Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Subakir
"Keberhasilan kegiatan kesehatan lingkungan ditentukan oleh banyak faktor, baik dari pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun masyarakat itu sendiri. Sanitarian Puskesmas sebagai pelaksana terdepan dari kegiatan kesehatan lingkungan, kinerjanya tentu mempunyai peran yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan kegiatan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja sanitarian, tingkat kinerja sanitarian, hasil kegiatan kesehatan lingkungan, dan hubungan kinerja sanitarian dengan hasil kegiatan kesehatan lingkungan.
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dan responden adalah sanitarian penanggung jawab kegiatan kesehatan lingkungan di Puskesmas, yang telah bertugas di Puskesmas tempat tugasnya sekarang minimal 2 tahun, seluruhnya berjumlah 86 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data dilakukan dengan analisa univariat, analisa bivariat dengan uji chi square, dan analisa multivariat dengan uji regresi logistik model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh : tingkat pendidikan responden sebagian besar (74,4%) adalah SPPH, 57% responden belum banyak mengikuti pelatihan, 51,2% Puskesmas kurang tersedia peralatan kesehatan lingkungan, 72,1% responden kurang mendapat perhatian dari atasannya, 80,2% responden menerima insentif, 75,6% responden kurang mendapat bimbingan teknis, 50% Puskesmas tersedia pedoman/juklak kesehatan lingkungan, dan 88,4% responden mempunyai tugas rangkap. Kinerja sanitarian Puskesmas 68,6% termasuk kategori rendah dan hasil kegiatan kesehatan lingkungan 55,8% termasuk kategori rendah. Terdapat hubungan yang bermakna antara kinerja sanitarian Puskesmas dengan hasil kegiatan kesehatan lingkungan. Variabel yang ada hubungan bermakna dengan kinerja sanitarian Puskesmas, yaitu : peralatan, perhatian, bimbingan teknis, dan pedoman/ petunjuk pelaksanaan. Variabel yang paling dominan berhubungan adalah pedoman/ petunjuk pelaksanaan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil kegiatan kesehatan lingkungan ada hubungannya dengan rendahnya kinerja sanitarian, dan rendahnya kinerja sanitarian ada hubungannya dengan ketersediaan pedoman, ketersedian peralatan, bimbingan teknis dan perhatian dari atasan. Disarankan kepada pimpinan instansi kesehatan di semua jenjang, untuk mengambil langkah-langkah dalam upaya memperbaiki/meningkatkan kinerja sanitarian Puskesmas, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan hasil kegiatan kesehatan lingkungan.

The success of the environmental health activities are determined by several factors, either by the government, non-governmental institution, or the people themselves. The sanitarians of public health centers as the front implementer of the environmental health, the quality of their work should have a great role in determining the success of those activities.
This research aims to find out factors which deal with the job quality of sanitarians, level of the job quality of sanitarians, result of environmental health activities, and the relationship between the job quality of sanitarians and the result of environmental health activities.
The research is held with survey and respondent methods by sanitarians who are responsible to the environmental health activities in the public health centre, who have worked in the public health center where they are working now minimum 2 years, all of them are 86 people. The collection of the data using questionnaire and data analysis are done by univariat analysis, bivariat analysis with chi square test and multivariate analysis with logistic regression of predictive model test.
From the result of the research is required: the level of almost respondents' education (74.4%) are SPPH, 57% of respondents have not followed the training yet, 51.2% of the public health centers are available fewer equipment of environmental health, 72.1% of respondents got less attention from their leaders, 80.2% of respondents earned incentive, 75.6% of respondents got less technical guidance, 50% of public health centers are available guidelines of environmental health, and 88.4% of respondents had double duties. The job quality of the public health centers sanitarians 68.6% included to the low category and the result of the environmental health activities 55.8% included to the low category. There is a significant relationship between the job quality of public health centers sanitarians and the result of the environmental health activities_ Variables which has a significant relationship between the job qualities of public health centers sanitarians, are: equipment, attention, technical guidance, and guidelines. The most dominant correlative variable is the guidelines.
