Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurwijayanti Kusumaningrum
"Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi telah mendorong pemerintah untuk melaksanakan suatu Kewajiban Pelayanan Universal (US0-Universal Service Obligation) yang diprioritaskan untuk daerah pedesaan dan daerah terpencil. Hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam memperoleh informasi. Kurangnya fasilitas atau sarana untuk berkomunikasi, menyebabkan masyarakat pedesaan sulit untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi dengan masyarakat lain di luar daerahnya.
Pada penelitian ini diambil tiga wilayah untuk dilakukan analisa yaitu Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta mewakili wilayah pulau Jawa, Lampung mewakili pulau Sumatera dan NTB mewakili Indonesia Timur, Ketiga wilayah ini diambil karena memiliki jumlah kecamatan rural yang besar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemetaan terhadap ketiga wilayah yang kemudian akan didapat skala prioritas kecamatan yang harus didahulukan untuk digelar program USO. Metode yang digunakan untuk analisa ini adalah analisa klaster dengan teknik K Means Cluster, yaitu klaster yang jumlah kelompoknya ditetapkan langsung yaitu 4 kelompok di tiap wilayah karena dianggap paling optimal, dimana analisa tersebut ditempuh dua tahapan yaitu tahap I untuk skala Kabupaten / Kotamadya dan Tahap II untuk skala kecamatan. Adapun data-data yang diperlukan diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS) mengenai besarnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, luas wilayah, besar PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Densitas dan tingkat rural di tiap kecamatan.
Dari hasil penelitian didapat daerah-daerah yang potensial di tiap propinsi, untuk Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta terdapat 13 Kabupaten dengan jumlah 275 Kecamatan, Lampung terdapat 4 Kabupaten dengan jumlah 49 Kecamatan dan NTB terdapat 3 Kabupaten dengan jumlah 32 Kecamatan. Untuk Kabupaten Jawa Tengah diseleksi lagi menjadi 206 Kecamatan berdasarkan persentasi kecamatan rural, kecamatan rural adalah kecamatan yang persentasi keruralannya sebesar 50% atau lebih. Dari pengelompokkan didapat 4 kecamatan rural berdasarkanbesar persentasi kecamatan rural, kemudian dari hasil pengelompokkan didapat skala prioritas masing-masing wilayah berdasarkan tingkat keruralannya (Kecamatan Rural I sampai Kecamatan Rural IV).

The Indonesian government regulation no 52/2000 about Telecommunication Operation, has forced the government to operate a Universal Service Obligation (USO) that is focused for the villages and rural area in Indonesia. Lack of telecommunication facility among those areas has made difficulty for the people to gain information and communicate with others in different area.
This Research analyzes three different areas: Central Java and DI Yogyakarta which represent the Java area; Lampung to represent the Sumatera area and West Nusa Tenggara Barat (NTB) which is represent the Eastern Indonesia area. These three areas were taken because they have a large number of rural districts. The purpose of this research is mapping those three areas to obtain the scale of priority about the district that have the highest priority for the USO programs. The method used on this research is Cluster Analysis using the K-Means Cluster Technique, in which the number of group taken is 4 groups per area. The analysis divided in to two steps. The first step is taken for the Kabupaten or Kotamadya areas and then the second step for the Kecamatan area. The data about populations, density, educational status, and Gross Domestic Product (GDP), for this research is taken from Biro Pusat Statistik (BPS).
The analysts result shows that for Central Java and D.i. Yogyakarta there are 13 Kabupaten with 275 Kecamatan, 4 Kabupaten with 49 Kecamatan for Lampung area, and 3 Kabupaten with 32 Kecamatan for NTB, which is a potential areas for the USO programs. And then from those 275 Kecamatan in Contra! Java 206 Kocamatan are selected based on its rural percentage. Kecamatan rural is the Kecamatan which have a rural percentage 50% or above. From the grouping obtained 4 Kecamatan rural and the scale of priority for each area based on its rural percentage (Kecamatan rural I up to Kecamatan rural IV).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parinduri, Rumata
"Perkembangan telekomunikasi di Indonesia saat ini memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan, namun hal tersebut hanya terjadi di perkotaan sedangkan di pesdesaan keadaannya sangat memprihatinkan di mana sarana dan prasarana telekomunikasi sangat sedikit bahkan tidak ada. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antara keadaan di pedesaan dan keadaan di perkotaan dalam mengakses informasi.
