Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117447 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Metode "QBC" (Quantitative Buffy Coat) malaria adalah suatu metode untuk mendeteksi adanya parasit malaria berdasarkan stratifikasi Plasmodium oleh gaya sentrifugal. Dasar sistim ini adalah pewarnaan DNA dan RNA parasit dengan zat warna jingga akridin (Acridine Orange) yang dengan cahaya ultraviolet (UV Light) inti parasit malaria tampak berfluoresensi hijau dengan sitoplasma berwarna merah.
Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan diagnosis malaria dengan membandingkan metode baru "QBC" (Quantitative Buffy Coat) dengan metode konvensional (pulasan Giemsa) pada penduduk daerah endemi malaria di desa Berakit, Kecamatan Bintan Utara, Riau Kepulauan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas metode "QBC".
Dari 495 sampel darah yang diperiksa, sebanyak 430 (66,86%) sampel memberikan hasil: 104 {21,03%) sampel positif malaria dan 326 (65,86%) sampel negatif baik pada "QBC" maupun pada sediaan darah tebal, sedangkan sisanya 65 (13,13%) menunjukkan hasil yang tidak sama : 56 (11,31%) sampel positif pada "QBC" tetapi negatif pada sediaan darah tebal dan 9 (1,82%) sampel negatif pada "QBC" tetapi positif pada sediaan darah tebal. Angka sensitivitas pada metode "QBC" menunjukkan 92,03% dan angka spesifisitasnya 85,34%. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa metode "QBC" hasilnya cukup sensitif dan spesifik untuk diagnosis malaria."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Astuty
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Berbagai faktor respon imun & seluler yang spesifik telah dipelajari sebagai dasar pengembangan vaksin malaria. Selain itu respon imun non spesifik akhir-akhir ini mulai banyak diteliti; salah satunya adalah nitrogen oksida (NO). Penelitian yang dilakukan di 2 daerah yang berbeda tingkat endemisitasnya memberi kadar NO labia tinggi di daerah hipo daripada hiperendemik. Penelitian lebih lanjut pada berbagai golongan umur di suatu daerah endemi diperlukan untuk mengetahui variasi kadar NO pada kelompok yang imunitasnya berbeda. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar NO pada berbagai golongan umur, serta hubungannya dengan parameter parasitemia dan splenomegali.
Hasil dan kesimpulan.: Sebanyak 150 serum penduduk desa Tipuka, Irian Jaya yang terdiri dari kelompok anak berumur 3 - 5 tahun (19 orang ), anak berumur 6 - 9 tahun 51 orang) dan kelompok dewasa z 15 tahun (80 orang) didalamkan pemeriksaan kadar NO, parasitemia dan splenomegali. Kadar NO diukur sesuai dengan metoda Rocket dkk. (1992) dengan uji Reactive nitrogen intermidiates (RNI). Hasil penelitian memperlihatkan kadar NO tertinggi ditemukan pada kelompok anak berusia 6 - 9 tahun dan berbeda bermakna dibandingkan kadar NO kelompok dewasa (p = 0.0001 ); tetapi tidak bermakna bila dibandingkan kadar NO kelompok anak 3 - 5 tahun (p = 0.0848 ). Pada anak umur 6 - 9 tahun kelompok tanpa parasitemia, kadar NO nya lebih tinggi daripada kelompok parasitemia (p = 0.0239 ); demikian juga dengan splenomegali, dimana kelompok tanpa splenomegali kadar NO lebih tinggi daripada kelompok dengan splenomegali. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar NO pada berbagai kelompok umur suatu populasi yang tinggal di daerah malaria dengan endemisitas tinggi. Pada kelompok umur 6 - 9 tahun yang kadar NO nya tertinggi ada kemungkinan bersifat protektif terhadap infeksi malaria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad
"Di Indonesia penyakit malaria khususnya diluar Jawa-Bali masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan, dimana pada akhir pelita VI angka kesakitan 32,23 perseribu penduduk dan parasit rate di daerah prioritas 4,78 perseratus penduduk, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah menurunkan angka kesakitan dibawah 40 perseribu penduduk dan di daerah prioritas menurunkan parasit rate dibawah 2 perseratus penduduk dan malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Sedangkan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh angka kesakitannya 32,7 perseribu penduduk dan pada daerah prioritas parasit rate 3,15 perseratus penduduk dan khususnya pada daerah pantai 4,91 perseratus penduduk.
