Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinta Nuriyah Rahman
"ABSTRAK
Bahasan utama dalam tesis ini adalah perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi. Perkawinan usia muda erat kaitannya dengan kehamilan pada wanita usia muda, meskipun permasalahannya tidak persis sama. Perkawinan wanita pada usia muda merupakan masalah sosial budaya yang mempunyai aspek medis, sedangkan kehamilan pada wanita usia muda merupakan masalah medis yang mempunyai aspek social.
Agar dapat mengungkapkan pennasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan landasan teori yang meliputi faktor pendorong terjadinya perkawinan usia muda, aspek psikologis perkawinan usia muda, Islam dan perkawinan, kesehatan reproduksi, perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi, serta program Keluarga Berencana dan reproduksi wanita.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang berancangan kualitatif. Subjek penelitian adalah wanita yang menikah pada usia muda dan yang mempunyai anak lebih dari lima orang, mempunyai latar belakang pendidikan pesantren atau dari kalangan pesantren, dan yang berlatar belakang pendidikan non-pesantren. Selanjutnya, wanita-wanita tersebut dikelompokkan dalam tiga golongan umur, yaitu kelompok umur 30-40 tahun, 41-50 tahun, dan 50 tahun ke atas. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai terjadinya pergeseran ataupun perubahan nilai dan persepsi tentang perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi pada setiap tahap umur wanita tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang menggunakan pedoman wawancara. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan perangkat analisis jender.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan usia muda di daerah Sekar Arum tetap ada, karena dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan agama. Selain peranan orang tua yang mendominasi pencarian jodoh anaknya, UU Perkawinan yang berlaku sekarang belum mampu meningkatkan usia saat menikah.
Wanita yang menikah pada usia muda tersebut, dalam merawat kesehatan reproduksinya, mengacu pada kebiasaan orang tua mereka. Ternyata perawatan kesehatan reproduksi secara tradisional membuat kondisi mereka cult-up sehat dan mempunyai anak banyak. Jumlah anak yang banyak bagi ibu-ibu di Sekar Arum merupakan hal yang biasa, karena pengetahuan mereka dan juga para orang tua, sangat kurang terutama dalam bidang reproduksi dari kependudukan. Sementara itu, keputusan suami masih sangat dominan dalam menerima KB.
Mengingat perkawinan usia muda tidak akan menguntungkan bagi pembangunan, seyogyanya peraturan pelaksanaan UU Perkawinan no. 1/1974 ditinjau dan dikaji ulang, antara lain untuk menaikkan batas umur minimum bagi wanita, dari 16 tahun menjadi 20 tahun. Demikian pula dalam memberdayakan masyarakat atau wanita perdesaan, seharusnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan bersumber pada potensi rakyat itu sendiri.

"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T6102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Setiawati
"
ABSTRAK
Negara Indonesia memiliki tidak kurang dari 400 bahasa daerah dan dialek (menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1992 : 7). Sebagai contoh situasi kebahasaan di Kabupaten Brebes, perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Di wilayah itu, terutama di wilayah Brebes sebelah Selatan, tejadi persinggungan dua bahasa terbesar di Indonesia, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi masyarakatnya. Tujuan penelitian adalah menanik garis batas wilayah pakal bahasa Sunda dan Jawa di Kabupaten Brebes, serta membuat pola penyebaran bahasa Jawa clan Sunda di Kabupaten Brebes.
Metodologi penelitian yang dipergunakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu persiapan (menyusun rancangan penelitian, mencari data sekunder, dan penentuan daerah sampel sebelum ke lapangan dan setelah sampal di lapangan, agar lebih efisien clan efektif), pengumpulan data (memakai daftar tanyaan Iangsung ke pembahan / pupuan lapangan clan observasi lapangan dengan mencani data-data penunjang adat istiadat, sosial budaya, dan lain-lain, penyaningan clan pengklasifikasian pendahuluan desa-desa pemakai bahasa Sunda, Jawa clan campuran (Sunda clan Jawa)), pengolahan data (kiasifikasi data clan analisis data dengan membagi 5 kelas, yaitu desa-desa pemakai bahasa Sunda, desa-desa pemakai bahasa campuran cenderung Sunda, desa-desa pemakai bahasa campuran mumi, desa-desa pemakai bahasa campuran cenderung Jawa, desa-desa pemakai bahasa Jawa, berdasankan variabel bahasa pergaulan, bahasa ibu, bahasa dalam rapat desa, bahasa daerah di sekolah dasar, bahasa pengantar dalam ceramah di mesjid-mesjid, lalu dimasukkan ke dalam tabel clan peta, kemudian membuat deskripsi peta).
