Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190639 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Togi Asman
"ABSTRAK
PENDAHULUAN. Salah satu penyakit akibat kerja yaitu hematuria dapat terjadi akibat para pekerja mengalami benturan berulang antara telapak tangan atau telapak kakinya dengan sesuatu permukaan alat yang keras. Hematuria karena getaran terjadi akibat hemolisis intravaskuler yang timbul akibat adanya jejas mekanik terhadap eritrosit yang terdapat pada pembuluh darah telapak tangan dan lengan. Dari data sekunder pada bulan Maret 1999 di Pusat Kesejahteraan Mahasiswa UI (Universitas Indonesia ) ditemukan keluhan badan capek, lemah, tangan kebas dan pada pemeriksaan fisik di lapangan menunjukkan konjungtiva anemis ( 28,6 %) dari pekerja pemotong rumput di kompleks UI depok.
SUBJEK PENELITIAN.Populasi penelitian ini adalah seluruh operator pemotong rumput di kompleks Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat. METODOLOGI.Penelitian ini meliputi pemberian intervensi berupa akselerasi getaran dalam sumbu x = 8 m / dtk 2 dan 10 m / dtk 2 pada frekuensi getaran 40 Hz semuanya diatas NAB (nilai ambang batas ) sesuai ketetapan Departemen Tenaga Kerja dan TLVs dari ACGIH dengan lama pajanan per hari dan mesin pemotong rumput `Tanaka RBK 250 yang digunakan operator ( pekerja ) pemotong rumput di kompleks Ul Depok, Jawa Barat.
Untuk mendapat informasi hubungan berbagai variabel metode yang digunakan adalah kuasi eksperimental (desain pre dan post test). Pada penelitian ini variabel umur, masa kerja, dan variabel penggunaan alat pelindung merupakan variabel yang dimasukkan dalam variabel para eksperimental yang akan dipelajari pengaruhnya terhadap terjadinya hematuria, ( sedimen eritrosit dalam urin ).
HASIL PENELITIAN. Dan hasil analisis diperoleh bahwa 3 orang diantara subjek penelitian terdapat hematuria (15 % ). Sedangkan terdapat hubungan yang signifikan antara lama pajanan dengan hematuria sesudah kerja ( p < 0,05 ) dengan nilai odds ratio = 1,37 pada konfiden interval 95 % . Lama pajanan getaran tangan lengan 5 - 7 jam ( X = 6,37 jam ) berhubungan dengan terjadinya hematuria, resiko menjadi hematuria dengan lama pajanan per hari > 6 jam adalah sebesar 1,37 kali dibanding dengan lama pajanan per hari 5 6 jam. Umur, masa kerja tidak berhubungan dengan hematuria demikian juga API) (pemakaian alat pelindung diri ) tidak ada hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hematuria sesudah kerja, namun dari hasil analisa statistik didapat nilai odds ratio yang cukup besar yaitu 6,50 pada konfiden interval95 % untuk pemakaian AHD. Resiko untuk menjadi hematuria pada operator yang tidak selalu memakai API) ( sarung tangan) adalah 6,50 kali dibanding dengan yang selalu memakai APE) ( sarong tangan ) pada waktu keija.
REKOMENDASI Oleh karena itu disarankan agar lama pajanan per hari operator pemotong rumput di UI dikurangi sebaiknya lama pajanan per hari 4 - < 6 jam,serta selalu menggunakan sarung tangan pada waktu kerja, pegangan alat pemotong rumput diberi lapisan yang dapat mengurangi getaran tangan lengan. Perlu penelitian berlanjut yang lebih luas untuk mengetahui besar dan kronisitas dari hemolisis serta dampaknya terhadap fungsi ginjal.

