Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjie Anita Payapo
"Diabetes mellitus adalah penyakit sistemik kronik yang bersifat genetik dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada berbagai organ tubuh termasuk kaki, yang diawali oleh gejala yang ringan seperti rasa baal hingga gejala yang serius seperti timbulnya gangren. Kejadien ini memberikan kerugian terutamabagi pasien dan keluarga, tenaga kesehatan maupun rumah sakit Selain hari rawat akan bertambah, perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tidak jarang pasien akan mengalami gangguan fungsi tubuh.
Guna mengantisipasi masalah tersebut, skink tahun 1993 telah dilakukan penyuluhan kesehatan oleh tim edukasi dari Sentral Informasi Diabetus dan Lipid di poliklinik Metabalilk Endokrin RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Kegiatan mencakup penyuluhan kesehatan khususnya tentang cara perawatan kaki bagi semua pasien baru diabetes minimal satu kali dalam sebulan. Kegiatan merawat kaki merupakan suatu tindakan yang efisien dan efektif apabila dilakukan secara teratur.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-hktor yang ada didalam Model Keyakinan Kesehatan yang terdiri dari persepsi pasien ( kerentanan, keseriusan, manfaat, rintangan dan pendarong) tentang kaki diabetik dengan kepatuhan melakukan perawatan kaki.
Penelitian ini dilakukan menggunakan disain cross sectional survei dengan responden pasien diabetes yang datang kontrol dan berobat ke polikinik Metabolik Endokrin. Sampel sebanyak 104 orang, pengumpulan data dilakukan dengan jalan wawancara dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang ada pada kuesioner serta observasi tanda- tanda fisik, untuk melihat tingkatan kepatuhan seseorang. Analisie statistik dilakukan dengan univariat, Kai Kuadrat untuk melihat hubungan variabel dependen dengan satu set variabel independen. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh serta variabel kontrol yang berperan sebagai confounder maka dilakukan uji multivariat regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap rintangan sehingga dapat dikatakan bahwa responden yang merasa mendapat sedikit rintangan dalam merawat kaki, 2,63 kali lebih patuh dari pada pasien yang menganggap akan menemui banyak rintangan dalam merawat kaki setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan dan pekerjaan.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan kepatuhan pasien diabetes dalam merawat kaki, maka petugas kesehatan perlu untuk melakukan upaya-upaya untuk mengurangi rintangan yang dihadapi pasien dalam merawat kaki, antara lain menyusun jadual perawatan kaki sesuai dengan kegiatan pasien dan penambahan media audiovisual dalam ruang penyuluhan untuk mempermudah pemahaman pasien terhadap objek yang dilihat dan didengar oleh pasien.

Diabetes Mellitus is a chronic systemic disease which has a genetical character and can generate many complication at a few part of the body, including feet, that begin by simple symptom like parassthesia until a serious symptom like gangrene. This situation canted a loss especially to the patient and their family, health practitioner and also the hospital. On top of the treatment's day will increase in the hospital and unsparsely, patient will suffer body disfunction.
To overcome this problem, since 1993 health counseling has been performed by education team from Sentral Informasi Diabetes & Lipid at Metabolic Endocrine clinic of RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta The activity cover counseling education, specially the procedure of legs nursing to all new diabetic patients, minimal once a month Legs nursing activity is an efficient and effective action if applicated regularly.
Based on the legs nursing activity, this research is aimed to know the correlation between factors in Health Belief Model with patient perception ( susceptibility, seriousness, benefits, barriers and support) about the diabetic foot with their compliance to conduct legs nursing.
