Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Lestari Adriyanti
"Kartu Sehat merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pelayanan cuma-cuma bagi keluarga miskin, dalam memperoleh pelayanan kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan. Pemanfaatan kartu sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan mengetahui faktor- faktor apakah yang berhubungan dengan pemanfaatan kartu sehat, akan dapat memberikan masukan penting untuk pelaksanaan program dimasa mendatang.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan pemanfaatan kartu sehat di Kabupaten Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Desain dan penelitian ini adalah cross-sectional studi. Populasi adalah keluarga yang telah mendapatkan kartu sehat. Sampel diambil secara purposif sebanyak 40 responden dari setiap desa, yang meliputi 10 desa dari 4 wilayah kerja puskesmas dan dua kabupaten dengan jumlah seluruhnya 400 responden.
Penelitian ini menggambarkan bahwa 58,5 % responden yang pernah memanfaatkan kartu sehat. Dengan analisa bivariat sebanyak 7 variabel independen tiga variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan (p <0,05) Pertama adalah pengetahuan tentang kartu sehat, dengan Odds ratio 3,53 (95 % CI ; 2,25 - 5,53 p = 0,0000). Artinya bahwa responden yang berpengetahuan baik 3,53 kali memanfaatkan kartu sehat dibandingkan dengan responden yang kurang pengetahuannya. Kedua adalah pendapatan , dengan Odds ratio 1,64 (95 % CI : 1,01 - 2,68 p = 0,032) artinya responden miskin, memanfaatkan kartu sehat 1,64 kali dibandingkan dengan responden tidak miskin. Ketiga adalah kesakitan yang dialami dalam 2 bulan terakhir, dengan Odds ratio 13,89 ( 95 % CI : 8,10 - 23,92 p = 0,0000 ) artinya responden yang sakit memanfaatkan kartu sehat 13,89 kali dibandingkan dengan responden yang tidak sakit.
Hasil uji multivariat dengan regresi logistik terhadap tujuh variabel diatas, memperlihatkan dua variabel yang signifikan, yaitu pengetahuan tentang kartu sehat dengan Odds ratio 2,69 p = 0,0001 dan kesakitan yang dialami dalam dua bulan terakhir dengan Odds ratio 12,29 , p = 0,0000. Model ini menunjukkan 78,75 % variasi yang ada dapat diterima yaitu pemanfaatan kartu sehat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang kartu sehat dan kesakitan yang dialami responden dalam dua bulan terakhir.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa, meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan perlu peningkatan pemahaman tentang hidup sehat. Penekanan terhadap pengetahuan kartu sehat secara mendasar, akan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan tentang kartu sehat, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan manfaat program kartu sehat.

Some factors related to the Use of Health Card Program for Poor Families in the Limapuluh Kota and Pesisir Selatan districts, West Sumatera Province, 1999Health card is one of the instruments for Indonesian poor family to get free medical services in all public medical facilities. The use of the health card is assumed to be affected by many factors. To know what factors related with the use of health card may be a very important input for program implementation in the future.
Purpose of this research is to know about the use of and to analyze what factors related to the use of health card in Limapuluh Kota and Pesisir Selatan districts, West Sumatera Province. This research is non-experimental. The population observed was the families who possessed health card Sample were taken purposively giving 40 respondents from each village . By involving ten villages of four Health Center covered areas and two districts, the overall respondents studied are 400.
This study showed that 234 people ( 58,5 %) used their health card. By doing bivariate analysis , of seven independent variables with the dependent variable shown that three variables, showed their significant relationship (p<0,05). The first, is knowledge about health card , the use of health card, the Odds Ratio of this variable 3.53 (95 % CI : 2.25 - 5.53, p = 0.0000). Meaning those respondents who know better about health card , would use 3.53 times compare to those respondent who have not .
The second is between the income with the use of health card . The Odds Ratio is 1.64 (95 % CL : 1.01 - 2.68, p = 0,032), means that the respondents of lower income cathegory use the card 1.64 times compare to those who have higher income cathegory The third is between suffering from illnesses with the use of the health card. The Odds ratio is 13.89 ( 95 % CL : 8.10 - 23,92, p = 0.0000) explaining that respondents who have been sick within two months, used it 13,89 times compare to the health respondents or to those who have not.
This study concluded that recent illness suffered, and knowledge about the card are the important factors influencing the use of the health card
This study recommended that in order to increase the quality of healthy card's use, it is necessary to increase the people understanding about the healthy life. Strengthen the knowledge about health, health behavior and health programs, will contribute with the increase knowledge about health card, and therefore will enhance the benefit of health card program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasri Rusli
"Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan milik pemerintah merupakan barang mewah dan sulit dijangkau masyarakat luas. Salah satu indikator untuk menilai mutu pelayanan adalah kepuasan pasien. Semakin berkurangnya jumlah pengunjung puskesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam tiga tahun terakhir ini mungkin disebabkan rendahnya kepuasan pasien akan pelayanan di puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kepuasan pasien puskesmas dan hubungannya dengan karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan kualitas pelayanan pemeriksaan.