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan total sampel sebanyak 45 desa di daerah pantai dengan lingkup 4 dati II di 7 kecamatan dengan melakukan pengumpulan data sekunder laporan penyemprotan rumah dengan bendiocab dan data survai malaria tahun 1997 - 1998. Kemudian data tersebut dilakukan pengolahan dan analisa data dengan menggunakan program SPSS dan Epi Info untuk mengetahui apakah ada pengaruh penyemprotan rumah dengan insektisida terhadap penurunan parasit rate.
Dalam penelitian ini di fokuskan pada 4 variabel yang terkait dengan kualitas penyemprotan rumah dan breeding places dengan perubahan parasite rate, dengan hasil yang diperoleh menggambarkan adanya perbedaan yang bermakna antara parasite rate awal dengan parasite rate akhir dengan p = 0,020 dengan perbedaan rata-rata parasite rate awal 4,84 dengan simpangan baku 4,78 dan rata-rata parasite rate akhir.3,80 dengan simpangan baku 3,64 (t-tes). Namun dari hasil uji statistik dengan chi squre's yang dilakukan terhadap kualitas penyemprotan dengan perubahan parasite rate ditemukan hubungan yang tidak bermakna dengan nilai p -1,00.
Sedangkan hubungan antara breeding places dan perubahan parasite rate di peroleh hasil uji statistik dengan paired t-tes diperoleh nilai p = 0,051 , sehingga menggambarkan kecendrungan bahwa pada desa yang mempunyai breeding places penyemprotan rumah mempunyai manfaat dalam penurunan parasite rate. Dan hasil uji paired t-tes pada desa yang ada breeding places yang dilakukan penyemprotan dengan kualitas baik mempunyai manfaat dalam penurunan parasite rate.
Sehingga dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada desa-desa yang ada breeding places, penyemprotan rumah dengan kualitas baik dapat menurunkan parasite rate.
Daftar bacaan: 16 (1969 -1999)

Spaying Effect with Bendiocarb for Housing to Decreasing Parasite Rate Malaria Desease in the Seashore of Province Specific AcehMalaria desease in Indonesian, especially out side Jawa-Bali still be a problem of Public Health. Because of it's incidence rate is still high. In last pelita VI, the incidence rate it 32,23 / 1000 of population and parasite rate in the priority area 4,78 /100 population. The am halt want to action is reduce incidence rate lower than 40/1000 population and for the priority area lower than 2/100 population, after malaria desease will not the a public health problem any more.
Incidence rate in Provinc specific Aceh is 32,7/1000 population and in priority area parasite rate is 4,25 /100 population, especially for the sea shore areait is parasite rate 4,93/100 of population.
In this reseach, total sample in taken from 45 villages in the leach which haven four municiplelities in seven district by collecting secondary data have spraying report with Bendiocarb and malaria survey in 1997-1998. The data is manufactored and analisys data by Epi Info and SPSS, for used is there an effect of house spraying with insectiside to reduce parasite rate.
This reseach is focus by 4 variables that connect with the house spraying quality for loused and breeding places with changing parasite rate, and the ralt pictures that there is a with significant 0,020, with mean deviation of begginning parasite rate is 4,84 with standart deviation 4,78 and last mean parasite rate is 3,80 with standart deviation 3,64 (paired t-tes). But, the result of statistic test used chi square's, which is done to spraying quality with relation and parasite rate changes, is founded the meaninggless relation with probability score 1,0000.
Beside that to relation with breeding places and changing parasite rate statistic test with paired t-tes scor 0,051 is showed trends to villagge to relation in reduce parasite rate. And statistic paired t-tes an village between breedingplaces with spraying good quality and having in reduce the parasite rate.
