Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Adil Kesuma
"PT. Krakatau Steel merupakan perusahaan yang memproduksi besi baja yang dalam proses produksinya menggunakan mesin dan alat mekanik dengan daya listrik yang mempunyai potensi bahaya tinggi dan dapat menimbulkan kecelakaan ataupun gangguan kesehatan bagi tenaga kerjanya. Oleh karma itu penggunaan teknologi merupakan program keselamatan-dan kesehatan kerja yang memadai.
Penggunaan alat pelindung dui yang masih belum. memenuhi Standar Operation Procedure, merupakan perilaku yang tidak diharapkan dan menjadi hambatan dalam usaha mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sikap dan perilaku yang tidak diharapkan ini dapat dirubah dan diarahkan kepada perilaku yang baik seperti yang kita harapkan. Mengingat tingkat kebisingan yang tinggi pada lingkungan kerja. dapat menyebabkan problem gangguan pendengaran.
Tujuan dari studi adalah untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan alat pelindung telinga serta faktor-faktor yang. berhubungan dengan penggunaan alat pelindung telinga padat-tenaga kerja bagian praduksi baja PT. Krakatau Steel Cilegon Jawa Barat-tahun 1998.
Hasil studi ini diharapkan memberi masukan-kepada penrsahaaa dan dapat dijadkan dasar untuk program perusahaan dalam meningkatkan tingkat kesadaran pekerja dalam melaksanakan atau mematu Standar Operation Procedure yang ditetapkan Pihak Manajemen PT. Krakatau Steel.
Dari hasil studi yang. dilakukan, maka terlihat adanya hubungan antara tingkat pengetahuan, tenaga kerja, sicap tenaga kerja dan daya lindung alat pelindung telinga dengan penggunaan alat pelindung tealinga oleh tenaga kerja. Sedangkan jumlah alat pelindung telinga, perawatan alat pelindung telinga serta kenyamanan alat pelindung telinga tidak berhubungan dengan penggunaan alat pelindung telinga oleh tenaga.kerja.
Dengan demikian perusahaan khususnya dengan kondisi lingkungan kerja yang bising atau sudah melewati Nilai Ambang Batas tingkat kebisi igan yang diperkenankan, mama. Selain upaya pengamanan tempat kerja yang bising juga perlu disediakan alat pelindung telinga.yang memadai yakni jenis earplug yang mempunyai daya atennasi 33,2 dBA sesuai dengan tingkat kebisingan yang ada serta mempunyai jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. Selain itu lebih mensosialisasikan peraturan-peraturan yang berlaku pada tenaga kerja.

Study on The Factors Related To The Use Of Ear Protector on The Manpower In The Production Sector Of PT. Trakatau Steel Cilegon West Java in 1998PT. Krakatau Steel is the company that produce steel when during its production process is using the electric machine and mechanical equipment which has the potential of high danger and able to cause accidents or is harmful for the manpower health. That?s why the use of technology forms the appropriate safety and work health program.
The use of self-protector which is not meet the requirements of Standard_Operation Procedure is the unexpected attitude and become the obstacle in preventing work accidents and diseases. This attitude could be- changed and directed into the good attitude just like we want. Considering the high noise level at the work environment can arouse the hearing problem.
The aim of this study is to obtain the image of ear protector and it's factors related to the use of ear protector for the manpower on .the steel production sector of PT. Krakatau Steel Cilegon-West Java -I 998.
The result of this-study-is expected to give the input for the company and become the basic of the company program on improving the employee awareness in implementing or obeying the Standard Operation Procedure stipulated by the Management of PT. Krakatau Steel.
From the study result, we will see that there is a relationship between the knowledge level, manpower, -manpower attitude and the protection capacity of ear protector with the use of ear protector by the manpower. Where as the amount, the maintenance and the pleasure of ear protector is not related to the use of ear protector by the manpower.
