Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ucu Supriatna
"Penyakit Campak merupakan penyakit akut dengan angka serangan tinggi. Penyebabnya adalah Virus. Menyerang kelompok umur di bawah 14 tahun. Hasil Penyelidikan Epidemiologi pada beberapa KLB campak menunjukan banyaknya ditemukan kasus campak dengan komplikasi. Sementara itu di dapat pula informasi bahwa terdapat perilaku/kebiasaan masyarakat yang memandikan penderita pada saat anak tersebut panas dengan keyakinan mereka akan mempercepat proses penyembuhan.
Penelitian kasus kontrol ini bertujuan untuk hubungan perilaku orang tua memandikan penderita saat panas/demam dengan terjadinya komplikasi pada penderita campak usia 9 bulan sampai < 14 tahun di kabupaten Majalengka.
Dari hasil penelitian terbukti ada hubungan diantara kedua variabel tersebut. Juga didapat hubungan terjadinya komplikasi dengan karakteristik pemberi jasa pengobatan serta umur penderita.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengembangkan kerangka konsep faktor risiko terjadinya komplikasi pada penderita campak serta mekanisme perjalanan penyakit yang dapat digunakan dalam intervensi pencegahan mulai dari Primer sampai dengan Tersier.
Diakhir penelitian ini beberapa saran diajukan guna perbaikan program serta peningkatan status kesehatan masyarakat dan agar diterapkan terutama di Iingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
Daftar Pustaka; 21 (1986 - 2000)

Relationship of Parents Behaviour to Take a Bath the Patient when They were Fever and Complication in Measles Patient, 9 Month to < 14 Years Old in MajalengkaMeasles is acute disease with high attack value. The cause of this is virus. Attacks age group below 14 years old. Result of epidemiology research in few measles outbreak investigation shows that a lot of case with complication. Mean while there is an information that people behavior to take a bath the patient when they are fever with a conviction that it will speed up the recovery process.
Research of this control case is for relationship. Parents behavior with the complication on the patient 9 month to < 14 years old in Majalengka.
From the result of the research was proven that. There is a relationship between those two variables, and there is a relationship, between complication with the characteristic medical service and the age of patient.
Based on research result, researcher build up the concept of framework in risk factor o complication on the patient and disease way make recharims that can be use in preventive intervention start from primer to terrier.
In the end on this research a few advice was offered for program recovery and the raised of public health status and it will be use especially in Health Department in Majalengka.
( Literature : 21, 1986 - 2000 )"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Zulkifli Duski
"Penyakit campak adalah penyakit infeksi viral akut yang mudah ditularkan, sehingga hampir semua anak yang dilahirkan pernah ketularan penyakit ini, sebagian besar sebelum mencapai umur 5 tahun. Imunisasi campak merupakan cara yang paling cost efektif untuk menanggulangi penyakit campak di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak pada anak usia dibawah 5 tahun di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengelola program imunisasi.
Metode penelitian ini dirancang dengan Studi Historical Cohort ( Kohort Retrospektif ), dimulai dari keterpaparan. Terpapar adalah anak yang tidak diimunisasi campak sedangkan yang tidak terpapar adalah anak yang diimunisasi campak. Jumlah yang terpapar sebanyak 84 orang dan yang tidak terpapar 84 orang. Variabel yang diteliti meliputi faktor status imunisasi, pendidikan, pengetahuan dan sikap Ibu, serta kepadatan dan ventilasi hunian ditambah dengan efikasi vaksin.
Hasil penelitian menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian campak adalah status imunisasi ( RR= 3,2 ), kepadatan ( RR= 3,3 ) dan ventilasi hunian ( RR= 3,9 ). Hasil efikasi vaksin adalah 50%, yang menunjukkan kedayagunaan vaksin masih rendah. Melihat hasil penelitian maka disarankan kepada Puskesmas untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak ( UCI = 100% ) terutama daerah kantong, serta mengusulkan ke Kabupaten melalui Camat untuk mengadakan program rumah sehat terutama daerah potensial wabah.