Refference, 16 (1969 -1999)."
2000
T4597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
"Angka parasit dan angka limpa yang biasanya digunakan untuk menentukan keadaan penyakit malaria di suatu daerah mempunyai beberapa kendala. terutama bila diaplikasi di daerah hiper atau holoendemi dimana faktor kekebalan turut memegang peranan penting. Karena itu diparlukan cara lain untuk menutupi kekurangan tsb, misalnya dengan melakukan pemeriksaan seroepidemiologi. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan seroepidemiologi. 616 serum penduduk berbagai daerah endemi (meso-hiper-holo) diberbagai desa, kecamatan Mimika Timur, Fak-Fak, Irian Jaya, dengan menggunakan antigen stadium skizon P.falciparum yang dikultur secara in vitro sesuai dengan metode Trager & Jansen.
Hasilnya menunjukkan 84.1% (5187616) penduduk yang diperiksa mengandung zat anti skizon P.falciparum. Hubungan antara zat anti ini dengan malariometri: yaitu parasitemia menunjukkan bahwa titer positif rata-rata pada kelompok tampa parasitemia lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan parasitemia (Mann-WhitneY, P=0.0419), sebaliknya titer positif rata-rata pada kelompok dengan splenomegali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa splenomegali (Mann--Whitney, P=0.0126). Sadangkan berdasarkan tingkat endemisitas, ditemukan perbedaan bermakna baik angka seropositi.f maupun titer positif rata-rata antara desa meso dengan hiperendemik (chi-square, p=0.00000 ; Kruskal-Wallis, p=0.0000) dan antara: meso dengan holoendemik (chi-square, p=0.0000 ; Kruskal--Wallie, p=0.0000)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhtar Arkan Nauf
"Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang menyelesaikan tahap regenerasi. Malaria adalah masalah kesehatan global serius yang sangat merusak bagi negara berkembang. Sebagian besar program pengendalian malaria menggunakan insektisida untuk mengendalikan populasi nyamuk. Penggunaan berskala besar dari insektisida ini memberikan tekanan seleksi besar-besaran pada nyamuk yang membuat nyamuk menghasilkan keturunan yang tahan insektisida. Dengan demikian, mengembangkan strategi alternatif sangat penting untuk pengendalian malaria berkelanjutan. Malaria tidak dapat menyebar tanpa nyamuk, oleh karena itu mengendalikan populasi vektor, gigitan nyamuk, atau mengganggu kemampuan nyamuk untuk menampung parasit Plasmodium dapat membatasi penyebaran nyamuk. Oleh karena itu metode paratransgenesis dilakukan. Paratransgenesis adalah metode untuk mengganggu kemampuan vektor menampung parasit Plasmodium falciparum. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kegunaan paratransgenesis untuk mengendalikan malaria dengan menggunakan model matematika. Dari model matematika tersebut akan dikaji titik ekuilibrium dan kestabilannya, nilai ambang batas (R0) dan diberikan simulasi numerik untuk model tersebut.

