Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8597 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joko Sulistyo
"Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan salah satu program unggulan dari Departemen Sosial sebagai upaya dalam pelayanan sosial. Upaya-upaya yang dilakukan Departemen Sosial secara umum telah menampakkan hasil. Tetapi juga ada kelemahan-kelemahan yang ditemukan, karena apa yang diterima KUBE merupakan bentuk paket bantuan yang sudah ditentukan dan atas pemerintah. Ada dugaan bahwa tidak berkembangnya KUBE karena lemahnya SDM yang ada pada KUBE, terutama yang mendapat perhatian adalah kepemimpinan KUBE. Dalam melihat kepemimpinan KUBE, maka variabel yang menjadi pusat perhatian adalah gaya kepemimpinan KUBE dan kinerja KUBE. Dengan mendasarkan kepada teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Keith Davis dalam Path Goal -Mealy.
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah pola kepemimpinan ketua KUBE yang diterapkan pada KUBE yang menjadi subyek penelitian ?
2 Bagaimanakah kinerja KUBE yang menjadi subyek penelitian ?
3. Apakah ada hubungannya antara pola kepemimpinan KUBE yang diterapkan dengan perkembangan kinerja KUBE yang menjad subyek penelitian ?
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif anaiisis, dengan mempergunakan pendekatan kualitatif, dan mengambil studi kasus pada KUBE Budi Daya I, dan KUBE Ngudi Makmur. Sedangkan sasaran penelitian adalah ketua, pengurus, dan anggota KUBE.
Dari penelitian yang dilakukan terungkap bahwa, pada KUBE Budi Daya 1, ketua lebih menggunakan pola kepemimpinan yang dikembangkan dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Sedangkan pada KUBE Ngudi Makmur, ketua lebih menggunakan pola kepemimpinan yang dikembangkan dengan gaya kepemimpinan direktif. Sedangkan kinerja KUBE Budi Daya I dan KUBE Ngudi Makmur, dari penelitian yang dilakukan terungkap belum menunjukkan peningkatan seperti yang diharapkan. Berkaitan dengan gaya kepemimpinan partisipatif pada KUBE Budi Daya l dan gaya kepemimpinan direktif pada KUBE Ngudi Makmur, dari penelitian yang dilakukan terungkap bahwa gaya kepemimpinan tersebut tidak selalu berhubungan dengan peningkatan kinerja pada KUBE yang bersangkutan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarno
"ABSTRAK
KUBE merupakan program penanggulangan kemiskinan Kementerian Sosial
berbasis pemberdayaan masyarakat miskin. Ada dugaan tidak berkembangnya
KUBE salah satunya karena permasalahan kepemimpinan yang lemah akibat
rendahnya kemampuan SDM. Kasus KUBE Pade Girang I,II,III dengan
keterbatasan SDM, KUBE menjadi berkembang dan maju. Oleh karena itu
menarik untuk dikaji tentang model kepemimpinan yang diterapkan. Untuk
melihat kepemimpinan KUBE, maka yang diamati gaya kepemimpinan berikut
faktor pendorong dan faktor penghambat.

ABSTRACT
KUBE is a poverty alleviation programs based on empowerment of the poor of
social ministry. There is asumption that KUBE isn’t improve one of caused the
weak leadership problems due to low human resource capacity. For the case of
KUBE Pade Girang I, II, III on the contrary, with limited of human resources
KUBE be developed and progressive. Therefore it’s interesting to study further
about leadership model that be applied. To take a look at KUBE leadership, so the
leadership model is observed following supporting and inhibiting factors."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattirajawane, Herman
"ABSTRAK
Dalam telaah tentang efektivitas kepemimpinan melalui pendekatan teori kontinjensi (situasional), dikatakan bahwa efektivitas pemimpin tergantung atau merupakan kontinjensi dari interaksi berbagai faktor, yaitu: karakteristik pemimpin, anggota, dan.situasi atau lingkungan di sekitar kelompok itu. Dalam pendekatan kontinjensi bisa didapati dua asumsi yang berbeda dalam hal meningkatkan efektivitas kepemimpinan; yaitu:
pertama, lebih mudah mengubah situasi dimana pemimpin itu berada disbanding mengubah gaya kepemimpinannya yang relatif tetap. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah situasi agar sesuai dengan gaya kepemimpinannya.
kedua, lebih mudah mengubah gaya kepemimpinan seorang pemimpin dibanding mengubah situasi dimana pemimpin itu berada. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah gaya dan perilakunya agar sesuai dengan situasi yang ada.
Asumsi pertama bisa ditemukan pada teori kontinjensi Fiedler, yang mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan ditentukan oleh adanya 'kesesuaian' antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu. Sebagai contoh pemimpin yang mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' akan efektif pada situasi yang sangat terkendali (high control situation) dan juga pada situasi yang kurang terkendali (low control situation).