ABSTRACT
INTRODUCTION. One of the occupational disease is Haematuria. It can happen because worker gets collision continuously between hand sole or foot sole with a hard surface. Haematuria that caused by vibration, happens because of intravasculer hemolysis that come out because of being mechanic scraped to blood vessels of hand sole and arm. According to secondary data in March 1999 at welfare Center of Indonesia University, found complaint, tired body, weak, finger numbness and physic survey in the field showed anemis conjunctiva 28,6 % (8 workers) from Grass Cutter worker at UI area in Depok.
SUBJECT OF RESEARCH. This research population is all Grass Cutter operator at University of Indonesia area in Depok, west Java.
METHODOLOGY. This research derives from giving interference namely vibration acceleration in fuse x = 8 m 1 s 2 and 10 m 1 s z on vibration frequency 40 Hz, all above NAB ( value of limit threshold) according to Manpower Department and TLVs from ACGIH by using daily exposure from Grass Cutter machine ` Tanaka ` RBK 250 that used by Grass Cutter worker at UI area in Depok, West Java.
To get relation information of kind of method variable that used is kuasi experimental ( pre and post test design ). In this research age variable, life time exposure and variable the use of protecting tool is variable that put in variable para experimental that will be studied the effect how haematuria can happen ( sediment of erytrosit in urine ).
RESULT. Result show that 3 people among subject of research got haematuria ( 15 % ). While there is a significant relation between time of exposure and haematuria after working ( p < 0,05 ) with odd ratio value = 1,37 at confident interval 95 %. Vibration exposure of 5 --- 7 hour for daily ( X = 6,37 hour, median - 6,75 ) connected by haematuria , the risk of getting haematuria with time of daily exposure > 6 iwlu is 1,37 times compared with time of daily exposure 6 hour. Age, life time exposure is not connected with haematuria also API) ( the use of self protection tool ) there is not significan relation to get haematuria after working, but the result of statistic analization was gotten a big odd ratio value namely 6,50 at interval confident 95 %. The risk of getting haematuria with worker not always uses APE) ( glove ) is 6,50 times compared with someone that always uses API) ( glove ) when worker is working.
RECOMMENDATION. It is suggested to reduce time of daily exposure Grass Cutter operator at L3I, the best time of daily exposure is 4 -
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Irianto
"ABSTRAK
Percepatan proses menggemukkan ternak baik ternak lembu maupun ternak kambing sangat diperlukan oleh petani guna memangkas waktu produksi ternak dalam rangka memperkecil biaya produksi. Penghematan biaya produksi berdampak keuntungan peternak menjadi meningkat, untuk penggemukkan ternak selain diberi makanan berupa hijauan duan (rumput) juga diberikan konsentrat yang mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi penambahan bobot ternak dalam waktu relatif singkat. Dari sisa hijauan atau rumput, peternak memberikannya tanpa dicacah atau dipotong terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan banyak bagian pangkal ruput/ hijauan yang tidak termakan oleh ternak dan menjadi sampah. Bagian yang tidak termakan mencapai 30% dari total hijauan yang diberikan. Keadaan ini merugikan peternak karena hijauan didapat dari membeli kepada pihak lain. Untuk itu diperlukan mesin yang dapat mencacah hijauan atau rumput dengan cepat dan ukurannya tertentu yang dimaui oleh ternak. Metode yang digunakan adalah metode try and error yaitu mengukur panjang potongan rumput pada putaran mesin 300 rpm, 500 rpm, dan 800 rpm. Kemudian membandingkan ukuran rumput berdasarkan hasil dari tiga putaran mesin yang berbeda. Hasil dari tiga variasi putaran adalah putaran mesin rendah yaitu 300 rpm menghasilkan ukuran panjang rumput tidak berbeda yaitu antara 1cm-15cm"
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2017
338 PLMD 20:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Irianto
"Abstrak
