Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Iqbal Djajadi
"ABSTRAK
Tesis ini pada dasarnya merupakan suatu studi yang bertujuan untuk mengembangkan
pengukuran mengenai kondisi integrasi. Dengan menggunakan aksi kekerasan kolektif sebagai fokus pengamatan, dan Indonesia sebagai kasus, tesis ini memperoleh temuan-temuan teoritik dan empirik sebagai berikut.
Integrasi adalah suatu konsep derivasi dari struktur sosial. Bila struktur sosial merujuk kepada pola hubungan di antara unit-unit sosial yang membentuknya; maka integrasi merujuk kepada derajat kekuatan hubungan di antara unit-unit tersebut.
Ada berbagai rasa untuk mengukur kekuatan hubungan di antara unit-unit yang
terdapat dalam struktur sosial. Namun dengan menggunakan perspektif keteraturan
sosial, studi ini memusatkan perhatian kepada aksi-aksi kekerasan kolektif. Asumsinya adalah semakin rendah tingkat aksi kekerasan kolektif, semakin tinggi tingkat keteraturan sosial atau integrasinya. Demikian pula sebaliknya.
Secara konseptual, integrasi setidaknya memiliki dua dimensi: integrasi nasional dan integrasi sosial. Dimensi pertama merujuk kepada kekuatan hubungan di antara negara dan masyarakat, sedangkan dimensi kedua merujuk kepada kekuatan hubungan di antara unit-unit dalam masyarakat itu sendiri.
Kategori integrasi terentang antara kuat hingga lemah. Dalam rentang tersebut, kategori yang paling ekstrim memang adalah disintegrasi. Yakni, pemisahan antara unit-unit sosial yang terlibat. Namun di antara dua kategori ekstrim --integrasi kuat dan disintegrasi-- masih terdapat kategori lainnya: malintegrasi. Berbeda dengan istilah pertama yang merujuk kepada penolakan bahkan pemisahan, istilah yang disebut terakhir lebih merujuk kepada adanya. gangguan hubungan di antara unit-unit. Berdasarkan itu, studi ini kemudian mengembangkan tipologi: malintegrasi tipe A (kerusuhan), tipe B (penjarahan dan perusakan), dan tipe C (tawuran).
Dengan memanfaatkan data sekunder dari berbagai sumber, penelaahan menunjukkan bahwa Indonesia selama periode 1946 hingga April 1999 mengalami peningkatan aksi kekerasan kolektif. Dan puncak aksi tersebut terjadi pada masa periode Orde Reformasi. Namun berbeda dengan anggapan umum, kerusuhan sebenarnya cenderung terus menurun; aksi-aksi kekerasan kolektif lainnya yang justru meningkat. Di antaranya adalah penjarahan, perusakan, tawuran, dan pertempuran etnik. Mengikuti konsepsi sebelumnya, studi ini memiliki kerangka pemikiran tersendiri dalam menggunakan aksi-aksi kekerasan kolektif sebagai indikator integrasi.
Berdasarkan suatu rumus sederhana yang menyatakan bahwa integrasi nasional sama dengan satu dikurangi aksi separatis (sebagai indikator disintegrasi nasional); serta integrasi sosietal sebagai satu dikurangi pertempuran primordial (sebagai indikator disintegrasi sosietal); kerusuhan, penjarahan, perusakan dan tawuran (sebagai indikatorindikator malintegrasi), maka studi ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Studi berkesimpulan bahwa, hingga batas keberlakuan data yang dikumpulkan, sebenarnya kondisi integrasi nasional Indonesia masih tinggi. Berdasarkan periode
pemerintahan, hingga batas tertentu dapat dikatakan bahwa integrasi nasional di masa Habibie dan Soeharto cenderung lebih tinggi ketimbang masa Soekarno. Hal yang memperihatinkan adalah justru kondisi integrasi sosietal. Ada kecenderungan bahwa kondisi integrasi sosietal Indonesia tidak pernah mencapai tingkat paling optimal. Bahkan berdasarkan perkembangan periode, terlihat bahwa tingkat integrasi sosietal di masa Habibie yang baru berlangsung sekitar setahun ini berada pada titik yang paling rendah dibanding masa Soeharto dan Soekarno.