Corelation of Measles Immunization Status with Measles Incident on The 5 Years Lower Age of Children When Measles Epidemic Disease at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya 2000. Measles Disease is viral acute infectious disease marked by fever and small red spots that cover the whole body when easy spread, so all the baby has been disease infected, before 5 years. Measles immunization which is effective cost to cope with measles disease at population. The research objections is know about of correlation measles immunization status with measles incidence on the 5 years lower age of children at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya. The result of research could be giving of mind contribution supporting of immunization management programs.
The research method started from the exposure with Cohort Historical Study Designed. The exposure is whose the children of measles immunization and but, Unexposure is whose the children with measles immunization. Whose the exposure about 84 person and unexposure about it 84 person. The research variables is immunization factor status, education, knowledge and mother attitude, also densely and occupancy ventilation with increase of vaccine effication.
The result research to show that variable which in influential on the measles incident is immunization status (RR=3,2), densely (RR=3,3) and occupancy ventilation (RR=3,9). Vaccine effication result is 50%, which show that still low vaccine efficiency. So would be suggestive to health society center for increasing measles immunization coverage (UCI=l00%) at local epidemic especially and have to suggest to regent pass through Sub District for organizing health house programs as specially at local of epidemic potential.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Isti Purwanti
"Angka kesakitan dan kematian karena ISPA pada kelompok umur balita di Indonesia masih tinggi, maka penatalaksanaan program dititik beratkan kepada penanggulangan pneumonia pada balita. Pada akhir-akhir ini salah satu upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian tersebut adalah dengan adanya peningkatan pengetahuan ibu tentang ISPA , sikap dan perilaku pencarian pengobatan, serta praktek pengobatan oleh para petugas kesehatan setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pencarian pengobatan pertama penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Majalengka tahun 2003.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol, dengan menggunakan data penderita pneumonia pada balita yang pencarian pengobatan pertama tidak ke fasilitas kesehatan ( kasus ), dan penderita pneumonia pada balita yang pencarian pengobatan pertama ke fasilitas kesehatan ( kontrol ). Adapun untuk pemilihan kasus dan kontrol adalah seluruh balita penderita pneumonia yang berobat ke puskesmas (16 puskesmas ) pada bulan Juni 2003.
Dari basil penelitian ini menunjukkan pengetahuan kurang baik (OR = 3,592 ; dan 95 % CI 2,054 ; 6.282 ), sedangkan sikap yang negatif ( OR = 2,166 ; dan 95 % CI 1,230 ; 3,815 ) merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan pencarian pengobatan pertama penderita pneumonia pada balita.
Dari hasil penelitian ini terlihat masih sangat diperlukannya kegiatan-kegiatan dari petugas kesehatan, terutama kegiatan penyuluhan mengenai penyakit pneumonia pada ibu-ibu yang memiliki balita terutama pada tanda bahaya penyakit pneumonia, sehingga apabila balitanya menderita pneumonia langsung dibawa berobat ke fasilitas kesehatan.
Daftar Pustaka : 35 ( 1975 - 2002 )

Morbidity and mortality rates of ARI among under fives in Indonesia is still very high, thus program management is emphasized on efforts to overcome pneumonia among under fives. At the present time, one effort to reduce morbidity and mortality rates of pneumonia among under fives is by improving mother's knowledge about ARI, improving mother's attitude and health seeking behavior, and improving medication practices provided by local health personnel.
This study aimed to investigate the relationship between knowledge and attitude with health seeking behavior among under fives with pneumonia in Majalengka District in 2003.
This study employed case-control study design with under fives with pneumonia whose first health seeking behavior was not directed to health facility as cases and under fives with pneumonia whose first health seeking behavior was directed to health facility as controls. Those cases and controls were all under fives with pneumonia who went to community health center for medication (16 CHCs) during June 2003.
The study showed that poor knowledge (OR=3.592; 95% CI 2:054:6.282) and negative attitude (OR=2.166; 95% CI 1.230:3.815) were risk factors related to first health seeking behavior among under fives with pneumonia.