Percepatan proses menggemukkan ternal baik ternak lembu maupun ternak kambing sangat diperlukan oleh petani guna memangkas waktu produksi ternak dalam rangka memperkecil biaya produksi. Penghematan biaya produksi berdampak keuntungan peternak menjadi meningkat, untuk penggemukkan ternak selain diberi makanan berupa hijauan duan (rumput) juga diberikan konsentrat yang mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi penambahan bobot ternak dalam waktu relatif singkat. Dari sisa hijauan atau rumput, peternak memberikannya tanpa dicacah atau dipotong terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan banyak bagian pangkal ruput/ hijauan yang tidak termakan oleh ternak dan menjadi sampah. Bagian yang tidak termakan mencapai 30% dari total hijauan yang diberikan. Keadaan ini merugikan peternak karena hijauan didapat dari membeli kepada pihak lain. Untuk itu diperlukan mesin yang dapat mencacah hijauan atau rumput dengan cepat dan ukurannya tertentu yang dimaui oleh ternak. Metode yang digunakan adalah metode try and error yaitu mengukur panjang potongan rumput pada putaran mesin 300 rpm, 500 rpm, dan 800 rpm. Kemudian membandingkan ukuran rumput berdasarkan hasil dari tiga putaran mesin yang berbeda. Hasil dari tiga variasi putaran adalah putaran mesin rendah yaitu 300 rpm menghasilkan ukuran panjang rumput tidak berbeda yaitu antara 1cm-15cm"
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2017
338 PLMD 20:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Radite Nusa Senjaya
"Latar belakang: Hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 menunjukkan adanya 3.5% pekerja mengalami hematuria. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi adanya hubungan pajanan getaran seluruh tubuh terhadap kejadian hematuria serta pengaruh faktor-faktor lain pada pekerja mekanik forklift perusahaan alat berat.
Metode penelitian: Disainyang digunakan adalah potong lintang. Data primer adalah hasil pengukuran pajanan getaran seluruh tubuh dan pemeriksaan urin lengkap sesudah bekerja. Data sekunder yang digunakan adalah hasil pemeriksaan berkala tahun 2012. Dari seluruh 136 mekanik forklift, hanya 106 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Hasil penelitian: Prevalensi hematuria pada pekerja mekanik forklift adalah 25.5%, pajanan getaran seluruh tubuh antara 0.0003 sampai 1.350m/s2. Ditemukan hubungan bermakna antara lama pajanan getaran per hari dengan hematuria (OR:2.7, 95%CI: 1.03-6.84), dan semua hematuria terpajan getaran diatas 0.21 m/s2.
Kesimpulan: Adanya hubungan antara lama pajanan getaran per hari dengan risiko kejadian hematuria, pajanan selama >3jam/hari meningkatkan risiko terjadinya kejadian hematuria. Disarankan untuk menurunkan pajanan getaran dibawah 0.21 m/s2 selain membatasi waktu pajanan.Melakukan pemeriksaan berkala terutama urin lengkap untuk pekerja mekanik forklift.

Background: Results of Medical Check-Up 2012, showed that 3.5% employee have hematuria. The objective of this study is to identify if there is a relationship between whole body vibration and hematuria other factors amongforklift mechanics in heavy equipment industry.
Method: This study used cross sectional design, primary data was whole body vibration andafter work urine sample analysis, secondary data used were results from medical check up in 2012. A total sample of 132 forklift mechanics, were recruited, but only 106 samples meet the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria.
Results of this study: Prevalence of hematuria was 25.5%,whole body vibration exposure was between 0.0003 until 1.350m/s2. A significant relation between daily period of vibration exposure with hematuria was found(OR:2.7, CI: 1.03-6.84), subjects with hematuria were exposed to vibration above 0.21 m/s2(
Conclusions: Daily vibration exposure>3 hours showed a higher risk for hematuria. It is recommended that the vibration should be decreased to <0.21 m/s2, besides limiting the time of daily exposure. Periodic medical examination should include urine analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saharuddin
"ABSTRAK
Modal sosial akhir-akhir ini menjadi perhatian bagi ahli-ahli sosiologi ekonomi. Sebagian mengajukan konsep modal sosial sebagai alternatif baru bagi pendekatan pembangunan yang berbasis masyarakat. Namun sebagian lain melihat gejala kemunduran modal sosial sejalan dengan semakin meluasnya ekspansi kapitalisme.