Jenis penelitian adalah cross sectional. Dilakukan kepada 101 pasien Puskesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota. Pengukuran kepuasan dengan cara directly reported satisfaction. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Februari sampai 19 Maret 2004, menggunakan median sebagai cut of point kepuasan. Analisa data menggunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menyatakan tingkat kepuasan pasien sebesar 55,4 0/0. Kepuasan paling tinggi ditemukan pada pelayanan di loket (94,1%), terendah kepuasan terhadap kondisi WC (51,5%). Analisis bivariat menemukan faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan adalah pendidikan. Sementara pada analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel umur, pendidikan dan kualitas pemeriksaan mempunyai hubungan dengan kepuasan. Namun hubungan yang paling kuat adalah antara pendidikan dengan kepuasan dengan Odds Ratio sebesar 5,655. Artinya, orang yang berpendidikan rendah cenderung merasa puas terhadap pelayanan kesehatan sebesar 5,655 kali dibandingkan dengan orang yang berpendidikan tinggi.
Disarankan agar seluruh petugas puskesmas dapat membberikan pelayanan dengan ramah, bersahabat serta penuh perhatian kepada pasien, dapat memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang diajukan. Agar puskesmas melakukan kembali prinsip Quality Assurance dalam memberikan pelayanan. Untuk menghindari penumpukan pasien di poliklinik, disarankan agar petugas poliklinik baik dokter maupun paramedic mulai melaksanakan tugasnya sesuai dengan jadwal dimulainya pelayanan di loket. Jumlah tempat duduk di ruang tunggu poliklinik agar ditambah dengan memperhitungkan jumlah pasien terutama pada saat jam sibuk. Kebersihan dan ketersediaan air di WC agar ditingkatkan, memperbaiki saluran air bersih dan mesin pompa yang macet.
Untuk meningkatkan kepuasan pasien, disarankan agar Dinas Kesehatan kembali melakukan program QA, mulai dari pelatihanlpenyegaran tenaga puskesmas sampai kepada pembentukan kembali tim supervisor Kabupaten. Mengadakan kesepakatan dengan seluruh dokter puskesmas dan organisasi profesi untuk meningkatkan kualitas layanan, memperhatikan kebutuhan perbaikan sarana puskesmas dan memberikan dana operasional puskesmas dalam bentuk block grant.

Factors Related to the Patients Satisfaction in Puskesmas in Regency of Lima Puluh Kota, Year 2004The satisfaction towards health services, especially the service of government owned institution is a luxury and cannot afford by many people. One of the indicator to evaluate the service quality is the patients' satisfaction. The decreasing number of puskesmas patients in Regency of Lima Puluh Kota in the past three years is probably due to the low patients' satisfaction towards the services in the Puskesmas.
This research is intended to obtained the description about the satisfaction of puskesmas patients and its relationship with factors such as age, sex, education, occupation, marital status and quality of examination service.
The type of the research is cross sectional. It is done towards 101 patients of Puskesmas in Regency of Lima Puluh Kota. The satisfaction measurement was done on February 12 to March 19, 2004 by using median as cut of point of satisfaction. The data analysis is done by using univariate, bivariate and multivariate analysis.
The results of the research indicates that the patients' satisfaction is 55.4%. The highest satisfaction is found out in the service at the counter (94.1%), the lowest satisfaction is towards the toilet (51.5%). The bivariate analysis found out the factors related to the level of satisfaction is education. While the strongest relationship is between education and satisfaction with Odds Ratio 5,655. It means that the people with low education tend to feel satisfied towards the health services namely 5,655 times compared to the people with higher education.
It is suggested that the whole people in charge in the puskesmas can provide the service with hospitality, friendly and with care towards the patients, and can give satisfactory response towards questions by the patients. It is better if the puskesmas use the duality Assurance principle in providing the services. To avoid the accumulation of patients in the policlinic, it is suggested that the people in charge in the policlinic, both doctors and nurse to perform their tasks according to the schedule of the service in the counter. The number of seats in the waiting room of the policlinic needs to be increased by considering the number of patients especially during the peak hours. The hygiene and availability of water in the toilet needs to be improved, reparation of the damaged waterway and the water pump needs to be done.
In order to increase the satisfaction of the patients, it is suggested that the Health Office perform again the QA program, from training or refreshment of the Puskesmas personnel up to the establishment of supervisor team at the Regency level. Make an agreement with the whole doctors of puskesmas and professional organization to improve the quality of services, by considering the needs for improvement of puskesmas facilities and provide operational fund for the puskesmas in the form of block grant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fainurmah Rivai
"ABSTRAK
Salah satu dampak keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah menurunnya angka kematian, khususnya kematian bayi, anak balita, kematian umum dan meningkatnya umur harapan hidup. Pada tahun 2000 jumlah usia lanjut diperkirakan akan menjadi 15,3 juta orang dengan perkiraan angka harapan hidup berkisar antara 65-70 tahun. Di DKI Jakarta pada tahun 2000 meningkat menjadi 6,77 % dari total penduduk. Proporsi usia lanjut di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 1998 sebesar 6,84 % menduduki proporsi tertinggi di Wilayah/Kota Madya Jakarta Selatan. Agar penduduk usia lanjut tidak menjadi beban keluarga masyarakat dan negara, maka pelayanan untuk kelompok ini perlu semakin mendapat perhatian. Melalui Kartu Menuju Sehat diharapkan masalah-masalah kelompok usia lanjut ini dapat dideteksi secara dial sehingga masalah kesehatan segera diatasi yang selanjutnya akan mengurangi komplikasi yang lebih berat. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan di Wilayah/Kota Madya Jakarta Selatan. Rancangan penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan total sampel 141 orang.