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasilnya sebagal benikut: yang termasuk wilayah pakai bahasa Sunda, pada umumnya berada pada daerah perbatasan dengan Jawa Barat, yang memanjang dan Barat Laut sampai ke Selatan Kabupaten Brebes.Yang termasuk wilayah pakai bahasa campuran cenderung Sunda terdapat memanjang dan Barat Laut sampai ke Selatan (2 lapis desa dad desa-desa pemakai bahasa Sunda).Yang termasuk wilayah pakai bahasa campuran mumi terdapat memanjang dan Utara ke Selatan (2 lapis desa dad desa-desa pemakai bahasa campuran cenderung Sunda).Yang termasuk wilayah pakai bahasa campuran cenderung Jawa, terdapat memanjang dad Utara ke Selatan (2 lapis desa dad desa-desa pemakai bahasa campuran mumi). Yang termasuk wilayah pakai bahasa Jawa, terdapat pada sebagian besar bagian Utara clan Tenggara Kabupaten Brebes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Maulidia
"[ABSTRAK
Tulisan ini mendeskripsikan tentang proses reproduksi identitas keluarga muslim Jawa.
Dalam kasus ini, tulisan ini menjelaskan bagaimana keluarga muslim Jawa mengadopsi
konsep ?bani? dari budaya Arab. Konteks sosial fenomena sosiologi ini adalah komunitas
lokal di Jatibarang. Sebagian besar anggota komunitas adalah muslim dan sebagian besar
mereka berafiliasi NU. Bani Ma'shum sebagai keluarga muslim Jawa melakukan tiga strategi
untuk mereproduksi identitas mereka dalam arena sosial keagamaan, politik, dan ekonomi.
Tulisan ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan ketiga strategi yang dilakukan
oleh Bani Ma'shum. Konsep yang digunakan adalah konsep Bourdieu tentang habitus, arena,
dan modal.
Temuan dari tulisan ini adalah mengungkapkan Bani yang mengidentifikasi keluarga muslim
Jawa dalam dua hal, pertama meningkatnya kesadaran para anggota komunitas Bani
Ma?shum sebagai keluarga besar. Kedua status sosial Bani Ma?shum diakui oleh masyarakat
Jatibarang sebagai komunitas yang memiliki pengaruh besar dalam arena sosial keagamaan,
politik, dan ekonomi. Dalam arena sosial keagamaan, strategi mereka menjadi pengurus
masjid dan mushalla, guru ngaji, guru madrasah, dan penceramah di masjid. Arena ekonomi
dan politik adalah reproduksi eksternal Bani Ma?shum. Sebagian besar Bani Ma?shum adalah
pedagang dan menjadi identitas mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat Jatibarang
lainnya. Dalam arena politik, para sesepuh Bani Ma?shum cukup didengar dan disegani
dalam pemilihan calon lurah dan pemilihan calon anggota legislatif. Aktivitas yang dilakukan
oleh Bani Ma?shum untuk memperkuat identitas mereka adalah acara haul dan halal bihalal,
pengajian ibu-ibu jam'iyyah sabtunan, dan pengajian bapak-bapak jam'iyyah mudzakaroh.

ABSTRACT
This study is to describe the reproduction of identity process of Javanese moslem family. In
this case, the study describe how this Javanese moslem family adopted concept of ?bani?
from Arab culture. The social context of this sociological phenomenon is local community in
Jatibarang. Most of members this community are moslems and large part of them is affiliated
with Nahdhatul Ulama. Bani Ma'shum as Javanese moslem family conducted three strategies
to reproduce their identity in social religious, political, and economic areas. This study used
qualitative method to describe those three strategies conducted by Bani Ma'shum. The
concepts used in this studi is Bourdieu concepts are habitus, field, and capital.
