Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parwatri Wahjono
"Penelitian ini merupakan penelitian folklor humanitis, yaitu penelitian dari sudut pandang peneliti yang berlatar belakang ilmu bahasa dan kesusasteraan, yang kemudian memperdalam ilmu folklor.
Definisi Hakikat Permainan Nini Thowok: sebuah folklor Jawa, berupa suatu permainan ritual magis yang berbentuk teater murni tradisional, dapat merupakan hiburan, bersifat Kejawen, mitis, serta shamanistis, yang pada umumnya diadakan waktu terang bulan purnama, malam Selasa atau Jum'at Kliwon, dengan tujuan memohon perlindungan untuk keselamatan desa, anak-anak dan sawah, sebagai pembayar nadar, menanyakan nasib ataupun obat penyakit dan juga untuk memohon hujan.
Secara semiotis permainan Nini Thowok adalah sebuah folklor Jawa yang berupa suatu ritus inisiasi, bersifat mitis, magis, Kejawen, sebagai hiburan, untuk menanyakan obat, membayar nadar, memohon perlindungan dan memohon hujan.
Dari strukturnya, Nini Thowok adalah sebuah bentuk teater murni Jawa tradisional, suatu ritus magis dengan permainan sebagai sarananya, dengan tahap-tahap rites inisiasi dan permainan hiburan.
Desa Banyumudal merupakan daerah pegunungan kapur yang memiliki banyak mata air, sebagai pemasok air minum daerah Gombong-Kebumen.
Penduduk 3466 jiwa, 36 % melek huruf, sebagai petani dan pemantik batu. Beragama Islam Kejawen dengan kepercayaan ancestor worship, dan pemujaan batu lingga, pada setiap hari Kliwon dan bila hendak mengadakan hajat. Masih melestarikan sistem pengetahuan tentang hari baik untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pertanian dan upacara daur hidup. Peranan Islam di sini mengukuhkan unsur Kejawen. Kesenian yang masih hidup adalah ebleg (kuda lumping), ketoprak dan cowongan.
Permainan cowongan (dahulu) khusus untuk memohon hujan. Merupakan permainan ritual magis dengan tahapan-tahapan:
a. Ernst (serius), yang bersifat sakral, ialah suatu ritus inisiasi pada ancestor worship pada pembuangan boneka (tahap separation), marge (peralihan), dengan . makna pendewasaan: pada penyemayaman boneka di tempat keramat (bumf Gana bathan) di bawah pohon beringin, dan agregation (pengembalian ke masyarakat): pada pengambilan boneka dan permainan di arena; serta ritus untuk motion hujan dengan mendatangkan bidadari Nini Thowok (Ni Cowong).
b. Spel (hiburan, permainan), yang bersifat profan, ialah endem-endeman, yaitu mabuk-mabukan non alkoholik, bersifat hiburan dan juga mediamik (sebagai sarana permediuman dari dukun cowong untuk memintakan obat dan berkah bagi yang memerlukan).
Sampai kini cowongan dapat survive karena memiliki fungsi sosial dan lingkungan hidup. Fungsi tersebut agak mengalami sedikit pergeseran nilai dari fungsi ritual (sakral)-nya, yaitu menjadi lebih banyak berfungsi permainan (hiburan, profan). Dengan demikian fungsi Permainan Ritual Magis Nini Thowok sebagai sebuah folklor jawa adalah sebagai ritus, hiburan, dan pengesahan pranata (fungsi sosial dan lingkungan hidup).
Permainan ritual magis Nini Thowok akan dapat hidup terus selama masih mengemban fungsi dalam masyarakat pendukungnya, atau bila dijadikan aset pariwisata."
