Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177782 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdur Rachim
"Hepatitis virus A dan E merupakan jenis hepatitis yang termasuk paling sering dijumpai di masyarakat. Secara Minis penyakit hepatitis virus yang akut mempunyai gejala dan tanda antara lain demam, menggigil, sakit kepala, hilang nafsu makan, mual, muntah, lemas, cepat lelah, nyeri begah pada perut, urin seperti air teh dan ikterik. Penularan hepatitis A melalui jalur oro-faecal, erat kaitannya dengan hygiene dan sanitasi, makanan dan penggunaan air untuk keperluan sehari hari. Penyakit hepatitis A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro bulan Agustus sampai dengan September 2000, diduga sumber penularannya antara lain; air tercemar oleh virus hepatitis A dari sarana air yang tidak terlindung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara penggunaan sumber air sarana tidak terlindung dengan kejadian hepatitis A pada daerah Kejadian Luar Biasa hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro tahun 2000. Desain penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan rancangan kasus kontrol menggunakan data sekunder hasil investigasi KLB hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro Agustus-September 2000 oleh tim Ditjen.PPM&PL dan Namru-2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan air bersumber dari sarana yang tidak terlindung berhubungan bermakna (p= 0,000) dengan kejadian hepatitis A setelah dikontrol dengan variabel pendidikan, cuci tangan sebelum makan, makan lalap mentah dan makan es mambo dengan kekuatan hubungan OR = 4,945 (Cl; 2,727-8,967). Disarankan kepada puskesmas setempat untuk meningkatkan penyuluhan kesehatan secara langsung maupun melalui media (film, Radio Pemerintah Daerah) agar masyarakat menggunakan air dari sarana yang terlindung sehingga dapat mencegah kejadian penyakit hepatitis A dimasa yang akan datang.

