Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sommeng, Andy Noorsaman
"ABSTRAK
Penelitian yang sudah dan akan dilakukan untuk mencari kondisi-kondisi optimal dari zeolit sebagai katalis haruslah mengeluarkan biaya yang besar, jika dilakukan dengan mencoba-coba harga parameter zeolit yang akan diteliti. Salah satu metode yang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang sulit diselesaikan dengan metode komputasi biasa adalah Jaringan Neural Artifisial (JNA). Hal ini dikarenakan penggunaan zeolit sebagai katalis kendaraan bermotor melibatkan banyak variabel-variabel pertimbangan. Perubahan yang terjadi pada salah satu variabel akan menyebabkan perubahan pada variabel yang lainnya.
Jaringan Neural Artifisial, yang digunakan untuk optimalisasi katalis zeolit di dalam mengeliminasi SOx dari gas buang, dilatih untuk menghubungkan parameter-parameter di dalam preparasi dan operasi katalis zeolit. Parameter-parameter tersebut adalah suhu, kapasitas adsorpsi, %CuO teraktifkan, laju SOS, laju reaksi, % loading, luas permukaan katalis dan % dispersi inti aktif katalis. Hasil pelatihan tersebut kemudian divisualisasikan untuk dapat memprediksikan kondisi optimal katalis zeolit. Dengan demikian hasil pelatihan yang dihasilkan oleh jaringan neural buatan dapat memberikan masukan atau nasehat kepada para peneliti maupun industri mobil yang akan melakukan penelitian di bidang katalis. Hal ini tentu menghemat biaya yang dikeluarkan karena penelitian dilakukan sesuai prediksi parameter yang telah dilakukan oleh Jaringan Neural Artifisial.
Hasil dari penelitian ini adalah berupa perangkat lunak komputer yang diberi nama NetCat. NetCat telah dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi pengguna (user) untuk memprediksi parameter-parameter dalam penelitian dibidang katalis CuO/Zeolit Alam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Saat ini telah banyak dikembangkan proses eliminasi Sox. Salah satu diantaranya adalah dengan sistem adsorpsi menggunakan tembaga oksida (CuO). Untuk mempertemukan SOx sebanyak mungkin dengan CuO maka luas kontak antar sesamanya perlu diperluas, sehlngga CuO perlu didispersikan pada suatu penyangga yang mempunyai luas permukaan cukup luas.
Pada penulisan ini, CuO didispersikan pada zeolit alam dari Lampung. Metode yang digunakan adalah pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan H-zeolit alam sebagai senyawa perantara. Pada prosesnya, kation H+ yang terikat pada struktur zeolit alam diharapkan bertukar dengan senyawa CuO yang berasal dari reaksi Cu(NO3)2 + NH3 pekat. Kondisi larutan yang terbentuk dibuat dalam suasana basa dengan larutan Ammonium Hidroksida (pH 9). Setelah proses-proses lanjutan seperti pengeringan pada T=110°C dan kalsinasi pada T=550°C, diharapkan CuO akan terbentuk pada permukaan zeolit alam. Untuk mengetahuinya maka dilakukan karakterisasi dengan menggunakan peralatan FTIR, XRD, AAS dan BET.
Dari hasil analisis FTIR peak ion NO3 dan senyawa CuO tidak terlihat, sedangkan dengan menggunakan XRD diperlihatkan bahwa pada sampel terbentuk peak CuO yaitu pada sudut difraksi (2φ) sekitar 35º, 38º, dan 48º. Karakterisasi dengan AAs memberikan hasi loading yang sebenarnya terbentuk dalam CuO/Zeolit alam. Sementara luas permukaan adsorben didapat lebih besar dari luas permukaan CuO murni dan zeolit alam. Analisis dispersi dilakukan dengan adsorpsi isotermik pada T=350ºC dan hasil terbaik mencapai 81,61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Djafar Ely
"Sebagai gas pencemar, SOx yang sebagian besar berupa gas SO, (99,5 %) umumnya dihasilkan dari pembakaran baban bakar fosil, penghilangan sulfur dari logam sulfida pada induslri baja maupun pembakaran bijian sulfur pada industri berbahan baku sulfur. Gas SOx yang dilepaskan kelingkungan sebagai gas buang ini, bila diadsopsi dan dimanfaatkan akan aangat bernilai ekonomis disamping mengurangj dampak terhadap lingkungan yaitu terjadinya hujan asam yang dapat merusak ekosistem. Pada penelitian ini digunakan CuO karena mudah bereakai dengan SO, rnembentuk CuSO, dan dioksidasikan membentuk CuSO,, kemudian dapat diregenerasikan sehingga dapat digunakan secara siklus. Pada tahap regenerasi akan menghasilkan gas keluaran yang kaya akan SO, atau SO, yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan asam sulfat atau diproses untuk diambil sulfurnya. Untuk memperluas kontak antara gas buangan dengan CuO, digunakan zeolit-alam sebagai penyangga karena memiliki sifat-sifat yang menunjang dan banyak terdapat di Indonesia. Zeolit alam sebelum digunakan sebagai penyangga. dilakukan perlakuan lanjut sehingga luas permukaannya meningkat dan disebut H-zeolit. Pembuatan adsorben CuO/zeolit-alam digunakan metode impregnasi. H-zeolit dicarnpurkan dengan larutan garam CuSO,.SH,O 0,5 M kemudian dikeringkan dan dikalsinasi dengan H, serta Oz. Pada tahap ini juga dilakukan pengujian dengan FTlR, AAS, XRD dan BET. CuO/zeolite-alam hasil preparasi selanjutnya dilakukan uji adsorpsi serta uji...