The study showed the importance and the necessity of improving health personnel activities, mainly those related to extension and community education about pneumonia targeted to mothers with under fives, particularly those with pneumonia danger signs. Therefore, whenever the child is getting sick, the mother would seek for health care to health facility at the first time.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.M. Hamdi
"Prevalensi penyakit tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka saat ini masih cukup tinggi, sehingga untuk menanggulangi penyakit tersebut mulai tahun 1997/1998 Kabupaten Majalengka telah melaksanakan intensifikasi program penanggulangan tuberkulosis paru menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang merupakan bagian dari proyek intensifikasi pemberantasan penyakit menular atau intensified communicable disease control (ICDC). Target yang diharapkan dari program tersebut adalah penemuan kasus baru sebesar 70 % secara bertahap, angka konversi 80 %, dan angka kesembuhan sebesar 85 %.
Dari hasil evaluasi program penangulangan tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka tahun 1997-2000, ternyata dari indikator keberhasilan program, yaitu angka konversi dan angka kesembuhan belum mencapai target, sehingga perlu dilakukan tindak lanjut. Belum tercapainya angka tersebut dapat disebabkan atau ada hubungannya dengan ketidakpatuhan berobat penderita seperti hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kesembuhan ditentukan juga oleh keteraturan/kepatuhan berobat. Hal tersebut didukung oleh angka ketidakpatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka yang masih cukup tinggi, yaitu tahun 1997/1998 sebesar 19 %, tahun 1998/1999 sebesar 16 %, dan tahun 1999/2000 sebesar 14 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kepatuhan berobat dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru pada fase intensif di Kabupaten Majalengka tahun 1997-2000. Disain penelitian yang digunakan adalah disain/rancangan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 380 orang yang menggunakan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling/ proportional stratified sampling.
Hasil yang diperoleh, yaitu dari 380 responden terdapat 57,4 % yang patuh berobat dan variabel yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru pada fase intensif adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap penderita, biaya transportasi, efek samping, peran pengawas menelan obat (PMO), dan sikap petugas. Dari ketujuh variabel tersebut, ternyata variabel yang paling kuat/erat adalah peran pengawas menelan obat (PMO) dan variabel efek samping,
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka untuk mengoptimalkan peranannya, PMO perlu dibekali dengan buku saku yang berisi tentang penyakit tuberkulosis dan pengobatannya serta untuk mendeteksi gejala efek samping dan melakukan penanganan sedini mungkin, sebaiknya kader dan PMO diberikan prosedur tetap (protap) cara mendeteksi dan melakukan penanganan efek samping obat anti tuberkulosis. Selain itu perlu penelitian lebih jauh mengenai kualifikasi PMO yang lebih cocok/diterima oleh penderita tuberkulosis.

Factors Related to Treatment Compliance the Patient of the Lung Tuberculosis at the Intensive Phase in the Regency of Majalengka in 1997-2000Lung tuberculosis prevalence in the regency of Majalengka is high. For disease control, since 1997/1998 regency of Majalengka has done intensified lung tuberculosis program used DOTS (Directly Observed Treatment Short course) strategy which part intensified communicable disease control (ICDC). The target of program is case finding rate 70 %, conversion rate 80 %, and cure rate 85 %.
From result of evaluation lung tuberculosis control program in the regency of Majalengka in 1997-2000, in fact from indicator success program, namely conversion rate and cure rate have not got the target yet. So that need follow up. They caused by treatment incompliance like the result of the research whish said that the cure defined by treatment compliance. That matter is supported by treatment incompliance rate the patient of the lung tuberculosis in Majalengka regency is still high, namely in 1997-1998 was 19 %, 1998/1999 was 16 %, and 1999/2000 14 %.
This research aims to know the proportion treatment compliance and factors related to treatment compliance the patient of the lung tuberculosis at the intensive phase in the regency of Majalengka in 1997-2000. Cross sectional design was used in this study with 380 patients as the sample which was taken through a stratified random sampling/proportional stratified sampling method.