Tesis ini diarahkan untuk menyusun kerangka penelitian kelayakan pemanfaatan Broadband Wireless Access pada pita frekuensi 2,3 GHz di daerah USO agar diketahui teknologi yang tepat untuk memajukan sarana telekomunikasi pedesaan.
Implementasi BWA pada daerah USO dengan menggunakan pita frekuensi 2,3 GHz dapat diterapkan secara optimal dengan dukungan pemerintah. Alih teknologi yang cepat juga dimungkinkan karena keberadaan negara lain yang juga mengadopsi teknologi BWA. Pada akhirnya BWA dapat meningkatkan infrastruktur telekomunikasi pedesaan sekaligus meminimalkan kesenjangan akses informasi antara pedesaan dan perkotaan.

The development of telecommunications in Indonesia shows gladdening progress recently, but this condition only happened in urban while in rural the condition is hardly concerns where very few telecommunications facilities even not exist. This matter generates a real wide differences between rural and urban conditions for accessing information.
This Thesis compiles elegibility research framework of exploiting of Broadband Wireless Access Technology at band frequency 2,3 GHZ in USO area to be known correct technology to move forward supporting facilities for rural telecommunication so that the difference in accessing information between rural and urbans is not happened.
The implementation of BWA at USO area by using frequency band at 2,3 GHz can be implementated optimaly with government support. The fast technology transfer also can be enable by existence of other countries adopt BWA technology. In the end BWA technology would increase the rural telecommunication infrastructures at the same time can minimize gap of information access between rural and urbans.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suyanto
"Seperti diketahui bahwa, masih terdapat + 43.000 desa di wilayah Indonesia yang belum terlayani oleh fasilitas telekomunikasi (Wilayah USO). Dengan Topographi dan kondisi karakteristik wilayah USO yang sulit dijangkau maka Investasi untuk daerah rural kurang menarik bagi operator telekomunikasi. Upaya pemerintah untuk memulai membangun daerah perdesaan melalui program USO pada tahun 2003 dan 2004 dinilai sangat baik dan patut untuk diteruskan namun berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan terlihat bahwa pemanfaatan atas hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah belum optimal. Hal ini terbukti masih ditemukenali banyaknya % telepon yang tidak aktif dan rusak serta tingginya tariff yang dikenakan kepada penduduk. Hal ini membuktikan bahwa strategi dan kebijakan yang telah diambil dalam pembangunan sebelumnya belum dapat memberikan manfaat yang baik sekaligus belum dapat memberikan stimulant kepada operator untuk turut serta di dalam penyediaan infrastruktur telekomunikasi perdesaan dalam arti yang lebih luas. Dengan penyusunan strategi kebijakan yang tepat, telekomunikasi terbukti dibeberapa negara maju dan berkembang lainnya dapat mendorong tumbuhnya ekonomi suatu wilayah dan sekaligus membuka keterisolasian dari keterbatasan informasi.
Thesis ini akan mendiskripsikan secara kualitatif untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman dari negara-negara maju dan berkembang lainnya dalam penyusunan sebuah strategi kebijakan. Dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan dari pengalaman beberapa negara dan dipadukan hasil analisa SWOT terhadap Kebijakan Pemerintah Indonesia sebelumnya maka strategi yang harus ditempuh pemerintah adalah dengan membenahi regulasi yang dapat menarik minat operator dalam turut serta memgembangkan wailayah KPU; Melaksanakan Pemilihan Penyedia Jasa dengan Tender Terbuka dan transparan dengan didukung SDM yang berkualitas dan profesional; Memberikan/menciptakan Insentif yang baik bagi penyedia Jasa agar penyelenggara Telekomunikasi tertarik untuk mengembangkan layanan di daerah KPU; Mengoptimalkan Sumber Pendanaan yang berasal dari Operator melalui USO Fund atau sejenisnya untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur Telekomunikasi Perdesaan KPU/USO; Menetapkan spesifikasi Teknologi yang yang tepat dan berkualitas agar terjamin keberlangsungannya; Menetapkan tariff yang dapat dijangkau bagi masyarakat daerah rural. Membentuk organisasi yang mengelola dana USO ( mengumpulkan dan mengelola pembiayaan).