Sampel adalah hasil yang diperoleh yaitu dari 141 responden terdapat 72,3 % responden yang telah memanfaatkan kartu menuju sehat usia lanjut, di mana 86,5 % berjenis kelamin perempuan. Pendidikan terbanyak responden adalah < 6 tahun (77,3 %) dengan status perkawinan adalah berstatus cerai (cerai mati /cerai hidup) sebesar 53,2 %, dan 68,8 % responden berstatus tidak bekerja. Pengetahuan responden tentang kartu menuju sehat ternyata pada umumnya sudah baik (59,6 %). Responden yang menyatakan jarak tempat pelayanan yang menyatakan dekat dari rumahnya sebesar 75,4 %. Responden yang memersepsikan kesehatannya berstatus sehat sebanyak 52,5 %, sedangkan kesehatan aspek fisik biologi yang berdasarkan hasil pemeriksaan petugas kesehatan dalam satu bulan terakhir sehat sebesar 67,4 %. Penelitian ini membuktikan bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05) dengan ketidakpemanfaatan kartu menuju sehat usia lanjut (OR= 0,12 nilai p-0.002).
Selanjutnya yang dapat disarankan ialah perlu diupayakan mensosialisasikan kartu menuju sehat usia lanjut dengan cara kerja sama dengan Departemen lain di Tingkat Pusat seperti Departemen Sosial, Departemen Tenaga Kerja, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Forum Koordinasi Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia, Organisasi Sosial di Tingkat Pusat seperti : PKK, Kamar Dagang dan Industri dan memanfaatkan media elektronika seperti RRI, TVRI, media cetak seperti Gema Lansia agar pelaksanaan pembinaan tidak terjadi drop out diupayakan pembinaan kesehatan dan bagi responden saki-laki perlu diinformasikan secara terus menerus dan berkesinambungan bahwa ada pelayanan kesehatan bagi usia lanjut, apabila diperlukan diberikan brosur/leaflet baik waktu pendaftaran ataupun melalui pertemuan rutin dan pengembangan hobi bagi responden yang masih sehat dan produktif dan juga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan kartu menuju sehat dengan alat ukur/instrumen yang akurat.

ABSTRACT
One of the impact of national development success in health sector is the decreasing of death number, especially infant mortality, under five mortality, general mortality and the increasing of life expectancy age. In 2000 the number of aging is about will be 15,3 million with the estimation of life expectancy age is 65 - 70 years. In Jakarta in the year of 2000, the number of aging will be 6,77 % of the total population. The proportion of aging in Primary Health Center Kecamatan Pesanggrahan in 1998 is 6,84 % the highest proportion in South Jakarta In order to aging will not be burden in family, community and country, so the attention should be given for this group. By using Karla Menuju Sehat (KMS) it is hoped that the problem of aging can be detected earlier so the health problem is overcame immediately and then it will decrease the heavier complication. The research is conducted in Primary Heath Center in Kecamatan Pesanggrahan in South Jakarta. Cross-sectional design is used by using 141 sample.
The result shows that 72,3 % respondents used Kartu Menuju Sehat (KMS). Among them, about 86,5 % are females. Their most education is 5 6 years (77,3 %) with widow/divorce as a marital status (53,2 %) and 68,8 % respondents have jobless status. Generally the respondent knowledge about Kartu Menuju Sehat (KMS) is good (59,6 %)_ Respondents who stated that the distance of service place is near from their houses is about 75,4 %. There is 52,5 % respondents who percept that their health are healthy, meanwhile there is 67,4 % respondents with healthy status based on health officer check on physical-biological aspect in the last month. The result proves that sex has significant relationship (p < 0,95) with the non-usage Kartu Menuju Sehat (KMS) among aging.
The next it can be suggested that it is necessary to socialize Kartu Menuju Sehat (KMS) among aging by joint with other departments in center level such as : Department of Social, Department of Man Power, National Family Planning Coordination Board (BKKBN), Forum Koordinasi Kesejahteraan Lanjut Usia, Social Organization in center level such as PKK, Industrial and Trade Chamber (KADIN) by using electronic media like RRI, TVRI, printing media : Gema Lansia, so that the implementation of health supervision can prevent drop out and it is necessary to inform continuosly and sustainably for male respondents that there is health service for aging. If necessary it is given brochure/leaflet when both registration and routine meeting and the development of hobbies for respondents still health and productive and also it is necessary to conduct the further research about the usage of Kartu Menuju Sehat (KMS) as an accurate measurement/instrument.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmawita
"GAKY merupakan salah satu masalah gizi utama sampai saat ini harus terus menerus dikendalikan karena akan terus ada dan muncul lagi apabila tidak memperhatikan upaya penanggulangannya. Dampak GAKY terhadap penduduk pada umumnya lebih luas dari yang diperkirakan semula yaitu gondok, dan melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia sejak awal kehidupan, baik perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling peka adalah masa pertumbuhan susunan syaraf pusat, masa pertumbuhan linier dan masa hamil.