1993
D417
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, P dan K. RI, 1997
808.2 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anwari
Jakarta: LP3ES, 1999
899.221 7 ANW i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi beberapa catatan yang disusun pada tahun 1923 oleh M.O.S. Muliadiharja (Moeliadiardja), seorang guru sekolah Kristen di Jombang. Teks memuat uraian tentang beberapa pertunjukan rakyat yang ada di daerahJombang, Khususnya tentang ludrug (h.4-10), lerok (h.10-15), jaran kepang (15-20), dan gendruwon (barongan), serta jepaplok (20-22). Uraian meliputi masalah sejarah keagamaan, cerita yang dipergelarkan, musik, perlengkapan, dan lain-lain sebagainya. Menurut keterangan dari pengarang, informasi yang disajikannya, sebagian dipetik dari Pustakaraja Purwa dan sebagian lagi dari narasumber yang dianggap mengerti tentang masalah yang diteliti. Tidak disebutkan lebih lanjut tentang keberadaan naskah-naskah babon tersebut. Pigeaud beberapa kalimenyebutkan informasi Muliadiharja ini dalam karyanya tentang pertunjukan rakyat di Jawa (1938: 198-199). Pigeud/Panti Boedaja (?) nampaknya memperoleh catatan Muliadiharja ini dari Dr. H. Kraemer. Naskah kemudian dibuat alih aksara ketik sebanyak empat eksemplar, pada tahun 1938. Selain tersimpan di koleksi FSUI ini, tiga salinan sisanya tidak diketahui keberadaannya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.3-A 22.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks naskah ini berisi beberapa jawaban pertanyaan tentang srandhul, semacam pertunjukan rakyat yang populer di wilayah Wuryantara, Wanagiri, antara tahun 1925-1931. Pertunjukan ini,yang dimainkan oleh 8 orang lelaki (sebagian berperan sebagai wanita) dengan iringan bendhe, kendhang dan terbang, bertokohkan Pak Ganyong (Arya Tandurun, putra raja Pajajaran, dan Bok Kenya, Putri dari Cempa yang dinikahinya. Naskah ditulis tangan oleh M. Prawirapranata, seorang carik di Pulutan Kulon. Wuryantara,pada tahun 1931. Prawirapranata menyusun catatan ini sebagai jawaban atas pertanyan tertulis yang diajukan Pigeaud (atau staf?) dalam rangka penelitian tentang pertunjukan rakyat untuk bukunya Javanese Volksvertoningen (Betavia: Volkslectuur, 1938). Contoh survey atau daftar pertanyan yang diajukan Pigeau kepada para pakar dan narasumber,lihat FSUI/ST.13, h.1-4. NAma Prawirapranata sendiri tidak disebutkan dalam buku Pigeaud. Keterangan tentang pertunjukan srandhul pada umumnya,lihat ibid, 279-281 (&281); sedangkan tentang topengan di daerah Wuryantara,lihat h.83-84 (&73). Naskah tulisan tangan tersebut kemudian dibuat salinan ketik oleh petugas Panti Boedaja (lihat ST.4a. h.24-31) pada tahun 1931."
[[Place of publication not identified], [Place of publication not identified]]: [[publisher not identified], [publisher not identified]], [date of publication not identified]
ST.4 -A 22.05a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Bagian awalteks (h.1-23) merupakan salinan ketik dari sebuah naskah induk yang tidak diketahui sumbernya, sedangkan untuk h.24-31 menyalinan dari naskah ST.4. Penyalinan dibuat oleh staf Pigeaud (Panti Boedaja?) pada tahun 1931."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.4a-A 22.05b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Yaman Sangadji
"Artikel ini membahas tentang analisis unsur intrinsik dari Babad Tanah Jawa, Jilid 1 yang berisi Cerita Prabu Watugunug karangan Sugiarta Sriwibawa. Hal yang dibahas adalah alur, tokoh, latar, tema dan amanat. Pembahasan unsur intrinsik mendasarkan pada pendapat Panuti Sudjiman dalam buku Memahami Cerita Rekaan 1991. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam cerkak Prabu Watugunung terdapat beberapa tokoh yang masuk dalam berbagai peristiwa. Tokoh utama adalah Prabu Watugunung, sedangkan tokoh bawahan adalah Dewi Sinta, Bathara Guru, Bathara Wisnu, dan Raden Srigati. Tema yang ada dalam cerkak ini adalah ldquo;Tentang Pengorbanan rdquo;. Dua amanat penting dalam cerita ini adalah 1. bahwa manusia tidak boleh sombong, dan 2 pemimpin harus rela berkorban untuk rakyat.

This article discusses the analysis of intrinsic elements of Babad Tanah Jawa, Volume 1 containing the Cerita Prabu Watugunug by Sugiarta Sriwibawa. Things discussed are plot, figure, background, theme and message. The discussion of intrinsic elements based on Panuti Sudjiman 39 s opinion in the book Memahami Cerita Rekaan 1991. The method used in this research is descriptive method. In Cerkak Prabu Watugunung there are several figures who entered in various events. The main character is Prabu Watugunung, while subordinate figure is Dewi Sinta, Bathara Guru, Bathara Wisnu, and Raden Srigati. The theme in this story is About Sacrifice. Two important messages in this story are 1. That man should not be arrogant, and 2 the leader must be willing to sacrifice for the people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Di antara ribuan karya sastra Jawa, jenis babad merupakan salah satu yang sangat mengesankan. Ratusan babad menceritakan perkembangan historis dan mistis dalam masyarakat Jawa, biasanya terfokus kepada lingkungan keraton. Babad itu sering terdiri dari ratusan halaman dan tembang, ada yang isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan nilai sejarahnya tetapi masih bermanfaat sebagai pintu masuk ke dalam dunia pikiran penulis. Ada pula babad yang dapat disandingkan dengan surat kontrak serta laporan Belanda yang merupakan sumber sejarah yang dapat dimanfaatkan. Akan tetapi, juga ada beberapa kesulitan mengenai babad jika digunakan sebagai sumber sejarah, yang paling penting di antaranya adalah anonimitas babad sehingga sulit untuk melakukan pendekatan historis."
