, perception about distance, motivator and need for health services/TT immunization.
The study shows several variables are having significant relationship with TT status of CBAW (p<0.05). Those variables are age, (OR=2.014), marriage status (OR= 3.286), knowledge (OR=2.626), and non-health motivator (OR=2.268). Other variables such as distance, attitude, need of health service, health motivator, education level, and job in this study do not show significant influence to TT status (p>O.05).
Thesis study recommends, sweeping of TT CRAW in a mass campaign is an effective approach in increasing the coverage and cadres or village administrators are the important motivators. The program long term goals in terminating TT immunization for pregnant women requires a good plan of TT CBAW until all or almost all of CBAW achieve the TT-5 status. Adjusting the TT immunization schedule by adopting the minimum-interval concept into the routine immunization for pregnant women is needed to increase the individual protection, as well as to increase the efficiency of TT immunization.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilly Indrawati
"Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila di bandingkan dengan negara-negara Asean. Sekitar 40 % kematian bayi terjadi pada saat neonatal (bulan pertama kehidupan bayi). Tetanus nennatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal di Indonesia. Dari 126.000 kematian neonatal, sekitar 50.000 diantaranya meninggal karena tetanus neonatorum. Bangsa Indonesia telah bertekad untuk mengeliminasi tetanus neonatorum di pilau Jawa dan Bali pada akhir tahun 1995 dan di seluruh Indonesia pada tahun 2000.
Di Kotamadya DT. II Tangerang pada tahun 1994 - 1996 terdapat 20 kasus tetanus neonatorum ( laporan dari rurnah sakit ) sehingga masih dirasakan cukup sulit untuk mencapai eliminasi tetanus neonatonirn ( kejadian tetanus neonatorum setinggi-tingginya 1 per 10.000 kelahiran hidup ).
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah pendataan tetanus neonatorum yang di dapat dari rumah sakit pada tahun 1994 - 1995 sebanyak 20 kasus, sedangkan kontrol adalah bayi yang tidak menderita tetanus neonatorum yang lahir pada tahun 1994 - 1995 yang bertempat tinggal yang sama dengan kasus sebanyak 40 kasus. Untuk mengetahui besarnya hubungan faktor-faktor yang berperan dengan kejadian tetanus neonatorum di lakukan perhitungan Odd Ratio.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara status imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, tenaga penolong persalinan, sterilitas alat pemotong tali pusat, obat/bahan perwatan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatarum.
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan untuk dilakukan peningkatan kualitas imunisasi mulai dari perencanaan, pcngawasan mutu vaksin, cold chain, bimbingan dan supenisi ke tenaga pelaksana dii puskesmas serta meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan rnembina peran serta masyarakat dan sektor swasta. Selain itu ditingkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan/ persalinan di dampingi oleh tenaga kesehatan, bekerjasama dengan bidan praktek swasta, komitmen dan dukungan politis perlu ditingkatkan dalam upaya akselerasi penuntnan tetanus neonatorum.

Among Asean countries, infant mortality rate in Indonesia is substantially high . Approximately 40 % of infant mortality occurred in the neonatal phase ( the first month of infant life ). Tetanus neonatorum still is one of the major causes of neonatal mortality in Indonesia. From 126,000 neonatal immortality 50,000 is approximately caused by tetanus neonatorum. The Government of Indonesia have targeted to eliminate tetanus noenatorum in Java and Bali at the end of 1995 and all over Indonesia in 2000.
During 1994 - 1996 there were 20 cases of neonatal tetanus observed in Tangerang district hospital ( based or: report from hospital ). Assuring near nor all cases with treated in the hospital phase may be more cases in the whole district.
Case control design was use in this research. A number of 20 eases of neonatal tetanus were identified base on tetanus neonatorum data from hospital in 1994 - 1996. The control were 40 infants with no tetanus neoantorum which were born in 1994 - 1996 and lived in the same area with the cases. To find facie rs suspected as related to tetanus neonatorum, odd ratio was calculated.
The result of the research demonstrated treat neonatal tetanus is related to ( 1 ) TT immunization of pregnant mother, (2) the help of midwives, (3 ) sterilization of equipment utilised in cutting the umbilical cord and ( 4 ) wormed care of the umbilical cord.