Hasil survei pemetaan GAKY nasional, ditemukan prevalensi GAKY tahun 1998 di Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 28,8% dan pada tahun 2003 turun menjadi 19,8%. Namun hasil pemetaan GAKY Dinkes Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2003 ditemukan prevalensi TGR anak SD di Kecamatan Situjuah Limo Nagari (55,6%) termasuk kategori endemik berat.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan defisiensi yodium di Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan analisis data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-April 2007. Sampel adalah anak SD umur 8-12 tahun berjumlah 140 orang dipilih secara acak sederhana pada satu nagari dekat (Nagari Banda Dalam) dan satu nagari jauh (Nagari Tungka). Variabel dependen adalah defisiensi yodium dan variabel independen meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi tentang GAKY, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu tentang GAKY, konsumsi makanan sumber yodium, konsumsi makanan sumber zat goitrogenik, kualitas garam dan tempat ibu menyimpan garam. Analisa data dilakukan secara bertahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gondok Kecamatan Situjuah Limo Nagari adalah 22,9% terdapat di nagari dekat 17,7% dan nagari jauh 26,9%. Proporsi kejadian gondok pada anak perempuan (50,7%) sedikit lebih banyak dari anak laki-laki (49,3%) dan terdapat pada umur 2 10 tahun. Pengetahuan gizi anak SD tentang GAKY tergolong tinggi, namun kurang dari separoh anak SD yang mengetahui akibat kekurangan yodium, bahan makanan sumber goitrogenik dan belum mengetahui cara menguji kualitas garam beryodium. Lebih dari separoh ibu belum mengetahui akibat kekurangan yodium menyebabkan cacat fisik dan mental, bahan makanan sumber yodium, bahan makanan sumber goitrogenik dan cara menguji kualitas garam beryodium. Tingkat pendidikan ibu tergolong rendah (SMP) (55,0%). Sebagian besar anak SD (82,9%) mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, tetapi konsumsi bahan makanan sumber yodium masih rendah (51,4%) sebaliknya konsumsi goitrogenik tinggi (62,1%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi anak SD tentang GAKY, pengetahuan gizi ibu tentang GAKY, konsumsi makanan sumber goitrogenik, kualitas garam, dan tempat ibu menyimpan garam dengan terjadinya defisiensi yodium. Variabel pengetahuan gizi ibu tentang GAKY merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya deisiensi yodium 'di Iokasi penelitian. Disarankan bagi Dinas kesehatan melalui puskesmas agar lebih mengintensifkan penyuluhan tentang GAKY khususnya akibat kekurangan yodium, bahan makanan sumber yodium dan goitrogenik, penyimpanan garam beryodium yang benar menyangkut cara dan tempat serta cara mengetahui kualitas garam beryodium, baik bagi peserta didik maupun bagi ibu-ibu yang Berperan penting dalam mengelola rumah tangga.

Abstract
IDD is one of the main nutrition problems that need to be controlled continuously until now because it will appear and re-appear if the control efforts are not exercised. The impacts of IDD towards the people in general is broader that it was expected before, i.e. goiter, and involve human growth and development disorder since early life, either in terms of physical growth or mental growth. The most vulnerable periods are the central nerve system growth period, linear growth period and in pregnancy.
From the national IDD mapping survey it is revealed that the lDD prevalence in 1998 in Lima Puluh Kota District is 28.8% and decreased to 19.8% in 2003. However, iiorn the IDD mapping results of the Health Oftice of Lima Puluh Kota District 2003, it is revealed that the TGR prevalence in elementaryschool children in Situjuah Limo Nagari Sub District (55.6%) is categorized as severe endemics.
This research is aimed at describing factors related to iodine deficiency in Situjuah Limo Nagari Sub District, Lima Puluh Kota District, West Sumatera Province. The research is a primary data analysis with observational quantitative approach using cross sectional design. The research was performed during the period of March to April 2007. The samples are 140 elementary school children ranging &om 8-I2 years old which are chosen with a simple random method from one nearby nagari (Nagari Banda Dalam) and one distant nagari (Nagari Tungka). The dependent variable is the iodine deficiency and the independent variables consist of age, sex, nutrition knowledge on IDD, mother educational background and mother nutrition knowledge on IDD, iodine containing food consumption, goitrogenic element containing food consumption, salt quality and salt container. The data analysis is performed in stages starting from univariate, bivariate (chi square) and multivariate (logistic regression).