The result of this research, is from 380 patients is 57,4 % who obey to have treatment and variable that related to treatment compliance of the patient the lung tuberculosis at the intensive phase is level of education, knowledge about tuberculosis, attitude of patient, transportation cost, side effect, role of drug digestion observer, and attitude of health service. From the seventh variables, the role of drug digestion observer variable is very strong and side effect variable.
Based on the result of the research above, so for the maximum it's the role, drug digestion observer (DDO) is needed by hand book about the disease of tuberculosis and the cure, and for the detection of side effect and doing at first, it had better cadre and drug digestion observer a given a good procedure how to detection and doing side effect of the drug anti tuberculosis. Beside that it's needed longer research about the qualification of drug digestion observer better or received by tuberculosis patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sobirin
"Salah satu penyakit yang dijadikan sebagai patokan penggunaan obat rasional adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), jika penyakit ini tidak mendapatkan pengobatan tidak benar dan tidak tepat, kemungkinan ISPA akan berlanjut menjadi pnemoni. Banyak penelitian menyatakan bahwa antibiotik diberikan dengan tidak benar pada penderita ISPA non pnemoni. Evaluasi Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka melaporkan, tabun 2006 tingkat penggunaan antibiotik di puskesmas pada penderita ISPA non pnemoni mencapai 53,8% Desain penelitian ini cross sectional, Pengambilan data menggunakan kuesioner angket (self administration) dan dilengkapi dengan daftar monitoring peresepan diagnosis ISPA non pnemoni.
Proporsi petugas kesehatan di puskesmas yang memberikan antibiotik pada penderita ISPA non pnemoni di Kabupaten Majalengka tahun 2007 sebesar 75,2%. Proporsi karakteristik individu dominan pada petugas kesehatan yagn berumur muda (8,3%), tanaga medis (77,8%), masa kerja baru (76,9%), tidak pernah mendapat pelatihan (78,4%), pengetahuan kurang (78,8%), dan mempunyai sikap negativ (96,3%). Sedangkan karakteristik organisasi lebih dominan pada petugas kesehtan yang kurang didukung Kepala Puskesmas (88,5%), tidak pernah disupervisi (80,7), tidak ada buku pedoman pengobatan dasar (80,0%), dan kecukupan obat kurang (75,4%). Variabel yang dominan/utama berhubungan denagn perilaku pemberian antibiotik pada penderita ISPA non pnemoni adalah variabel sikap. Variabel konfondingnya ada variabel suspenvisi.
Dinas Kesehatan, agar meningkatkan supervisi pengobatan rasional yang diarahkan pada anjurnn penggunaan buku pedoman pengobatan dasar, perlunya pelatihan pengobatan rasional dengan peserta minimal 3 orang petugas pelayan pengobatan dari puskesmas dan petugas dari pelayanan kesebatan swasta serta lebih meningkatkan freknensi evaluasi penggunaan obai rasional di puskesmas disertai umpan balik rutin setiap tiga bulan sekali. Kepala puskesmas lebih mendukung upaya pengobatan rasional dan mengevaluasi secara rutin dan mensosialisasikan obat rasional kepada masyarekat yang berkunjung ke puskesmas. Perlunya penelitian dengan metode Dislrusi Kelompok Terarah (DKl) meliputi aspek kebijakan sistem perencanaan dan pengelolaan obat di puskesman.

One of the discase that become a standard of rational medicine using is ISPA (Acute Respiratory Infection), if this discase do not obtain correct and exact mediacation, ISPA possibility will continue become pneumonic. Many reserches state that antibiotic gave invorrectly to ISPA non-pneumonic patient reach 53,8%. This research is using cross sectional design. Data gathering is using self-administration questioner and completed with prescription monitoring list of ISPA non-pneumonic diagnosis.
Health staffs proportion in puskesmas that give antiviotic to ISPA non-pneumonic patient in Majalengka District year 2007 is 75,2%. This proportion is dominant in young health staff (8,3%), medical staff (77,8%), new work length (76,9%), never participate in training (78,4%), lack of education (78,9%) and negative attitude (96,3%). Antibiotic distribution is dominant in health staffs that less supported by puskesmas chief (88,5%), never supervised (80,7%), no standard medication guidance (80,0%) and lack of medicine availability (75,4%). Dominant variable that related with giving antiviotic behavior to ISPA non-pneumonic patient are age, attitude, availability of standard medication guidance book. support from puskesmas chief and health agency supervislon. The most dominant variable related with giving antibiotic behavior is staffs attitude (OR = 8.134).