Penelitian ini lebih melihat modal sosial sebagai kekuatan dinamis yang dimiliki oleh suatu komunitas. Kedinamisan modal sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk pergeseran norma-norma pertukaran; sedemikian rupa sehingga individu-individu merasa terjamin untuk memperoleh keuntungan timbal balik.
Fokus penelitian adalah mengkaji bagaimana cara modal sosial menjembatani berbagai kelompok kepentingan dalam kelembagaan kesehatan lokal. Untuk itu dipilih pendekatan kritis dengan tehnik pengolahan dan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian tesis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif memang tidak lazim dilakukan. Namun saya perlu melanjutkan penelitian dengan pendekatan kualitatif setelah saya menemukan keunikan dari hasil penelitian awal, yaitu: (1) analisis statistik (prosedur logistik; program Statistic Analysis System/SAS) atas data hasil survey menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik rumahtangga atau individu dengan kegiatan menabung; (2) Posyandu yang semula direncanakan menjadi pintu masuk pengembangan masyarakat ternyata tidak mendapat "legitimasi" dari partisipan. Justru organisasi-organisasi akar rumput memiliki kekuatan untuk memfasilitasi tindakan-tindakan kolektif anggotanya.
Untuk memperoleh penjelasan lebih jauh mengenai kekuatan organisasi akar rumput tersebut di atas maka saya telah mengubah orientasi penelitian dari pendekatan survey ke arah pendekatan kualitatif. Untuk itu maka pengumpulan data dilakukan melalui dialogis di tingkat kelompok akar rumput hingga ke birokrasi lokal. Dengan cara dialogis tersebut maka memungkinkan penerapan metode koogeneratif. Prosedur aksi - refleksi sangat dominan dalam proses pengumpulan dan analisis data. Dengan pendekatan sepeti di atas aspirasi organisasi akar rumput dan aspirasi aparat birokrasi dapat secara langsung dipertemukan.
Partisipan penelitian adaiah anggota dari organisasi akar rumput yang tersebar pada empat desa. Setiap kelompok akar rumput mewakili karakteristik desa dan karakteristik aktivitas organisasi akar rumput. Pada keempat organisasi akar rumput tersebut peneliti bersama partisipan menggunakan modal sosial lokal untuk mengintegrasikan institusi-institusi lokal dalam suatu jaringan yang kuat. Untuk itu upaya menemukan simpul interaksi antar warga dan antar institusi menjadi penting. Simpul interaksi dan jaringan institusi lokal dalam hal ini diperlukan untuk menciptakan organisasi akar rumput yang kuat dan otonom dalam mengelola lembaga kesehatan lokal.
Dalam penelitian ini peneliti telah membedah lingkungan sosial dan sumberdaya komunitas dengan menggunakan tujuh unsur-unsur pemberdayaan komunitas yang telah digunakan oleh UNICEF (1999), yaitu kepemimpinan, organisasi komunitas, pengetahuan komunitas, dana komunitas, proses pengambilan keputusan komunitas, teknologi komunitas dan sumberdaya material komunitas. Dari ketujuh unsur itu, lima unsur pertama secara berturut-turut telah menjembatani tindakan-tindakan kolektif, khususnya dalam kegiatan menabung. Kegiatan menabung menjadi perilaku yang dibimbing oleh seperangkat sistem norma dalam komunitas sehingga tercipta tindakan kolektif yang terorganisir. Kegiatan menabung dalam organisasi akar rumput kemudian menjadi simpul interaksi warga komunitas. Peristiwa menabung mampu meniadakan perbedaan-perbedaan dalam komunitas, baik secara horizontal (perbedaan karakteristik keluarga dan atau karakteristik pribadi) maupun secara vertikal (perbedaan kelas atau status sosial ekonomi).