There are more than 43.000 villages in Indonesia has no telecommunications access this area was called Universal Service Obligation Area (Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi/WPUT). Topographic and characteristic condition of WPUT which have difficulty in accessibility especially on transportation cause this area to be not attractive for telecommunications business investation. Government Policy to develop rural telecommunication in Indonesia is starting point and have good value. This policy should be implementing in continuity in the future. According to the evaluation of USO facility that have develop by the government showing that utility of these facility did not optimum. Still many facility did not work and broke and also did not use by the people because of expensive tariff charge. This condition showing that the policy strategy of government that has token before did not solve the problem of rural telecommunication yet, especially on suistainability of services and giving stimulant for the telecommunications operator to serve rural area. With good policy strategy, Telecommunication infrastructure in developed country and some of growing country can support the local economic to growing and also open the isolated area by information access facility.
This Thesis trying to description best experience from some developed countries and growing countries in arranging the telecommunication policy strategy. With SWOT analysis and benchmarking metode are resulted the New Policy Strategy for government as: Change the regulation which some insentif to the operator who serve the rural area; Biding Process is good strategy to choice the USO operator; Optimizing the USO Fund for serving the rural area; good specification and standardization for rural telecommunication equipment; Tariff should be payable by people ( less then from regular tariff); Build the new organization for managing the USO Fund (Collecting and Disbursement).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40804
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Erwin N. Ginting
"Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang didasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan penampilan awal perwujudan nyata aspirasi bangsa Indonesia secara formal. Kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diproklamirkan itu harus diisi melalui perjuangan-perjuangan nasional berikutnya guna mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana yang diinginkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Perjuangan pengisian kemerdekaan itu baru dilakukan secara terarah dan terkonsepsional setelah Orde Baru ingin kembali secara murni dan konsekwen kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Berlandaskan kepada ideologi negara, pandangan hidup bangsa dan dasar strategi nasional yaitu Pancasila dan dari tempaan pengalaman hidup yang dialami lewat seragkaian sejarah perjuangan bangsa Indonesia sendiri, agar dapat hidup layak sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat sejajar dengan bangsa - bangsa lain, maka bangsa Indonesia menentukan pandangan hidupnya sendiri sesuai falsafah yang dianut. Disamping itu dengan mensyukuri rakhmat dan karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia-bumi, tanah air yang terletak di daerah katulistiwa dengan daerah tropisnya, yang berbentuk negara kepulauan dengan posisi silangnya yang bernilai strategis tinggi serta kekayaan alam yang melimpah ruah, maka bangsa Indonesia telah menetapkan cara pandang atau wawasan tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Cara pandang atau wawasan itu adalah apa yang dinamai dengan "Wawasan Nusantara". Wawasan Nusantara itu adalah pandangan geopolitik dan geostrategi bangsa Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia dengan segala apa yang terdapat di atmosfir, di permukaan dan di dalam bumi/tanah serta di dalam laut/tanah laut sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dengan segenap potensi kekuatan bangsa. Wawasan.husantara ini tidak lain merupakan penerapan dan pengejaan dari Pancasila serta prinsip-prinsip yang terkandung dalam pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu wawasan nusantara diberi kedudukan sebagai doktrin nasional dalam upaya bangsa Indonesia untuk mencapai cita - cita nasionalnya.
Wawasan Nusantara sebagai doktrin nasional yang digunakan sebagai landasan operasionalisasi seluruh kegiatan kehidupan nasional, memiliki penjabaran wajah sebagai berikut:
a. Wawasan wilayah, melandasi kewilayahan nasional.
b. Wawasan pembangunan nasional, melandasi dan berperan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
c. Wawasan nasional, melandasi konsepsi ketahanan nasional.
d. Wawasan pertahanan keamanan nasional, melandasi dan berperan untuk pelaksanaan pertahanan keamanan rakyat semesta.