Besides the effort to achieve security in the noise work environment, many companies especially for those who has noise condition of work environment or exceeding the allowed Limit Value for noise level, also need the appropriate amount of ear protector with the type of earplug which has the attenuation of 33,2 dBA suitable with the exist noise- level-for the manpower. Beside that increasing the socialization of the prevailing regulations for the manpower."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Radtya
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26661
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartati Diah
"Bising merupakan kumpulan nada dengan bermacam-macam intensitas, dan suana tersebut tidak dikehendaki sehingga terasa mengganggu ketentraman, terutama pendengaran. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transkop , No.SE.01/MEN/1978, bahwa Nilai Ambang Batas (NAB} untuk kebisingan di tempat kerja adalah 85 dBA, untuk 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Disain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dan analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan Deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan responden yang diteliti, sedangkan dengan analitik dimaksudkan untuk mempelajazi secara analitik pengaruh berbagai faktor (variable independen ) terhadap vaziabel dependen.
Hasil penelitian mengenai persepsi kebisingan di unit pemintalan beberapa pabrik tekstil, menunjukkan bahwa responden yang menyatakan bising pada intensitas <85 dBA (63,6%) .an tidak bising (36,4%) Sedangkan responden yang menyatakan bising pada intensitas >85 dBA (94%)dan yang menyatakan tidak bising(6%). Tingginya intensitas kebisingan akan diikuti oleh lebih banyaknya responden yang menyatakan bising, dan rendahnya intensitas kebisingan maka responden yang menyatakan bising sedikit. Faktor yang mempunyai asosiasi dengan persepsi responden terhadap kebisingan adalah lama kerja (p=0,0000), umur: (p=0,0002), pendidikan (p-0,0227), sedangkan faktor jenis kelamin tidak mempunyai asosiasi dengan persepsi responden terhadap kebisingan di tempat kerja. Sehingga dapat disimpulkan makin tinggi pengetahuan responden, maka sikapnya akan lebih baik,dan tingginya pengetahuan responden belum tentu penafsiran terhadap lingkungan baik.
Daftar pustaka 21 (1976-1996)

Perception Of Spinning Unit Personnel In Some Textile Plants In East Jakarta And Bekasi Toward The Noise In The Work Place, 1996Noise is group of tune with various intensity, and the sound is unwanted because its disturbs the convenience, especially the hearing. According to the Circular Letter of the Minister of Labor, Transmigration and Cooperatives NO. SE./O1/MEN/1978, that the Threshold Value (NAB) for the noise in the work place is 85 dBA, for 8 hours/day or 40 hours/week.
The research design used is a descriptive and analytic with a cross sectional approach. The descriptive approach is intended to describe the respondents studied, while with the analytic approach is intended to study analytically the influence of various factors (independent variable) toward the depended variable.
Proceeds of the research regarding the noise perception in the spinning unit of some textile plants indicate that the respondent the state there is noise at intensity < 85 dBA (63,6%) and those that stated there is no noise (36,4%0. While the respondent that stated there is noise at the intensity > 85 dBA (94%) and those that stated there is no noise (6%). Thus, the higher the noise intensity, the lesser the respondent that stated the there is noise, and the lower the noise the more respondent the stated there is no noise.
The factor which have association with the respondent perception toward the noise is duration of the work (p=0,000), age (p=0,002),education (p=0,00227), while the Sex factor does not association with the respondent perception toward the noise in the work place. Thus, it can be conclude that the higher the respondent knowledge, the better his attitudes, and higher the respondent education not necessarily his attitudes toward the environmental is good.
Bibliography :21(1976-1996)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T1424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zukhrida Ari Fitriani
"Intensitas: bising 85 dB atau lebih menyebabkan kerusakan reseptor Corti. Perusahaan X telah melakukan program konservasi pendengaran untuk mencegah terjadinya noise induced hearing loss (NIHL). Akan tetapi; penurunan pendengaran masih ditemukan. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan perilaku kurang dengan NIHL serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan NIHL pada pekerja Perusahaan X.
Metode: Penelitian kasus kontrol teJah diiakukan pada pekerja laki-laki usia 20 59 tiga kompattemen Perusahaan X. Data didapatkan dari kuesioner dan tes audiometri screening tahun 2010. Odd ratio dan analisis multivariat menggunakan SPSS 17 dilakukan terhadap 62 kasus NIHL dan 62 kontrol.
Hasil: Faktor·faktor seperti perokok sedang berat, I intenshas bising 85-95 dB meningkatkan risiko terjadinya NJHL masing·masing sebesar I 0,73(95%CI 2.85-40.38),5.49), 34(95%C!=0.46·3.89. Penelitian ini tidak bisa mendapatkan hubungan intensitas bislng >95 dB dengan NIHL.
