Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia termasuk Propinsi Jambi sejak pertengahan tahun 1997 nyaris melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Dampak negatif krisis ekonomi terjadi pada beberapa aspek termasuk pangan dan gizi.
Penelitian mengenai situasi pangan dan gizi sebelum dan selama krisis ekonomi di Propinsi Jambi ini dilakukan untuk mengetahui serta membandingkan situasi pangan dan gizi pada saat sebelum krisis ekonomi (1990-1997) dan selama krisis ekonomi (1998-2000) serta isyarat-isyarat dini yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk melakukan intervensi agar dampak yang lebih parah dapat dicegah.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder di mana beberapa set data pangan dan gizi selama 11 tahun disejajarkan dalam suatu time series. Adapun data yang dimaksud adalah : produksi pangan, ketersediaan pangan, konsumsi pangan, angka kecukupan gizi terutama energi dan protein serta status gizi anak balita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama krisis ekonomi, rerata produksi. ketersediaan, konsumsi pangan dalam bentuk energi terjadi penurunan secara berturut turut sebagai berikut : dart 2335 Kal/kap/hr menjadi 1931 Kal/kap/hr.; 2523 Kal/kap/hr. menjadi 2222 Kal/kap/hr. dan 2161 Kal/kap/hr menjadi 2026 Kal/kap/hr. Sedangkan dalam bentuk protein secara berturut-turut sebagai berikut: dart 56,29 gr/kap/hr menjadi 49,34 gr/kap/hr; 59,20 gr/kap/hr menjadi 56,16 gr/kap/hr dan 56,13 gr/kap/hr menjadi 50,15 gr/kap/hr.
Konsumsi energi baik sebelum maupun selama krisis ekonomi belum memenuhi kecukupan. Sebelum krisis ekonomi baru memenuhi 98,54 % dan selama krisis ekonomi memenuhi 93,06 % kecukupan. Rumah tangga di perkotaan sebelum krisis ekonomi yang mengkonsumsi energi kurang dari kecukupan adalah yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp 100.000,-/kapita/bulan. Selama krisis ekonomi meluas pada rumah tangga yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp 300.000,-/kapita/bulan. Diperdesaan sebelum krisis ekonomi rumah tangga yang mengkonsumsi pangan (energi ) kurang dari kecukupan adalah yang berpendapatan kurang dari Rp 60.000,-/kapita/bulan. Selarna krisis ekonomi meluas pada rumah tangga yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp 100.000.-/kapita/bulan.
Status gizi kurang pada anak balita sebelum rnaupun selama krisis ekonomi prevalensinya menurun, namun anak-anak yang berstatus gizi buruk meningkat cukup tajam. Hal ini menunjukkan situasi yang kurang menggembirakan. Karena anak-anak yang berstatus gizi kurang padA tingkat marginal jatuh ke dalam status gizi buruk.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya krisis ekonomi di Propinsi Jambi membawa dampak yang negatif terhadap produksi, ketersediaan, dan konsumsi pangan serta status gizi anak balita. Disarankan agar program pangan dan gizi diupayakan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dan pemberian rnakanan tambahan kepada anak balita. Sasaran program ditujukan kepada rumah tangga yang berpendapatan kurang dari Rp 300.000,-/kap/bulan diperkotaan dan kurang dari Rp 100.000,-/kap/bulan di pedesaan.
Daftar bacaan : 64 (1955 - 2001)

Food and Nutrition Situation Before and During Economic Crisis In Jambi Province (1990-2000)The economic crisis that hit Indonesia including Jambi Province since 1997 deactivated the pivotal strength of the life. Some negative effects happended in all aspect of live including food and nutrition.
The research about situation of food and nutrition (before and during economic crisis) was conducted in order to know and compare the food and nutrition situation before economic crisis (1990-1997) and during economic crisis (1998-2000) and as early signs which will be used as a guideline on decision making to do intervention in order that the worse effect could be prevented.
This research was secondary data analyze in which some data set of food and nutrition during 11 years were paralleled in a time series. The data consisted of food production, food supply, food consumption, recommended dietary allowance especially energy and protein and nutritional status of under five children.