Penampilan penjabaran wajah yang demikian rupa itu maka wawasan nusantara akan memberikan peranannya dalam kehidupan nasional untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Juga menumbuhkan rasa tanggung-jawab atas pemanfaatan lingkungan, membangun dan menegakkan kekuatan guna melindungi kepentingan nasional. Serta merentang kendali antar hubungan internasional dalam rangka keikutsertaan bangsa Indonesia menegakkan ketertiban dan kebahagiaan umat manusia dunia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardjono
"Studi diberbagai negara menunjukkan, sejaland engan membaiknya kondisi perekonomian negara, peerrtumbuhan permintaan jasa layanana telepon dan informasi lainnya terus meningkat. Enutuhan akan jasa laanan telepon bergerak juga meningkat. Berbagai jenis sistim komunikasi radio telah diimplementasikan guna memenuhi kebutuhan jasa layanan telepon bergerak, seperti misalnya radio 2-alur, jasa radio panggil, sistim trunking, sistim telepon cellulair, microcell dan lain-lain. Keterbatasan sumber daya pita frekwensi yang tersedia merupakan faktor kendala utama yang membatasi kemampuan sistim dalam melayani kebuthan kapasistas pelanggan yang besar dengan kwalitas hubungan yang baik, serta penegakan ragaman berbagai jasa layanan. Teknologi sistim ccellulair CDMA merupakan sistim kandidat yang memiliki keunggulan terhadap sistim AMPS dan GSM dalam menyediakan kapasitas pemakai yang lebih besar, lebih aman dan tahan interferensi, serta harga yang relative lebih murah. CDMA celulair uga bisa menjadi andalan bagi kebutuhan komunikasi multimedia, karena menggunakan pita pancaran yang lebar, atau kecepatan pulsa (bit-rate) yang tinggi. Studi dan perhitungan peramalan permintaan telepon dan telepon bergerak yang dilakukan PT. Telkom menunjukkan di Kawasan Jabotabek, kebutuhan telepon cellulair pada tahun 2003, mencapai hampir 200.000 pelannggan. Dengan keterbatasan pita frekwesi yang ada, kebutuhan ini tidak akan dapat dipenuhi dengan pengembangan penerapan sistem AMPS atau GSM yang ada saat ini, dan dengan menerapkan teknologi CDMA dapat diperoleh solusi yang lebih baik. Hasil analisis teknis menunjukkan, racnangan isntalasi CDMA cellulair dikawasan Jabotabek dengan memakai pita frekwensi 5 sampai dengan 10 MHz, dan dengan konfiigurasi pemakaian ulang 20 buah cell, system dapat menampung 80% dari kebutuhan atau seabnayak 159.000 pelanggan standard kwalitas hubungan ITU.RS-522. Analisis ekonomiik atas investasinya menunjukkan, dengan hanya memperoleh pangsa pasar pemakai sebesar 30% dari seluruh pemakai sistim cellulair, atau jumlah pelanggan kurang lebih 60.000, nilai investasi yang dikeluarkan sudah akan dapat diperoleh kembali pada tahun ke tiga. Pada tahun pemakaian ketujuh, keuntungan sebelum pajak yang diperoleh mencapai lebih dari 200% dari nilai investasi. Implementasi rancangan instalasi ini juga memberikan dampak multiplikatif bagi pertumbuhan ekonomis, membantu upaya keamanan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Studies in some developing countries showed that inline with the nation s economic progress, the demand of telephone and other information services are increasing, as well as the demand for the the mobile telephone and data services. To satisfy the increasing demand, several mobile radio communication systems have been developed, called as 2-wa radio, radio pager, truking system, cellulair, microcell and so on. Radio transmission media used by the systems spans from VHF to several GHz. The limited of existing frequency bandwidth is the main factor that limits the capacity of the system to handle large amount of users with standard quality of communication links and diversified type of services. CDMA cellulair proved to be a candidate technology that is superior to the existing AMPS and GSM in provifing much more user capacity on a certain frequency bandwidth, better in security an dinterference rejection, and relatively less expensive. CDMA ttefhnology can also support the need for multimedia communication on cellylair networks,, because it transmits and receives wideband or high bit rate signals. Studies and prediction for the demand of telephone and mobile telephone that have been conducted by PT. Telkom show that in Jabotabek area, the demand of cellulair telephone in year 2003 will increase up to 200.000 users. Due to the limited frequency bandwidth, the existing AMPS and GSM technology for Jabotabek found to be a good solution. Engineering analysis shows that, implementation plan of CDMA cellulair system serving Jabotabek area will consume the frequency bandwidth of 5 up to 10 MHz, with the configuration of 20 frequency reuse cells. The system can accommodate 80% of the demand or equals to 159.000 customers, with the communication quality conformed to the ITU recommendation RS-522. Economic investment analysis shows that, with just having market share of 30% if the demand, or about 60.000 customers, payback period will be 3 years. Within 7 years of operation, profit before tax will be about 200% of the investment. Implementation of the installation plan will also produce a multiplicative effect on economic growth, support security efforts and enhance social welfare."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar
"Bila diperhatikan dari sisi kontribusi revenue dan prospek ke depan, wilayah Industri Pulo Gadung merupakan kawasasan bisnis yang sangat penting bagi Telkom terutama KANDATEL Jakarta Timur. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan pangsa pasar di kawasan tersebut. Salah satu upaya pentingnya adalah dengan mengembangkan infrastruktur pelayanan. Pengembangan infrastruktur pelayanan dimulai dari proses perkiraan dengan menggunakan data kuantitatif untuk dapat mengetahui kebutuhan fasilitas telekomunikasi. Perkiraan yang dimaksudkan disini adalah merupakan pernyataan apa yang akan terjadi bila kondisi tertentu atau kecenderungan yang terus menerus dengan asumsi bahwa penyebab kejadian tersebut dapat diatur oleh manusia , sehingga bila hasil perkiraan tidak seperti yang diinginkan masih mungkin dengan kemampuan manusia untuk memperbaikinya. Perkiraan kebutuhan fasilitas telekomunikasi pada Kawasan Industri Pulo Gadung dan pada setiap subsegmen industri dengan menggunakan Metode Regresi. Variabel-variabel bebas yang dipergunakan adalah inflasi, suku bunga (rate), kurs dan produk domestik bruto. Pemilihan variabel-variabel tersebut diatas sangat beralasan mengingat sektor industri sangat dipengaruhi hal-hal tersebut diatas. Output dari proses regresi dianalisa untuk mengetahui seberapa besar dan pentingnya pengaruh masing-masing variabel terhadap kebutuhan fasilitas telekomunikasi. Disamping menggunakan data kuantitatif, pengembangan layanan juga perlu menggunakan data kualitatif agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan keinginan dan harapan para pelanggan.