Implikasi terhadap metodologi penelitian aksi adalah organisasi akar rumput yang memfasilitasi kegiatan menabung dan memiliki mekanisme pengelolaan pelayanan kesehatan secara partisipatif menjadi titik tolak pengembangan modal sosial. Setanjutnya peristiwa menabung dalam organisasi akar rumput menjembatani terbangunnya proses dialogis antara kelompok akar rumput dengan birokrasi lokal, khususnya aparat kesehatan. Fokus perhatian adalah bagaimana cara agar organisasi lokal dapat memperkuat lembaga kesehatan lokal.
Penelitian ini menemukan bahwa: (i) Modal sosial memberi kontribusi yang besar dalam menjembatani tindakan kolektif dalam kelompok organisasi akar rumput sehingga terbentuk suatu simpul interaksi yang kondusif bagi pengembangan suatu lembaga (kesehatan lokal). (ii). Munculnya lembaga kesehatan lokal dalam komunitas menunjukkan bahwa manajemen pelayanan kesehatan telah mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Hal itu mengandung konsekuensi bahwa penerapan prinsip-prinsip resiprositas berkenaan dengan masalah kesehatan tidak lagi bersifat spontan tetapi telah bergeser ke arah pengaturan yang lebih sistematis, (iii) Dalam konteks hubungan antara organisasi akar rumput dengan birokrasi lokal penelitian ini telah menunjukkan bahwa harapan untuk terjadinya integrasi antara kelompok akar rumput dengan birokrasi lokal masih sulit tercapai. Perbedaan visi pelayanan kesehatan antara organisasi akar rumput dengan birokrasi lokal telah mempertegas betas antara keduanya. Kegagalan dalam mempertemukan visi kedua pihak berarti telah hilang satu kesempatan membangun kepercayaan organisasi akar rumput terhadap birokrasi lokal. Hal itu sekaligus memutus simpul interaksi antara organisasi akar rumput dengan birokrasi lokal dalam proses pelayanan kesehatan. Penyebabnya adalah keragaman mekanisme yang menjadi pilihan masing-masing organisasi akar rumput masih belum mendapat pengakuan dari birokrasi lokal. Birokrasi pemerintahan lokal masih mempertahankan pola lama; terlalu banyak masuk dalam wilayah otonomi masyarakat. Kebijakan birokrasi lokal belum memungkinkan tumbuhnya demokrasi secara lebih cepat. Dengan kata lain ruang demokrasi yang mulai terbuka pada tingkat organisasi akar rumput belum didukung dengan perubahan sikap pada birokrasi pemerintahan lokal.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawardi
"Penelitian ini akan menganalisis dampak kebijakan investasi Pemerintah Daerah Jawa Barat pada sektor industri terhadap struktur penyerapan tenaga kerja di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan daerah lainnya. Pemilihan Propinsi Jawa Barat sebagai basis penelitian dikarenakan Propinsi tersebut merupakan salah satu sentra industri yaitu di wilayah Bandung, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Botabek). Menarik untuk dijadikan kajian karena Botabek merupakan daerah penyangga Propinsi DKI Jakarta yang notabene merupakan pusat aktivitas perekonomian Indonesia.
Kurang lebih 60% pembangunan sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor industri pengolahan dan berada di Propinsi Jawa Barat. Kebijakan tersebut diharapkan dapat berdampak pada penyerapan jumlah tenaga kerja sekaligus mengurangi tingkat pengangguran regional. Konsekuensi logis adanya interregional effect akan berdampak pula pada daerah sekitarnya.
Investasi yang dilakukan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat di dalam penelitian ini bukanlah investasi yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan skenario alternatif kebijakan investasi yang mungkin diambil, untuk menstimulasi pihak swasta sebagai pelaku utama dalam pembangunan sektor industri. Pemilihan skenario kebijakan investasi Pemerintah Daerah Jawa Barat tersebut berdasarkan kebutuhan msayarakat akan peluang memperoleh lapangan kerja di berbagai sektar industri pengolahan.