The Association between Utilization of Unprotected Water Source Facility and Type A Hepatitis Infection, during Hepatitis A Outbreak, in Sub-district of Seputih Raman, District of Metro, Lampung Province, year 2000Type A and E hepatitis are among the most prevalent viral hepatitis cases occurred in the population. Clinically, the acute viral hepatitis infection may produce several symptoms and signs, such as fever, shivering, headache, loss of appetite, nausea, vomiting, fatigue, abdominal discomfort like tea urine color and yellowish skin or eye, etc. Type A hepatitis is transmitted through oro-fecal route and closely related to hygiene and sanitation of daily food and water use. Hepatitis A infection is still an important public health problem due to its characteristic to frequently induce an outbreak. When type A hepatitis outbreak occurred in sub-district Seputih Raman, District of Metro, Lampung, from August to September 2000, it was suspected that the source of transmission was water contaminated with hepatitis-A virus, due to utilization of unprotected. water source facility. This case control study was conducted using secondary data of Hepatitis-A outbreak investigation report in sub-district Seputih Raman, District of Metro, Lampung, from August to September 2000. The objective of the study was to investigate the association between utilization of unprotected water source facility and type A Hepatitis infection, during the outbreak. The study result showed that utilization of unprotected water source facility was significantly associated with the occurrence of Hepatitis-A infection, after controlling other variables (OR=4.95; 95% Cl; 2.73 - 8.97). It is suggested that local Community Health Center is supposed to enhance health promotion, directly or through the media, to prevent the community from utilizing potentially contaminated water from unprotected source. It is also recommended to reduce the risk of getting infected, by educating the community to avoid drinking water without boiling it or making ice cube or ice cream from unboiled water or eating raw vegetable and to wash hand before eating.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Firdous
"Hepatitis akut klinis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan yang bersifat akut pada hepatosit karena adanya agen yang masuk ke dalam sel hepar tersebut. Secara klinis umumnya ditandai dengan Panas, mual/muntah, rasa penuh di perut dan ikterik.Yang tersering di antara hepatitis akut klinis ini antara lain adalah hepatitis virus A. Di tinjau dari teori HL Blum ada beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran hepatitis virus A ini yaitu lingkungan, perilaku, genetika dan fasilitas kesehatan. Hepatitis A seringkali menyebabkan masalah diberbagi penjuru dunia , baik dalam bentuk epidemi, wabah , kasus luar biasa ( KLB ) maupun outbreak. Akhir-akhir ini terjadi KLB hepatitis akut yang berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari tempat pasien di rawat dideteksi sebagai hepatitis A. Berdasarkan kepustakaan penularan hepatitis virus A merupakan jenis oral fecal transmission . Sehingga penularan penyakit ini erat hubungannya dengan perilaku higiene perseorangan. Praktek cuci tangan merupakan variabel penting dalam perilaku kebersihan dini, mengingat di daerah tersebut umumnya penduduk makan pakai tangan (tanpa sendok), yang dilakukan 3-4 kali sehari dan kebanyakan dari mereka tidak cuci tangan sebelum makan. Oleh karena itu praktek cuci tangan sebelum makan penduduk di daerah KLB tersebut perlu mendapat perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara prektek cuci tangan sebelum makan yang merupakan komponen penting dari faktor perilaku dengan kejadian hepatitis akut klinis di daerah KLB hepatitis A tersebut. Desain dari penelitian ini adalah kasus kontrol dengan menganalisa data sekunder hasil investigasi wabah yang telah dilakukan pada bulan Nopember 2001 sampai Januari 2002 . Sehingga populasi didasarkan atas data sekunder tersebut, yaitu masyarakat yang tinggal di perumahan Calincing desa Cogreg kecamatan Parung kabupaten Bogor kelompok umur 15-55 tahun. Jumlah kasus yang dianalisa adalah 60 orang dan kontrol 120 orang. Hasil dari penelitian adalah terdapat hubungan yang bermakna ( p = 0.000 ) antara praktek cuci tangan sebelum makan dengan kejadian sakit hepatitis Akut klinis. Nilai OR = 3.442 (95% CI ; 1.638 - 7.235). Diketemukan adanya konfounding, Sebagai konfonder adalah variabel Pendidikan, sehingga hubungan antara variabel praktek cuci tangan sebelum makan dengan kejadian sakit hepatitis akut dipengaruhi oleh variabel pendidikan.

Clinical acute hepatitis is disease because acute inflammatory in hepatocyte caused by some agents which infecting hepar cells. Clinical symptoms of hepatitis are body temperature increasing, nausea, vomiting, abdominal discomfort, icterus or yellow skin. The most cases of clinical acute hepatitis is hepatitis A virus (HAV). According to H. L Blum theory, there are some factors related to spreading of the disease (HAV) such as environment, behaviour, genetic, and health service facilities. Hepatitis A virus often becomes serious problem in any area as epidemic or outbreak. Recently, an outbreak of hepatitis -has known as hepatitis A based on laboratory test of patients. This hepatitis A (clinical acut hepatitis) spreading from faecal-oral transmission when individuals do not wash their hand after using the toilet and then the handle the food, so this behaviour in this disease.In area of the outbreak , washing hand before handling food is very importan variable, becauese most of the people do not wash their hand before breakfast, lunch and dinner and without spoon. This study is to find out relation between washing hand before handling food with clinical acut hepatitis cases in the area of outbreak of Hepatitis A. This study using case control design, analysing secondary data of epidemic investigation from November 2001 to January 2002. The population is community which living in Calincing housing in Cogreg County, Parung sub district of Bogor, aged from 15 to 55 years old. 60 cases and 120 controls have analysed. Result of this study has find that is a significant relation (p-0.000) between washing hand before handling food with clinical acute hepatitis case, OR=3.442 (95% Cl : 1.638 - 7.235). Education is a confounding variable to this relation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ii Sumarni
"Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Kabupaten Ciamis telah terjadi beberapa kali, satu diantaranya terjadi di Pondok Pesantren X. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kondisi kesehatan lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Hepatitis A siswa/siswi di Pondok Pesantren X Kabupaten Ciamis. Rancangan penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah kasus 40 orang dan kontrol sebanyak 80 orang total sampel 120 orang. Populasi penelitian adalah siswa/siswi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Negeri yang tinggal diasrama pondok pesantren.
Data kasus merupakan data sekunder yang diperoleh dari Tim Surveilans Kabupaten Ciamis, dengan hasil pemeriksaan serologis positif. Sedangkan kontrol berdasarkan tidak adanya gejala klinis. Data kondisi kesehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh langsung dengan observasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil analisis bivariat menunjukan, umur, kebiasaan minum air masak, kebiasaan makan bersama antar teman, tukar menukar alat makan dan kebiasaan jajan merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian Hepatitis A.
Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian Hepatitis A yaitu kebiasaan makan bersama dalam satu tempat OR (21,48), kebiasaan tukar menukar alat OR (6,15) dan status imunisasi sebagai faktor pencegah Hepatitis A OR = (0,056). Risiko responden apabila belum diimunisasi Hepatitis A, biasa tukar menukar alat dan makan bersama dalam satu tempat adalah 3, 36 kali untuk terjadinya Hepatitis A.