Findings of this study reveals then the adoption of Bani as concept that identify the Javanese
moslem family result in the first the increasing awareness of members of Bani Ma'shum as
an extended family. Second the social status of Bani Ma?shum is recognized by adhere
members of Jatibarang as having more influence in social religious, political, and economic
fields. Economic and political field are external reproduction of Bani Ma'shum. Most of Bani
Ma'shum are traders and become their identity in a social interact with other society of
Jatibarang. In political field, the elders of Bani Ma'shum are respected by candidates
headman in the selection of legislative elections. The activities to reinforce their identity are
haul and halal bihalal, jam'iyyah sabtunan, and jam'iyyah mudzakaroh.;This study is to describe the reproduction of identity process of Javanese moslem family. In
this case, the study describe how this Javanese moslem family adopted concept of ?bani?
from Arab culture. The social context of this sociological phenomenon is local community in
Jatibarang. Most of members this community are moslems and large part of them is affiliated
with Nahdhatul Ulama. Bani Ma?shum as Javanese moslem family conducted three strategies
to reproduce their identity in social religious, political, and economic areas. This study used
qualitative method to describe those three strategies conducted by Bani Ma?shum. The
concepts used in this studi is Bourdieu concepts are habitus, field, and capital.
Findings of this study reveals then the adoption of Bani as concept that identify the Javanese
moslem family result in the first the increasing awareness of members of Bani Ma?shum as
an extended family. Second the social status of Bani Ma?shum is recognized by adhere
members of Jatibarang as having more influence in social religious, political, and economic
fields. Economic and political field are external reproduction of Bani Ma'shum. Most of Bani
Ma'shum are traders and become their identity in a social interact with other society of
Jatibarang. In political field, the elders of Bani Ma'shum are respected by candidates
headman in the selection of legislative elections. The activities to reinforce their identity are
haul and halal bihalal, jam?iyyah sabtunan, and jam?iyyah mudzakaroh., This study is to describe the reproduction of identity process of Javanese moslem family. In
this case, the study describe how this Javanese moslem family adopted concept of “bani”
from Arab culture. The social context of this sociological phenomenon is local community in
Jatibarang. Most of members this community are moslems and large part of them is affiliated
with Nahdhatul Ulama. Bani Ma’shum as Javanese moslem family conducted three strategies
to reproduce their identity in social religious, political, and economic areas. This study used
qualitative method to describe those three strategies conducted by Bani Ma’shum. The
concepts used in this studi is Bourdieu concepts are habitus, field, and capital.
Findings of this study reveals then the adoption of Bani as concept that identify the Javanese
moslem family result in the first the increasing awareness of members of Bani Ma’shum as
an extended family. Second the social status of Bani Ma’shum is recognized by adhere
members of Jatibarang as having more influence in social religious, political, and economic
fields. Economic and political field are external reproduction of Bani Ma'shum. Most of Bani
Ma'shum are traders and become their identity in a social interact with other society of
Jatibarang. In political field, the elders of Bani Ma'shum are respected by candidates
headman in the selection of legislative elections. The activities to reinforce their identity are
haul and halal bihalal, jam’iyyah sabtunan, and jam’iyyah mudzakaroh.]"
2015
T43138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Khaerun Nisa
"Pendahuluan : Stunting merupakan kondisi yang ditandai dengan anak berperawakan pendek dan memiliki masalah gizi kronis. Kabupaten Brebes menjadi urutan ke 3 dengan angka stunting tertinggi di Jawa Tengah. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam pemberian makan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di daerah tersebut.
Metode: Design yang digunakan adalah cross sectional  dengan teknik convenience sampling. Analisis univariat dan bivariate dengan uji chi-square.
Hasil: Analisis chi-square menunjukan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap, dan praktik ibu tentang pemberian makan anak dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan memiliki p value berturut-turut sebesar p=0.000, p=0.000,  p=0.000.
Kesimpulan: Adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam pemberian makan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, Jawa tengah.