The result of this research showed that during the economic crisis, the average of food production, food supply and food consumption in energy decreased from 2335 Cal/cap/day to 1931 Cal/cap/days, 2523 Cal/cap/day to 2217 Cal/cap/day and 2161 Cal/cap/clay to 2026 Cal/cap/day respectivelly. While the protein decreased from 56.29 gr/cap/day to 49.34 gr/cap/day, 59.20 gr/cap/day to 56.16 gr/cap/day and 56.13 gr/cap/day to 50.15 gr/cap/day respectivelly. Both before and during economic crisis, the energy consumption did not meet their allowance yet. Before economic crisis, the household in the urban area that consumped energy less than their allowance was that had income less than Rp l 00,000.00/cap/month. During the economic crisis it extended to the household that had income less than Rp 300,000.00/cap/month. In the rural area, the household that consumped energy less than Rp 60,000/cap/month. During the economic crisis it extended to the household that have income less than Rp 100,000.00/cap/month
Before and during economic crisis, the prevalence of mild malnutrition of underfive children decreased but the prevalence of severe malnutrition of underfive children increased sharply. It showed bad situation, because the underfive children who mild malnutrition in marginal level downed to severe malnutrition.
So the conclusion was during the economic crisis, Jambi Province brought negative effect on food production, food supply, food consumption and nutritional status of underfive children.
It was supposed to food and nutrition program shaped to income generating for household and food feeding for underfive children. Priority to the household who had income less than Rp 300,000.00/cap/month in urban area and less than Rp 100,000.00/cap/month in rural areas.
References : 64 (1955 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Abdullah
"Latar Belakang. Sesuai dengan Pasal 31 UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, bahwa perencanaan pembangunan perlu didasarkan pada data dan informasi yang relevan dan akurat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan salah satunya oleh kualitas perencanaan. Sistem informasi perencanaan Program Bina Gizi dan KIA yang ada belum optimal. Kendala yang sering terjadi adalah sulitnya koordinasi dan sinkronisasi antar satuan kerja khususnya antara Dinas Kesehatan dengan Kantor Pusat, sulitnya mendapatkan usulan perencanaan dari daerah dengan tepat waktu, sulitnya melakukan penataan dan inventarisasi dokumen perencanaan untuk kebutuhan evaluasi, tidak maksimalnya proses umpan balik dan verifikasi usulan perencanaan.
Tujuan penelitian ini adalah terbentuknya rancangan Sistem Informasi Perencanaan Program Bina Gizi dan KIA berbasis web guna membantu proses perencanaan Program Bina Gizi dan KIA, agar lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan pada Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA.
Metode. Peneltian ini dikembangkan berdasarkan metode System Development Life Cycle/SDLC yaitu metoda kebutuhan bertahap dan interkatif yang terdiri dari
analisis sistem, desain konsep dan fisik, implementasi dan konversi, operasi dan pemeliharaan.
Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan waktu yang signifikan antara proses usulan perencanaan melalui sistem yang ada dengan sistem informasi yang dikembangkan. Seluruh pengolahan data otomasi dan aplikasi mudah dioperasionalkan. Pada sistem informasi yang dikembangkan semua stakeholder terkait dapat melihat informasi proposal perencanaan berdasarkan sasaran kegiatan dan status proses perencanaan yang sedang berjalan.
Kesimpulan. Sistem informasi yang dikembangkan lebih baik dibandingkan dengan sistem yang ada. Sangat dibutuhkan komitmen dari seluruh pimpinan di Ditjen Bina Gizi dan KIA, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota dalam mendukung proses perencanaan secara online.

Background. In accordance with clause 31 of Regulation No. 25 of 2004 on SPPN, that planning should be based on the data and information that is relevant and accurate. The success of health development is determined in part by the quality of planning. Already, the existing information systems of planning nutrition and mother and child health program has not been optimal. Obstacles often happens is the difficulty of coordination and synchronization between the unit of work, especially between the Health Department and Head Office, difficulties in obtaining planning proposals from the area in a timely manner, the difficulty of structuring and inventory planning documents for the needs evaluation, feedback and verification process planning proposal goes no maximum.
The purpose of this research is the formation of the draft Planning Information System Development of Nutrition and Maternal and Child Health program in order to assist the planning process, in order to more effectively and efficiently and in accordance with the needs of the Secretariat DG Nutrition and Maternal and Child Health.