Suggested to Health Agency increasing rational medicine supervision that directed on using standard medication guidance book, require rational medicine training with minimal participants of 3 medication staffs from puskesmas and staffs from private health service also increasing frequency of rational medicine using evaluation in puskesmas along with routine feedback once evecy 3 months. Puskesmas chief is more supporting effort of rational medication and evaluating rontinely and socializing rational medication to public that visiting puskesmas. Require research with Directed Group Discussion (DKT) method including aspect of planning system policy and medicine management in puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T21070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Padri H.
"Campak adalah penyakit infeksi virus yang merupakan penyebab utama kematian pada anak di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kabupaten Serang sebagai salah satu wilayah bagian /kota di Indonesia yang memiliki masalah kesehatan yang serius terhadap campak dimana peningkatan imunisasi mencapai lebih dari 90% tahun 1998.
Oleh karena itu, studi ini dianjurkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit campak. Studi dibuat berdasarkan studi kasus kontrol dimana anak umur 15-59 bulan dengan gejala klinis campak (demam dan bercak merah) yang didiagnosa oleh bidan puskesmas sebagai kasus dan anak tanpa gejala klinis campak sebagai kontrol. Data dikumpulkan oleh bidan melalui kuesioner.
Studi menemukan bahwa faktor utama yang berhubungan dengan campak adalah umur ibu (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) dan pengetahuan ibu (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
Studi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu melalui penyuluhan di Posyandu oleh bidan atau kader desa.

Measles is a viral infectious disease that a main cause of morbidity and mortality in younger children in developing countries such as Indonesia. Serang as one of districts in Indonesia has a serious public health problem with measles in spite of increasing coverage immunization reached more than 90% in 1998.
Therefore, this study is aimed to determine the factors related to measles diseases. The study design was case control study where the children age 15-59 months with clinical symptoms of measles (fever and rash) that diagnosed by midwives of Puskesmas selected as the cases and the children with out clinical symptoms of measles selected as the control. Data were collected by the midwives using questioners.
This study found that factors were significant related to measles are the age of mother (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) and mothers knowledge (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
The study recommends increasing the knowledge of the mothers through health promotion in Posyandu by conducting mother classes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Komaria
"Campak adalah penyakit infeksi virus yang masih tetap merupakan masalah di negara berkembang, terutama ketika terjadi letusan Kejadian Luar Biasa. Menurut Word Health Organization, di Indonesia sekitar 38.000 kematian campak per tahun Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang mempunyai masalah kesehatan serius terhadap penyakit campak dimana peningkatan cakupan imunisasi mencapai lebih dari 90 % tahun 2002.
Campak masih sering menimbulkan KLB pada tahun 2002 di Kabupaten Bogor. KLB yang terjadi 6 kali di 6(enam) Kecamatan, dengan jumlah kasus 775 orang, meninggal 2 orang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kejadian campak pada saat KLB di Kabupaten Bogor tahun 2002. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol, dengan 148 sampel kasus dan 158 sampel kontrol. Kasus adalah anak umur 9 bulan - 6 tahun, menderita campak pada saat letusan KLB Campak terjadi, sedangkan kontrol adalah anal( umur 9 bulan - 6 tahun yang tidak menderita campak pada saat letusan KLB campak terjadi. Definisi operasional campak adalah demam 38° Celcius. bercak merah, batuk pilek dan mata merah dengan atau tanpa bintik spot (Koplik Spot). Data dikumpulkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh pewawancara melalui kuesioner pada responden yaitu ibu anak umur 9 bulan-6 tahun balk pada kasus maupun pada kontrol. Analisa data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil akhir dari penelitian ini diambil dari hasil analisis multivariat, menemukan bahwa faktor risiko utama menimbulkan kejadian campak adalah tidak imunisasi (OR = 46,06, 95% CI ; 22,00 - 96,24), p < 0,05, Status Vitamin A, anak yang dapat satu kali atau tidak pernah (OR= 2,56, 95% CI ; 1.18 - 5.56), p <0,05, perilaku ibu kurang (OR = 2,40, 95% CI 1,16 - 5,00), p<0,05 dan pola asuh kurang (OR = 2,71, 95% CI; 1,09 - 6,73), p< 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengambil keputusan di Kabupaten Bogor guna memberikan perhatian pada empat faktor diatas yaitu Status imunisasi, Status vitamin A. perilaku ibu, dan pola asuh terhadap anak.