Malaria is a disease caused by the Plasmodium parasite. Malaria is spread by female Anopheles mosquitoes which are completing the regeneration stage. Malaria is a serious global health problem that is very damaging to developing countries. Most malaria control programs use insecticides to control mosquito populations. The large-scale use of these insecticides puts a huge selection pressure on mosquitoes which makes mosquitoes produce insecticide-resistant offspring. As such, developing alternative strategies is very important for sustainable malaria control. Malaria cannot spread without mosquitoes, therefore controlling the vector population, mosquito bites, or interfering with the ability of mosquitoes to accommodate the Plasmodium parasite can limit the spread of mosquitoes. Therefore the paratransgenesis method is carried out. Paratransgenesis is a method for disrupting the vector’s ability to accommodate the Plasmodium falciparum parasite. This research was conducted to evaluate the use of paratransgenesis to control malaria by using mathematical models. From the mathematical model, the equilibrium point and its stability, threshold value (R0) will be examined and numerical simulations are given for the model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
"Dalam penelitian ini, prevalensi dan titer IgG total dan IgG subkelas (IgGI, IgG2, IgG3 & IgG4) terhadap peptida RESA dinilai pada 108 penduduk yang terdiri dari 24 anak-anak di bawah usia 10 tahun dan 84 penduduk di atas usia 10 tahun yang menggunakan kelambu celup insektisida. Pengambilan serum dilakukan setiap tahun, selain daripada itu juga dilakukan pemeriksaan darah yang diwarna Giemsa untuk melihat angka parasit.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kelompok di bawah 10 tahun, prevalensi IgG total meningkat secara perlahan-lahan selama 2 tahun (1993: 20,8%; 1994: 25%; 1995: 41,7%) walaupun prevalensi infeksi P. falciparum menurun (1993: 33,3%; 1994: 8,3%; 1995: 0%). Sedangkan pada kelompok umur di atas 10 tahun, prevalensi IgG total ini stabil selama penelitian (1993: 77,4%; 1994: 77,4%; 1995: 79,8%), walaupun prevalensi parasitemia juga menurun (1993: 11,9%; 1994: 1,2%; 1995: 1,2%), Analisa secara kuantitatif, memperlihatkan penurunan titer IgG total pada 68 individu yang IgG total terhadap RESA positif, baik sebelum maupun setelah intervensi (744,9 ± 4,3 menjadi 543 ± 4,3 ; nilai p= 0,046). Pada kelompok individu yang mengandung IgG subkelas terhadap RESA (> 10 tahun) sebelum dan sesudah intervensi, ditemukan juga penurunan titer rata-rata geometrik secara bermakna pada IgG3 (72 ± 2,6 menjadi 36,7 ± 2,6) (p=0,4045) dan IgG4 (28,1 ± 1,7 menjadi 15,5 ± 2,7) (p=0,0208).
Sebagai kesimpulan penggunaan kelambu celup insektisida dapat menurunkan respons imun humoral sekelompok penduduk desa secara kuantitatif, sedangkan pada kelompok di bawah 10 tahun terlihat peningkatan prevalensi pengandung IgG total RESA.
1. Latar belakang
Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Setiap tahun dilaporkan lebih kurang 120 kasus klinis malaria dengan 300 juta pengandung parasit dan 2,5 juta penderita meninggal karena malaria (WHO, 1994). Di Indonesia, penyakit ini banyak dijumpai di luar Jawa-Bali, terutama di Indonesia Bagian Timur. Menurut laporan Departemen Kesehatan prevalensi malaria di daerah tersebut dapat mencapai 5%, sedangkan di Pulau Jawa-Bali annual parasite incidence (API) biasanya kurang dari 5% (Arbani, 1991).
Di daerah endemis tinggi, biasanya gejala klinis tidak begitu menonjol, karena penduduknya sudah kebal secara alami. Di daerah ini biasanya yang menderita adalah anak di bawah 5 tahun, sedangkan di daerah dengan tingkat endemisitas rendah, baik anak maupun orang dewasa bila terinfeksi mudah menderita malaria berat karena kedua kelompok itu belum mempunyai kekebalan. Kekebalan alami terbentuk setelah penduduk terpapar parasit malaria selama bertahun-tahun, dan memerlukan pemaparan berulang-ulang; untuk mempertahankannya diperlukan kontak terhadap parasit yang berkesinambungan.