Adapun skenario yang dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan sektor-sektor industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. Setor-sektor yang dimaksud adalah sektor industri tekstil (sektor 9), industri kertas (sektor 11) dan industri barang dari logam (sektor 15). Pertimbanganya adalah ketiga sektor tersebut merupakan sektor penyumbang terbesar ketiga yaitu 17,3% bagi penyerapan tenaga kerja di Propinsi Jawa Barat setelah sektor pertanian 29,69% dan sektor perdagangan 24,96%.
Data awal yang digunakan untuk menganalisis dampak tersebut adalah Tabel Input-Output Antar Daerah (IRIO) Tahun 2000 hasil pemutakhiran data Input-Output Antar Daerah (IRIO) Tahun 1990 yang disusum oleh Bappenas.
Dari hasil simulasi dapat dikatakan bahwa kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah Jawa Barat dengan mendorong pihak swasta untuk lebih banyak berperan dalam pembangunan ekonomi, terutama disektor industri tekstil (sektor 9), industri kertas (sektor 11) dan industri pengolahan barang dari logam (sektor 15) memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat, akan tetapi kurang signifikan dampaknya terhadap Propinsi DKI Jakarta dan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi di Propinsi DKI Jakarta dan lainnya relatif rendah bila dibandingkan dengan sektor-sektor sejenis di Propinsi Jawa Barat. Hal ini ditunjukan oleh rendahnya nilai keterkaitan kebelakang (backward linkages), keterkaitan kedepan (forward linkages) dan pure linkages. Dengan kata lain, dampak interregionalnya kecil atau kurang berarti."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Susanto
"Penelitian tentang struktur komunitas Amfibi di kampus UI Depok telah dilakukan pada bulan Januari?April 2006. Metode yang digunakan adalah Visual Encounter Survey (VES). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis Bangsa Anura yang termasuk ke dalam 4 Famili yang hidup di 5 tipe habitat yang berbeda. Bufo melanostictus merupakan jenis yang dominan di lima tipe habitat yang ada di kampus UI Depok. Tipe habitat perairan tenang yang ditumbuhi banyak vegetasi (kolam dan rawa) merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman Anura paling tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan nilai Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener sebesar 2,04, indeks kemerataan jenis sebesar 0,93, dan terdapat 9 jenis Anura. Indeks kesamaan Sorenson menunjukkan bahwa tipe habitat perairan tenang yang banyak ditumbuhi vegetasi mempunyai komunitas Anura yang mirip dengan perairan tenang yang luas (situ). Pengelompokan komunitas Anura menggunakan metode UPGMA berdasarkan nilai indeks kesamaan Sorenson mengelompokkan kedua tipe habitat tersebut menjadi satu, karena kemiripan komposisi jenis Anura penyusunnya. Keberadaan wilayah perairan dan vegetasi sangat berperan dalam mendukung kehidupan Anura, terutama dalam proses berbiak, sehingga pengelola kampus UI Depok harus mempertahankan keberadaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S31418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian Tentang studi komunitas makroepifit di Kampus UI Depok
telah dilakukan pada bulan September 2007. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui komposisi jenis makroepifit, kelimpahan makroepifit pada wilayah
utara dan wilayah selatan di Kampus UI Depok, serta perbandingan
kelimpahan makroepifit pada berbagai strata pohon (basal, batang dan
kanopi). Pengambilan data dilakukan pada pohon sebagai habitat
makroepifit di wilayah utara dan selatan Kampus UI Depok. Data yang
diambil berupa data komposisi jenis, frekuensi, kerapatan dan penutupan
tajuk makroepifit dari setiap pohon pada setiap strata pohon (basal pohon,
batang dan kanopi). Analisis data dilakukan dengan melihat jumlah jenis,
frekuensi relatif, kerapatan relatif, penutupan tajuk relatif, indeks nilai penting,
indeks Sorensen, uji - t, dan hubungan antara faktor abiotik dan kerapatan
makroepifit dengan menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa makroepifit yang ada di Kampus UI Depok terdiri dari 4
famili dan 12 jenis. Drymoglossum piloselloides adalah jenis makroepifit yang
memiliki kelimpahan terbesar di dalam komunitas makroepifit di wilayah utara
Kampus UI Depok. Drymoglossum piloselloides dan Pyrrosia lanceolata
adalah jenis makroepifit yang memiliki kelimpahan besar di dalam komunitas
makroepifit di wilayah selatan Kampus UI Depok. Bagian batang pohon
berperan paling besar sebagai habitat makroepifit di Kampus UI Depok.