The research was conducted by cross sectional survey's design through participation of diabetic patient who came to have treatment at metabolic endocrine's clinic. The amount of the sample is 104 patients, the data is collected through interview based on questionnaire and observation of physical sign to measure the level of compliance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T5778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Purnawati
"Dimasa lalu pembangunan nasional yang telah dilaksanakan di Indonesia dalam semua aspek kehidupan telah meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat didaerah perkotaan maupun pedesaan. Hal ini berdampak meningkatnya perilaku kehidupan modern antara lain diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat serta kurangnya aktivitas fisik sehingga berakibat pada meningkatnya prevalensi gizi lebih. Seiring dengan meningkatnya gizi lebih meningkat pula prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit diabetes melitus khususnya Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI). Penyakit tersebut sangat merugikan, karena disamping menimbulkan banyak penderitaan dapat juga menurunkan kualitas sumber daya manusia mengingat penyakit tersebut banyak menyerang pada usia produktif. Sementara perawatan dan pengobatannya membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk itu maka diperlukan usaha untuk pengelolaan penyakit tersebut termasuk usaha pencegahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian penyakit tersebut. Dikatakan status gizi obesitas mempengaruhi kejadian DMTTI. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh antara lain status gizi atau Indek MassaTubuh (IMT), tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat aktivitas dan ada tidaknya riwayat penyakit dalam keluarga. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan matching golongan umur dan jenis kelamin dengan jumlah responden 240 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 120 responden. Pengolahan data menggunakan progam SPSS 6 dan stata 4, dimana analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi.
Hasil penelitian rnenunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan terjadinya DMTTI , dengan OR sebesar 2 yang artinya pada EMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk terkena DMTTI dibandingkan dengan pada EMT rendah. Variabel aktivitas dan riwayat mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian DMTTI. Variabel aktivitas mempengaruhi hubungan antara IMT dengan DMTTI atau disebut sebagai konfounder. Demikian juga variabel riwayat mempengaruhi hubungan antara EMT dengan DMTTI atau disebut sabagai konfounder.
DMTTI dapat terjadi di semua golongan ekonomi dan tingkat pendidikan. Oleh karenanya sebagai tindakan pencegahan perlu adanya informasi tentang DMTTI secara luas kepada masyarakat agar mereka dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit DMTTI. Konsultasi genetik dapat dilakukan pada pasangan yang akan menikah tentang riwayat penyakit pada keluarga dan usaha untuk mengurangi resiko. Pola makan penderita sebelum sakit, dapat menjadi lanjutan penelitian yang sudah dilakukan.

A long time ago the national development has begun in Indonesia generally for all living aspects to improve the standard living and quality of human resources on the community in the urban and rural area. Because of that it can be improving of impact for changing of behavior to modern living among other high calorie diet high fat and low fiber also it can decrease physical activities so it makes an increase in over nutrition prevalence. During with improving of over nutrition can also increase the degenerative disease prevalence such as diabetes mellitus disease especially NIDDM. NIDDM is very detrimental because it can be making more suffering also it can decrease the quality of human resources. Considering that NIDDM mostly attack the productive age. Mean while its care and treatment need high cost. That is why we need an effort to manage including how to prevent the disease.
The aim of this research is to get a lot of information about factors which could be related to NIDDM. It is said that obesity influence NIDDM. Some factors as assumed can influence NIDDM among other nutrition status or BMI, income, education, activity and family history. The research design is matched case control study by using age and sex matching. With 240 respondents, each case and control is 120 respondents. Data analysis uses program of SPSS-6 and strata 4 where analysis conducted including univariate, bivariate and stratification analysis.
The result shows that there is a significant relationship between BMI and NIDDM with DR-2 which means that the high BMI has risk two times greater to be exposed NIDDM than the low BMI. The variable of activity and family history has a significant relationship to NIDDM. Activity influences the relationship between BMI and NIDDM or it's called as a confounder. Also family history influences the relationship between BMI and NIDDM or it is called as a confounder. NIDDM can attack every economic and education level. Because of that to prevent NIDDM it is necessary information about NIDDM spread out to the community. So that they can lived healthy and prevent NIDDM. Genetic consultation can be done to the couple going to the married, about family history and effort to lessen the risk. A further research about eating behavior before ill can be done."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Irene Hendrata
"Latar Belakang: Prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 cenderung meningkat di seluruh dunia dan keteraturan pengobatan masih menjadi masalah hingga saat ini. Penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara temperamen dengan kontrol glukosa namun belum banyak penelitian yang membahas hal ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara temperamen dengan terkontrol atau tidak terkontrolnya DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling pada 110 penyandang DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSCM selama bulan Agustus-Desember 2015. Responden dikelompokkan menjadi penyandang DM terkontrol atau DM tidak terkontrol berdasarkan hasil laboratorium HbA1c terakhir. Responden mengisi kuesioner Modified-Temperament and Character Inventory versi bahasa Indonesia.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor temperamen harm avoidance, novelty seeking, dan reward dependence tidak berhubungan bermakna dengan terkontrol atau tidak terkontrolnya DM tipe 2.
Simpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara temperamen dengan pengendalian kadar HbA1c pada penyandang DM tipe 2.

Background: Prevalence on type 2 Diabetes Mellitus (DM) tend to increase across the world and regulating treatment still being one of the matters to be discussed until recently. Previous research had found that there are correlations between temperament with glucose control but with limited study on that area. This research aim to qualify the relationship between temperament to controllable or uncontrollable type 2 DM.
Method: This research is a cross sectional sampling method. Sampling conducted with consecutive sampling on 110 respondents with type 2 DM in RSCM Metabolism Endocrine Polyclinic, sampling was done between August to December 2015. Respondents are grouped to two different groups which is controllable DM and uncontrollable DM based on last HbA1c laboratory results. Respondents were requested to fill up Modified-Temperament and Character Inventory questionnaire in Bahasa Indonesia.
Results: Result on this research indicates that temperament score in harm avoidance, novelty seeking, and reward dependence are unrelated with whether Type 2 DM being controllable or uncontrollable.
Conclusion: Absent of significant relation between temperament and HbA1c level control in type 2 DM patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia akan meneapai 12 juta pada tahun 2025. Sebagai salah satu komplikasinya penderita diabetes mengalami disfungsi ereksi yang cukup tinggi yaitu 27-82 % menurut beberapa kepustakaan di negara-negara barat dan 42-52% di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi klien Diabetes Mellitus terhadap gangguan aktifitas seksual. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Responden diambil di Poliklinik Endokrin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan kriteria klien yang sudah didiagnosis DM tanpa membedakan tipe I dan tipe II, serta laki-laki yang sudah menikah. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang dibagi datum 2 bagian, data 1 tentang demografi yang berisi 4 pertanyaan dan data II tentang persepsi sebanyak 10 pertanyaan. Dan kuesioner yang dirancang peneliti didapatkan hasil persepsi responden yang setuju bahwa klien DM ada gangguan terhadap aktifitas seksual sebesar 80 % dan yang tidak setuju sebesar 20 %. Persepsi responden yang setuju bahwa klien DM tidak ada gangguan terhadap aktifitas seksual sebesar 46 % dan yang tidak setuju 54 %. Responden yang setuju terhadap aktifitas pendukung untuk melakukan aktifitas seksual sebesar 77% dan yang tidak setuju 23%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi klien DM terhadap gangguan seksual cukup tinggi tetapi motivasi untuk melakukan aktifitas pendukung yang mendukung terhadap aktifitas seksual juga cukup kuat. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti Iainnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5219
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraab orang di seluruh dunia. Ada kurang lebih 463 juta orang dewasa di seluruh dunia tahun 2019 yang menderita diabetes mellitus, serta mengakibatkan 4,2 juta orang meninggal (IDF, 2020). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertingi yaitu sekitar 3,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia >25 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat didapatkan umur (p-value=0,000), pola konsumsi makanan manis (p-value=0,010), pola konsumsi mie instan/makanan instan (p-value=0,022), dan stres (p-value=0,006), memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian diabetes mellitus. Sedangkan jenis kelamin (p-value=0,671), obesitas (p-value=0,987), aktivitas fisik (p-value=1), merokok (p-value=0,407), dan hipertensi (p-value=0,986), tidak memiliki hubungan dengan kejadian diabetes mellitus. Peneliti menyarankan untuk memberikan edukasi mengenai faktor risiko diabetes mellitus, mempromosikan gaya hidup sehat, dan memfokuskan program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus pada kelompok umur 50-74 tahun. 