Hepatitis A outbreaks in Ciamis District has occurred several times, one of them has occurred in X Islamic Boarding School in 2012. This research aimed to analyze Environment Health Condition dan personal Hygeiene with Hepatitis A Incident of X Islamic Boarding School Students in Ciamis District. The research design used was case control design with 40 cases and 80 control, total 120 subjects. The research population the students of Tsanawiah Madrassa and Aliyah Public Madrassa who stayed at Islamic Boarding School.
The case data was secondary data gained from Ciamis District Surveilance Team, with the examination result was serologically positive. Meanwhile, the control was based on no clinical symptoms found. The data of environment health condition and personal hygiene was gained directly from the observation and interview by questionnaire.
The Chi-Square test analysis showed that age, drinking habit, food sharing among friends habit, utensil exchanging and snack habit were the variables which related to Hepatitis A incidence. The logistic regression analysis test was the gain of three variables which related to Hepatitis A incidents, food sharing habit OR (21,48), utensil exchanging habit OR (6,15) and immunization status as prevention factor OR = 0,056. The risk of respondents who did not had Hepatitis A immunization, had utensil exchanging habit and food sharing was 3,36 times for Hepatitis A infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmiati
"Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus hepatitis B (VHB), lebih dari 350 juta orang mengidap virus hepatitis B yang menyebar di seluruh dunia, 78% diantaranya menetap di Asia Tenggara. Salah satu cara untuk pemberantasan penyakit hepatits B adalah pencegahan dengan imunisasi. Cakupan imunisasi hepatitis B Puskesmas Pasar Kuok tahun 2010 adalah 35,2%, di bawah target yang telah ditetapkan (95%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) di Puskesmas Pasar Kuok tahun 2011. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pasar Kuok tahun 2010 terhadap 124 ibu rumah tangga yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan. Disain penelitian adalah metode cross sectional dan bersifat deskriptif analitik.
Hasil penelitian menunjukkan sebaran pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) adalah sebesar 39,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) dengan pengetahuan ibu, penolong persalinan, kunjungan neonatal dan pemanfaatan keberadaan bidan di desa. Dinas Kesehatan dapat membuat perencanaan kebutuhan dan distribusi vaksin hepatitis B- 0 ke sarana kesehatan, Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan petugas yang menolong persalinan. Serta Bidan Membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi dengan baik dan sejalan dengan laporan kunjungan neonatal.