Rekomendasi: Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai faktor penyebab stunting di daerah tersebut.

Introduction: Stunting is a condition characterized by short stature and chronic nutritional problems. Brebes Regency is in third place with the highest stunting rate in Central Java. The aim of the study was to identify the relationship between knowledge, attitudes, and feeding practices of mothers with the incidence of stunting in children aged 0-59 months in the area.
Method: The design used is cross sectional with convenience sampling technique. Univariate and bivariate analysis with chi-square test.
Results: Chi-square analysis showed that there was a significant relationship between mother's knowledge, attitudes, and practices regarding child feeding and the incidence of stunting in children aged 0-59 months having p values ​​respectively p=0.000, p=0.000, p=0.000.
Conclusion: There is a relationship between knowledge, attitudes and practices of mothers in feeding with the incidence of stunting in children aged 0-59 months in Bulakamba District, Brebes Regency, Central Java.
Recommendation: There is a need for further research on the causes of stunting in the area.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Nuryati
"Kejadian kehamilan tidak diinginkan (KTD) di Indonesia saat ini cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian kehamilan, diantaranya adalah karakteristik ibu hamil dan riwayat keikutsertaan KB.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan karakteristik ibu hamil (umur saat hamil, umur menikah pertama, jumlah anak hidup yang dimillki, pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan, serta faktor yang berpengaruh terhadap hubungan tersebut pada ibu yang mempunyai riwayat kehamilan periode 1999/2000 dan kehamilannya bukan karena gagal KB di Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Berebes, Jawa Tengah.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian dengan studi analitis pendekatan cross sectional, dengan menggunakan data primer. Sampel yang diambil adalah 97 ibu yang mempunyai riwayat kehamilan periode 1999/2000 dan kehamilannya bukan karena gagal KB di Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Berebes, Jawa Tengah,
Dari hasil penelitian tersebut didapat besaran KTD sekitar 21,6 persen, dimana 33,3 persen dari mereka yang mengalami KTD berusaha mengakhiri kehamilannya, dan sekitar (14,3 persen) berhasil mengakhiri kehamilannya. Berdasarkan basil analitis multivariat ternyata karakteristik ibu hamil yang berhubungan secara bermakna dengan KTD adalah jumlah anak hidup (p= 0,00 OR = 19,82) dan pendidikan ( p=0,41 OR10,53), hubungan ini setelah dikontrol variabel riwayat keikutsertaan KB masih tetap bermakna.
Karena tingginya kasus KTD dan adanya usaha-usaha untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan tersebut, maka diperlukan penanganan KTD dengan melakukan konseling yang mendalam oleh petugas kesehatan setempat, serta pencegahan KTD melalui program KB yang berkualitas.
Daftar Kepustakaan : 34 ( 1983-2001)

Correlation of Pregnant Women Characteristics by Unwanted Pregnancies in Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah 1999/2000This research is aimed at getting figures on correlation of pregnant women characteristics (age when pregnant, age of first married, total children owned by pregnant women, education and occupation background) with the women having pregnancy period 1999/2000 and those pregnancies as not result of failure in Family Planning program at Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
This research using cross sectional approach by primary data. The gotten sample is 97 respondents of pregnant women period 1999/2000 and as not result of failure in Family Planning program Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
By such research may be found quantity of KTD around 21,6%, 33,3% of which had attempted to terminate their pregnancy and around I4,3% of which had terminated it successfully. In fact, from militarization analysis the pregnant women characteristics having correlation with KTD significantly, is total living children (p = 0.00 OR = 19.82) and educational background (p -- 0.01 OR = 10.53). It remain having significance upon being controlled by participation history in Family Planning program variable.
Because KTD cases is so high and any efforts for terminating pregnancy (abortion) of unwanted pregnancy, then, necessary to handle KTD using in deep counseling by local health professionals any to prevent it by qualified Family Planning program.