The results of this research show that the goiter prevalence in Situjuah Limo Nagari Sub District is 22.9% with 17.7% in nearby nagari and 26.9%. The proportion of goiter prevalence, found in the age of 2 10 years old, in girls (50.7%) is higher than in boys (49.3%). The knowledge on nutrition of the elementary school, especially on IDD, is considered high. However, less than half of elementary school children know the impacts of iodine deficiency, goitrogenic food, and how to test iodine containing salt quality. Mother educational background is quite low (junior high school) (55.0%). Most elementary school children (82.9%) consume salt with enough iodine content. However, iodine containing food consumption is still low (51.4%) with goitrogenic consumption, in contrast, is still high (62.1%).
The results from the bivariate analysis shows that there is a significant relationship between the elementary children nutrition knowledge on IDD, mother nutrition knowledge on IDD, goitrogenic food consumption, salt quality and container where salt iskept and the iodine deficiency incidence. The mother nutrition knowledge on IDD variable is the most dominantly related to the iodine deficiency in the research location, It is suggested that the Health Office through Puskesmas should intensify education on IDD especially on impacts of iodine deficiency, iodine containing food and goitrogenic good, correct storage of iodine salt in terms of the method and place as well as how to identify iodine salt quality, either for students or for housewives who have important roles in managing the household.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmiati
"Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus hepatitis B (VHB), lebih dari 350 juta orang mengidap virus hepatitis B yang menyebar di seluruh dunia, 78% diantaranya menetap di Asia Tenggara. Salah satu cara untuk pemberantasan penyakit hepatits B adalah pencegahan dengan imunisasi. Cakupan imunisasi hepatitis B Puskesmas Pasar Kuok tahun 2010 adalah 35,2%, di bawah target yang telah ditetapkan (95%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) di Puskesmas Pasar Kuok tahun 2011. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pasar Kuok tahun 2010 terhadap 124 ibu rumah tangga yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan. Disain penelitian adalah metode cross sectional dan bersifat deskriptif analitik.
Hasil penelitian menunjukkan sebaran pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) adalah sebesar 39,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) dengan pengetahuan ibu, penolong persalinan, kunjungan neonatal dan pemanfaatan keberadaan bidan di desa. Dinas Kesehatan dapat membuat perencanaan kebutuhan dan distribusi vaksin hepatitis B- 0 ke sarana kesehatan, Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan petugas yang menolong persalinan. Serta Bidan Membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi dengan baik dan sejalan dengan laporan kunjungan neonatal.

Hepatitis B is an infectious disease caused by hepatitis B virus (HBV), more than 350 million people contracted hepatitis B virus that spreads around the world, 78% of them settled in Southeast Asia. One way to fight against hepatitis B disese is prevention using immunization. Immunization coverage of Hepatitis B Puskesmas Pasar Kuok in 2010 is 35.2%, below the target set (95%). The purpose of this study determine factors related to hepatitis B-0 immunization among babies (0-11 month) at Puskesmas Pasar Kuok in 2011. This research was conducted in Puskesmas Pasar Kuok in 2010 against 124 housewife of babies aged 0-11 months. The study design was cross-sectional descriptive and analytic.
The research result obtained that immunization for hepatitis B-0 of 39,5% The result of bivariate analysis showed a significant relationship between hepatitis B immunization in babies (0-11 months) with the mother knowledge, the helper of childbirth, the neonatal visits and utilization of midwives in the village. Department of Health needs to make the planning and distribution of hepatitis B-0 to health facilities, hospitals, maternity hospitals and staff who helped deliver. Midwife in the village to spread its presence so that known by the public and makes recording and reporting of immunization with the good and in line with the monthly report requests neonates.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John Amos
"Kekurangan Energi dan Protein (KEP) masih merupakan salah satu masalah gizi utama pada usia balita di Indonesia. KEP ini meningkat di masa krisis ekonomi terutama pads keluarga miskin. Untuk itu pemerintah menggulirkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita keluarga miskin agar merehabilitasi atau mengembalikan dampak dari KEP.
Program PMT-Pemulihan akan berhasil dengan baik apabila didukung persepsi tentang kurang gizi ("malnutrition") yang baik, sebab persepsi kurang gizi penting sebagai kekuatan intervensi pads balita yang menderita kurang gizi dan upaya penyebaran pesan-pesan gizi. Oleh karena itu penelitian ini memusatkan perhatian pads upaya untuk memperoleh gambaran bagaimana hubungan antara persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan dengan status gizi balita penerima PMTPemulihan tersebut.
Penelitian dilakukan pads keluarga miskin yang balitanya mendapat PMTPemulihan di Kecamatan Sungai Limau dan Kecamatan VII Koto Sungai Sarik. Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat. Disain penelitian adalah survei dengan pendekatan crossectional (studi potong lintang). Pengambilan sampel dilakukan secara multistage cluster random sampling dan sampel sebanyak 300 ibu balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi KEP total sebesar 42,2 % dar KEP nyata 12,8 %. Persepsi kurang tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan cukul tinggi yaitu 46,2 %. Ada hubungan yang bermakna antara persepsi ibu balita tentans kurang gizi dan PMT-Pemulhan dengan status gizi balitanya (p<0.05). Tetapi ibu balit: yang mempunyai persepsi kurang tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan mempunya proteksi atau memperkecil risiko terjadinya KEP pada balitanya sebesar 0,616 kal dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai persepsi balk tentang kurang gizi Faktor persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan, pendidikan ibu balit, dan konsumsi energi balita secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya KEP pad; balita. Konsumsi energi balita merupakan faktor yang paling dorninan mempengarul' terjadinya KEP pada balita.