Methods. This study was developed based on the method System Development Life Cycle / SDLC is a method needs a gradual and interkatif which consists of systems analysis, design concepts and physical, implementation and conversion, operation and maintenance.
Result. Research shows that there is a significant time difference between the process of planning proposals through the existing system with the information system developed. The whole data processing automation and easy application operationalized. In the information system developed all relevant stakeholders can view information planning proposals by objectives and status of activities ongoing planning process.
Conclusions. In the information system developed all relevant stakeholders can view information planning proposals by objectives and status of activities ongoing planning process. Desperately needed the commitment of all leaders in DG Nutrition and Maternal and Child Health and the Provincial Health Office and district health authorities in support of the planning process online."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan penduduk belum sepenuhnya mengacu pada PUGS, namun demikian perkembangannya menuju ke arah yang lebih baik..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pemerintah RI, 2000
612.3 IND r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Handayani Utami
"Latar belakang dan tujuan: Kemampuan kogntiif anak merupakan salah satu indikator penting perkembangan manusia. Kegagalan pertumbuhan linear (KPL) diketahui berdampak pada kemampuan kognitif anak. Selain itu, faktor gizi juga diketahui memiliki kontribusi penting terhadap kognitif anak. Pendekatan Faktor Risiko Kumulatif (FRK) telah dilakukan pada beberapa studi sebelumnya, namun belum ada yang melakukan pendekatan risiko kumulatif terkait nutrisi di awal kehidupan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kegagalan pertumbuhan linear pada awal kehidupan dan risiko kumulatif terkait gizi di awal kehidupan dengan kemampuan kognitif anak usia 4-6 tahun.
Metode: Disain studi merupakan studi longitudinal, yang dilakukan di kota Bogor, Indonesia pada tahun 2012, yang mengikuti anak-anak sejak lahir. Untuk analisis ini yang menjadi responden penelitian yaitu 139 anak berusia 4-6 tahun. Variabel terikat yaitu perkembangan kognitif yang diukur dengan Wechsler Prescool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) Indonesia dengan indikator Full-scale IQ (FSIQ), Verbal IQ (VIQ) dan Performance IQ (PIQ). Variabel bebas utama yaitu kegagalan pertumbuhan linear dan indeks kumulatif terkait gizi pada awal kehidupan. Analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi cox proportional hazard regression digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap kemampuan kognitif anak.
Hasil: Sepertiga dari anak memiliki kegagalan pertumbuhan linear di awal kehidupan. Studi ini tidak menemukan hubungan yang bermakna antara kegagalan pertumbuhan linear di awal kehidupan dengan skor kognitif yang rendah, namun terdapat kecenderungan terjadinya perawakan pendek di awal kehidupan berhubungan dengan rendahnya kemampuan kognitif, juga terdapat hubungan yang bermakna dengan subtes dari VIQ yaitu aritmetika sedangkan hubungan ini tidak ditemukan bermakna pada subtes dari PIQ. Indeks risiko kumulatif terkait gizi di awal kehidupan yang dikembangkan merupakan kombinasi dari 15 faktor risiko yang terkait dengan gizi. Indeks tersebut tingkat konsistensi nya baik dengan nilai Cronbach alpha 0.863. Uji multivariat menemukan indeks tersebut merupakan faktor risiko terhadap rendahnya kognitif anak walaupun secara statistik tidak bermakna.
Kesimpulan: Kegagalan pertumbuhan linear pada awal kehidupan belum ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan rendahnya kognitif anak. Terjadi nya perawakan pendek serta indeks kumulatif terkait gizi pada awal kehidupan di awal kehidupan ditemukan sebagai salah satu faktor risiko terhadap kemampuan kognitif yang rendah walaupun secara statistik tidak bermakna.

Background and objective: Children's cognitive abilities are one of the important indicators of human development. Linear growth failure is known to have an impact on child cognitive abilities. In addition, nutritional factors are also known to have an important contribution to children cognitive. A cumulative risk approach has been carried out in several previous studies, but no one has yet approached a cumulative risk related to early life nutrition. Thus, this study aims to investigate the association between linear growth failure (LGF) and Nutrition-related Cumulative risk Factors (NCRF) in early life with children cognitive development in 4-6 years.