Literatures : 34 (1983-2001)"
2001
T5178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabela Fikriyya
"

Masyarakat lokal memiliki pengetahuan mengenai ekologi dan pengelolaan sumber daya alam, termasuk masyarakat Jawa di Lereng Gunung Slamet. Lanskap yang dikenali oleh masyarakat lokal relatif beragam. Dokumentasi pengetahuan lokal dan pengelolaan sumber daya dapat dikaji melalui etnoekologi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis keanekaragaman dan karakteristik satuan lanskap yang dimanfaatkan oleh masyarakat, (2) mengungkapkan nilai kepentingan satuan lanskap dan jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, (3) mengungkapkan cara pengelolaan satuan lanskap berdasarkan kearifan masyarakat, dan (4) menganalisis struktur komunitas di setiap satuan lanskap. Penelitian dilakukan di Desa (1) Ragatunjung, (2) Cipetung, dan (3) Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara semi terstruktur, Focus Group Discussion (FGD), Pebble Distribution Method (PDM), dan analisis vegetasi. Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada 8 informan kunci dan 83 responsden yang ditentukan secara purposive sampling dan snowball sampling. Data pemanfaatan satuan lanskap diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Method (PDM) yang dianalisis menggunakan Local User’s Value Index (LUVI). Data analisis vegetasi d diolah dengan menentukan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kekayaan (DMg), Indeks Kemerataan (e’), dan Indeks Kesamaan (IS). Masyarakat Lereng Gunung Slamet mengenal sembilan jenis satuan lanskap yaitu, perawisan (pekarangan), wanah (hutan produksi), majegan (kebun), sabin (sawah), kubang buyut (kawasan rencana hutan lindung), perkebunan teh, Cagar Alam Telaga Ranjeng, tanah bengkok, dan tuk (sumber air). Wanah merupakan satuan lanskap terpenting bagi masyarakat karena merupakan ruang utama dalam pemenuhan kebutuhan hidup dengan nilai di Desa Ragatunjung (31,27), Desa Cipetung (53,55), dan Desa Pandansari (28,17). Oryza sativa L. memiliki nilai kepentingan tertinggi di dua satuan lanskap Desa Ragatunjung yaitu, sabin (22) dan wanah (12), sedangkan pada majegan adalah Syzygium aromaticum L. (6,68). Brassica oleracea L. memiliki nilai kepentingan tertinggi di dua satuan lanskap Desa Cipetung yaitu, majegan (4,20) dan pemukiman (3,5), sedangkan pada wanah adalah Zea mays L. (11,38). Solanum tuberosum L. memiliki nilai tertinggi di setiap satuan lanskap di Desa Pandansari yaitu, wanah (10,33), majegan (6,80), dan Rencana Hutan Lindung (RHL) (4,13). Pengelolaan satuan lanskap dilakukan dengan menerapkan sistem agroforestri untuk lahan kering dan terasering untuk lahan basah. Analisis struktur komunitas dapat dilihat pada Indeks Keanekaragaman berkisar antara 1,57—28,9 yang termasuk dalam kategori sedang yang menunjukkan bahwa lanskap tersebut dalam kondisi stabil. Indeks Kekayaan di lokasi penelitian berkisar antara 11,82—28,8, sedangkan Indeks kemerataan berkisar antara 0,11—0,92. Indeks kesamaan wanah dan majegan merupakan yang tertinggi yakni 62,67 yang termasuk kategori tinggi.