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Tuah
"Penelitian ini bertujuan mengeliminasi gas S02 yang merupakan polutan dan dapat meyebabkan berbagai masalah lingkungan. Digunakannya CuO sebagai inti aktif dalam penelitian ini karena CuO dapat bereaksi dengan gas S02 dan 02 pada suhu 300-450°C membentuk CuS04. Selanjutnya pada regenerasi termal akan didapatkan CuO kembali, sehingga dapat digunakan mengadsorpsi gas S02 secara siklus.
Zeolit alam Lampung yang mengandung sebagian besar zeolit klinoptilolit digunakan sebagai penyangga untuk mendispersikan CuO dipermukaannya. Zeolit alam Lampung memiliki: luas permukaan yang cukup besar, stabil terhadap termal, diameter porinya relative besar, bersifat inert, harganya murah, dan mudah didapat.
Penelitian ini menggunakan CuO/Zeolit alam yang dipreparasi dengan metode presipitasi dengan kadar teoritis 15% Cu. CuO/Zeolit alam hasil preparasi memiliki kadar aktual 6,3973 %, luas permukaan sebesar 66,07 m /gr, dan disperse inti aktinya adalah 52,64 %.
Uji adsorpsi dilakukan terhadap aliran gas SO2 (4%) pada suhu 350°C, sedangkan regenerasi dilakukan dengan 3 metode: termal pada suhu 550°C, reaksi dengan gas H2 dilanjutkan dengan oksidasi dengan gas 02, dan uap air pada suhu.
Berdasarkan hasil uji adsorpsi SO2 dengan CuO/Zeolit alam, didapatkan jumlah CuO yang aktif pada adsorpsi pertama adalah 10,50%. Pada adsorpsi kedua, setelah menjalani regenerasi (termal, reduksi-oksidasi, dan uap air), terjadi penuurnan jumlah CuO yang aktif menjadi sebesar 4,85% untuk regenerasi termal, 3,545 untuk regenerasi metode reduksi-oksidasi, dan 4,21% untuk regenerasi dengan penambahan uap air.
Selanjutnya dari jumlah SO2 yang teradopsi pada odsorpsi ketiga setelah regenerasi termal, didapat kapasitas adsorpso CuO/Zeolit alam sebesar 4,00.10-5 mol/gr CuO/Zeolit. Kebutuhan CuO/Zeolit alam apablia diaplikasikan pada PLTU Suralaya yaitu 215,8 ton CuO/Zeolit alam. Volume reaktor masing-masing unit 29,54 m3 untuk mengadsorpso SO2 dengan konsentrasi 315,14 ppm dan laju gas buang sebanyak 7,024 juta m3/jam. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Rendi Akbar
"Pada penelitian ini dilakukan reduksi gas NO2 dari kendaraan bermotor. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menimbulkan tingginya tingkat pencemaran udara terutama nitrogendioksida (NO2). Untuk menanggulanginya dapat dilakukan pemasangan adsorben pada saluran gas buang kendaraan bermotor. Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang termodifikasi TiO2 sebagai adsorben. Zeolit terlebih dahulu diaktivasi dengan larutan HF 2 %, HCl 6M, NH4Cl 0,1M, dikalsinasi, kemudian dilakukan modifikasi dengan TiO2 melalui metode sol-gel.