Dari basil penelitian ini disarankan agar tetap meneruskan pemberian PMT Pemulihan dengan disertai pendidikan gizi dan dibentuk kembali "Taman Gizi" yan, menyelenggarakan makanan balita yang KEP. Perlu dilakukan penyuluhan yang lebi intensif dengan melibatkan tokoh masyarakat khususnya Tungku Nan Tigo Sajaranga (ulama, tokoh adat dan cerdik pandai). Perlu penelitian lain yang lebih cocok rnisalny studi kasus kontrol dan mencari faktor-faktor penyebab rendahnya keberhasilan PMT Pemulihan.

The Relationship Between Perception of Mother Under Five Years Children about Malnutrition and Supplementary Feeding Program ("PMT-Pemulihan") with Nutritional Status in Poor Family at Padang Pariaman District, West SumatraProtein-Energy Malnutrition (PEM) is still one primer nutrition problem under five years children in Indonesia. PEM increased in economic crisis especially for poor family. The program of supplementary feeding ("PMT-Pemulihan") for under five years children in order to rehabilitate or reduce PEM impact.
Supplementary Feeding Program ("PMT-Pemulihan") could be successe if supported by perception of malnutrition and supplementary feeding program. It was very important as treatment powerful on under five years children who malnutrition and efforted to distribute nutrition massages. There fore, the research focused for efforting how to describe the relationship between mother under five years children who malnutrition and supplementary feeding program with nutritional status of under five years children who consume food supplementary.
The research have done for poor family who got supplementary feeding program at Sungai Limau subdistrict and VII Kota Sungai Sarik subdistrict, Padang Pariaman District West Sumatra. Reseach designed has survey by crossectional. Samplimg used by multi cluster random sampling and sample size were 300 mothers under five years children.
The result of research show prevalence PEM 42,2 percent and severe PEM 12,8 percent. Perception about malnutrition and supplementary feeding program for less category is 46,2 percent. A significant relationship between perception mother under five years children who malnutrition and supplementary feeding program with nutritional status of under five years children (p<0,05). The mother of under five years children who has less perception about malnutrition and supplementary feeding program could be protection of risk PEM for their under five years children as 0,616 times than the others enough category. The perception of malnutrition and supplementary feeding program, education of mother under five years children and energy consumption of under five years children are factors which could be PEM to under five years children.
The research recommended to be continuing supplementary feeding program with used nutrition education and reformed the Nutrition Demontration Plot ("Taman Gizi") which can apply under five years children food which PEM It has necessary to be done with an intensive education by involved community specially Tungku Nan Tigo Sajarangan ("Ulama, Tokoh Adat, Cerdik Pandai"). More research which another design, for example made by case control study and to have unsuccesfull factors of supplementary feeding program cause it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Tumiar
"Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimal cakupan kunjungan antenatal (K4 = 75,66%). Kurang optimalnya kunjungan antenatal mengakibatkan risiko dan komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini. Intervensi kesehatan spesifik melalui kunjungan antenatal minimal 4 kali, merupakan salah satu daya ungkit yang besar untuk menurunkan insiden dan beratnya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan bayi baru lahir. Di Kota Medan kunjungan antenatal K4 sebesar 78,75%, belum mencapai target nasional sebesar 90%.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara falctor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat dengan kunjungan antenatal K4. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (potong lintang), pemilihan sampel didasarkan rumus cluster 2 tahap, tahap pertama dengan probability proportional to size menggunakan C Survey, jumlah sampel sebanyak 210 orang, ibu yang mempunyai bayi umur 6 (enam bulan) dimana selama hamil pernah memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Analisis data menggunakan perangkat lunak C Sample pada Epi Info 6.0 dan program komputerisasi lainnya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proporsi kunjungan antenatal sesuai standar sebesar 51% dan 84,8% responden pernah melakukan kunjungan antenatal di klinik bidan swasta. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kunjungan K4 adalah pendidikan tinggi, pengetahuan baik, sikap positif, jarak, penghasilan tinggi, akses informasi yang baik terhadap pelayanan antenatal dan dukungan suami. Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kunjungan K4 adalah pengetahuan, sikap, jarak, penghasilan, akses informasi dan yang paling dominan mempengaruhi kunjungan antenatal K4 adalah pengetahuan ibu (OR 2,78).
Memperhatikan hasil penelitian ini, menyarankan kepada lembaga terkait khususnya mereka yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin bahwa kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada Standar Operating Procedur (SOP) perlu ditegaskan kembali, yaitu adanya langkah-langkah KIE yang harus dioperasionalkan diseluruh fasilitas pelayanan dari Posyandu sampai Rumah Sakit, baik pada pelayanan pemerintah maupun swasta. Kegiatan konseling merupakan pilihan yang efektif dan efisien meningkatkan pengetahuan ibu untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi ibu sehingga dapat dilakukan upaya prefentif.