Pada tahun 1983, WHO mencanangkan program penanggulangan malaria dengan menggunakan kelambu yang dicelup insektisida. Hal ini dapat mengurangi paparan terhadap parasit. Sehingga timbul pertanyaan : apakah penurunan paparan parasit di daerah tersebut akan mempengaruhi respons imun penduduk daerah penelitian?"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Teni Supriyani
"Jawa Barat merupakan salah satu wilayah reseptif malaria di Indonesia,
khususnya Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan. Tahun 2009, 2011, dan
2012 telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) terutama di Kecamatan
Cineam. Namun, pada tahun 2013 tidak terjadi KLB serupa. Ekosistem
Cineam berupa pegunungan dan perkebunan kondusif untuk penularan
malaria. Selain itu, banyak penduduk Cineam yang merupakan pekerja migran.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap tidak terjadinya peningkatan kasus (resurgensi) malaria di
daerah reseptif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
yang dilakukan pada bulan Juni - Desember 2014, dengan menggunakan
sampel seluruh penderita malaria positif di Kecamatan Cineam tahun 2013,
yang berjumlah 27 kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kasus
adalah pekerja migran. Secara spasial, ditemukan tempat perkembangbiakan
Anopheles tersebar dekat dengan tempat tinggal kasus.
Meskipun wilayah Kecamatan Cineam merupakan wilayah kondusif penularan
malaria, tidak terjadi penularan horizontal pada tahun 2013. Analisis
lebih lanjut mengindikasikan bahwa upaya deteksi dini, pengobatan segera
menggunakan protokol standar yang memadai, pemberian obat profilaksis
sebelum berangkat, serta penyuluhan intensif kepada masyarakat, dapat
menekan timbulnya KLB pada tahun 2013.
West Java provinceis one of malaria-receptive areas in Indonesia, specifically
the south area of Tasikmalaya District. In 2009, 2011 and 2012, there
was extraordinary emergence, specifically in Cineam Subdistrict. However,
in 2013, there was no any other similar case. Ecosystem of Cineam consisting
of montains and plantations was so conducive for malaria transmission.
Moreover, there were many Cineam people as migrant workers. This
study aimed to identify factors contributing to malaria resurgence in receptive
area. This study was descriptive quantitative conducted on June to
December 2014 using sample of all positive malaria patients at Cineam
Subsdistrict in 2013 worth 27 case. Results showed that all cases were migrant
workers. Spatially there was Anopheles-breeding areas spread closed
to the case home. Even though Cineam Subsdistrict region is such a conducive
area for malaria transmission, but there was none of any horizontal
transmission in 2013. Further analysis indicated that early detection and
prompt tratment used adequate standard protocol, prophylactic distribution
before departing as well as intensive counseling to public might press extraordinary
emergence in 2013."
Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Evi Sulistiyani
"Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium dan ditularkan melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Malaria juga mengakibatkan kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan. Kejadian malaria di Kabupaten Kulon Progo masih berfluktuasi dari waktu-kewaktu dan cenderung mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Puskesmas Kokap 2, Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 dengan metode kasus kontrol.
Hasil penelitian didapatkan faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian malaria adalah pendidikan, pekerjaan, keberadaan ternak besar, kebersihan rumah, tempat perindukan dan habitat nyamuk. Faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah pengetahuan (OR=2,69), perilaku pencegahan (OR=2,05), keberadaan ikan pemakan jentik di sungai (OR=1,97) dan keberadaan ikan pemakan jentik di kolam (OR=3,25). Pengetahuan merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian malaria (OR=4,03).

Malaria is a disease caused by parasites of the genus Plasmodium and transmitted by the bite of Anopheles. Malaria is a public health problem in the world. Malaria can effect an economic loss, poverty and underdevelopment. Incidence of malaria in Kulon Progo still fluctuate and tend to increase. The study was conducted to determine factors associated with malaria in Kokap 2 Health Center, Kulon Progo in 2012 using case control design.