From this research writer recommended to improve the immunization quality starting from planning, control of vaccine quality, cold chain management, provision of guidance and supervision to staffs in puskesmas qually important is to improve cooperation among programs, among sectors, by building participation of the communities and private sector. The role of medical personnel to help delivery, also steamed be increased. This can be done by establishing cooperation with private midwives and enclosing political commitment and support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
BRM Sarsono
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yadi Permana
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Ratgono
"Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian bayi masih tinggi, tahun 1980 sebesar 96 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 1986 adalah 70 per 1000 kelahiran hidup. Pada kedua hasil diatas, tetanus neonatorum merupakan penyebab urutan kedua (+ 20%) kematian bayi di Indonesia. Dalam upaya penurunan angka kematian bayi di Indonesia, penanggulangan tetanus neonatorum merupakan prioritas penanganan scat ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang merupakan resiko pada tetanus neonatorum, dengan lokasi penelitian di Kabupaten Tangerang. Hasil-hasil penelitian diharapkan sebagai sumbangan pemikiran untuk pengelola program maupun pengambil keputusan dalam kegiatan penanggulangan tetanus neonatorum.
Metode penelitian dengan pendekatan epidemiologis, yaitu desain kasus kontrol. Kasus adalah penderita tetanus neonatorum yang pernah dirawat di RSU Tangerang periode April 1988-Oktober 1989, sedangkan kontrol adalah bayi yang telah melewati masa neonatal, alamat/tinggal sesuai alamat kasus, dibatasi pada wilayah RT. Jumlah kontrol 2 kali jumlah kasus. Tidak dilakukan penjodohan (matching) pada penelitian ini.
Faktor faktor yang diteliti adalah 1) karakteristik ibu, meliputi umur, pendidikan, dan urutan kelahiran bayi, 2) keadaan sebelum persalinan meliputi periksa kehamilan, imunisasi TT, 3) pertolongan persalinan dan 4) perawatan tali pusat, mengenai obat tali pusat dan tenaga yang melakukan perawatan tali pusat tersebut. Berdasarkan hasil dari analisa hubungan dan analisa lanjut dengan menggunakan analisa regresi logistik ganda, faktor faktor yang merupakan resiko adalah:
1. Ibu yang tidak mendapatkan imunisasi tetanus toksoid pada waktu kehamilannya, dengan nilai OR sebesar 3,9.
2. Penggunaan bahan yang mengandung tepung /abu untuk perawatan tali pusat, dengan nilai OR sebesar 3,2.
Disamping faktor resiko diatas didapatkan pula hasil penelitian lainnya, berupa keadaan atau situasi yang melatar belakangi dari faktor resiko diatas yaitu:
-pengetahuan ibu mengenai imunisasi TT, kegunaan dan jumlah suntikan yang diperlukan masih rendah (36%).
-Hampir 50% ibu hamil pernah kontak dengan dukun selama masa kehamilannya.
-Obat tali pusat yang mengandung tepung/abu proporsi tertinggi digunakan oleh ibu / keluarga lain {25%), dukun tidak terlatih (19%) dan dukun terlatih {18%).
-Perbedaan resiko antara dukun tidak terlatih dan dukun terlatih dibandingkan dengan tenaga kesehatan baik dalam pertolongan persalinan maupun perawatan tali pusat adalah kecil (pertolongan persalinan OR 4,2 dan 3,1 , perawatan tali pusat OR 4,5 dan 3,4).
Peneliti mengajukan saran untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek proteksi imunisasi TT (sera konversi) termasuk terhadap berbagai obat yang digunakan untuk perawatan tali pusat. Sedangkan yang bersifat operasional adalah upaya cakupan imunisasi TT dan evaluasi terhadap metoda pelatihan dukun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rudiansjah
"Program Imunisasi adalah membarikan kekebalan kepada anak, ibu hamil dan Pasangan Usia subur untuk menurunkan kesakitan dan kematian serta akibat buruk lebih lanjut penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.
Adanya SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Agama nomor : 294 tahun 1986/nomor : 77~ /Men. Kes/SKB / XI /1 988 t a nggal 13 nopember 1986, Keputusan Bersama Dit.Jend PPM & PLP De p. Kes dan Dit.Jend Bimas Islam Dep.Agama nomor : 94 tahun 1987/nomor : 6567-I/PD.03.04.IF tanggal 14 Desembe r 1987 serta I ns t ruksi Bersama Dit.Jend PPM & PLP Dep. Kes dan DiĀ± .Jend Bimas Islam Dep.Agama nomor : 02 tahun 9189/nomor : 162-I/PD.03.04.EI tanggal 6 Maret 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Imunisasi Calon pengantin.
Hasil pelaksanaan imunisasi tetanus t oxoid calon pengantin di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dari 3966 peristiwa pernikahanCalon pengantin yang melakukan imunisasi sekali 23,93 X, Imunisasi dua kali 21,46 7. dan tidak malakukan imunisasi 54,61 7., dengan adanya calon pengantin yang tidak melakukan imunisasi dan yang hanya melakukan imunisasi sekali merupakan masalah penelitian ini.