The Factors that Related to Antenatal Visit Four Times (K4) in Medan City, North Sumatera Province, 2002Based on Household Health Survey in 1995, the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia was 373 per 100.000 live births, while the Infant Mortality Rate (IMR) was 46 per 1000 live births. One of the factors was caused by the in optimal the coverage of antenatal visit four times (K4 = 75,66%). The lack of their optimal to antenatal visit four times, it caused risk and pregnancy complication can not be detected in the early. The specific health intervention through minimum antenatal visit at least four times, as one of the big power raising to reduce the incident and heavy complication that related to pregnancy, delivery and post-partum on mother and infant new birth. In Medan City the antenatal visit four times was 78,75%, it was not reach with the national target that is 90%.
The objective of this study was to obtain the relationships between the predisposition, possibly, and the dominant factors with antenatal visit four times. The study design was cross-sectional. The sample selected was based on the pattern of cluster second phase, first phase with probability proportional to size used C Survey. The number of sample was 210 pregnant mothers who having infant age 5 6 months, where during pregnant ever checked their pregnancy to health worker. The data was collected by indepth interview method. The data was analysis by software C Sample on Epi Info 6.0 and others computer programs.
The result of study showed that the proportion of antenatal visit meet with the standard was a 51% and 84,8% respondent ever conducted antenatal visit at the private maternity clinics. The result of bivariate analysis known that the variable which having significant relationship to antenatal visit four times is high education, good knowledge, positive attitude, distance, high income, good information access to antenatal service and husband support. The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that having relationships to antenatal visit four times is knowledge, attitude, distance, income, information access and the most dominant that influence to K4 is mother's knowledge (OR 2,78).
Considering to this study, it is recommended that the institutional related especially to whom that giving health services on pregnant mother and delivery. The activities of Information, Education, and Communication (IEC) on Standard Operating Procedure (SOP) it is need to be cleared again, i.e. the availability of IEC steps that should be applied in entire of health facilities, starting from Village Integrated Service Post to Hospital, both private and state owned. Counseling activities is selection that effective and efficient to increase the mother's knowledge, and in order to understand the pregnant event, delivery, post-partum and the risk that possible faced, so it can be done preventive action.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Syuryati R.
"Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu, berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan status Gizi masyarakat, terutama keluarga miskin. Salah satu kelompok yang rentan adalah balita yang dengan keadaan ini menjadi Kurang Energi Protein (KEP). Untuk mencegah meluasnya kasus KEP, maka pemerintah Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan swasta memberikan bantuan berupa makanan tambahan untuk pemulihan (PMT-P). Pemberian PMT-P telah diteliti di beberapa daerah, namun sampai saat ini di kota Padang sendiri belum pernah dilaksanakan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status Gizi balita KEP keluarga miskin. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dan Puskesmas Belimbing, Kecamatan Kuranji, kota Padang terhadap balita KEP keluarga miskin yang mendapatkan PMT-P.Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dari 93 orang balita KEP keluarga miskin yang merupakan total sampling dengan responden ibu balita KEP.
Pengolahan data menggunakan analisis -univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan peningkatan status gizi balita KEP setelah PMT pemulihan selama 3 bulan hanya 43%. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah dan jenis PMT-P, berat ringan infeksi serta pelayanan kesehatan (p < 0.05). Variabel balita KEP dengan infeksi berat mempunyai hubungan yang paling kuat untuk tetap/kurang status gizinya dibandingkan dengan balita KEP yang menderita infeksi ringan. Pada pelaksanaan PMT-P, agar tegadi peningkatan status gizi balita KEP yang lebih baik, maka disarankan adanya pengobatan dan perawatan khusus di Rumah Sakit pada kasus-kasus balita KEP berat dan KEP dengan infeksi berat.
Disamping itu perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi makanan, sehingga PMT-P yang diberikan benar-benar hanya diberikan pada sasaran. Walaupun dari hasil penelitian tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan, penyuluhan dan pemantauan oleh petugas dengan peningkatan status gizi, yang kemungkinan oleh karena sebagian besar ibu berpendidikan rendah, untuk itu penyuluhan praktis yang informatif perlu ditingkatkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan KEP pada balita. Penelitian ini juga menyarankan agar PMT-P diteruskan terutama pada kasus-kasus KEP berat dan sedang serta adanya penelitian yang lebih lanjut dengan desain khusus yang menggunakan indeks BBITB.

Factors Related with the Increase of the Nutrition Status of PEM at the Under Five Year, on Poverty Community in Distric of Kuranji, PadangThe long economic crisis since 1997, cause bad effects to the community, specially community's health and nutrition's on poverty community. One of the most vulnerable group to get protein - energy malnutrition (PEM) is children under five year with this condition can get PEM. To prevent the protein - energy malnutrition from spreading further, the regional government on West Sumatra and some privates commits donated to the community, such supplementary feeding program. The supplementary feeding program was researched some regions, but until now the research never done in Padang.