Methods: A sampled longitudinal study started in Bogor City, Indonesia, in 2012, and children were followed from birth. For this analysis, we considered 139 children aged 4-6 years. The dependent variable in this analysis is cognitive development as measured by the Indonesian Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) with the indicators of Full-Scale IQ, Verbal IQ and Performance IQ. The main independent variables are LGF and NCRF in early life. Multivariate analysis used Cox regression test.
Results: One third of children have LGF in early life. Most of them are having early stunted. This study did not find significant association between LGF in early life with low cognitive scores. However, there is a trend of the children that experience stunted in early life have lower score on all cognitive domain, with the significant association found with arithmetic subtest. NCRF index in early life course developed is a combination of 15 risk factors which are indicators of nutrition related problems. The index is reliable (Cronbach alpha 0.863) and most of its components are valid (p value < 0.05 Chi square test). The index is found to be a risk factors of low cognitive among children 4-6 years old eventhough not statistically significant.
Conclusions: LGF in early life not found to be a significant factor for children low cognitive development in 4 to 6 years, while experience of stunted found to be a risk factors of low cognitive outcomes. NCRF index in early life course found to be a risk factor for child low cognitive development after adjusting other factors eventhough not statistically significant.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Meiningrum
"Ketahanan pangan merupakan konsep penting yang digunakan di dalam penelitian ini. Di dalam perjalanannya, konsep ini memaparkan makna dan arti yang berbeda berdasarkan atas perbedaan masa pemerintahan. Penelitian yang menggunakan metodologi kualitatif ini akan memaparkan kondisi ketahanan pangan di dua masa periode, yaitu Orde Baru dan Reformasi. Pada masa Orde Baru, kebijakan Revolusi Hijau dijadikan fokus pejelasan mengenai kebijakan ketahanan pangan pada pemerintahan saat itu. Kemudian, masa Reformasi, kebijakan impor beras dijadikan sebagai agenda baru kebijakan pemerintah untuk mencapai ketahanan pangan. Dua kebijakan tersebut menciptakan pola ketergantungan terhadap pihak asing. Temuan lapangan menggambarkan bahwa pemerintahan Orde Baru lebih memperhatikan nasib petani ketimbang pemerintahan Reformasi.

Food security is the important concept which used in this research. In over time, this is meant a different thing which within period of governance contains different policies. This researches which using qualitative methodology explains two periods in Indonesia. New Order Era and Reformation as regard to food security policy will be explained build on different government period. On New Order Era, Green Revolution is used as focus to see food security program by the government. The implication of this policy will be explained as an impact of peasant dependency on that period. Later, policy of food security on the reformation period will be seen when import policy was used as new agendas. Two policies in those different periods created the dependency pattern which caused of foreign parties. With the results, this research will give explanation about social phenomena in the different periods by using classical dependency paradigm. On the other hand, this research also using critical realism to explain one of the negative excess which suffered peasant in the restrictiveness of government policy. This perspective will point out that the physic factor is not dichotomies within social factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Febriyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini menelaah implementasi kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP melalui kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL di DKI Jakarta. Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan metode pengumpulan data kualitatif. Wawancara mendalam dan studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data kualitatif yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan konflik formulasi kebijakan yang minimal menyebabkan kebijakan belum mencakup aspek-aspek lain untuk menjadi solusi. Selain itu, sektor swasta belum diikutsertakan dalam proses formulasi kebijakan. Desain kebijakan P2KP ini pun belum diperbarui dan belum spesifik. Selain itu, komitmen dan koordinasi dalam organisasi maupun antar organisasi masih perlu ditingkatkan. Meskipun kebijakan mendapat dukungan dari street level bureaucrats dan kelompok sasaran, tetapi kurangnya pemahaman serta kurang aktifnya beberapa anggota menjadi kendala dalam implementasi kebijakan. Kebijakan P2KP dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi, yaitu pengetahuan tentang gizi, daya beli, dan gaya hidup. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL belum mendukung pemasyarakatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagai tujuan dari kebijakan P2KP di DKI Jakarta.