Daftar Pustaka : 41 (1980 - 2002)

Measles a viral infectious disease usually occurs at the unusual event- is still the problem in developing countries such Indonesia, India. Bangladesh. According to The World Health Organization there were about 38.000 case measles died per year (Estimate WHO, 2000). Bogor-one of district in Indonesia- has a serious problem of measles, in spite of the coverage immunization over 90 % in 2002.
The frequency of measles outbreak in Bogor District in 2002 were 6 (six) times on 6 Sub Districts, the total cases were 225 and 2 children died.
Therefore, this study is aimed to determine the risk factors related to measles disease at the unusual event in Bogor in 2002. The study design was a case control study, with 148 case samples and 158 control samples. The cases were the children of age 9 months - 6 years with clinical symptoms of measles fever , rash, conjunctivitis, and the controls were the healthy children of age 9 months - 6 years.
The data was collected by interviewing the children's mothers using questioner. The method of analysis of the study are analysis of univariate, bivariate (chi Square) and multivariate (logistic regression).
The result of the study using a statistical significance of multivariate analysis shows that the main factors this disease occurs are not immunized (OR=46,06, 95 %CI;22,00 - 96,24), p< 0,05, vitamin A status, children consumpted vitamin A or never (OR=2,56, 95 % CI; 1,18 - 5,56), p<0,05, behavior of mothers was significance (OR=2,40, 95 % CI 1,16 - 5,00), p<0,05 , and the care pattern of mother was significance (OR=2,71, 95 % CI 1,09 - 6,73) p<0,05.
Based on the study result, it was suggested that the policy makers have to pay more attention to the family of children of age 9 months - 6 years who have not gotten measles immunization, never consumpted Vitamin A or only consumpted one tablet vitamin A, missed behavior, and missed care pattern.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Hariyanti
"Pneumonia adalah pembunuh utama Balita di dunia, lebih banyak dibandingkan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1995, 2001 menunjukkan bahwa Pneumonia adalah penyumbang terbesar pada kematian bayi dan balita. Berdasarkan laporan Riskesdas 2007, menyebutkan prevalensi Pneumonia di DKI berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan rtesponden sebesar 1,67%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan imunisasi campak dengan kejadian pneumonia pada balita usia 12-59 bulan setelah dikontrol covariat (umur, jenis kelamin, Berat badan lahir, ASI exclusive, pendidikan, pemberian vitamin A, kepadatan hunian, ventilasi, dan adanya perokok didalam rumah).
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta tahun 2010. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah balita usia 12-59 bulan yang menderita pneumonia. kontrol adalah balita usia 12-59 bulan yang tidak menderita pneumonia. Dalam penelitian ini sampel sebanyak 220 (kasus 110 dan control 110). Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariate dengan uji regresi logistic ganda.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara imunisasi campak dengan pneumonia pada balita. Anak yang tidak diimunisasi campak berisiko 2,06 kali untuk menderita pneumonia dibandingkan anak yang mendapatkan imunisasi saat bayi. Setelah dikontrol pendidikan dan ASI exclusive. Pada pengukuran dampak dihasilkan bahwa anak yang diimunisasi campak dapat mencegah pneumonia sebesar 51,456%. Selanjutnya upaya untuk melindungi anak dari penyakit pneumonia adalah dengan memberikan imunisasi campak saat usia 9 bulan dan anak diberikan ASI exclusive.