Situasi tersebut dibentuk oleh kesatuan dari variabel hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas , dan derajat keberdayaan kedudukan (position power) pemimpin.
Semakin tinggi atau kuat derajat variabel-variabel situasi itu, semakin tinggi pengendalian pemimpin atas kelompoknya.
Asumsi kedua, bisa didapati pada teori teori kontinjensi lainnya; antara lain: teori situasional Hersey & Blanchard yang menganjurkan pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan kematangan anggota dan tingkat kompleksitas tugas serta situasi; demikian juga dengan teori Vroom & Yetton yang menganjurkan bagaimana pemimpin mengadakan penyesuaian dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan anggota dalam berbagai situasi. Kemampuan fleksibel ini juga dapat dilihat melalui teori 'self monitoring' yang mengatakan adanya kemampuan individu dalam memantau berbagai situasi kemudian beradaptasi serta menyesuaikan dirinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak rumusan-rumusan teori Fiedler berlaku, khususnya di PT Caltex Pacific Indonesia. Dengan demikian, dapat dijajaki pemanfaatan teori ini untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Selain itu ingin diketahui juga sejauh mama peran ciri kemampuan self monitoring pemimpin dalam pengkajian teori Fiedler, dan efektivitas kepemimpinan.
Penelitian ini menggunakan studi kajian lapangan dengan sampel non probability yang tergolong purposive, terhadap 54 subyek yakni para 'penyelia' atau supervisor dengan kelompoknya di PT Caltex Pacific Indonesia.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji binomial menunjukkan, bahwa dari 44 penyelia yang mempunyai 'efektivitas kelompok tinggi' terdapat 25 (56%) penyelia dengan kelompoknya, yang berinteraksi sesuai dengan teori Fiedler. Sedangkan 19 penyelia (44%) tidak menggunakan penerapan sesuai dengan teori Fiedler, tetapi mempunyai efektivitas kelompok tinggi.
Pada 25 penyelia yang sesuai atau in-match dengan teori Fiedler, terdapat 4 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' dan 16 penyelia mempunyai 'orientasi pada sosial mandiri' atau socio independent, dan 5 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada hubungan'
Selain itu suatu kemampuan 'high self monitoring' (kecendrungan mempunyai gaya fleksibel) ditemukan pada 19 dari 25 penyelia yang sesuai (in-match); dan 14 dari 19 penyelia yang tidak sesuai (out of match) teori Fiedler.
Kesimpulan:
Penelitian ini mendukung teori Fiedler, tetapi hanya bagi penyelia yang mempunyai LPC rendah dan LPC tengah. Penyelia dengan LPC rendah (gaya orientasi pada tugas) akan efektif pada situasi yang terkendali.
Sedangkan penyelia dengan LPC tengah (gaya orientasi sosial mandiri) akan efektif pada situasi yang terkendali dan situasi agak terkendali.
Teori Fiedler tidak didukung bagi penyelia yang mempunyai LPC tinggi (gaya orientasi pada hubungan). Interaksi antara kemampuan self monitoring tinggi dengan situasi lebih berperan dibanding interaksi antara LPC dengan situasi, dalam peningkatan efektivitas kepemimpinan.
Saran-saran:
- Mengadakan pelatihan bagi penyelia yang agak sulit mengubah gaya kepemimpinannya agar bisa mengetahui ciri kepribadian serta kesesuaiannya dengan situasi.
- Mengadakan pelatihan agar penyelia lebih fleksibel dalam gaya kepemimpinan terutama menghadapi situasi yang terus berubah.
- Mengadakan penelitian lanjutan mengenai orientasi, ciri kepribadian, dan perilaku penyelia dalam hubungannya dengan situasi dan efektivitas kepemimpinan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1991
303.34 KEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keating, Charles J.
Yogyakarta: Kanisius, 1986
658.4 Kea k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Gramedia, 2000
658.4 KEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rai Rachmi
"Persaingan yang semakin pesat antar perusahaan penerbangan menyebabkan perusahaan maskapai penerbangan dituntut untuk meningkatkan service dan kualitas sumber daya manusia, agar tercapai hasil yang baik. Untuk itu awak kabin dalam kelompok kerja sebagai garis depan perusahaan diminta untuk mempunyai motivasi kerja yang tinggi dan menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi dan sejalan dengan tujuan perusahaan. Sehingga PT. Garuda Indonesia menjadi perusahaan yang dipilih dan diminati.
Semula perusahaan menetapkan konsep service "product oriented", dengan adanya persaingan yang semakin ketat maka konsep service berubah menjadi "customer oriented".