From the result of the environmental activities have a connection between the low of the job quality of sanitarians, and guidelines availability, equipment availability, technical guidance and the attention from the leader. In accordance with the result of this research, it is suggested to the leaders of the health institute for the whole levels, to take steps in improving the job quality of public health centers sanitarians which are desired to be able to improve the result of the environmental health activities in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia
"Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan melaksanakan kegiatan berdasarkan pada hasil analisis masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan. Perencanaan yang disusun melalui pengenalan permasalahan secara tepat berdasarkan data akurat dapat mengarahkan upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja puskesmas dalam perencanaan kegiatan UKM di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dengan menggunakan kerangka kerja Malcolm Baldrige.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method dengan sequential eksplanatory design (urutan pembuktian) yang didahului oleh penelitian kuantitatif pada 237 orang dengan pengisian kuesioner dan dilanjutkan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, dan observasi proses minilokarya puskesmas. Variabel independen terdiri dari kepemimpinan; perencanaan strategis; fokus pelanggan; pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan; fokus tenaga kerja; dan fokus proses. Variabel dependen adalah hasil kinerja perencanaan kegiatan UKM puskesmas. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa seluruh variabel berhubungan signifikan, yaitu kepemimpinan (r = 0.516; R2 = 0.266; p = 0.001), perencanaan strategis (r = 0.540; R2 = 0.2916; p = 0.001), fokus pelanggan (r = 0.395; R2 = 0.1560; p = 0.001), pengukuran-analisis-manajemen pengetahuan (r = 0.518; R2 = 0.2683; p = 0.001), fokus tenaga kerja (r = 0.526; R2 = 0.2767; p = 0.001) dan fokus pada proses (r = 0.595; R2 = 0.3540; p = 0.001). Hasil pemodelan terakhir multivariat menunjukkan hanya variabel kepemimpinan (Coef B = 0.16; p = 0.029) dan fokus pada proses (Coef B = 0.14; p = 0.005) yang signifikan dapat memprediksi hasil kinerja perencanaan kegiatan UKM puskesmas. Disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar mengembangkan upaya kaderisasi untuk kepemimpinan masa datang serta memperhatikan sistem antisipasi dan manajemen bencana dalam menyusun perencanaan kegiatan UKM Puskesmas.

Puskesmas as the healthcare facility organizes Public Health Efforts (PHE) and carries out activities based on the analysis of public health issues and healthcare services necessity. Planning which is prepared through proper problem recognition based on accurate data is able to direct the efforts made by the puskesmas to achieve its goals and objectives. This research was conducted to determine the factors related to the puskesmas performance in planning PHE activities in Muaro Jambi District, Jambi Province using Malcolm Baldrige framework.
This study uses a mix method approach with sequential explanatory design which was preceded by quantitative research on 237 people by filling out questionnaires and followed by qualitative research by conducting in-depth interviews, and observing the Puskesmas Minilokarya process. Independent variable consists of leadership; strategic planning; customer focus; measurement- analysis and knowledge management; focus of workforce; and focus on the process. The dependent variable is the result of the performance of planning activities of the Puskesmas PHE. The results of bivariate analysis revealed that all variables were significantly related, namely leadership (r = 0.516; R2 = 0.266; p = 0.001), strategic planning (r = 0.540; R2 = 0.2916; p = 0.001), customer focus (r = 0.395; R2 = 0.1560; p = 0.001), measurement of knowledge-management analysis (r = 0.518; R2 = 0.2683; p = 0.001), workforce focus (r = 0.526; R2 = 0.2767; p = 0.001) and focus on the process (r = 0.595; R2 = 0.3540; p = 0.001).The final multivariate modeling results shows that leadership (Coef B = 0.16; p = 0.029) and focus on the process (Coef B = 0.14; p = 0.005) are able to significantly predict the results of the Puskesmas PHE activity planning performance. It is recommended that the Head of Departement of Health and Puskesmas to develop regeneration efforts for future leadership and to pay attention to disaster management and anticipation system in planning the activities of Puskesmas PHE.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanit Wediarsih