The purpose of the research is to knowing the factors which related with the increase of the nutrition status of PEM at the children under five year, on poverty community. The research is done on Community Health Center on Kuranji and Belimbing region, distric, Kuranji, Padang; to the children under five year, with PEM on poverty community who got supplementary feeding. The research design was Cross Sectional. The sample's are 93 children's under five year on poverty community; they were total sampling, using their mother as respondents.
The data processing is using Univariat, Bivariat and Multivariat analysis. The result of research shows that only 43% success on increasing Nutrition's status at the children's under five year with PEM on poverty community after 3 months giving supplementary feeding. Kind and number of supplementary feeding, severe and mild infection and the health services have significant relation (p < O, 05). PEM at children under five year variable with the severe infection have a strong relation to statis or less of nutrition status compared with PEM at the children under, five year who got mild infection.
To increase the good children under five year nutrition status, suggested to handle seriously severe protein - energy malnutrition and severe infection with the intensive care. Beside that, need to giving supplementary feeding with the adequate number. It necessary to observe more intensively so that kind and number of the supplementary feeding given used by the PEM at children under five year only. Although from the research did not found significant relationship beetwen knowledge. give of information and supervision of health providers with the rise of nutrition status that may be most of mather have low education, that's need to increase giving of information with informatif practice in order it can increase knowledge of mather about nutrition and PEM at the children under five year, and also the supervision that done of health providers need to be repair in quality and adequacy. The research also recommended to be continuing supplementary feeding program, especially for moderate and severe PEM. And the further researchs with special design like body weight and body height indecs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
H.M. Afif Kosasih
"Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuningan, tepatnya di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Ciawigebang, kemantren Japara dan Kecamatan Keramatmulya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap terhadap kusta dari kepala keluarga dan tokoh masyarakat dan hubungannya dengan karateristik menurut umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei terhadap kepala keluarga dengan pendekatan "Cross Sectional" dan penelitian kualitatif terhadap tokoh masyarakat dengan menggunakan diskusi kelompokterarah (Fokus Group Diskusi).
Pengambilan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner tertrukstur terhadap 120 kepala keluarga yang dipilih secara acak. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisa ditribusi frekuensi dan Chi-Square dengan menggunakan program komputer SPSS/PC. Sedangkan pengambilandata kualitatif dilakukan dengan menggunakan diskusi kelompok terarah (Fokus Group Diskusi) terhadap 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 sampai 8 peserta. Data yang diperoleh dari hasil diskusi diolah dan kemudian dijelaskan berdasarkan analisa isi.
Hasil penelitian kuantitatif menunjukan bahwa karateristik berdasarkan jenis keiamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan pengetahuan tentang penyakit kusta. Sedangkan terhadap sikap, hanya karateristik berdasarkan umur dan tingkat pendidikan yang bermakna karateristik.
Dari hasil kelompok diskusi terarah (Fokus Group Diskusi) diketahui bahwa sebagian besar tokoh masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap positif terhadap penyakit kusta.

The Factor Related To The Knowledge Attitude Of The Heads Of Household And The Community Leaders On Leprosy In Kuningan Regency, The Province Of West JavaThe research employ quantitative and qualitative research method. Survey technique is employed as quantitative research method, while focus group discussion is used to collect qualitative information.
The Purpose of the research is to obtain the description on the relationship between age, sex, education and occupation characteristics to the knowledge and attitude of the community on the idea of leprosy disease and to examine knowledge and attitude of the community leader.
The primary data obtained from the survey collected from respondent who are selected through the random sampling technique. The data gathering is carried out through the used of interview, using structured questionaries. The data they are arranged and organized, after they have been given codes and scores, by using the computer programme SPSSIPC.
The research conducted in 3 sub districs of Kuningan Regency i.e. Kecamatan Keramat Mulya, Kemantren Japara and Kecamatan Ciawi gebang The sample for survey were 120 heads of households, while focus group discussion were carried out among community leaders.
The research result implies that the age based characteristics is statistically associated significantly to the knowledge on how leprosy spreads. and the attitude of the respondents when any member of their families or neighbor has skin disorder, and their attitude when there is a member of the community suffers from leprosy.
The level of education has statistically significant association with the knowledge on leprosy including the first symtom, how the disease spreads, the appropriate place of medicinal treatment, how to get the medicine, and the regularity of taking the medicine.lt is also associated significantly with the respondent, attitude on the problem of isolating the leprosy sufferers, the communities attitude when there is a member of them who suffers leprosy, and their attitude to a leprosy sufferer who sells food.
The types of occupation are associated with the knowledge on the first symtom of leprosy, how the disease spreads, the place of medicinal treatment, and how to get the medicine. In addition, the types of occupation are visa associated with the attitude of taking the medicine regularly and in facing leprosy sufferers.
It can be know from the result of FGD that most of the figures of the community have understood what leprosy is and its symtoms. On the other hand, their knowledge on how the disease spreads seems to be insufficient. Mean white, the result of FGD indicated that the attitude of the respondents is negative ( they are afraid of being infected).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T3737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>