ABSTRACT
This research examines the implementation of Accelerated Movement of Food Consumption Diversity P2KP through Sustainable Food Reserved Garden KRPL in DKI Jakarta. This descriptive research uses a post positivist approach with qualitative data collection methods. In depth interview and literature review were used as qualitative data collection methods. The results show minimal conflicts in policy formulation caused other aspects have not been included as solutions. In addition, the private sector has not been included in the process of policy formulation. The policy design is outdated and unspecified. Moreover, organizational commitment and interorganizational coordination need to be improved. Even though there are support from street level bureaucrats and target groups, lack of comprehension about policy and passivity of some group members became obstacles in the implementation of the policy. P2KP policy are influenced by socio economic contexts that is knowledge about nutrition, purchasing power, and lifestyle. It can be concluded that Sustainable Food Reserved Garden KRPL has not supported the cultivation of food diversification as a goal of P2KP policy in DKI Jakarta."
2017
S68304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Novalianita
"Penelitian ini memiliki tujuan memberikan bukti empiris untuk melihat apakah dalam beberapa tahun terakhir program sembako sebagai bantuan pangan dapat mencukupi asupan makanan bergizi dan berpengaruh terhadap angka prevalensi stunting di Indonesia. Program sembako salah satu instrumen bantuan pangan untuk menurunkan beban pengeluaran rumah tangga dalam akses pangan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi yang adekuat sebagai upaya dalam mencegah kejadian stunting. Metode yang digunakan yaitu Two-Stage Least Squares menggunakan STATA 16 dalam pengolahan untuk pengujian signifikasi terhadap penelitian. Hasil first stage IV2SLS menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara program sembako terhadap asupan gizi yang memadai yang selanjutnya hasil second stage menunjukkan bahwa semakin tinggi kecukupan asupan makanan bergizi rumah tangga maka akan menurunkan prevalensi stunting di Indonesia, selain itu ditemukan adanya pengaruh signifikan vaksin BCG dan kepemilikan sanitasi layak terhadap prevalensi stunting. Intervensi pemerintah untuk meningkatkan akses keragaman pangan diperlukan untuk memenuhi gizi yang adekuat schingga dapat memperkecil resiko terjadinya stunting.

This study aims to provide empirical evidence to see whether in recent years Program Sembako as food assistance has been able to provide sufficient intake of nutritious food and have had an effect on the stunting prevalence rate in Indonesia. Program Sembako is one of the food assistance instruments to reduce the burden on household expenses in accessing food as well as to meet adequate nutritional needs as an effort to prevent stunting. The method used is Two-Stage Least Squares using STATA 16 in processing to test the significance of research. The results of the first stage IV2SLS show that there is a significant positive relationship between the Program Sembako and adequate nutritional intake, then the results of the second stage show that the higher the adequacy of household nutritious food intake, the lower the prevalence of stunting in Indonesia. In addition, there is a significant effect of the BCG vaccine and ownership of proper sanitation on the prevalence of stunting. Government intervention to increase access to food diversity is needed to meet adequate nutrition so as to minimize the risk of stunting."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ingan Ukur
"Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi. Unicef (1997) menyatakan diperkirakan masih sekitar 6.7 juta anak balita yang menderita KEP total dan sekitar 7 juta anak yang menderita anemi gizi.
Berbagai hasil penelitian di Indonesia dan secara nasional menunjukkan bahwa prevalensi gangguan gizi (termasuk gangguan gizi ringan, sedang, dan berat) pada anak, berdasarkan BB/U < -2 SD baku WHO-NCHS, adalah sekitar 40% pada umur 6-11 bulan, dan sekitar 60% pada umur 12-36 bulan. Berdasarkan SKRT tahun 1995 terlihat bahwa prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (baku WHO-NCHS) di Jawa Tengah mencapai 10-15%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil Susenas 1995 untuk Jawa Tengah yaitu 10.1%.
Hasil analisis ulang data antropometri Susenas 1989 s/d 1999 yang bertujuan untuk melihat status gizi balita di Indonesia sebelum dan sesudah krisis, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat krisis prevalensi gizi buruk pada anak usia 6-17 bulan alau 6-23 bulan terutama yang tinggal di desa lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan status gizi anak umur 6-36 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi tersebut sebelum dan saat krisis ekonomi di Jawa Tengah. Disain penelitian adalah comparative cross sectional dimana dua set data cross sectional dibandingkan yaitu sebelum krisis (1995) dan saat krisis (1998). Sampel penelitian adalah anak usia 6-36 bulan, dimana jumlah sampel sebelum krisis (4417 sampel) dan pada saat krisis (5267 sampel).