"Menurut laporan MDG's tahun 2007, 30,7% masyarakat Indonesia tanpa akses sanitasi yang layak. Provinsi Banten memiliki masalah yang cukup besar terkait dengan masalah air, higiene dan sanitasi. Beberapa cakupan sanitasi dasar di Provinsi Banten merupakan cakupan terendah di Pulau jawa, seperti cakupan jamban keluarga pada tahun 2007 yang hanya 67,69 %. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk ini akhirnya menyebabkan masih seringnya terjadi KLB diare dan demam berdarah di Provinsi Banten. Selain itu kejadian demam tifoid dan malaria juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dan dampak sanitasi lingkungan terhadap status kesehatan balita di Provinsi Banten dengan menggunakan data sekunder hasil RISKESDAS 2007. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah balita (12 - 59 bulan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang pernah menderita sakit sebanyak 17,2%. Sedangkan faktor sanitasi lingkungan yang memiliki risiko terhadap status kesehatan balita adalah ketersediaan air bersih (OR = 1,6; 95%CI 1,2 - 2,3), sarana pembuangan air limbah (OR = 1,7; 95% CI 1,0 - 3,1) dan tempat penampungan air (OR = 1,9; 95%CI 1,2 - 2,9). Sarana pembuangan air limbah memberikan dampak yang paling besar diantara ketiga variabel yang berisiko, dimana jika di populasi, sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat diperbaiki, maka akan menurunkan kejadian sakit pada balita sebanyak 36,9%. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa untuk mengurangi risiko dan dampak sanitasi lingkungan diperlukan upaya pengelolaan terhadap air, mulai dari air bersih sampai dengan air buangan.

According to the MDG's in 2007, 30.7% of Indonesian people without access to improved sanitation. Banten province has a considerable problem associated with the problem of water, hygiene and sanitation. Some basic sanitation coverage in Banten Province is the lowest coverage in Java, such as family latrine coverage in 2007 is only 67.69%. Conditions of poor environmental sanitation is still ultimately lead to frequent outbreaks of diarrhea and dengue fever in the province of Banten. In addition to the incidence of typhoid fever and malaria also increased from year to year.
The purpose of this study was to determine the risk and impact of environmental sanitation on the health status of children under five in Banten province by using secondary data from RISKESDAS 2007. This research is quantitative cross-sectional design. Population and sample of the study was a toddler (12-59 months).
The results showed that infants who have suffered from as much as 17.2%. While environmental sanitation factors that have exposure to the health status of children under five are the availability of clean water (OR = 1.6, 95% CI 1.2 to 2.3), wastewater disposal (OR = 1.7, 95% CI 1, 0 to 3.1) and a reservoir of water (OR = 1.9, 95% CI 1.2 to 2.9). Wastewater disposal provide the greatest impact among the three variables is at risk, which if in the population, wastewater disposal are not eligible eliminated, it will reduce the incidence of illness in infants as much as 36.9%. Results of this study suggest that to reduce the risk and impact of environmental sanitation to water management efforts are needed, ranging from clean water to waste water.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shindry Rihayaty
"Penelitian ini membahas tentang rancang bangun sistem informasi kesehatan berbasis web untuk pencatatan dan pelaporan program kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Tujuan penelitian adalah membuat formulir digital untuk menguji keabsahan data pembinaan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Bogor, membuat pangkalan data kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan, dan menyajikan informasi tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dalam bentuk visual. Metode penelitian yang digunakan adalah iterative and incremental development dengan pendekatan Agile UP. Hasil penelitian menyarankan agar Dinas Kesehatan Kota Bogor membuat ketentuan, peraturan, dan perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan pelaporan sehingga implementasi teknologi dapat berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan.

This study discusses the design of web-based health information system for recording and reporting of environmental public health programs and food management in Bogor City Health Department. The purpose of the research is to create a digital formulir in order to test the validity of reported public places and food management data from Puskesmas to the Bogor City Health Department, a database of public places and food management environmental health, and present an information of the public places and food management place in the form of visual management. The method used is iterative and incremental development approach Agile UP. The results of the study suggest the Bogor City Health Department need to makes provision, regulation, and improvement a business process system on recording and reporting system so that the implementation of technology that can take place consistently and continuously."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Theresia Rhabina Noviandari
"Jamkesmas merupakan program pemerintah untuk menjamin kebutuhan kesehatan masyarakat miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Jamkesmas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Populasi penelitian ini adalah masyarakat wilayah kerja Puskesmas Paal Merah I Kecamatan Jambi Selatan. Responden penelitian ini adalah 100 orang yang dipilih secara acak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 54% responden memanfaatkan Jamkesmas. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan Jamkesmas diperlukan adanya dukungan keluarga dan petugas kesehatan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, mempermudah aksesibilitas, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program Jamkesmas melalui sosialisasi yang efektif.