The results show that education, job, the existence of large livestock, cleaning the hause, breeding place and habitat of mosquitoes are not related to the incidence of malaria. Factors related to the incidence of malaria is knowledge (OR=2,69), preventive behavior (OR=2,05), the presence of larvae-eating fish in the river (OR=1,97) and the presence of larvae-eating fish in ponds (OR=3,25). Knowledge is the most important factor associated with the incidence of malaria (OR=4,03).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maulidya
"Malaria merupakan penyebab utama dari kenaikkan angka individu yang sakit dan meninggal di banyak negara. Hal ini terjadi karena malaria adalah salah satu penyakit fatal yang disebabkan oleh nyamuk betina Anopheles dengan cara menyebarkan parasite Plasmodium yang hidup dan bereproduksi di dalam sel darah manusia lewat gigitan nyamuk terinfeksi. Di antara tahun 2019-2020, kasus kematian akibat malaria mengalami peningkatan karena adanya COVID-19. Beragam upaya pencegahan malaria telah dilakukan pemerintah, contohnya dengan Long-lasting insecticidal nets (LLIN) dan Indoor Residual Spraying (IRS) tetapi kedua upaya tersebut memiliki efek samping yang merugikan manusia. Terdapat upaya pencegahan malaria lainnya yang digunakan, yaitu pemakaian krim penolak nyamuk. Upaya tersebut dapat mengatasi ketertarikan nyamuk pada manusia yang terinfeksi malaria yang biasa disebut dengan efek vektor bias. Pada penulisan skripsi ini, dikonstruksi model penyebaran malaria dengan pengaruh vector bias dan penggunaan krim penolak nyamuk. Model matematika tersebut merupakan sistem persamaan diferensial nonlinier enam dimensi yang direduksi menjadi tiga dimensi dengan pendekatan Quasi-Steady State Approximation dan proses nondimensionalisasi. Kajian analitik yang dilakukan pada model dalam skripsi ini terdiri dari analisis eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan serta analisis Basic Reproduction Number (R_0). Simulasi numerik yang dilakukan pada skripsi ini terdiri dari analisis elastisitas dan sensitivitas R_0, dan simulasi autonomous. Berdasarkan kajian analitik dan simulasi numerik diperoleh bahwa penggunaan krim penolak nyamuk secara efektif dapat menyebabkan proporsi manusia dan nyamuk terinfeksi di suatu populasi dapat berkurang sehingga terdapat kemungkinan malaria dapat hilang dari suatu populasi. Sebaliknya, jika vektor bias bernilai semakin besar, maka proporsi nyamuk terinfeksi dan manusia terinfeksi di suatu populasi semakin bertambah yang artinya kemungkinan malaria untuk menetap di suatu populasi juga semakin besar.

Malaria is a major cause of increasing numbers of sick and dead individuals in many countries. This happens because malaria is a fatal disease caused by female Anopheles mosquitoes by spreading the Plasmodium parasite that lives and reproduces in human blood cells through the bite of an infected mosquito. Between 2019-2020, malaria deaths increased due to COVID-19. Various efforts to prevent malaria have been carried out by the government, for example with Long-lasting insecticidal nets (LLIN) and Indoor Residual Spraying (IRS), but both efforts have side effects that are detrimental to humans. There are other malaria prevention efforts that are used, namely the use of mosquito repellent creams. These efforts can overcome the attraction of mosquitoes to humans infected with malaria which is commonly known as the vector-bias effect. In writing this thesis, a malaria spread model was constructed with the influence of bias vectors and the use of mosquito repellent creams. The mathematical model is a six-dimensional nonlinear differential equation system which is reduced to three dimensions using a Quasi-Steady State Approximation approach and a nondimensionalization process. The analytical study carried out on the model in this thesis consists of an analysis of the existence and stability of the equilibrium point and the analysis of the Basic Reproduction Number (R_0). Numerical simulation carried out in this thesis consists of elasticity and sensitivity analysis R_0, and autonomous simulation. Based on analytical studies and numerical simulations, it was found that the effective use of mosquito repellent creams can reduce the proportion of infected humans and mosquitoes in a population so that there is a possibility that malaria can be eliminated from a population. On the other hand, if the value of the vector-bias increases, the proportion of infected"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sutudi tentang Sejarah Kesehatan terutama di tingkat lokal memang belum banyak perhatian dalam penulisan dengan pendekatan sejarah.Oleh karena itu penelitian ini merupakan langkah awal mengaji sejarah kesehatan terutama yang berkaitan dengan penyakit menular yaitu malaria..."
PATRA 9(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>