Diabetes mellitus is a disease that affects the lives and well-being of people around the world. There were approximately 463 million adults worldwide in 2019 who suffered from diabetes mellitus, and 4,2 million people died (IDF, 2020). The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia always increases every year. DKI Jakarta Province is the area with the higest prevalence, which is around 3,4%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the population aged 25 years in DKI Jakarta Province. The study uses secondary data from Riskesdas in 2018 with a cross-sectional research design. The results of the study based on bivariate analysis obtained age (p-value=0,000), consumption patterns of sweet food (p-value=0,010), consumption patterns of instan noodles/instant food (p-value=0,022), and stress (p-value=0,006), has a statistical relationship with the incidence of diabetes mellitus. Meanwhile, gender (p-value=0,671), obesity (p-value=0,987), physical activity (p-value=1), smoking (p-value=0,407), and hypertension (p-value=0,986), has no relationship with the incidence of diabetes mellitus. Researchers suggest providing education about risk factors for diabetes mellitus, promoting a healthy lifestyle, and focusing on diabetes mellitus prevention and control programs in the 50-74 years age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningsih Srilestari
"Latar belakang: Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan terutama untuk mencegah komplikasi yang sering berakibat fatal. Salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah cara tradisional pijat refleksi, namun efektifitas cara ini belum pernah dilaporkan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi terhadap penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) terkendali.
Metode penelitian: Uji klinik ini dilakukan secara acak, tersamar tunggal ("single blind, randomized clinical trial pada 66 penderita rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penderita adalah pasien NIDDM yang terkendali ( kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir ) dengan Obat Hipoglikemik Oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Pijat refleksi dilakukan dengan alat khusus dari tembaga berujung tumpul. Tekanan diberikan sebesar 3 kg/cm2 untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2 untuk telapak kaki.
Hasil penelitian: Dari penelitian didapat bahwa pada kelompok intervensi setelah mendapat pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg % (116,2 mg % menjadi 104,8 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6mg % (113,0 mg % menjadi 121,6 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar gukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % (144,8 mg % menjadi 141,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg % (145,4 mg % menjadi 163,1 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar glukosa darah puasa setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 21,3 mg % (116,2 mg % menjadi 94,9 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 2,3 mg % (113,0 mg % menjadi 115,3 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Hadar glukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 15 mg % (144,8 mg % menjadi 129,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 13,0 mg % (145,4 mg % menjadi 158,4mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005).
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali. Metode ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif tambahan pada pasien NIDDM terkendali, disamping pengobatan baku yang diberikan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T8334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwono Waspadji
"ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang merupakan problem kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di kota-kota besar, yang meningkat menyertai adanya perubahan pola hidup masyarakat. Di Jakarta, penelitian epidemiologis pada penduduk yang dilakukan pada tahun 1982 mendapatkan prevalensi DM penduduk usia > 15 tahun sebesar 1,7 %, dan pada penelitian tahun 1993 meningkat menjadi 5,7 %. Jika tidak dikelola dengan baik, DM dapat mengakibatkan komplikasi kronik, baik komplikasi mikrovaskular yang dapat mengenai mata dan ginjal, maupun komplikasi makrovaskular yang terutama mengenai pembuluh darah jantung, otak, dan pembuluh darah tungkai bawah. Keadaan hiperglikemia kronik disangka merupakan dasar terjadinya komplikasi kronik, antara lain melalui proses glikasi berbagai macam protein. Terbentuknya produk akhir glikosilasi lanjut (advanced glycation end product) yang ireversibel akan berpengaruh terhadap fungsi protein terkait.
Komplikasi kronik DM terjadi balk pada pasien DM yang tidak tergantung insulin (DMTTI non insulin dependent DM = NIDDM = DM tipe 2) maupun DM yang tergantung insulin (DMTI = insulin dependent DM = IDDM = DM tipe 1), walaupun ada perbedaan dalam kekerapan jenis komplikasi yang terjadi. Komplikasi makrovaskular lebih sering ditemukan pada DM tipe 2, sebaliknya pada DM tipe 1, komplikasi mikrovaskular yang terjadi pada ginjal dan mata tampak lebih menonjol.