Jamkesmas is a government program for poor people to keeping their health needed. The purpose of this research is to find some factors related to utilization of Jamkesmas. This study is a quantitative research which uses cross sectional design. The population was community in public health service of Paal Merah I area. 100 respondents were selected by random sampling.
The results show 54% respondents used Jamkesmas. In order to increase utilization of Jamkesmas, people need supports from their family and health servants to using health service, easier accessibility, and more information about Jamkesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Iswanto
"Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 (empat) di dunia. Perkembangan penduduk yang pesat yang tidak diimbangi oleh penyediaan sarana dan prasarana serta berbagai fasilitas pendukung akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Begitu halnya Kota Depok yang setiap tahunya mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman Kota Depok serta mengetahui hubungan seberapa besar pengaruh sosial ekonomi terhadap tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman dapat diketahui dari hasil perhitungan indek parameter setiap indikator dan pemberian bobot setiap indikator yang digunakan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis keruangan, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara kualitas kesehatan lingkungan permukiman dengan status sosial ekonomi digunakan bantuan analisis statistik dengan metode Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman Kota Depok tergolong baik. Sebagian besar tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman tergolong baik terdapat diwilayah perkotaan (urban) dan wilayah peralihan (sub urban), sedangkan pada wilayah perdesaan (rural) memiliki tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman dalam kategori sedang. Kondisi sosial ekonomi (status sosial ekonomi) memiliki pengaruh terhadap tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman.

Indonesia is a developing country with the largest population of 4 (four) position in the world. The rapid growth of population, which is not supported by the provision of infrastructure and supporting facilities will impact the health and environmental quality of settlements. This situation will also happen in Depok City due to the growth population is increasing every year. This study aims to determine the spatial patterns of health and environmental quality level of Depok settlements and to know the effect of social relationship factor on the level of healthcare economics settlements quality. The level of health and environmental quality settlements can be known from the calculation of the parameter index of each indicator and the weighting of each indicator used.
Data analyzing in this study obtained by using descriptive analysis and spatial analysis, whereas the relation between health and environmental quality settlements with the socioeconomic status obtained by using statistical analysis Chi Square method. The results indicate the level of health and environmental quality Depok settlement is fair. Most of the health and environmental quality level are quite good in residential urban region (urban) and of health and environmental quality settlements. The Socio-economic conditions (socioeconomic status) effect the level of health care quality residential environment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Panisean
"Keadaan kesehatan lingkugan di Indonesia dewasa ini masih belum memadai, contohnya seperti belum terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih, masalah sampah, perbaikan gizi, jamban keluarga., air limbah, kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dan lain-lain. Di mana hal ini selanjutuya akan dapat mempengaruhi terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian.
Banyak faktor yang berhubungan dengan kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Pengetahuan kesehatan lingkungan seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Dengan pengetahuan dapat dipecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari termasuk masalah kesehatan lingkungan (Suriasuruantri, 1993). Faktor lain yang berhubungan dengan kualitas kesehatan lingkungan adalah status sosial ekonomi. Achmadi (1990) mengatakan antara kemampuan sosial ekonomi baik skala individual maupun keluarga berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kesehatan lingkungan. Demikian juga halnya dengan mentalitas dan perilaku masyarakat (Achmadi, 1991).
Dari permasalahan tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui bagaimana kualitas kesehatan lingkungan permukiman di Kecamatan Kedaton, dan mencari hubungan secara empiris antara faktor-faktor pengetahuan kesehatan lingkungan, status sosial ekonomi, dan perilaku dalam pengelolaan lingkungan permukiman dengan kualitas kesehatan lingkungan permukiman.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
"Ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan kesehatan lingkungan, status sosial ekonomi, dan perilaku pengelolaan lingkungan permukiman dengan kualitas kesehatan lingkungan permukiman".