Secara umum tesis ini juga menyimpulkan bahwa sebenarnya kita tidak perlu mencemaskan kondisi disintegrasi nasional. Karena sebenarnya fenomena ini tidak selalu berjalan penuh kekerasan. Hal yang harus ditakuti adalah fenomena disintegrasi sosietal, dan komplikasinya ke arah disintegrasi nasional. Hal inilah yang sebenarnya terjadi di semenanjung Balkan yang menghancurkan Yugoslavia.
Namun terlepas dari berbagai temuan empirik di atas, tesis ini masih memerlukan sejumlah penyempurnaan di masa mendatang. Dari segi alat ukur, ia perlu memasukkan aspek kuantitatif kerugian jiwa dan material sebagai indikator substantif. Sedangkan dari segi ketersediaan data, ia perlu memasuk berbagai data lainnya yang lebih lengkap dan relevan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iqbal Djajadi
"ABSTRAK
Tesis ini pada dasarnya merupakan suatu studi yang bertujuan untuk mengembangkan
pengukuran mengenai kondisi integrasi. Dengan menggunakan aksi kekerasan ko1ektif
sebagal fokus pengamatan, dan Indonesia sebagai kasus, tesis ini memperoleh temuan- temuan
teoritik dan empirik sebagai berikut
Integrasi adalah suatu konsep derivasi dari struktur sosial. Bila struktur sosial
merujuk kepada pola hubungan di antara unit-unit sosial yang membentuknya~ rnaka
integrasi merujuk kepada derajat kekuatan hubungan di antara unit-unit tersebut
Ada berbagai cara untuk mengukur kekuatan hubungan di antara unit-unit yang
terdapat dalam struktur sosial. Narnun dengan menggunakan perspektif keteraturan
sosial, studi ini memusatkan perhatian kepada aksi.aksi kekerasan kolektif Asumsinya
adalah semakin rendah tingkat aksi kekerasan semalkin tinggi tingkat keteraturan
sosial atau integrasinya, Dernikian pula sebaliknya.
Secara konseptual, integrasi setidaknya memiHki dua dimensi: integrasi nasional
dan integrasi sosietaL Dimensi pertama merujuk kepada kek:uatan hubungan di antara
negara dan masyarakat, sedangkan dimensi kedua merujuk kepada kekuatan hubungan di
antara unit-unit dalam masyarakat itu sendiri.
Kategori integrasi terentang antara kuat hingga lemah. Dalam rentang tersehut,
kategori yang paling ekstrim memang adalah disintegrasL Yakni, pemisahan antara unit-
unit sosial yang terlibat Namun di antara dua kategori ekstrim --integrasi kuat dan
disintegrasi masih terdapat kategori lairnya: maiintegrasi Berbeda dengan istilah
pcrtama yang merujuk kepada penolakan bahkan pemisahan. istilah yang disebut terakhir
lebih merujuk kepada adanya gangguan hubungan di antara unit-unit. Berdasarkan itu,
studi ini kemudian mengembangkan tipologi: malintegrasi tipe A (kerusuhan), tipe B
(penjarahan dan perusakan), dan tipe C (tawuran).
Dengan memanfaa!kan data sekunder dari berbagal sumber~ penelaahan
menunjukkan bahwa Indonesia selama periode 1946 hingga April 1999 mengalami
peningkatan aksi kekerasan kolektif. Dan puncak aksl tersebut terjadi pada masa periode
Orde Reformasi. Namun berbeda dengan anggapan umum. kerusuhan sebenamya
cenderung terus menurun; aksi-aksi kekerasan kolektiflainnya yang justru meningkat. Di
antaranya adalah penjarahan. perusakan, tawuran. dan pertempuran etnik. Mengikuti
konsepsi sebelumnya. studi ini memiliki kerangka pemikiran tersendiri dalam
menggunakan aksi~aksi kekerasan koiektif sebagai indikator integrasi.
Berdasarkan suatu rumus sederhana yang menyatakan hahwa integrasi nasional
sama dengan satu dikurangi aksi separatis (sebagai indikator disintegrasi nasional); serta
integrasi sosietal sebagai satu dikurangf pertempuran primordial (sebagai indikator
disintegrasi sosietal); kerusuhan, penjarahan, perusakan dan 1awuran (sebagai indikatorindikator
malintegrasi), maka studi ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Studi berkesimpulan bahwa, hingga batas keberlakuan data yang dikumpulkan,
sebenarnya kondisi integrasi nasional Indonesia masih tinggi. Berdasarkan periode
pemerintahan, hingga batas tertentu dapat dikatakan bahwa integrasi nasional di masa
Habibie dan Soeharto cenderung lebih tinggi ketimbang masa Soekamo. Hal yang
memperihatinkan adaiah justru kondisi integrasi sosietal. Ada kecenderungan bahwa
kondisi integrasi sosietallndonesia tidak pernah mencapai tingkat paling optimal. Bahkan
berdasarkan perkembangan periode, terlihat bahwa tingkat integrasi sosietal di masa
Habibie yang baru beriangsung sekJtar setahun ini berada pada titik yang paling rendah
dibanding masa Soeharto dan Soekamo.