Pneumonia is the leading killer of babies in the world, more than other diseases such as AIDS, malaria and measles. Household Health Survey (SKRT) 1992, 1995, 2001 showed that pneumonia is the biggest contributor to the death of infants and toddlers. Based Riskesdas 2007 report, citing the prevalence of pneumonia in the Municipality based on the diagnosis of health workers and complaints rtesponden 1.67%.
The purpose of this study was to find out the relationship with the incidence of pneumonia, measles immunization in infants aged 12-59 months after covariat controlled (age, sex, birth weight, exclusive breast feeding, education, provision of vitamin A, the density of occupancy, ventilation, and the presence of smokers in home).
This research was conducted from May to July at Pondok Kopi Islamic Hospital in Jakarta 2010. This study uses the case control design. The cases were infants aged 12-59 months who suffered from pneumonia. controls were toddlers aged 12-59 months who are not suffering from pneumonia. In this study, 220 samples (110 cases and 110 controls). Data were analyzed by univariate analysis, bivariate, and multivariate multiple logistic regression.
The results showed a relationship between measles immunization with pneumonia in infants. Children who are not immunized against measles 2.06 times the risk for pneumonia than children who get immunized when infants. After controlled education and exclusive breastfeeding. In measuring the impact produced that children who are immunized measles can prevent pneumonia by 51,456%. Further efforts to protect children from pneumococcal disease is to provide measles immunization at the age of 9 months and children are given breast milk exclusively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31096
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryati
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan koping orang tua dan karakteristik anak dengan tumbuh kembang anak usia batita dan prasekolah penderita LLA di RSAB Harapan Kita Jakarta. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Jumlah sampel adalah 20 orang, diambil secara consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi phi. Hasil penelitian menunjukkan, dengan α<0,05, ada hubungan yang bermakna antara mekanisme koping orang tua dengan pertumbuhan anak LLA. Ada hubungan bermakna antara mekanisme dan efektivitas koping orang tua dengan perkembangan anak LLA. Ada hubungan yang bermakna antara karakteristik anak dengan perkembangan anak LLA. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan disarankan untuk lebih mengoptimalkan peran serta orang tua agar anak penderita LLA dapat mencapai derajat kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

This research is purposed to identify the correlation between coping of parent and children?s characteristic with growth and development of the toddler and preschool with acute lymphoid leukemia at RSAB Harapan Kita Jakarta. This research is using cross sectional design with 20 respondents by consecutive sampling. The data analyzed by using phi correlation. The result showed that on α < 0,05, there is significant correlation between coping mechanism of parent toward the children?s growth who have been through acute lymphoid leukemia. There is significant correlation between coping mechanism and the effectiveness of coping with the children development. The significant correlation is found between the children?s characteristic with the children?s development. Nurses are suggested to be more optimized the parent role in nursing care. So that, the children with acute lymphoid leukemia can reach good quality of health, growth and develop optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Reaksi orang tua terhadap suatu penyakit akan bervariasi, begitu juga terhadap anggota
keluarga yang sakit Tuberkulosis. Keadaan ini dapat mendorong keluargaforang tua untuk
menggunakan strategi koping tertentu untuk mengatasi masalah. Penelitian ini berjudul
Gambaran koping orang tua pada keluarga dengan penderita Tuberkulosis di wilayah kelja
Puskesmas Kemiri Muka Depok. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif sederhana
yang bertujuan mendapatkan gambaran koping keluargaforang tua pada keluarga dengan
penderita Tuberkulosis. Penelitian dilakukan terhadap 22 keluarga yang rnempunyai
anggota menderita TB paru di wilayah Puskesmas Kemiri Muka Depok Analisa dilakukan
untuk mendapatkan frekuensi dari koping keluarga/orang tua dalam menghadapi masalah
keberadaan anggota keluarga dengan TB paru. Hasil penelitian menggambarkan respon
keluarga/orang tua adalah cemas. Hal ini mendorong setrategi koping keluarga/orang tua
untuk menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5396
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>