Penelitian dilakukan di kecamatan Kedaton Kotamadya Bandarlampung, dengan menggunakan metode survai. Unit sampel yang menjadi obyek penelitian adalah rumahtangga dengan kepala keluarga sebagai responden. Untuk pengambilan ukuran sampel digunakan teknik Multi Stage Cluster Random Sampling, dan untuk itu diambil 150 rumah tangga sebagai sampel. Pengumpulan data setiap variabel masing-masing menggunakan instrumen penelitian dengan kuesioner (angket) sebagai alat penjaring data yang utama, di samping observasi. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif sedangkan pengujian hipotesis dengan teknik korelasi sederhana "Pradua Moment' Pearson dan korelasi ganda serta "Regresi Linear Ganda", dengan menggunakan fasilitas program komputer SPSS for Windows.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan kesehatan lingkungan roempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kualitas kesehatan lingktmgan pennukiman (r = 0,669). Dengan koefisien determinasi (f2) sebesar 0,4486 yang berarti 44,86% baik tidaknya kualitas kesehatin lingkungan permukiman (Y) dapat dijelaskcm oleh variabel pengetahuan kesehatan lingkungan (X,). Ini bernrti kontribusi pengetahuan terhadap kualitas kesehatan lingklmgan permukiman adalah sebesar 44,8%,jika variabel lain yang mempengaruhi tidak diperbitungkan.
2. Status sosial ekonomi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kualitas kesehatan lingkungan permukim.an (r = 0,713). Dengan koefisien detenninasi (r2 ) sebesar 0,508 yang berarti 50,80/o baik tidaknya kualitas kesehatan lingkungan (Y) dapat dijelaskan oleb variabel status sosial ekonomi (~). Ini berarti kontribusi status sosial ekonomi terhadap kualitas kesehatan lingktmgan pennukiman adalah 50,8%, ji.ka variabel lain yang mempepgaruhi tidak diperhitungkan.
3. Perilaku dalam peogelolaan lingkungan pemukiman mempunyai hubungan yang positif dengan kualitas kesehatan lingkungan permukiman (r = 0,821). Dengan koefisien determinasi (r) sebesar 0,6737, hal ini menunjukkan bahwa baik tidaknya kualitas kesehatan. Lingkungan pemukiman dapat dijelaskan oleh perilaku dalam pengelolaan lingkungan permukiman (X3) sebesar 67.37% Ini berarti kontribusi perilaku dalam mengelola lingkungan pemukiman terhadap kualitas kesebatan lingkungan permukiman adalah sebesar 67,3 7%, j ika variabel lain yang mempengaruhi tidak diperhitungkan.
4. Analisis hubungan ganda antara pengetahuan kesehatan lingkungan, status sosial ekonomi, perilaku dalam pengelolaan lingkuogan permukiman mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kualitas kesehatm lingkungan permukiman (r = 0~889). Dengan koefisien determinasi (1) sebesar 0,7916. Hal ini menunjukkan bahwa baik tidaknya kualitas kesehatan lingkungan permukiman (Y) dapat dijelaskan oleh pengetahuan kesehatan lingkungan, status sosial ekonomi, dan perilaku dalam pengelolaan lingkungan permukiman sebesar 79,16%. Hal ini berarti kontribusi pengetalruan, status sosial ekonomi dan perilaku terhadap kualitas kesehatan lingkungan pemukiman adalah sebesar 79,16%. Sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diperhibmgkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan baik hasil pengujian hipotesis, maka terbukti bahwa ketiga variabel pengetahuan, status sosial ekonomi, dan perilaku pengelolaan lingkungan pemukiman mempengaruhi baik tidaknya kualitas kesehatan lingkungan pemukiman di Kecamatan Kedaton. Dari ketiga faktor tersebut fuktor perilaku merupakan .faktor yang paling besar pengaruhnya (67,37%), kemudian status sosial ekonomi (50,8%), dan faktor pengetdruan (44,86%). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pentingnya lebih digalakkan upaya-upaya pendidikan kesehatan lingkungan dan penyuluhan kepada masyarakat ycmg ada selama ini, hal ini dimaksudkan untuk lebih menanamkan kesadaran kepada masyarakat di dalam mengubah sikap maupun_perilakunya tenang pentingnya kebersihan lingkungan pemukiman. Demikian juga perlunya pembudayaan hidup sehat bagi setiap orang yang dapat diawali dari diri sendiri, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Some Factors Relating to the Quality of Settlement Environmental Health (Case Study in District of Kedaton, Bandar Lampung Regency)In the reality in Indonesia now, the environmental health condition is not as we expect it is, for example the need of sanitation is still beyond the reach; water supply, garbage, nutrition, family toilet, unhealthy housing condition, and etc. It causes high member of illness and mortality (According to Household Health Survey, 1980; 1986; 1992; 1995; Report of Statistic Centre (BPS) 1995; Indonesia Environment Statistic, 1995; National Socio-Economic Survey, 1995 about Housing and Settlement Statistic in Indonesia, 1995). The same cases also occur in Bandar Lampung.