If it is seen from side of revenue and future prospect, Pulo Gadung Industrial Area is very important business area for TELKOM particularly for East Jakarta Area. Hence, it needs some efforts to keep and develop market segment in the said area. One of its important attempts is to develop service infrastructure. The development of service infrastructure is initiated from forecasting process using quantitative data to see telecommunication facility needs. The forecasting stipulated here is a statement of what will happen if certain conditions or continuing tendency on assumption that the cause of it could be managed by human being, so that out come of the assessment is not like what it was desired still has possibility for human being capability to renew it. The forecasting of telecommunication facility needs in Pulo Gadung Industrial Area and at every sub segment of Industry using Regression Method. The independent variables utilized are inflation, interest rate, foreign exchange currency, and gross domestic product. The selection of the variables above is very reasonable recalling that the industry sector influences the said matters. Output of the regression process is analyzed to see how much and how important the impact of each variable on telecommunication facility needs. Instead of using quantitative data, service development also needs to use qualitative data so that the output of its implementation is fit to the expectation and the desire of customers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Fithria
"Penggunaan internet di Indonesia diperkirakan akan didominasi oleh layanan Over The Top Internet OTT Video, atau juga disebut dengan Internet Video. Diperkirakan traffic Internet di Indonesia akan mencapai 2.1 Exabytes per bulan di tahun 2020, dengan 72 traffic internet atau 1.5 Exabytes per bulan, untuk Internet Video. Permasalahan yang muncul yaitu penggunaan layanan ini memakan bandwidth yang tinggi di jaringan telekomunikasi serta belum diregulasi, sehingga menimbulkan kompetisi tidak sehat dengan operator telekomunikasi.
Pada penelitian ini dilakukan analisis kebijakan kerjasama penyedia layanan OTT Video dengan operator telekomunikasi di Indonesia dengan menggunakan Regulatory Impact Analysis RIA . Proses analisis meliputi validasi dengan Forum Group Discussion, penentuan usulan kebijakan, dan penilaian usulan terbaik dengan Soft-Cost Benefit Analysis dan Multi Criteria Analysis MCA. Proses penilaian MCA berdasarkan survey ke berbagai stakeholder terkait.
Dari hasil analisis tersebut, didapatkan usulan 'tidak dikeluarkannya kebijakan' tidak dapat diterima, sedangkan untuk usulan lain 'penyedia Layanan OTT Video tidak harus bekerjasama dengan operator telekomunikasi namun harus memiliki izin tertentu yang khusus diterbitkan bagi penyedia layanan OTT Video untuk dapat beroperasi', usulan'penyedia layanan OTT Video harus bekerjasama dengan operator telekomunikasi', dan usulan tidak wajib ada kerjasama namun operator telekomunikasi diberikan izin untuk memberikan charging atau penyesuaian kecepatan atas layanan OTT Video' tetap dapat diterima dan diperbolehkan untuk diimplementasikan.

Internet usage in Indonesia is expected to be dominated by Over The Top Internet OTT Video, also known as Internet video. It is estimated that Internet traffic in Indonesia will reach 2.1 Exabytes per month in 2020, with 72 of Internet traffic or 1.5 Exabytes per month, will be used for Internet Video. The problems that arise are these services consume high bandwidth of telecommunication networks, and also not yet regulated, resulting in unfair competition with telecom operators.