Pada penelitian ini, berbagai fenomena terkait adsorpsi NO2 dijelaskan, seperti pengaruh konsentrasi awal gas, waktu kontak, loading TiO2, dan aplikasi pada kendaraan bermotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ZA/TiO2-20% sebagai adsorben pada kendaraan bermotor mampu mengurangi emisi gas NO2 sekitar 45-49%.

In this study carried out the reduction of NO2 gas from motor vehicles. The increase number of motor vehicle produce high level of air poluting gas, particularly nitrogen dioxide (NO2). Instalation of adsorbent at the exhaust line can overcome this problem. This study use natural zeolite modified with TiO2 as adsorbent. Zeolite was activated with HF 1%, HCl 6M, and NH4Cl 0,1M solution. Next, it was calcinated and modified with TiO2 using sol-gel method.
In this study, some phenomenons related with NO2 adsorption is explained, such as influence of initial gas concentration, duration of contact, loading of TiO2, and application at motor vehicle. The result of the study shows the use of ZA/TiO2 as adsorbent at motor vehicle can reduce NO2 gas emision about 45-49%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syah Afgani
"Pada penelitian ini dilakukan preparasi Cu0/zeolit alam dengan metode pertukaran ion menggunakan larutan Cu(NO3)2 ditambahkan dengan NI-I3 pekat. Proses preparasi ini berlangsung dengan mempertukarkan [Cu(NH3)4]2+ dengan Hf zeolit alam yang dilanjutkan dengan proses penyalingan, proses pemanasan pada temperatur 110 °C selama 12 jam serta kalsinasi pada temperatur 550 “C selama 4 jam.
Hasil analisis FTIR menunjukkan puncak Cu0 pada CuO/zeolit alam menumpuk pada puncak sekunder zeolit alam sehingga sulit untuk diketahui keberadaanya. Dari hasil analisis XRD dapat diketahui bahwa Cu() pada Cu0/zeolit alam terletak pada puncak utama sudut difiaksi (20) 35", 38° dan 48° dengan d-value berturut-turut 2,53; 2,33 dan 1,87 A. Hasil karakterisasi AAS, BET dan adsorpsi isotermik menunjukkan bahwa loading aktual Cu sebesar 7,96% berat, luas permukaan adalah 98,31 U12/gl' dan dispersi sebesar 60, 16%.
Pengujian adsorpsi dilakukan pada adsorben CuO/zeolit alam pada temperatur 350 °C. Sedangkan untuk proses regenerasi dibedakan atas tiga perlakuan yaitu termal pada temperatur 600 °C, reduksi pada temperatur 250 “C yang dilanjutkan dengan oksidasi pada temperatur 400 "C dan penambahan uap air pada temperatur 600 °C. Pengujian adsorpsi S02 dengan regenerasi termal dilakukan sampai dengan 3 siklus (adsorpsi-regenerasi-adsorpsi-regenerasi-adsorpsi), sedangkan untuk perlakuan regenerasi reduksi oksidasi dan penambahan uap air hanya dilakukan sampai dengan 2 siklus (adSorpsi-regenerasi-adsorpsi).
Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan CuO/zeolit alam cukup baik dalam mengeliminasi S02 sampai pada siklus ketiga. Kapasitas adsorpsi S02 CuO/zeolit alam adalah 2,27.10" mol/gr CuOf zeolit alam pada adsorpsi pertama, 5,68.l0" mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi kedua dan l,73-l0'5 mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi ketiga, Sedangkan variasi perlakuan regenerasi Dengan menggunakan reduksi H2 dilanjutkan dengan oksidasi O2 dan penambahan uap air tidak memberikan kenaikan kapasitas adsorpsi yang berarti dibandingkan dengan regenerasi termal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Yuska
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Masykur Lubad
"Zeolit alam adalah sejenis bahan mineral yang dapal dimanfaatkan diberbagai bidang kehidupan, diantaranya adalah sebagai adsorben dan penukar ion. Tetapi karena mengandung pengotor-pengotor organik dan anorganik, air, serta kalion-kalion maka aklihtasnya akan berkurang. Untuk memperoleh zeolit dengan kemampuan yang tinggi, dipertukan suatu aktivasi terhadap zeolit alam tarsebut.
Pada penelitian ini digunakan metode pertukaran ion menggunakan NH4NO3 1N untuk memperoleh H-Zeolit. Zeolit hasil aktivasi tersebut kemudian digunakan untuk mengadsorpsi ammonia dari Iarutan ammonia yang konsentrasi awalnya 10 g/l.