The local communities have various ecological knowledge and natural resources including, the Javanese ethnic on the slopes of Mount Slamet. The landscape recognized by local communities is relatively diverse between one region and another. Documentation of local knowledge and resource management can be studied through ethnoecology. This study aims to (1) analyze the diversity and characteristics of landscape unit utilized by these communities, (2) reveal the importance of the landscape unit and plant species used by the community, (3) reveal the way the unit is managed by the community based on community wisdom, and (4) analyze the structure community in each landscape unit. The research was conducted in (1) Ragatunjung, (2) Cipetung and (3) Pandansari Village, Paguyangan District, Brebes Regency, Central Java. Data collection was carried out by observation, semi-structured interviews, Focus Group Discussion (FGD), Pebble Distribution Method (PDM), and vegetation analysis. Semi-structured interviews were conducted with 8 key informants and 83 responsdents selected by purposive sampling and snowball sampling. Landscape utilization data were obtained through Focus Group Discussion (FGD) and Pebble Distribution Method (PDM) which were analyzed using Local User's Value Index (LUVI). Vegetation analysis was Performed on each landscape unit and processed by determining the Importance Value (INP), Diversity Index (H '), Richness Index (DMg), Evenness Index (e'), and Similarity Index (IS). The slopes of Mount Slamet community were categorized into nine types of landscape units namely, perawisan (yard), wanah (production forest), majegan (gardens), sabin (rice fields), kubang buyut (protected forest plan area), tea plantations, Telaga Ranjeng Nature Reserve, tanah bengkok and tuk (water sources). Wanah was the most important landscape unit in the community, due to its usefulness in meeting the needs of the residents Ragatunjung (31.27), Cipetung (53.55), and Pandansari (28.17). Oryza sativa L. has the highest importance in the Sabin (22) and wanah (12) Ragatunjung Village, while Syzygium aromaticum L. had the highest in majegan (6.68). Brassica oleracea L. has the highest importance value in the two landscape units of Cipetung Village, namely, majegan (4.20) and settlements (3.5), while in the wanah is Zea mays L. (11,38). Solanum tuberosum L. had the highest value in each landscape unit in Pandansari Village, both in wanah (10.33), majegan (6.80), and Protection Forest Plan (RHL) (4.13). Management of the landscape unit is carried out by applying an agroforestry system for dry land and terracing for wetlands. Analysis of community structure can be seen on the Diversity Index ranges between 1.57—28.9, and showed a significant stability, placed in the medium category. The Species Richness at the research site ranged from 11.82—28.8, while the Evenness Index ranged from 0.11—0.92. Lastly, for wanah and majegan was the highest of the Similarity Index (62.67) and placed in the high category.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ada tiga hal dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang masih perlu diperhatikan, yaitu masalah pendidikan,pemerataan keadilan, dan pelayanan kesehatan...."
PATRA 10(1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Budiman
"Kualitas manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan lebih mendapat perhatian pada Pelita V dalam rangka mempertinggi derajat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditetspkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tersirat bahwa agar tercapai tingkat kualitas manusia yang dicita-citakan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan member! prioritas yang tinggi pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam keluarga termasuk peningkatan status gizi masyarakat di samp ing upaya-upaya prevent if, kuratif dan rehablitatif.
Kualitas manusia terdiri dari aspek ragawi dan aspek mental; yang termasuk aspek ragawi yaitu kebugaran dan pertumbuhan; sedangkan yang termasuk aspek mental yaitu kecerdasan dan keterampilan. Gangguan gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan ragawi dan mental adalah kurang energi protein (KEP) dan kurang iodium.
Di Indonesia, KEP dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) merupakan dua dari empat masalah gizi utama. Prevalensi gizikurang pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang diukur atas dasar berat badan pada umur tertentu (kurang dari 70 % median acuan) menurun dari 29.1 persen (1983) menjadi 10.8 persen (1987)1. Laporan lain2 menyebutkan bahwa prevalensi menurun dari 14.4 persen (1978) menjadi 12.8 (1986) dengan penurunan yang besar terjadi didaerah perkotaan yaitu 4.2 persen di bandingkan daerah pedesaan sebesar 0.9 persen.
Besar dan luasnya masalah pertumbuhan ragawi di samping dinyatakan dengan prevalensi gizikurang pada anak balita, dapat pula dinyatakan dengan besarnya prevalensi gizikurang pada anak usia tujuh tahun yang diukur pencapaian tinggi badannya. Hal ini sekaligus dikaitkan dengan keadaan ekonouii suatu wilayah3'4,'.
Di Indonesia, prevalensi gizi kurang anak usia tujuh tahun secara nasional belum ads. Prevalensi gizikurang atas dasar indeks tinggi badan menurut umur (<=90% median acuan Indonesia hasil modifikasi acuan WHO-NCHS) anak baru masuk sekolah (6-8 tahun) di tiga provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1988 berturut-turut adalah 9.8; 14.6 dan 16.4 persen. Oleh karena tinggi badan merupakan produk dari interaksi berbagai faktor dan kesempatan mengoreksi tinggi badan sebelum mencapai tinggi bada usia dewasa terjadi pada masa usia sekolah, maka pertumbuhan ragawi pada usia tersebut perlu mendapat perhatian secara khusus.