Kesimpulan: Perilaku kurang meningkatkan risiko tetjadinya NIHL di Perusahaan X. Program.

Backgrounds: Noise intensity 85 dB (decibels) or more may damage the Corti receptors. The X Company had conducted hearing conservation program to prevent noise induced hearing loss (PllHL), However, hearing loss still can be found 17Jis study idenlifles the correlation between unsafe behaviors and NIHL also the other foctors related with NIHL among The X Company's workers.
Methods: A case conrrol th1'ee compartments of X Company Data was obtained from questionnaires and scree11ing audiometric test 201(}, Odd ratio and multivariate analysis using SPSS 1 7 had been done to 62 cases N!HL and 62 controls.
Results: Factors such as medium-heavy smokers, unsafe behaviors, light smokers, noise intensity 85-95 dB increase the risk of NIHL by 10.73(95%CJ=2.85-40.38), 4.36(95%Cl=l.70-11.20), 2.23(95%CI=0.91-5.49), I.34(95%CI=0.46-3.89. This study cannol obJain the relation between noise intensity >95 dB and NIHL.
Conclusions: Unsafe behaviors increase the risk of NIHL in X Company. Hearing conservation program need to be improved.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T31643
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gardilla Eka Febriana
"Bising merupakan salah satu bahaya fisik yang sulit dipisahkan dari dunia industri modern terutama industri minyak dan gas. Safe work Australia pada tahun 2010 merilis hasil bahwa dalam 5 tahun periode Juli 2002 hingga Juni 2007 terdapat 16.500 klaim kompensasi dari para pekerja di Australia yang mengalami ketulian akibat pajanan bising, dan 99% diantaranya merupakan pajanan jangka panjang lebih dari 5 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dosis kebisingan dengan penurunan fungsi pendengaran pada pekerja terkait kebisingan di sebuah pertambangan minyak dan gas bumi di Jawa Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah metode analitik cross-sectional. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Penelitian di perusahaan ini dilakukan pada Januari-Februari 2014 dan Mei 2014. Dari 33 orang pekerja, didapati 3 pekerja mengalami penurunan fungsi pendengaran. Dalam penelitian ini, hasil sejalan dengant teori tetapi tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan penurunan fungsi pendengaran pekerja.

Noise is one of the physical hazard which difficult to separate from industrial modern especially oil and gas industry. Safe work Australia, 2010, has released a result that in periode range Juli 2002 until Juni 2007 there are 16.500 compensation claims from workers in Australia who exposed with noise, and 99% of them has exposed more than 5 years. The objective of this research is to find relationship between noise dose and noise-induced hearing loss at workers in an oil and gas company in East Java. Research design that I used in this research is cross-sectional method. Statistic test that I used in this research is chi-square test. Research in this company has done in January-February 2014 and continued in May 2014. The result is, there are 3 from 33 workers has suffered noise-induced hearing loss. In this research, the results are equal with the theory but I did not find any significant relations between noise dose and noise-induced hearing loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbung, Johny
"Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan "cross sectional" menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terstruktur, menggunakan kuesioner dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder yang sudah ada di pabrik kayu lapis PT Jati Dharma Indah Kota Batu Gong Kota Ambon. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi, uji chi-square, serta analisis regresi logistik.
Penelitian ini dilaksanakan di pabrik kayu lapis PT Jati Dharma Indah Batu Gong Kota Ambon dengan unit analisis pekerja di bagian Dryer dan Gluing sebanyak 204 orang sebagai sampel, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan APD serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan paling besar pengaruhnya terhadap penggunaan APD. Hasil penelitian ini diperoleh 27,9 % menggunakan APD dan 72,1 % tidak menggunakan APD secara lengkap. Berdasarkan analisis bivariat ternyata ada hubungan antara variabel pola pengawasan, kebijakan, pengetahuan, terhadap penggunaan APD di bagian Dryer dan Gluing, sedangkan faktor fasilitas APD, pelatihan, sikap, tidak ada hubungan dengan penggunaan APD. Begitu pula dengan analisis regresi logistik pada variabel pola pengawasan, kebijakan, pengetahuan yang diduga mempunyai konstribusi paling besar terhadap penggunaan APD, ternyata faktor pola pengawasan yang berhubungan dengan penggunaan APD dengan nilai p = 0,0015.