Kelimpahan makroepifit di wilayah selatan lebih besar dibandingkan di
iv
wilayah utara karena suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya di wilayah
selatan lebih sesuai untuk pertumbuhan makroepifit dibandingkan di wilayah
utara."
Universitas Indonesia, 2007
S31472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niprida Mardin
"Hipertensi merupakan risiko utama penyakit kardiovaskular dan stroke. Berdasarkan hasil SKRT tahun 1995, penyakit ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Besarnya masalah stroke dan kardiovaskular ini telah mengindikasikan besar masalah hipertensi di masyarakat Secara nasional angka hipertensi belum ada, namun dari beberapa studi di beberapa propinsi didapatkan prevalensi sebesar 8 - 26 %, dan di Kelurahan Abadi Jaya sebesar 25,6 %. WHO memperkirakan terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya, diperkirakan akan menjadi beban utama kesehatan pada tahun 2010 terutama di negara berkembang. Oleh sebab itu hipertensi harus segera dikendalikan, dan dengan pengendalian penyakit hipertensi berarti sekaligus dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit stroke dan kardiovaskular.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahul faktor risiko hipertensi di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat dengan menggunakan disain cross sectional. Penelitian ini memakai data sekunder yang dilakukan Puslitbangkes yaitu Studi Operasional Promosi Gaya Hidup Sehat dalam Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Utama Secara Terintegrasi Berbasis Masyarakat di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat tahun 2000.
Kriteria hipertensi yang dipakai adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg, atau sedang makan obat anti hipertensi sesuai kriteria WHO - ISH 1999. Populasi studi adalah penduduk berusia 25 - 65 tahun di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat, sample diambil secara multistage random sampling dengan jumlah sample sebesar 917 setelah dikalikan 2 untuk mengatasi disain efek.
Hasil penelitian didapatkan bahwa 4 variabel dapat dibuktikan berhubungan dengan hipertensi yaitu Obesitas OR = 2,2 ( 95 % CI : 1,603 - 3,114), Stress OR = 1,98 ( 95% CI: 1,389 - 2,834 ), dan Umur 45-55 th. OR= 3,2 (95% Cl: 1,946 - 5,298 ), umur 55 - 60 th, OR= 6,3 (95% CI: 3,570 - 11,075 ), umur > 60 th. OR= 8,0 (95% Cl: 4,316 - 14,953). Pengaruh yang paling besar terhadap kejadian hipertensi adalah umur yang diikuti obesitas.
Saran ditujukan kepada pemerintah dan peneliti. pada pemerintah : Ditetapkan program yang bertanggung jawab terhadap Penyakit Tidak Menular, khususnya hipertensi. Peningkatan surveilans penyakit hipertensi, Sosialisasi terns menerus tentang pendidikan pola hidup sehat pada masyarakat, terutama pola gizi seimbang. Pemeriksaan Tekanan darah bagi masyarakat usia > 20 th minimal 1 kali dalam 2 tahun. Pengadaan konseling hipertensi. Pada peneliti : Penyempurnaan penelitian tentang pengukuran konsumsi garam, diet lemak dan olah raga.