Di antara komplikasi menahun makrovaskular DM, "kaki diabetes" merupakan komplikasi yang paling mengesalkan, baik bagi pasien maupun bagi dokter yang mengelolanya. Kasus ulkus/gangren diabetes merupakan kasus DM yang terbanyak dirawat. Diperkirakan sebanyak sepertiga dari seluruh pasien DM akan mengalami masalah pada kakinya. Hari perawatan yang lama dan biaya pengobatan yang mahal merupakan salah satu persoalan yang harus mendapat perhatian sebaik-baiknya. Belum lagi dihitung tenaga yang hilang akibat kecacatan, dan ketidakhadiran di tempat kerja, serta biaya yang diperlukan untuk pengelolaan kecacatan tersebut. Apalagi kalau dilihat nasib pasien pasca amputasi, 30 - 50 % pasien yang telah diamputasi akan memerlukan tindakan amputasi untuk kaki sisi lainnya dalam kurun waktu 1 - 3 tahun setelah amputasi. Suatu nasib yang sungguh sangat suram."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
D431
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Yenny Rotua Lucyana
"ABSTRAK
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penerapan GayaHidup Sehat Diabetes Pada Penderita DM tipe 2 di KotaPematangsiantar Tahun 2017Penyakit Diabetes Mellitus DM menjadi salah satu masalah kesehatan yangbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi DM tipe 2 mengalamipeningkatan di Kota Pematangsiantar akibat dari perubahan gaya hidup. Tujuanpenelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan denganpenerapan gaya hidup sehat penderita DM tipe 2. Desain penelitian yangdigunakan adalah Cross Sectional, jumlah sampel 124 responden diambil denganmenggunakan Cluster Sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square danregresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antarapersepsi hambatan, efikasi diri, pengetahuan, dukungan keluarga, dan jeniskelamin dengan penerapan gaya hidup sehat DM Faktor-faktor yang palingdominan berhubungan dengan penerapan gaya hidup sehat adalah efikasi diri OR=8,378 dan dukungan keluarga OR=2,626 . Responden yang memilikiefikasi diri yang tinggi akan berpeluang 8 kali lebih besar melakukan penerapangaya hidup sehat, dan responden yang mendapat dukungan keluarga yang tinggiberpeluang 3 kali lebih besar melakukan penerapan gaya hidup sehat.Rekomendasi dari penelitian ini agar dilakukan upaya peningkatan efikasi diridengan pemberian edukasi pada penderita DM dengan melibatkan peran sertakeluarga penderita.Kata kunci : Diabetes melitus, Penerapan gaya hidup sehat, Persepsi Individu,Efikasi Diri, Pengetahuan, Dukungan Keluarga.

ABSTRACT
Factors Related to Application of Healthy Lifestyle of Type 2Diabetes Mellitus in Pematangsiantar 2017Diabetes Mellitus DM has become one of the major health problems inIndonesia as well as in many other countries. The prevalence of Type 2 DiabetesMellitus T2DM has increased in Pematangsiantar as result of lyfestyle change.This research aimed to analyze the factors related to application of healthylyfestyle of T2DM patient. This research rsquo s design used was Cross Sectional, thesample of 124 respondents was taken by Cluster Sampling. Data analysis usingChi Square Test and multiple logistic regression. The results show there is arelationship between perception of barriers, self efficacy, knowledge, familysupport, and gender with the application of healthy lifestyle. The most dominantfactors related to the application of healthy lifestyle are self efficacy OR 8,378 and family support OR 2,626 . Respondents who have high self efficacywill have 8 times greater chance of implementing a healthy lifestyle, andrespondents who have high family support have 3 times greater chance ofimplementing a healthy lifestyle. The recommendation of this research is to makeefforts to increase self efficacy by giving education to T2DM patient by involvingpatient 39 s family participation.Key Word T2DM application of healthy lifestyle Individual perceptions knowledge cues to action"
2017
T47585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Hanun Shalihah
"Latar belakang: Selulitis merupakan infeksi kulit oleh bakteri atau pioderma yang relatif umum terjadi. Angka kejadian selulitis adalah 24,6 per 1000 penduduk per tahun dengan insiden lebih tinggi pada orang berusia 45-65 tahun, di mana selain usia paruh baya, selulitis juga sering terjadi pada lansia. Selain peningkatan usia, jenis kelamin dan diabetes melitus juga dapat meningkatkan risiko selulitis. Tujuan penelitian ini teranalisisnya hubungan antara usia, jenis kelamin, diabetes mellitus dan selulitis pada pasien rawat inap dan rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Meskipun telah ada penelitian yang meneliti hubungan antara faktor risiko selulitis dan selulitis di negara lain, jumlah penelitian mengenai hubungan tersebut masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti hubungan antara usia, jenis kelamin dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis. Metode: Studi cross sectional dilakukan dengan total 131 subyek. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa rekam medis pasien. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dan kejadian selulitis (p-value = 0,044), namun tidak ada hubungan antara kejadian selulitis dan jenis kelamin (p-value = 0,433). Selain itu, ada hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian selulitis (p-value = 0,035). Kesimpulan: Penelitian ini menegaskan bahwa ada hubungan antara usia dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis.