JMN 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Safa Jelita
"Penelitian ini membahas mengenai pembentukan karakter anak yang dipengaruhi oleh model pola asuh orang tua dalam cerkak Bocah Ngeyel. Korpus yang digunakan pada penelitian ini berupa karya sastra Jawa cerkak yang berjudul Bocah Ngeyel karya Linda Putriyana yang diterbitkan dalam buku “Antologi cerkak peningkatan kreativitas penulisan Sastra Jawa tahun 2010”. Terdapat isu problematik pada tokoh anak dalam cerkak, dengan karakter buruk yang dimiliki oleh tokoh anak tersebut pola asuh orang tua dilihat sebagai salah satu pengaruh serta keterkaitan dari karakter tokoh anak dengan ungkapan bahasa Jawa Lambe Satumang Kari Samerang. Penelitian ini menganalisis karakter dari tokoh anak dengan menunjukkan kutipan-kutipan berupa dialog atau narasi dalam cerkak sebagai penegasan dari karakter tersebut. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan kutipan data yang berupa narasi dan dialog dalam cerkak. Penelitian ini menganalisis isi dari karya sastra yang dituju secara struktural dengan menggunakan pendekatan sastra objektif sebagaimana dikemukakan oleh Abrams (1971). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan jika terdapat kecenderungan model pola asuh permisif yang orang tua terapkan pada tokoh anak sehingga terbentuklah karakter buruk pada anak, dengan demikian terdapat rekomendasi untuk orang tua agar menerapkan keseimbangan antara pola asuh permisif, demokratis dan otoriter pada anak.

This study discusses the formation of children's character which is influenced by the parenting model of the parents in the cerkak Bocah Ngeyel. The corpus used in this study is a Javanese cerkak literary work entitled Bocah Ngeyel by Linda Putriyana which was published in the book “Antologi cerkak peningkatan kreativitas penulisan Sastra Jawa tahun 2010”. There is a problematic issue in the child character in cerkak, with the bad character possessed by the child character parenting style is seen as one of the influences and linkages of the character of the child with the Javanese expression Lambe Satumang Kari Samerang. This study analyzes the character of the children's characters by showing quotations in the form of dialogue or narration in the short story as an affirmation of these characters. Qualitative descriptive methods were used in this study to describe data quotations in the form of narration and dialogue in the cerkak. This study analyzes the content of the intended literary work structurally by using an objective literary approach as proposed by Abrams (1971). The results of this study can be concluded if there is a tendency for the permissive parenting model that parents apply to children's characters so that bad characters are formed in children, thus there are recommendations for parents to apply a balance between permissive, democratic and authoritarian parenting styles for children."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suseno
"
ABSTRAK
Dalam khasanah kesusastaan Jawa, cerita pendek merupakan genre sastra yang dapat dikatakan masih baru. Istilah yang lazim digunakan untuk cerita pendek berbahasa Jawa adalah crita cekak atau biasa ditulis dengan cerkak. Kelahirannnya didukung penuh oleh majalah yang menjadi wahana tersiarnya jenis sastra ini dalam masyarakat Indonesia, khususnya di antara penutur Bahasa Jawa.
Jenis sastra yang satu ini diperkirakan telah ada sejak tahun 1930 walaupun belum secara eksplisit disebut cerkak. Cerita-cerita yang diangkat dalam cerkak, kebanyakan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kisah percintaan muda-mudi. Bahkan diketahui dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ratna Indriani, bahwa 50% cerkak yang dihasilkan pada yahun 1988 di Yogyakarta, memiliki ciri-ciri tersebut.
Pala tahun 1995, terbit sebuah antologi cerkak yang berjudul Kumpulan Crita Cerkak Ratu (KCCR) yang dapat dikatakan berbeda dengan cerkak-cerkak lainnya. KCCR, tidak lagi membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan percintaan muda-mudi. Hal ini membuat KCCR memiliki keunikan tersendiri daripada cerkak lainnya. Selain itu juga, cerkak-cerkak yang terdapat dalam KCCR memiliki banyak sindiran yang berupa kritik moral. Untuk itulah analisis terhadap struktur faktual di dalam skripsi ini, dilakukan untuk mengungkapkan keberadaan kritik moral."
1998
S11430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>