Secara umum tesis ini juga menyimpulkan bahwa sebenarnya kita tidak periu
mencemaskan kondisi disintegrasi nasional. Karena sebenamya fenomena ini tidak selalu
berjalan penuh kekerasan. Hal yang hams ditakuti adalah fenomena disintegrasi sosietal,
dan komplikasinya ke arah disintegrasi nasional. Hal inilah yang sebenamya tetjadi di
semenanjung Balkan yang menghancurkan Yugoslavia.
Narnun terlepas dari berbagai temuan empirik di atas, tesis ini masih memerlukan
sejumlah penyempumaan di masa mendatang. Dari segi alat ukur. ia p.erlu memasukkan
aspek kuantitatif kerugian jiwa dan material sebagai indikator substantif. Sedangkan dari
segi ketersediaan data, ia perlu memasuk berbagai data laiTlllya yang lebib lengkap dan
relevan.

"
1999
T32797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: DPP FBSI, 1985
330.959 8 FOR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmad K. Dwi (Rachmad Kristiono Dwi) Susilo, 1974-
Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005
300 RAC i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sikoway, Anthon
"Fungsi Haima dalam perspektif orang Papua (Warga Kayu Pulo dan Papua Nugini) merupakan faktor utama menuju kelanjutan hidup bertetangga yang dibina, baik itu menyangkut manusianya ataupun media yang menjadi primadona saling berkunjung. Pusat perhatian dalam tesis ini sebenarnya menyoroti ketika semakin terdegradasi esensi budaya masyarakat itu namun tidak mengurangi keterikatan mereka menyangkut aspek kekerabatan, ekonomi, agama dan kepercayaan yang ternyata dari hasil penelitian menunjukkan gejala keseimbangan antar aspek kehidupan manusia dalam arti memenuhi kebutuhan hidupnya yang pada akhirnya melahirkan konsep kebutuhan manusia dengan temuan-temuan karakteristik masyarakat, dalam penelitian berjudul "Haima" Suatu Kajian Tentang Integrasi Masyarakat Desa di Irian Jaya dan Papua Nugini.
Beberapa pegangan masyarakat ini adalah : Pertama, kedua masyarakat ini selalu dikaitkan dengan latar belakang kekerabatan yang menghasilkan produk saling berkunjung yang didalamnya terjadi aktivitas-aktivitas yang mengandung muatan ekonomi, sosial, dan agama. Dengan kata lain bahwa kekerabatan merupakan hal yang sangat pokok dalam melakukan kegiatan Haima tersebut. Kedua, kenyataan bahwa nilai kelanjutan hidup manusia adalah nilai ekonomi. Walaupun aktivitas kehidupan lain semakin baik, tetapi peran perantara transaksi ekonomi dari tukar menukar sampai pada jual beli pada akhirnya menjadi patokan stratifikasi sosial seseorang dalam cakupan adat berkunjung. Ketiga, upaya untuk meningkatkan peran agama dan kepercayaan adalah penentu sosok kepribadian yang integral dalam menghadapi proses pembangunannya.
Hipotesis ini adalah semakin berkembangnya masyarakat atau lebih luas lagi disebut bangsa menuju globalisasi tetapi yang terjadi ternyata adanya "Keseimbangan" dalam tanda kutip antara nilai-nilai kekerabatan, ekonomi maupun agama dan kepercayaan selalu dapat hidup berdampingan mengikuti proses-proses pembangunan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T9739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vieronica Varbi Sununianti
"Tujuan penelitian menggambarkan perubahan status dan peran, serta pola eksklusi pada tenaga pendidik apprentice di FISIP UI. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Temuan menunjukkan transformasi struktural menciptakan biaya sosial diantaranya eksklusi sosial pada tenaga pendidik apprentice di FISIP UI. Pasca pelaksanaan skema tenaga pendidik, tenaga pendidik apprentice mendapatkan peningkatan status kerja, namun disertai penurunan kondisi kerja, akses, dan kesempatan kerja. Bervariasinya eksklusi antar individu berhubungan dengan proses rekrutmen, jenis kelamin, posisi kerja di departemen, melemahnya hubungan sosial, serta sulitnya memasuki pasar kerja formal. Eksklusi ini merupakan proses yang tidak dapat dihindarkan untuk menjadi tenaga pendidik tetap dan ini diterima sebagai suatu nilai yang berlaku di universitas.