Introduction: Cellulitis is a relatively common bacterial skin infection or pyoderma. The incidence of cellulitis is 24.6 per 1000 population per year with a higher incidence in people aged 45-65 years, where apart from middle age, cellulitis also often occurs in the elderly. In addition to increasing age, gender and diabetes mellitus may also increase the risk of cellulitis. The purpose of this study is to analyze the relationship between age, gender, diabetes mellitus and cellulitis in inpatients and outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Although there have been studies examining the relationship between risk factors for cellulitis and cellulitis in other countries, the number of studies regarding this relationship is still limited. Therefore, further research is needed to examine the relationship between age, gender and diabetes mellitus with the incidence of cellulitis. Methods: A cross-sectional study was conducted with a total of 131 subjects. The data used is secondary data in the form of patient medical records. Results: Our result shows that there is a relationship between age and the incidence of cellulitis (p-value = 0.044), but there is no relationship between the incidence of cellulitis and gender (p-value = 0.433). In addition, there is a relationship between diabetes mellitus and the incidence of cellulitis (p-value = 0.035). Conclusion: This study confirms that there is a relationship between age and diabetes mellitus with the incidence of cellulitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie Nomiko
"Diabetes Mellitus (DM) rnerupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah (hiperglikenia). Prevalansi DM saat ini berkisar antara 1,4 % sampai dengan 1,6 %. Menurut WHO pada tahun 2020 diperkirakan jumlah pasienDM di Indonesia sebesar 86 %- 138 % dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia Pada Periode Yang sama Yang hanya 40 %. Pemberian diet masih merupakan salah satu cara untuk menjaga agar kadar gula tetap normal. Oleh karena itu ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan klien DM terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan (program diet) merupakan Salah satu kendala pada pelayanan diabetes.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM dalam penatalaksanaan diet yang dialami. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap B lantai IV kanan dan V kanan RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo pada tanggal 14 Mei 2001 sampai dengan 2 Juni 2001.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana. Sampel yang digunakan berjumlah 28 sampel, sampel adalah klien DM dengan kriteria bisa baca tulis dan bersedia mengisi kuisioner, mendapat terapi diet dan sedang mengalami rawat inap di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar sampel berusia lebih dari 60 tahun (35,71 %), berpendidikan SD (32,l4 %), berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 (42,815 %).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM ferhadap penalalaksanaan diet didapatkan bahwa faktor pengetahuan sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM dengan rata-rata skor 12,5 dan Standar Deviasi 0,67. Faktor sosial budaya mempengaruhi kepatuhan klien DM dengan rata-rata skor 12,2 dengan SD 0,64. Faktor dukungan keluarga sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan dengan rata-rata skor 13,2 dan SD 0,84 serta faktor motivasi mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM dengan rata-rata skor 12,6 dan SD 1,47.
Hasil penelitian merekomendasikan untuk penelitian Iebih Ianjut agar dapat dikembangkan lagi penelitian korelatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan menjalani diet yang dibatasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5061
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>