This study analyzes policy of cooperation beetwen OTT video service provider and telecommunication operator in Indonesia by using Regulatory Impact Analysis RIA . The analysis process includes criteria validation through Forum Group Discussion, policy alternatives determination, and best policy alternative assessment with Soft Cost Benefit Analysis and Multi Criteria Analysis MCA . MCA assessment process based on survey to various stakeholders.
Based on the results of the policy analysis, alternative 'no policy to be released' must not be applied. Another policy alternatives such as 'OTT Video Service providers do not have to cooperate with telecom operators, but must obtain special permit issued for OTT video service providers to operate' , alternative 'OTT Service provicer should cooperate with telecom operator' , and alternative 'cooperation is not mandatory, but telecom operators are granted permission to charge or adjust user speed to OTT Video service' can be accepted and allowed to be implemented.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Effendi
"Divisi regional II (Divre II) Jakarta dan sekitarnya, merupakan wilayah PT. Telkom yang mempunyai kontribusi produksi pulsa pelanggan yang terbesar, jika dibandingkan dengan divisi regional yang lainnya. Divre II Jakarta dan sekitarnya adalah meliputi wilayah, DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Serang, Karawang dan Purwakarta (Jabotabek - Sekapur) yang mempunyai penduduk sebesar 27.080.800 jiwa per Desember 1999, sehingga Divre II Jakarta dan sekitarnya mempunyai kepadatan telepon (teledensity) adalah : 8,5 sst per 100 penduduk, sedangkan untuk kepadatan telepon (teledensity) tingkat nasional adalah : 3 sst per 100 penduduk.
Pada akhir Pelita VI (199811999) Divisi Regional (Divre II) Jakarta dan sekitarnya mempunyai satuan sambungan telepon (sst) adalah 2.091.589 sst atau 36,32% dari 5.758.780 sst tingkat nasional. Dan fasilitas yang ada khususnya Divre II Jakarta dan sekitarnya, PT Telkom menghadapi permasalahan yang cukup kompleks, akibat adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga terhambatnya pembangunan satuan sambungan telepon (sst). Akibat dari keterlambatan tersebut timbul permasalahan nasional, yang harus ditanggulangi oleh pemerintah (PT Telkom) dan KSO-nya. Adapun permasalahanya adalah sebagai berikut :
1. Adanya permintaan (demand} yang lebih besar dan pada penawaran (supply).
2. Adanya mekanisme penentuan tarif yang salah.
3. Terbatasnya sumber dana dalam negeri.
4. Dampak regulasi terhadap investasi dan peran swasta.
Dari permasalahan tersebut di atas, Penulis mencoba untuk menetukan metodologi penelitian, dalam hal ini ada 3 (tiga) bagian yang perlu diteliti / dianalisis yaitu:
1. Cara menentukan variabel X dan variabel Z yang optimal, agar didapatkan tingkat perubahan tarif (OP) yang efisien, efektif, dan adil (optimal).
2. Cara penggunaan sumber dana dalam negeri dengan sistem obligasi.
3. Cara pendekatan regulasi (peraturan) pemerintah yang ada terhadap usaha penyelenggara jasa telekomunikasi.
Dengan metodologi penelitian tersebut di atas, Penulis melakukan analisis/penelitian sebagai berikut :
1. Analisis penentuan tarif dengan menggunakan nilai variabel X dan variabel 1. yang optimal kedalam formula price cup ( ΔP < CPI - X + Z).
2. Analisis penggunaan sumber dana dalam negeri.
3. Analisis dampak regulasi (peraturan) pemerintah yang ada yaitu, UU no. 36 tahun 1999 dan PP no 8 tahun 1993 tentang telekomunikasi terhadap investasi dan peran swasta, di dalam pembangunan fasilitas jasa telekomunikasi.