Pembatasan penelitian dilakukan hanya pada lingkungan awak kabin PT. Garuda Indonesia dengan alasan awak kabin merupakan wakil perusahaan dalam penyampaian layanan yang langsung berhadapan dan merupakan orang yang terlama berinteraksi dengan pelanggan perusahaan yaitu penumpang. Mutu pelayanan awak kabin turut menentukan berhasil atau tidaknya suatu persaingan antar perusahaan, terutama jika persaingan itu dilihat dan produk jasa yang bersifat immaterial.
Kecenderungan berubahnya kontribusi kerja awak kabin sangat menarik untuk diteliti secara mendalam dan gaya kepemimpinan supervisor seperti apa yang dapat membangkitkan motivasi kerja awak kabin agar dapat mempertahankan semangat dalam kerja kelompok. Penelitian dilakukan dengan cara in depth interview, observasi dan pengumpulan data-data sekunder dari perusahaan tersebut.
Peneliti mendapat gambaran dari hasil wawancara mendalam bahwa penurunan motivasi kerja awak kabin diakibatkan oleh konflik ekstern yang berasal dari keputusan dan kebijakan perusahaan dan konflik intern yang berasal dari individu itu sendiri dan permasalahannya. Kondisi ini sangat membutuhkan komunikasi yang bersifat empati dan pemahaman supervisor awak kabin baik yang bekerja dilapangan maupun di jajaran manajemen struktural. Sedangkan gaya kepemimpinan supervisor yang cenderung Indifferent atau Laissez faire tidak membangkitkan motivasi tetapi justru mematikan motivasi kerja awak kabin dengan, bekerja secara individual dan berkurangnya nilai-nilai "personnal touch" yang merupakan ciri khas maskapai penerbangan nasional terbesar di Indonesia ini.
Kurangnya kepedulian pegawai dalam hal ini awak kabin diidentifikasikan dikarenakan adanya kesenjangan komunikasi. Komunikasi dua arah yang menuntut peran pemimpin untuk dapat memposisikan dirinya diantara anak buah dan manajemen karena supervisor juga berperan sebagai tangan kanan perusahaan.
Untuk membangkitkan semangat awak kabin dalam kerja kelompok ini, sangatlah dibutuhkan seorang pimpinan yang mempunyai jiwa pemimpin dalam arti dapat memahami apa yang menjadi masalah bagi anak buahnya dan tentunya membekali dirinya dengan pengetahuan baik tentang organisasi maupun informasi yang up to date. Karena hal ini menjadi tanggung jawab pemimpin dan manajemen.
Implikasi akademis yang dituntut adalah penelitian tentang kepatuhan kelompok meskipun tiap anggota mempunyai perbedaan tujuan dan norma. Dalam kelompok kerja yang anggotanya berganti-ganti, komunikasi dibutuhkan lebih intensif dan langsung pada supervisor. Fungsi komunikasi dalam kerja kelompok yang dapat membangkitkan semangat melalui gaya kepemimpinan dengan pendekatan situasional."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T14290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pantius Drahen Soeling
"Pembenahan manajemen di lingkungan PAM JAYA sedang dilakukan oleh para direksi. Pembenahan ini berkenaan dengan adanya anggapan bahwa pelayanan kepada masyarakat yang khususnya pada rayon usaha sebagai ujung tombak dirasakan belum maksimal. Dengan adanya Sistem Pelayanan Cepat (pelayan prima) yang diluncurkan oleh Direksi PAM JAYA diharapkan masyarakat pelanggan maupun calon pelanggan dapat dilayani dengan lebih baik lagi.
Penulis ingin meneliti kesiapan dari sumber daya manusia di lingkungan rayon usaha, khususnya pola kepemimpinan dan kerjasama tim sebagai persiapan untuk pelayanan. Dengan asumsi bahwa pola kepemimpinan transaksional dikombinasikan dengan pola kepemimpinan transformasional, disertai dengan kematangan dan kedewasaan kerjasama tim merupakan persiapan dasar untuk menunjang pelayanan prima.
Dari hasil penelitian terhadap empat rayon usaha sebagai sampel dengan responden pimpinan 18 orang dan responden para bawahan 120 orang ternyata pola kepemimpinan baik transaksional dan transformasional telah diterapkan. Sedangkan tingkat kedewasaan tim juga sudah baik. Hasil tersebut temyata banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan yang menganggap para bawahan telah dewasa dan bertanggung jawab, ekstemal, motivasi berupa sistem target pelayanan prima, target penambahan sambungan baru dan target pelayanan melalui telephon. Disamping itu pola kepemimpinan yang berdasarkan pemberdayaan, partisipasif yang mampu menimbulkan internal motivator bagi para karyawan dalam tim sehingga menimbulkan tantangan yang harus dihadapi."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kotter, John P., 1947-
Jakarta: Prenhallindo , 1997
658.409 2 KOT l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Karjadi
Bogor: Politeia, 1989
303.34 KAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>