Daftar kepustakaan : 55 (1982- 2002)

Risk Factor Analysis of Hypertension in the Community in Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat Year 2000Hypertension is a major risk factor of cardiovascular diseases and stroke. According to SKRT 1995 (House hold Health Survey), these diseases are the number one causes of death in Indonesia. The magnitude of the problems of these cardiovascular diseases and stroke indicate also the problem of hypertension in the community. Nationally, the exact rate of hypertension is not available, but from a number of studies in some provinces, we got the prevalence of 8 - 26%, and the prevalence in Kelurahan Abadi Jaya of 25,6 %. WHO estimates that there are 600 million patients of hypertension throughout the world and 3 million out of them die every year. It is predicted that it will be the main burden of health problems in 2010 especially in the developing countries. Therefore, hypertension should be under controlled and preventing hypertension means also decreasing the morbidity and mortality of stroke and cardiovascular diseases.
The objective of this study is to recognize risk factors of hypertension in KeIurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat by cross sectional study design. The study used secondary data taken from Puslitbangkes (Center of Health Research and Development) titled: Studi Operasional Promosi Gaya Hidup Sehat Dalam Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular [Rama Secara Terintegrasi Berbasis Masyarakat di Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat tahun 2000 (Integrated, Community Based Operational Study of Healthy Lifestyle Promotion in Controlling Risk Factors of non Communicable Diseases in Kelurahan Abaadi Jaya Kota Depok Jawa Barat in 2000).
Criteria of hypertension lased' is a systolic blood pressure of > 140 mmHg and diastolic pressure of > 90 mmHg, or being in treatment with anti hypertension drugs as mentioned in the criteria of WHO - ISH 1999. Study population is the people aged 25 - 65 years in Kelurahan Abadi Jaya Kota Depok Jawa Barat, samples were taken by multistage random sampling with the sample size of 917 after multiplied by 2 to avoid effect design.
Study results showed there were 4 variables evidently related with hypertension : Obesity" OR = 2,2 (95 % CI : 1,603 - 3,114), Stress OR = 1,98 (95% Cl: 1,389 - 2,834 ), and age 45-55 years. OR= 3,2 ( 95% CI: 1,946 - 5,298 ), 55 - 60 years. OR= 6,3 (95% CI: 3,570 - 11,075 ), > 60 years, OR= 8,0 (95% CI: 4,316 - 14,953 ). The biggest factor related to the occurrence of hypertension is age, followed by obesity.
Suggestions were given toward the government and researchers. For the government: to establish a responsible program to the non communicable diseases especially hypertension. To increase the surveillance of hypertension, continuing socialization about healthy pattern in the community especially about balance nutrition pattern. Examination of blood pressure for the people aged > 20 years at lest once every 2 years. Provide hypertension counseling. For the researchers: further study about salt consumption measurement, fat diet and sport activities.
References : 55 (1982- 2002)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T12998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Yulianti
"Telah dilakukan penelitian tentang komunitas capung di Kampus Universitas Indonesia Depok. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis, serta kesamaan jenis antar subtipe habitat perairan di Kampus UI Depok. Pengamatan jumlah individu setiap jenis capung dilakukan dengan menggunakan metode point count pada 22 titik sampling. Data dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner, indeks kemerataan, dan indeks kesamaan jenis antartipe habitat. Capung yang ditemukan sebanyak 16 jenis yang terdiri dari 12 anggota Subordo Anisoptera dan 4 anggota Subordo Zygoptera. Agriocnemis femina merupakan jenis yang paling melimpah pada habitat tertutup dan terbuka, baik pada pengamatan pagi maupun sore. Pada habitat tertutup, Orthetrum Sabina dan Pantala flavescens merupakan jenis yang paling melimpah di pagi hari sedangkan Zyxomma obtusum merupakan jenis yang paling melimpah di sore hari. Indeks keanekaragaman jenis tertinggi saat pengamatan pagi pada habitat terbuka (H1 = 2.4). Begitu pula dengan nilai indeks kesamaan jenisnya (E = 0.81). tingginya indeks kesamaan jenis antara habitat terbuka dan terutup (IS = 0.80-0.85) menunjukkan bahwa jenis yang terdapat di masing-masing habitat tidak jauh berbeda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>