Hasil yang diperoleh adalah pada saat analisis univariat menunjukkan bahwa hanya kelompok 18-36 bulan yang terlihat perbedaan mencolok (meningkat) pada saat krisis dibandingkan dengan sebelum krisis. Sehingga kelompok umur I8--36 bulan yang dianalisis lebih lanjut. Hasil analisis multivariat sebelum krisis menunjukkan bahwa hanya 4 variabel faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi anak 18-36 bulan, yaitu status ASI (OR= 0.78), pendidikan ibu rendah (OR= 1.48), sumber air minum (OR= 1.52), dan status diare (OR= 2.10). Sementara pada saat krisis variabel yang berhubungan bermakna dengan status gizi adalah tempat BAB (OR= 1.61), status diare (OR= 1.95), status ISPA (OR= 1.43), pendidikan ayah sedang (OR 1.29), pendidikan ayah rendah (OR=2.20), status ASI (OR= 0.71), dan terjadi interaksi antara pendidikan ayah rendah dengan tempat BAB.
Berdasarkan hasil tersebut disarankan perlu penelitian yang lebih mendalam khususnya kelompok batita, apakah benar kelompok umur 18-36 bulan yang terkena dampak krisis ekonomi sehingga intervensi yang akan dilakukan tepat kepada sasaran. Selanjutnya perlu dilakukan revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan & Gizi (SKPG) agar dapat mendeteksi lebih awal dan meledaknya gizi buruk pada saat krisis dapat dicegah, penyuluhan, perbaikan suplai air bersih, pengelolaan sanitasi lingkungan.

Nutritional Status Figure of Children aged 6-36 Months Before and During Economic Crisis and Related to Nutritional Status in Central JavaEnergy and protein malnutrition persists as one of main nutritional problems in Indonesia. Unicef (1997) estimated around 6.7 millions of children still suffering from total energy and protein malnutrition and 7 millions of children from nutritional iron deficiency.
Results from studies in Indonesia showed children malnutrition prevalence (including mild, moderate and severe status) based on standard weight for age (BB/U < - 2 SD) WHO-NCHS, were around 40% for 6-11 months, and 60% for 12-36 months. National household health survey (SKRT) 1995 revealed malnutrition prevalence of mild and severe level (WHO-NCHS standard) in Central Java was 10-15%. This result was not different from Susenas data 1995 in Central Java 10.1 %.
Reanalysis data of anthropometry from Susenas 1989 to 1999 was aimed to look for nutritional status of children before and during the crisis. The results gave information that during the crisis severe malnutrition prevalence of children 6 to 17 months or 6-23 months, especially living in rural area, was higher than of in urban area.
Objective of this study was to examine nutritional status changes of children aged 6-36 months and the factors related to nutritional status before and during economic crisis in Central Java. Design of comparative cross sectional was used in this study which compared two sets of cross sectional data, before (1995) and during crisis (1998). Total sample of children aged 6 to 36 months before the crisis was 4417 and during the crisis was 5267.
Results from univariat analysis revealed only group of children aged 18-36 months was significantly different during the crisis, if this group was compared from before the crisis. Therefore, only this age group was further then analyzed. Multivariat analysis results before the crisis showed only 4 factor variables significantly correlated to nutitional status of 18-36 months children, namely breast milk(ASI) status (OR=0.78), low mother education level (OR=1.48), water drink source (OR=1.52) and diarrhea status (OR=2.10). While during the crisis, variables correlated to nutritional status were BAB (OR=1.61), diarrhea status (OR=1.95), ISPA status (OR=1.43), moderate level education of father (OR=1.29), low level education of father (OR=2.20), breast milk (ASI) status (OR=0.71), and interaction between low level education of father and place for defecation (BAB).
Based on that result, it is needed further study especially for the group of children under three, whether the most hit by economic crisis is children aged 18-36 months. Consequently, it is needed immediate proper intervention to the target group. And then it is necessary to conduct revitalization of Early Warning System of Food and Nutrition (SKPG) in order to be able to detect early outbreak of and to prevent from severe malnutrition during the crisis. Besides it is important also to improve a cleaning water supply, health advocation, and sanitary environment management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T9342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>