Knowledge is a standard to think as well as to change the attitude and behavior. It can also solve the daily life problems including environment health Suriasumantri (1993) adds the higher the knowledge of a person has, the higher is his rationale. Another factor concerning the quality of environment health is social economic status Achmadi (1990) says that socio-economic capability either individually or family has direct or indirect relationship can be positive or negative, so is the mentality and behavior of the community (Achmadi, 1991).
Therefore, this study will find out the correlation between the basic knowledge of environmental health, socio-economic status, behavior in managing settlement environment and the quality of settlement environment health.
This research hypotheses are:
" There is positive and significant correlation between the knowledge, socio-economic status, behavior and the quality of settlement environment health".
This study was conducted in Kedaton, Bandar Lampung using survey method. The samples were the head of household as respondents. The samples were 150 household taken by using multi stage cluster random sampling. Questionnaire, as well as survey was used to collect the data. To analyze the data qualitative and quantitative methods were used, whereas the hypothesis analyzed by simple correlation "Product Moment" Pearson, and multi correlation and "Multiple Regression" were tested using computer programs SPSS for Windows:
The researchs results revealed that:
1. The knowledge of the head of :fum.ily on the environment health has positive correlation with the quality of settlement environment health (r = 0.669). The close relationship between the variable X, - Y can be seen from determination coefficient (r2 = 0.448) which means that 44.8% variation occuring to the quality of settlement environment health (Y) can be described by the knowledge of environment health variable (X 1 ). The contribution given by the knowledge towards the quali1y of settlement environment health was 44,8%.
2. The socio-economic status of the head of the family has positive correlation to the quality of settlement enviromnent health (r = 0.713). The close relationship between the two variables X2 - Y illustrated in the detennination coefficient (r2 = 0.508) means that 50.SO/o variation occuring in the quality of environment health (Y) can be described by the socio-economic (X2). The contribution given by the socio-economic status towards the quality of settlement environment health was 50.8%.
3. The behaviour of the bead of the family in managing settlement environment health has positive correlation with the quality of settlement environment health (r = 0.821). The close relationship between the two variables x3 - y illustrated in the determination coefficient (r2) = 0.6737, means 67.37% variation occuring in the quality of settlement environment health (Y) can be described by the behaviour in managing settlement environment health (X:3). The contribution given by the behaviour towards the quality of settlement environment health was 67.3%.
4. Multi correlation analysis between the knowledge of environment health, socio-economic status, behaviour in managing settlement environment health have positive correlation (r = 0.889). The close correlation bowed by determination coefficient (r2 = 0. 7916). It indicates that the variation of knowledge of enviromnent health, socio-economic status, behaviour of managing settlement enviromnent health= 79.16%. The contribution given by the knowledge, the socio-economic status, and the behaviow- simultaneously towards the quality of settlement enviromnent health was 79.16%. Based on the hypotheses, it can be concluded that the education of enviromnent health, the efforts through cotmcelling activities should be promoted to make the people conciously aware of changing their behaviour about the importance of the cleanliness of the enviromnent. And it is also necessary to live heallhy which it should be started within own self: the family and the community.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yassi, Annalee
New York : Oxford University Press, 2001
613.1 BAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Morgan, Monroe T.
Australia: Thomson, 2003
613.1 MOR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>