Dari hasil ketiga analisis tersebut di atas didapatkan hasil yang optimal (efisien, efektif, dan adil) sesuai dengan konsep dasar penulis untuk memenuhi harapan masyarakat pelanggan (konsumen) maupun penyelenggara jasa telekomunikasi (PT Telkom) dan mitra KSO-nya. Dari hasil analisis tersebut diharapkan para investor atau pemodal dapat berperan serta/mengambil bagian di dalam pembangunan industri jasa telekomunikasi, khususnya di wilayah Divre II Jakarta dan sekitarnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Rohayati
"Fenomena perpindahan pelanggan jasa merupakan faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan jasa, karena berdampak langsung pada kinerja perusahaan, seperti peningkatan biaya operasi, penurunan pangsa pasar dan profitabilitas. Untuk mengatasi perpindahan pelanggan jasa, perusahaan perlu memahami faktor pengaruhnya. Umumnya studi perpindahan pelanggan jasa dikaitkan dengan masalah ketidakpuasan pelanggan (Bolton, l993). Tetapi penelitian lain menemukan bahwa tingkat kepuasan yang tinggi tidak menjamin pelanggan tidak berpindah (Reichheld, 1996). Penelitian ini mencoba mengungkapkan mengapa hal itu terjadi dan bagaimana mengatasinya, melalui pengujian empiris. Berbagai penelitian sebelumnya menyimpulkan kecenderungan yang berbeda; yaitu: (I) Faktor kepuasan saja tidak cukup untuk menjelaskan perpindahan pelanggan jasa, tetapi dibutuhkan faktor lain, seperti perhatian perusahaan pada hubungannya dengan pelanggan, atau investasi relational (Bansal & Taylor, 1999), dan kualitas alternatif jasa yang bersaing dipasar (Capraro et al.. 2003); (2) Selanjutnya, pengaruh kepuasan terhadap perpindahan pelanggan jasa bersifat dilematis alau non-linier, sehingga membutuhkan variabel moderator, seperti switching barrier (Jones, l998) dan karakteristik pelanggan (Homburg & Giering, ZOOI); (3) Sedangkan terhadap pengaruh tak langsung kepuasan pada perpindahan pelangggan jasa, penelitian ini menguji juga faktor intervensi dari variabel lain, yaitu komitmen relasional (Roberts, 1989). Pada intinya, penelitian ini mencoba mengatasi kekurangjelasan masalah perpindahan pelanggan jasa, dengan mengembangkan teori intensi berpindah pelanggan jasa yang dipengaruhi oleh lnvestasi relational, kepuasan, dan kualitas alternatif. Untuk menguji kelayakan model, dikumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. terhadap pelanggan telpon seluler berbasis Global System for Mobile Communication (GSM), dengan menggunakan populasi mahasiswa Universitas Indonesia. Untuk menguji model dan data empiris, digunakan metoda analisis Structural Equation Modeling (SEM), dengan bantuan perangkat lunak LISREL 8.72. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa ketiga pendekatan tentang kecenderungan terjadinya perpindahan pelanggan jasa, dapat dlterapkan secara bersama-sama. Penelitian ini memperlihatkan bahwa: (a) kepuasan, investasi relasional, dan kualitas alternatif terbukti berpengaruh terhadap intensi berpindah, (b) komitmen relasional memediasi hubungan kepuasan dengan intensi berpindah. (C) hubungan kepuasan dengan komitmen relasional bersifal non-linier, dimoderasi oleh switching barrier (investasi relasional dan kualitas alternatif) dan karakteristik pelanggan (variety seeking dan keterlibatan pelanggan). Penelitian ini membuktikan bahwa intensi berpindah pelanggan jasa dapat dicegah melalui pembentukan komitmen relasional pelanggan. Disamping itu, komitmen relasional tidak dipengaruhi langsung oleh kepuasan, melainkan oleh interaksi antara kepuasan dengan variabel moderator: switching barrier- dan karakteristik pelanggan. Implikasi manajerial adalah untuk mengatasi perpindahan pelanggan jasa. penyedia jasa perlu memperkuat komiitmen relasional pelanggan. Komitmen relasional yang kuat dibangun dengan meningkatkan investasi relasional, melalui pembentukan ikatan sosial dengan pelanggan, yaitu dengan membangung klub pelanggan. pembentukan klub pelanggan merupakan penerapan pemasaran relasional untuk menutupi kesenjangan hubungan penyedia jasa dengan pelanggan yang bersifat low contact dan low customization.