The aims of this research are to describe the changing roles, statuses and exclusion pattern of apprentice lecturers in FISIP UI. The study used qualitative methods that carried out through in-depth interview, direct observation, and document study. The research findings show that the structural transformation of the university followed by internal labour market flexibilization has created social costs such as social exclusion on apprentice lecturers at FISIP UI. Post implementation of new labor scheme policy, apprentice lecturers got higher working status but accompanied by worsening working condition, access, and opportunities to work. The variation of social exclusion among individuals is related to recruitmen process, gender, job positions in department, weakening social ties, and the difficulties of entering formal labor market. Exclusion is an unavoidable process for the apprentice lecturers for achieving their full time status and even it has been perceived as a given university value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T32511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin Mansur
Depok : Ulinnuha Press , 2001
301.45 ZAI e ;301.45 ZAI e (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafidz
"ABSTRAK
Modal sosial adalah satu komponen vital bagi perkembangan ekonomi suatu daerah Sebagai negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara adalah suatu hal menarik untuk membahas perkembangan ekonomi di Indonesia terutama proses pembentukan modal sosial Dengan 70 persen populasinya tinggal di wilayah pedesaan mengkaji faktor faktor yang mempengaruhi proses ini tentu membangkitkan minat berkenaan dengan hal hal yang dianggap penting oleh masyarakat Agama masih merupakan bagian yang mendasar dalam konstruksi sosial masyarakat Indonesia dan oleh karena itu sangat menarik untuk ditelaah Studi ini dimaksudkan untuk menarik benang merah antara perkembangan ekonomi dan agama sesuatu yang tidak terlalu sering dibahas di lingkungan akademisi Dengan berfokus pada hubungan antara ketaatan beragama dan fungsi organisasi keagamaan sebagai penyedia kecakapan kecakapan yang diperlukan dalam mengembangkan ekonomi artikel ini dibuat untuk mengisi ruang kosong diantara dua konsep yang dianggap berjauhan

ABSTRACT
Social capital is a vital component for the development of a region rsquo s economy As a developing country with the largest economy in Southeast Asia the economic development in Indonesia is one interesting case to examine particularly the process of social capital establishment With approximately 70 per cent of the population living in rural areas it is intriguing to look at the factors which determine the process in terms of what matters to the people Religion still constitutes a fundamental part in Indonesia rsquo s social construct and therefore is a very appealing topic to discuss This study is aimed at drawing a line between economic development and religion something that is not too frequently touched among academics Focusing on the relationship between religion obedience and the function of religious organisations as providers of necessary skills this article is made to fill the gap between what deemed to be two remote concepts "
2014
S53505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: International Labour Office ,
331 TKSI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Zeth Akobiarek
"Pekerja Sosial Masyarakat adalah warga masyarakat yang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.Dalam prakteknya, mereka belum sepenuhnya menggerakkan Sumber Daya Manusia dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial (disamping jangkauan pembangunan di berbagai sektor makin bervariasi, serta kurangnya peralatan kerja). Sehubungan dengan keterbatasan kualitas PSM, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkannya adalah melalui pelatihan dengan dasar pemikiran"kualitas PSM dapat ditingkatkanmelalui pelatihan".
Setelah pelatihan dilaksanakan di Kabupaten Jayapura (selama Pelita VI), hasilnya belum optimal. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perumusan dan penyampaian materi pelatihan tersebut serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Hasilnya adalah: program yang dilaksanakan, belum dirumuskan secara optimal. Oleh karena itu dalam perumusan dan penyampaian materi serupa berikutnya, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, siapa pesertanya, materi latihan yang dilatihkan, dan dengan demikian dapat dipilih pelatih, lingkungan pelatihan, serta alat pelatihan yang sesuai."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>