Hasil analisa inframerah terhadap zeolit alam menunjukkan peak-peak pada frekuensi 1050 cm-1 , 790 cm-1 , 601 cm-1, 524 cm-1, dan 470 cm-1. Dua peak pertama dan peak terakhir menunjukkan struktur primer dari zeolit alam sedangkan peak Iainnya merupakan struktur sekunder.
Sedangkan hasil analisa Inframerah terhadap zeolit alam hasil pertukaran ion menunjukkan adanya pita serapan pada frekuansi 3212 cm-1 dan 1404 cm-1 yang mengidentitikasikan adanya NH4*. Hasil analisa AAS menunjukkan bahwa waktu optimum pertukaran ion adalah 49 jam dengan perbandingan 1 gram zeolit terhadap 10 ml Iarutan NH4NO3 1N.
Hasil adsorpsi terhadap ammonia menuniukkan bahwa unluk waktu adsorpsi yang pendek (kurang dari 48 jam), zeolit alam menunjukkan aktifitas yang hampir sama dengan H-zeolit, sebaliknya untuk waktu adsorpsi yang tebih lama H-zeolit mempunyai kapasitas adsorpsi yang Iebih baik. Diperoleh waktu optimum adsorpsi adalah 145 jam atau 6 hari.
Ammonia kemudian didasoipsi lagi dari NH4-zeolit. Suhu dasotpsi ammonia dengan menggunakan TPD adalah 550°C dalam waktu 11 menit. Adsorpsi ammonia dengan menggunakan H-zeolit yang tetah diregenerasi pada suhu 550°C manaikkan aktifitas sebesar 14,8 % dibandingkan dengan H-zeolit sebelumnya yang dikalsinasi pada suhu 420°C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu ragenerasi optimum adalah 550°C yang ditunjukkan oleh hilangnya pita serapan IR pada frekuensi 3212 cm-1 dan 1403 cm-1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmad Sutontro
"Telah dilaksanakan penelitian terhadap zeolit alam Indonesia asal Malang yang sebagian besar struktur kristalnya mordenite. Sifat katalitik dari zeolit tersebut ditingkatkan melalui proses dealuminasi dengan perlakuan asam HCl 3N. Parameter perlakuan asam adalah lamanya waktu refluks, yaitu mulai dari 0 jam, 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Sebagai pembanding dipilih zeolit mofdenite sintetik. Keseluruhan sampel zeolit tersebut dikalsinasi pada kondisi atmosferik dan suhu 550°C selama 16 jam. Pengujian sifat fisik dan kimianya meliputi luas permukaan, rasio Si/Al, dan keasaman. Kemampuan katalitiknya diuji dengan reaktor Parr pada tekanan atmosfer dan suhu 325°C, dan dengan Micro Activity Test (MAT) -Unit pada temperatur reaktor 400°C. Reaktan yang digunakan dan produk yang dihasilkan dianalisis dengan teknik gas kromatografi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin lama waktu refluks (perlakuan asam) mengakibatkan meningkatnya surface area dari 118 m2/g menjadi 352-147 m2/g, rasio Si/Al dari 9,54 menjadi 16,93-23,53, keasaman dari 2,34 mmol/g menjadi 4,02- 4,64 mmol/g, dan meningkatnya kemampuan katalitik yang terlihat dari meningkatnya konversi produk."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katili, Sari
"Pemanfaatan Zeolit alam sebagai katalis proses hidrokarbon, memerlukan serangkaian modifikasi dari keadaan alamnya. Karena, disamping berupa mineral kristalin yang tersusun atas satuan-satuan Al203 dan Si02, zeolit alam mengandung juga bahan-bahan pengotor, serta satuan-satuan yang belum stabil. Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap kristal zeolit, berupa pengasaman dengan Fluoride ([c] =0,75% ; 1.5% ; 2,25% dan waktu 10mnt ; 15mnt ; 20mnt) serta kalsinasi (400°; 450° ; 500°C). Dari hasil pengujian terhadap "luas permukaan" dan kristalinitas zeolit, diketahui bahwa proses pengasaman yang optimal adalah pada konsentrasi HF = 2,25% dengan waktu pengasaman 20 menit. Adapun kalsinasi yang menghasilkan "luas permukaan" optimal adalah pada 500°C, sedangkan kristalinitas yang optimal dicapai pada 400°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>