Customer-switching phenomenon is a factor which determines the success of a service corporation, inasmuch as it has direct impact on the productivity of the company such as operational costs, market decline, and profitability. To properly administer to this phenomenon, it is important that the corporation perceive the impacts. Traditionally, the study on customer switching phenomenon is identified with dissatisfaction on the part of the customers (Bolton, l998). However, other studies show that high satisfaction measure does not guarantee that customer-switching will not take place (Reichheld, 1996). This study attempts to reveal why this phenomenon occurs and, through empirical assessment, how to resolve the matter. Numerous studies in the past have provided different conclusions: (1) Satisfaction factor alone is insufiicient to explain customer-switching phenomenon. Other reasons are required, such as the corporation?s concem for customer relation, or relational investment (Bansal & Taylor, 1999), and the quality of alternative services in the market (Capraro et al., 2003); (2) Furthennore, the relation between customer satisfaction to customer-switching is dilemmatie or non-linier- Thus, as a consequence, a moderating variable is required, namely .switching barrier (Jones, 1998) and customer characteristics (Homburg & Giering, 2001); (3) On the indirect impact domain of customer-switching phenomenon, this study also attempts to examine the intervention factor from another variable, namely the relational commitment (Roberts, 1989). As the gist of the matter, this study intends to deal with the ambivalence regarding customer-switching phenomenon by elaborating thc intentional theory, influenced by relational investment, satisfaction factor. and the quality of alternative services. In assessing the feasibility of the model. quantitative and qualitative data are accrued from cellular telephone customers using Global ?System for Mobile Communication (GSM), the population being students of Universitas Indonesia. Model and empirical data are analyzed by employing Structural Equation Modeling (SEM) method. with the assistance of LISREL 8.72 software. The examination concludes that the three approaches pertaining the tendency of custotner-switching can be applied simultaneously. The investigation reveals that: (a) satisfaction, relational investment, and the quality of altemative services prove to he directly atifecting the customers? intention to switch. (b) relational commitment mediates customer satisfaction with the intention to switch. (c) customer satisfaction and relational commitment is characterized by non-linear interaction. moderated by switching barrier (relational investment and the quality of alternatives) and customer characteristics (variety seeking and customer involvement). This study proves that the intention to switch can be prevented by elaborating on the relational commitment to thc customers. Moreover. relational commitment is not directly influenced by customer satisfaction, but by the interaction between satisfaction and moderating variables: switching barrier and customer characteristics. The implication on the managerial domain to prevent customers from switching is by improving the corporation?s relational commitment. Strong relational commitment is established by promoting relational investment. which can be done by building strong social ties with customers. specifically by establishing a customer club. Customer club is an application of relationship marketing strategy to bridge the gap between service provider and customer, which is originally characterized by low contact and low customization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D658
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyardi Widodo
"Penelitian ini menganalisis exit strategy perusahaan telekomunikasi dari industri yang sedang menurun dengan mengambil studi kasus keluarnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dari industri CDMA (code division multiple access). Penelitian menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengacu pada pendapat Porter yang dimodifikasi mengenai strategi bersaing dengan fokus membahas exit barrier dan upaya mengatasinya.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan ekosistem teknologi CDMA global, penurunan jumlah pelanggan Flexi, penurunan pendapatan, serta kerugian usahatelah mendorong Telkom untuk keluar dari industri CDMA. Adapun hambatan keluar yang dihadapi mencakup aset berupa infrastruktur, lisensi dan frekuensi, biaya terkait SDM dan pelanggan, hambatan emosional karyawan dan manajemen, hambatan pemerintah dan sosial terutama terkait dengan aspek politik sebagai BUMN, serta mekanisme penjualan harta kekayaan. Hambatan berupa aspek politik merupakan hambatan terbesar.
Telkom dapat mengatasi berbagai hambatan keluar karena dukungan pemerintah melalui penataan frekuensi, memiliki beragam portofolio bisnis sehingga mudah dalam memindahkan SDM, dan Telkom memiliki anak usaha yang kuat di bidang telekomunikasi nirkabel.

This research analyzes the exit strategy of telecommunication companies from a declining industry with a case study on the exit of PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) from code division multiple access (CDMA) industry. The research uses a post positivist approach with a mixed data collection method between quantitative and qualitative. This research refers to modified Porter?s notion of competitive strategy with a focus on discussing exit barrier and effort to overcome the barrier.
This research found that Telkom exited from CDMA industry due to the development of global CDMA technology ecosystem along with the declining number of Flexi subscribers and revenue as well as loss of business. Meanwhile, the exit barriers faced by the company include assets such as infrastructure, license and frequencies, human resources and customer-related cost, employee and management emotional barriers, government and social barriers primarily associated with political aspect as a state-owned company, and mechanism of asset sales. Political aspect became the biggest barrier.
Telkom was able to overcome the exit barriers due to government support through the arrangement of frequency alocation. Moreover, the company has a diverse business portfolio to facilitate redeployment of human resources, and the company has a strong subsidiaries in the field of wireless telecommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>