Beberapa penelitian tentang penggunaan pelayanan kesehatan termasuk Imunisasi bahwa karakteristik individu mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan, penelitia~ ini untuk mengetahui apakah ada hubungan karakteristik faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan persepsi calon pengantin terhadap program imunisasi tetanus toxoid.
Desain penelitian adalah cross sectional, densan pengelolaan data menggunakan program komputer Epi Info dan SPSS/PC+ dilakukan uji statistik kemaknaan densan Kai kuadrad dan Uji Contosency Coeff isien serta Spearman correlation dan didukung dengan analisa kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya hubungan karakteristik faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan , sikap dan persepsi calon pengantin terhadap program imunisasi tetanus toxoid dengan tingkat hubungan sedang dan baik .
Diketahuinya hubunsan karakteristik antara calon pensantin yang mendapat imunisasi sekali, dua kali dan yang tidak mendapatkan imunisasi, diharapkan dapat disusunnya kebijaksanaan pelaksanaan operasional program untuk meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toxoid antara lain peningkatan persiapan masyarakat, penyu luhan kesehatan, penyebaran informasi dan Komunikasi Informasi dan Motivasi antara Puskesmas dengan Kantor Urusan Agama serta organisasi kemasyarakatan yang tumbuh berkembang dimasyarakat dan bimbingan monitoring yang terpadu antara Agama dengan Departemen Kesehatan dari tingkat I dan ke tingkat II ke tingkat Kecamatan.
Daftar bacaan 49 < 1971 - 1990 >"
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Tantijati
"Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS), AKB pada tahun 1995 adalah 55 bayi per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah tetanus neonatorum, yang menempati urutan ke 3 (SKRT 1986 dan 1992). Upaya untuk mengeliminasi penyebab kematian terus dilakukan oleh Depatennen Kesehatan dengan target untuk menurunkan insiden tetanus neonatorum menjadi 1 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2000. Salah satu kabupaten penyumbang kasus tetanus neonatorum adalah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, walaupun ada kecenderungan menurun namun masih diatas target nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia neonatus saat timbulnya gejala-gejala tetanus neonatorum dengan kematian akibat tetanus neonatorum di Kabupatan Indramayu dan Kabupaten Cirebon tahun 1996-2001 sehingga diketahui usia masa kritis neonatus yang menderita tetanus neonatorum untuk meninggal dunia.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:1. Jumlah sample keseluruhannya adalah 160 neonatus yang menderita tetanus neonatorum, yang terdiri dari 80 kasus dan 80 kontrol. Sample adalah neonatus penderita teanus neonatorum yang berusia 3-28 hari yang tercatat pada Form T2 dan Medical record rumah sakit sejak 1 Januari 1996 sampai 31 Desamber 2001 di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon .Kasus adalah sample yang meninggal dan kontrol adalah sample yang hidup.
Hasil penelitian pada analisa Muitivariat dengan uncondentional logistic regresion, variabel yang berhubungan dengan kematian akibat tetanus neonatorum secara bermakna (p<0.05) adalah usia neonatus yang menderita tetanus neonatorum, dimana neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang berusia 7 hari atau kurang mempunyai risiko meninggal dunia 20.06 kali dibanding neonatus penderita tetanus neonatorum yang berusia lebih dari 7 hari, Penderita tetanus neonatorum yang dibawa ke rumah sakit pada hari yang ke 2 atau lebih setelah gejala pertama (tidak mau menyusu dan demam) mempunyai risiko meninggal dunia 6.95 kali dibandingkan dengan yang dibawa ke rumah sakit pada hari pertama setelah gejala pertama, neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang diberi dosis obat antibiotik lebih rendah selama dirawat di rumah sakit mempunyai risiko meninggal dunia 4.34 kali di banding neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang selama dirawat di rumah sakit di beri dosis obat antibiotik yang sesuai dengan Prosedur tata laksana kasus tetanus neonatorum di RSCM, Jakarta. Variabel kekebalan, antibiotik (jenis dan cara pemberian), anti kejang (jenis,dosis dan cara pemberian) dan cara pemberian ATS tidak berhubungan secara bermakna.(p>0.05) dengan kematian akibat tetanus neonatorum.
Disarankan untuk perbaikan dan sosialisasi Protap Tata Laksana Kasus Tetanus Neonatorum baik di tingkat rumah sakit maupun Puskesmas, perbaikan surveillence kasus tetanus neonatorum dan intensifikasi upaya pencegahan tetanus neonatorum.

The Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still high. Based on Central Bureau of Statistics (CBS) the IMR in 1995 was 55/1000 live births. One of the main reasons on infant death is tetanus neonatorum that take a place on the third (Household Health Survey, 1986 and 1992). The effort to eliminate the cause of infant death is still conducted by 1hP MOH with the target to reduce incident of tetanus neonatorum become 111000 live birth on 2000. One the District that contributes the case of tetanus neonatorum is Indramayu and Cirebon Districts, even showing tend to reduce; however it is over with the national target.
The objective of this study was to determine the relationship of neonatus' age when showing the indications of tetanus neonatorum with the death caused by tetanus neonatorum at Indramany and Cirebon Districts in 1996-2001. So it can be known the age on neonatus crisis time that is suffering tetanus neonatorum to death.
The study design was control cases with the comparison; the number of cases group and control group was 1:1. The total number of sample was 160 neonatus tetanus neonatorum that covers of 80-cases group and 80-control group. The sample was the sufferer of tetanus neonatorum whose age was 3-28 days that registered on the T2 Form and Medical Record at the Hospital, since January 1st, 1996 - December 31s', 2001 both in lndramayu and Cirebon Districts. The cases were the samples whose was death and control was the sample that is still alive.
The result of this study based on Multivariate analysis by unconditional logistic regression, It was showed that the variable which related to the death that caused by tetanus neonatorum significantly (p<0.05) was the age of neonatus. The sufferer of neonatus tetanus neonatorum whose the age is 7 days or less, they were having risk to death as 20.06 times compared with the neonatus tetanus neonatorurn whose age over than 7 days. The sufferer of tetanus neonatorum that brought to the Hospital on second day or more after first indication (reluctant to breast-feed and fever) having risk to death as 6.95 times compared with those whom brought to the Hospital on the first day after the first indication. The neonatus tetanus neonatorum who is given lower doses of antibiotic medicine during hospitalized having risk to death 4.34 times compared with whom that hospitalized gave doses of antibiotic medicine that meet with management diagnose, the cases at Cipto Mangun Kusumo Hospital, Jakarta. The variable of immune, antibiotic (type and method of giving), anti-seized (type, doses and method of giving) and the way in giving the ATS was not related significantly (p>0.05) with the death of neonatus caused by tetanus neonatorum.
It is recommended to increase and socialize the protap of Management Tetanus Neonatorum Cases both in the level of Hospital and to the Health Center. It is needed to improve the surveillance on the case of tetanus neonatorum and intensification effort in preventing the cases of tetanus neonatorum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sutardi
"Program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) merupakan komitmen global hasil Konferensi Tingkat Tinggi Anak tahun 1990 di New York. Tujuan ETN yaitu menekan serendah mungkin angka kesakitan tetanus neonatorum sampai tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Di perkirakan di seluruh dunia tak kurang dari 350.000 neonatus setiap tahunnya meninggal akibat tetanus neonatorurn.
Di Indonesia tetanus neonatorum merupakan penyebab utama ke empat kematian neonatal yaitu sebesar 7,9 %. Angka kejadian tetanus neonatorum tahun 1997- 2000 berkisar 1,6 - 1,8 per 10.000 kelahiran hidup (fenomena gunung es). Jawa Barat merupakan provinsi dengan laporan kasus tetanus neonatorum terbesar di Indonesia, angka kejadian tetanus neonatorum periode 1997-2000 berkisar 1,2 - 1,6 per 10.000 kelahiran hidup dengan CFR berkisar 34,2 % - 47,1 %,
Upaya pencapaian eliminasi tetanus neonatorum di lakukan melalui pendekatan risiko secara terpadu, sedikitnya melibatkan tiga program yaitu program imunisasi, KIA dan surveilans. Program imunisasi berperan meningkatkan eakupan imunisasi TT hamil, imunisasi wanita usia subur (WUS). Program KIA berupaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal, cakupan kunjungan neonatus, pembinaan dukun bayi dan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Program surveilans berperan dalam penyelidikan epidemiologi untuk mengidentifikasi faktor risiko dan daerah risiko serta ikut memantau dan menilai keberhasilan dampak program.
Meskipun ETN teiah dilaksanakan sejak tahun 1995 namun program surveilans belum mampu memberikan informasi yang harus di tindak lanjuti secara rutin, baik oleh pimpinan maupun oleh program KIA dan imunisasi. Pengolahan data hasil penyelidikan epidemiologi belum didukung oleh suatu sistem informasi yang memadai dan belum mengakomodir keterpaduan program ETN.