Dengan melihat fasilitas APD, pelatihan, sikap, maka untuk peningkatan penggunaan APD perlu dikaji kembali maka pola pengawasan yang sudah ada terutama petugas pengawasnya, serta perlu dipikirkan keseimbangan antara pemberian sangsi dan penghargan bagi tiap tenaga kerja.

Research for the usage of Personal Protective Equipment in Dryer and Gluing section of PT. Jati Dharma Indah, a Timber Company at Batu Gong, AmbonThis research is a non experiment research with "Cross section" using technique analysis quantitative data. With structure interview, the data was collected using questionnaire and direct observation along with existing data from PT Jati Dharma Indah. Then the collected data was statically processed using a frequency technique analysis distribution, chi-square study and regression logistic analysis.
This research was resembled at PT Jati Dharma Indah, using the 204 worker's as an example. To get a view of the usage of PPE along with the most influence factors of the PPE usage. The result of this research was 27, 9% using PPE and 72, 1% was not. Based on bivariate analysis results, there are connection between variable base care, knowledge experience, against the usage of PPE in Dryer and Gluing section, even though the facility factor, training, attitude, has no connection with the usage of PPE. Also with the logistic regression on base variable supervision, guidance, knowledge, which was predicted to have the biggest contribution to PPE usage, obviously the connection of base factor supervision and the usage of PPE was p = 0,001 5.
To observe the PPE facility, enough training and attitude, therefore the increase of PPE usage needs to be reviewed. Therefore the existing base supervision especially the supervisor, including the needs of harmonization between sanction and appreciation to each employees.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhyidin
"Tesis ini membahas analisis kebisingan kerja di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dan hubungannya dengan tekanan darah dan risiko hipertensi pada pekerja. Desain penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan data primer (usia, jenis kelamin, masa kerja, kebiasaan merokok, penggunaan APT, dan stres) menggunakan kuesioner dan data sekunder (intensitas kebisingan, indeks massa tubuh, diabetes, kolesterol total, LDL/low density lipoprotein, dan tekanan darah pekerja) yang diperoleh dari PT XYZ. Sebanyak 101 pekerja berpartisipasi dalam penelitian ini dengan purposive sampling sesuai similar exposure group (SEG). Uji analisis Mann-Whitney dan Chi Square digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Intensitas kebisingan diukur menggunakan noise dosimeter selama 8 jam kerja. Hasil penelitian menunjukkan pekerja yang terpajan kebisingan >80 dBA memiliki tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan pekerja yang terpajan kebisingan ≤80 dBA. Pekerja yang terpajan kebisingan >80 dBA memiliki tingkat risiko terkena hipertensi lebih tinggi dengan OR = 3,19 dibandingkan dengan pekerja yang terpajan kebisingan ≤80 dBA. Tidak ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah dan hipertensi. Akan tetapi terdapat kecenderungan dosis-respon antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan hipertensi.

This thesis discusses the analysis of occupational noise in a Geothermal Power Plant and its relationship with workers’ blood pressure and risk of hypertension. The study design was a cross-sectional method using primary data (age, sex, years of service, smoking habits, use of hearing protection, and stress) using a questionnaire and secondary data (noise intensity, body mass index, diabetes, total cholesterol, LDL/low density lipoprotein, and workers' blood pressure) obtained from PT XYZ. A total of 101 workers participated in this study by purposive sampling according to the similar exposure group (SEG). Mann-Whitney and Chi Square analysis tests were used to investigate the relationship between the dependent variables and the independent variables. Noise intensity was measured using a noise dosimeter for 8 working hours. The results showed that workers exposed to noise >80 dBA had higher blood pressure and hypertension prevalence than workers exposed to noise ≤80 dBA. Workers exposed to noise >80 dBA had a higher risk of hypertension with OR = 3.19 compared to workers exposed to noise ≤80 dBA. There was no association between noise intensity and blood pressure and hypertension. However, there is a dose-response trend between noise intensity and systolic blood pressure, diastolic blood pressure and hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitri Noviadi
"Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APD Telinga) merupakan tahap terakhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara teknik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, hal ini disebabkan risikonya masih cukup tinggi karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD Telinga. Pada kenyataannya di PT Pupuk Sriwidjadja (PUSRI) Palembang dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak ditemui pekerja yang tidak disiplin mengunakan APD Telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD Telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan APD Telinga di bagian Produksi Ammonia PUSRI II (P-II) PT PUSRI Palembang. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengadopsi teori Green, yaitu melihat dari faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforsing.
Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pekerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD Telinga dan 70% pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD Telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: pengetahuan, sikap, kenyamanan, kebijakan, pelatihan dan keteladanan terhadap penggunaan APD Telinga, sedangkan variabel: umur, masa kerja, kondisi APD Telinga, perawatan, pengawasan dan tanda bahaya bising tidak berhubungan dengan penggunaan APD Telinga. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang menentukan Perilaku Penggunaan APD Telinga oleh pekerja adalah Pelatihan (OR=10,19; 95% CI: 0,769-135,243), Pengetahuan (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), Sikap Keteladanan (OR= 8,40 ; 95% CI: 2,40-32,65), Kebijakan (OR= 7,87; 95% CI: 0,53-116,33) dan Kenyamanan APD Telinga (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan penyuluhan/pelatihan dan motivasi tentang APD Telinga kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD Telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan kepada pekerja yang disiplin menggunakan APD Telinga. Akhirnya, dalam penyediaan APD Telinga mengutamakan faktor kenyamanan alat tersebut dengan meminta masukan dan para pekerja.

The use of hearing protector is the last stage of noise control if technical control and administration control cannot run well. This is due to it's high risk because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. In fact, in PT PUSRI Palembang with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigate factors related to workers behavior in using hearing protector at Ammoniac Production Department of PUSRI II (P-II) in PT PUSRI Palembang. The approach used is by using Green's theory which are consist of predisposing factor, enabling factor as well as reinforcing factor.
The research use Cross sectional design, with 60 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statistically by using Chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 30% of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variables: knowledge, attitude, comfort, policy, training and models of using hearing protector. On the other side, variables: age, length of work, the condition of hearing protector, maintenance of hearing protector, supervising and danger signal of noise didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training (OR= 10,19; 95% CI: 0,769-135,243 ), knowledge (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), attitude*models (OR= 8,40; 95% CI: 2,40-32,65), policy (OR=7,87; 95% CI: 0,53-116,33) and the comfort of hearing protector (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Referring to the result of this research, I advice that management should intensify the information/training and motivation about using hearing protector to the workers in order to add their knowledge and positive attitude as well As giving sanction to those without hearing protector. Employee should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector. Finally, management should prepare hearing protector that comfort with asking if any workers have suggestion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Kusuma
"Pemakaian Alat Pelindung Pendengaran (APD telinga) merupakan tahap akhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara tehnik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD telinga. Pada kenyataannya di PT.X dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak pekerja yang tidak disiplin menggunakan APD telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Penggunaan alat pelindung pendengaran (Hearing Protektor) pada pekerja di bagian Die Casting PT.X. tahun 2004, dan merupakan studi yang bersifat kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sample penelitian berjumlah 66 orang pekerja, pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara Sian observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu analisis univariat, dilanjutkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square, kemudian analisis multivariate menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,5% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD telinga dan 45,5 % pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel, pengetahuan tentang APD telinga, kebijakan dan pelatihan terhadap penggunaan APD telinga. Sedangkan variabel persepsi terhadap resiko, pengawasan dan ketersediaan fasilitas tidak berhubungan dengan penggunaan APD telinga. Begitu juga dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang dominan menentukan adalah variabel pelatihan yang merupakan faktor eksternal.
Sebagai saran untuk tindak lanjut maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan Pendidikan dan latihan secara rutin dan berkesinambungan kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan.

The Use of Hearing Protector is the last stage of noise control if technical control and Administration control cannot run well because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. Infact, in Die casting Unit PT.X with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigative factors related to workers behavior in using hearing protector at Die casting unit of PT.X Year 2004, and constitute of qualitative study then made it quantitative .The research use cross sectional design, with 66 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation beside secondary data. Data analyzed statically by using Chi-Square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 54,5 % of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variable : knowledge of hearing protector, policy, and training of using hearing protector. Onthe other side, variable : risk perception, supervising and facility of hearing protector didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training variable representing factor of external.
Referring to the result of this research, I advise that management should intensify the information, improving Education and practice routinely and continual to worker so that can add knowledge and grow positive attitude of worker about using hearing protector as well as giving sanction to those without hearing protection. Worker should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>