Di pinak lain, penderita GAKI di Indonesia pada tahun 1986 di perkirakan 30 juta penduduk mempunyai resiko tinggi mengalami defisiensi iodium dan bermukim di daerah endemis. Tiap tahun dari sejumlah itu terjadi 9200 bayi lahir mati. Di samping itu lebih dari 750 000 orang menderita kretin.Diperkirakan pula 3.5 jut a di antaranya dijumpai mengalami gangguan mental, gangguan motorik termasuk pertumbuhan ragawi, dan gangguan kordinasi. Pembesaran kelenjar gondok (goiter) da lam berbagai tingkat kurang lebih 8 juta orang.
Di satu pihak KEP dan GAKI mempunyai efek terhadap pertumbuhan; di lain pihak pertumbuhan tersebut merupakan hasil interaksi yang sangat komplek berbagai faktor. Berbeda dengan sebaran masalah KEP yang dapat terjadi dengan tidak mengenal kekhususan ketinggian tempat, sebaran masalah GAKI terutama terjadi di daerah pegunungan dan daerah aliran sungai yang deficit unsur iodium serta daerah yang sukar dijangkau dengan kendaraan umum. Daerah-daerah tersebut uraumnya secara sosial-ekonomis jug a kurang maju.
Oleh karena itu, pertumbuhan anak di daerah ysng endemik GAKI, kemungkinan bukan disebabkan oleh defisiensi iodium saja tetapi peranan sosial ekonomi perlu dipertimbangkan. Hubangan antara defisiensi iodium dan tinggi badan anak sekolah dasar kelas satu menjadi objek penelitian ini."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sandra
"Tingkat literasi kesehatan bagi Wanita Usia Subur (WUS) sangat penting, karena dapat mempengaruhi outcome kesehatan, salah satunya dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Pengukuran literasi kesehatan pada penelitian dilakukan dengan menggunakan Health Literacy Questionnaire (HLQ) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kabupaten Brebes Jawa Tengah (n=100). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder My Choice 2016 yang merupakan program kerjasama antara John Hopkins University (JHU) Center for Communication Program (CCP) Indonesia dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPKUI). Analisis dilakukan dengan analisis skor total HLQ, dan Analisis HLQ dihubungkan dengan dimensi Nutbeam. Literasi kesehatan sebagai variabel independen dan MKJP sebagai variabel dependen, kemudian usia, pendidikan dan pekerjaan sebagai variabel kontrol. Hasil analisis pada skor total HLQ menunjukan ada hubungan antara literasi kesehatan terhadap pemilihan MKJP setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Hasil ini menunjukan perlunya peningkatan literasi kesehatan pada WUS dalam pemilihan penggunaan kontrasepsi yang tepat.

The level of Health Literacy Role for the Fertile Women (FW) are extremely important because it can affect the outcome of the overall health, one of which is the appropriate choice for a contraceptive method. The measuring for the Health Literacy is conducted with a Health Literacy Questionnaire (HLQ) that measures the correlation between Health Literacy on FW and their preference/choice for Long-Term Contraceptive Method (LTCM) in the Brebes Regency Central Java (n=100). This research uses a cross sectional design quantitative method. The data samples used in this research are secondary data from the My Choice 2016 program. A collaborative program between John Hopkins University Center for Communication Program Indonesia (JHU-CCP) and Universitas Indonesia Center for Health Research (UICHR). The analysis is done in two ways. First, an analysis on the total HLQ score, the second one is an HLQ analysis correlated with the Nutbeam dimension. Health Literacy as an independent variable; and LTCM as a dependent variable; age, education level, and field of work as a control variable. The results on the total HLQ score shows the effect of the Health Literacy with the preference/choice LTCM after the control variable are accounted for. This result shows the need of Health Literacy improvements on FW on their preference/choice of an appropriate contraceptive method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>