Dalam melakukan pengembangan sistem informasi surveilans tetanus neonatorum di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, dilakukan observasi dan wawancara dengan petugas. Tujuannya adalah mempelajari permasalahan sistem yang ada saat ini, serta melakukan rancangan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan program. Permasalahan dalam sistem informasi yang ada saat ini adalah rendahnya kuantitas dan kualitas informasi yang di hasilkan surveilans, belum terstrukturnya pengolahan data surveilans, sebagian proses pengolahan data manual, pengolahan data sangat tergantung kepada petugas tertentu serta belum terpadunya sistem informasi ETN.
Pengembangan sistem informasi surveilans tetanus neonatorum terdiri dari rancangan output, rancangan input, rancangan basis data dan rancangan teknologi yang menghasilkan suatu prototipe program aplikasi. Kelebihan dari sistem informasi surveilans tetanus neonatorum adalah proses pengolahan menjadi terstruktur, proses lebih cepat, proses lebih teliti, proses konsisten, mudah di akses dengan tampilan menarik, hasil up to date serta mengakomodir kebutuhan program ETN.
Mengingat prototipe aplikasi sistem informasi surveilans tetanus neonatorum secara teknis telah berhasil di ujicoba di laboratorium, dan sumber daya di unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat memadai, maka perlu kiranya dilakukan implementasi sistem pada kegiatan surveilans yang sebenarnya. Proses implementasi secara manajerial harus di dukung komitmen kuat pimpinan dan pengelola program.
Daftar Bacaan : 28 (1981- 2003)

The Development of Surveillance Information System on Tetanus Neonatorum in The Health Authority of West Java Province ? 2003The Tetanus Neonatorum Elimination (TNE) Program is a result from global commitment at the Summit Conference for Children in New York in 1999. The aims of the TNE Program is to decreased as low as possible the morbidity of the tetanus neonatorum, until it's not any longer to be the public health problem. It is estimated that there were 350,000 newborns die every year in the world due to tetanus neonatorum.
in Indonesia tetanus neonatorum is the fourth major cause of death on newborn, at 7.9%. Its prevalence in 1997 - 2000 is around 1.6 - 1.8 per 10,000 life birth, but this figure is beliefs to be a tip of the iceberg phenomenon. West Java is a province which reported to be having the highest cases of tetanus neonatorum in Indonesia in 1997 - 2000, as high as 1.2 - 1.6 per I0,000 life birth, with its case fatality rate (CFR) at 34.2 to 47.1%.
An integrated risk approach is accomplished in order to try to eliminate the tetanus neonatorum, which at least involving three programs at the ministry of health (MOH), i.e. the immunization program, the maternal and child health (MCH), and surveillance. The immunization program has a role on increasing the coverage on TT immunization on pregnant mothers, and immunization on women at reproductive age (15 - 39 years old). The MCH program is try to increasing the coverage of antenatal care (ANC) services, coverage on newborn visit by health personnel, train and aide the traditional birth attendant, and increasing the delivery attendant by health personnel. And the surveillance program is responsible on carried out an epidemiology investigation in order to identify any risk factors and risk areas, as well as to monitor and evaluate the impact of a succeed achievement of a program.
Although the TNE program has been conducted since 1995, but so far, its surveillance program is unable to provide information that should be routinely followed up, whether by the decision makers or by MCH or immunization program. Moreover, there is no adequate information system to support the data management of the result of the epidemiology investigation, as well as to accommodate the integrity of TNE program.
in order to develop the surveillance information system of tetanus neonatorum in West Java, an observation and interview toward the officer of the Health Authority of West Java Province is being conducted. The study has an aim on finding out any recent problem that exist on the system, and try to design a proper information system regarded to the need of the program. Some findings on the recent problems on the existing system are: poor information quantity and quality, unstructured data management on the result of surveillance, some data management process is prepared manually, the process is solely depend on particular officer, and the information system of the TNE program has not been integrated yet.
The development of the information system of tetanus neonatorum surveillance is comprises of several stages, which are: an output design, an input design, a data-base design, and a technology design resulting on a prototype of an application program. The advantages of the information system of tetanus neonatorum surveillance are: the management data processing is more organize, faster, more precise, more consistent, easy to access with a good appearance, an up to date result, and put together the main three TNE program organizer.
As laboratory try-out of the prototype of the information system of tetanus neonatorum surveillance is technically succeeded, and its human resources at the surveillance unit of Health Authority of West Java Province is sufficient, it is suggested that the system can be implemented for the factual surveillance activities. And its implementation process should be supported by strong commitment from the decision makers and its program organizer.
Reference: 28 (1981 - 2003)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udwadia, Farokh Erach.
Bombay: Oxford University Press, 1994.
616.931.8 UDW t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>