Hepatitis B is an infectious disease caused by hepatitis B virus (HBV), more than 350 million people contracted hepatitis B virus that spreads around the world, 78% of them settled in Southeast Asia. One way to fight against hepatitis B disese is prevention using immunization. Immunization coverage of Hepatitis B Puskesmas Pasar Kuok in 2010 is 35.2%, below the target set (95%). The purpose of this study determine factors related to hepatitis B-0 immunization among babies (0-11 month) at Puskesmas Pasar Kuok in 2011. This research was conducted in Puskesmas Pasar Kuok in 2010 against 124 housewife of babies aged 0-11 months. The study design was cross-sectional descriptive and analytic.
The research result obtained that immunization for hepatitis B-0 of 39,5% The result of bivariate analysis showed a significant relationship between hepatitis B immunization in babies (0-11 months) with the mother knowledge, the helper of childbirth, the neonatal visits and utilization of midwives in the village. Department of Health needs to make the planning and distribution of hepatitis B-0 to health facilities, hospitals, maternity hospitals and staff who helped deliver. Midwife in the village to spread its presence so that known by the public and makes recording and reporting of immunization with the good and in line with the monthly report requests neonates.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sulaiman
"

Hadirin yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang baik ini saya memilih topik "Hepatitis dan Permasalahannya Menjelang Tahun 2000" untuk disampaikan kepada para hadirin. Hal ini didasari oleh pertimbangan akan pentingnya penyakit tersebut. Saat ini hepatitis virus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang amat besar di Indonesia, bahkan juga di sebagian besar penduduk dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyadari betapa pentingnya masalah hepatitis. Berbagai pertemuan secara berkala selalu diadakan untuk membahas masalah ini, dalam rangka mencari cara yang tepat bagi usaha-usaha pencegahan.

Mengapa penyakit hepatitis demikian penting? Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

(1) Penyakit hepatitis virus telah menyerang lebih dari 2 miliar manusia.

(2) Penyakit ini menyebabkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada penduduk yang diakibatkan oleh keadaan akut, maupun keadaan kronik (menahun) penyakit ini.
(3) Hasil pengobatan bentuk kronik penyakit ini belum memuaskan.
(4) Bentuk kronik penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit kanker hati.
(5) Usaha pencegahan dapat dilakukan melalui vaksinasi dan penyuluhan yang terus-menerus.

Hadirin yang terhormat,

Penyakit hepatitis sebenarnya sudah lama ditemukan. Hippocrates telah mengemukakan gambaran klinik ikterus epidemik ("epidemic jaundiceā€) yang manifestasinya masih tetap sama, sampai saat ini. Deskripsinya mengenai hepatitis fulminan (ganas) ternyata dramatik, namun akurat. Ia bahkan memberikan petunjuk diet khusus ditambah campuran air dan madu, yang merupakan nasihat yang masih bisa diterima sampai saat ini. Sangat menarik bahwa Hippocrates juga telah memikirkan konsep imunisasi.

Penelitian eksperimental pada manusia yang amat penting dalam riwayat hepatitis dikerjakan oleh Krugman pada tahun 1950 (5). Melalui penelitian ini diperlihatkan adanya dua macam hepatitis virus. Yang pertama adalah hepatitis yang ditularkan melalui oral (mulut) dengan masa inkubasi yang pendek, yang dikenal sebagai hepatitis infeksiosa atau hepatitis A. Yang kedua adalah hepatitis yang ditularkan melalui parenteral (suntikan) dan dengan masa inkubasi yang panjang, yang disebut hepatitis serum atau hepatitis B.

Hadirin yang terhormat,

Sejak penemuan antigen Australia atau yang kemudian lebih dikenal dengan nama "hepatitis B surface antigen" (HBsAg) oleh Blumberg dkk. pada permulaan tahun enam puluhan perkembangan pengetahuan mengenai hepatitis B telah berlangsung dengan sangat cepat (6). Dalam waktu yang relatif amat singkat, bermula dari satu antigen yang tidak diketahui asal serta arti pentingnya, ternyata telah menguak tabir virus hepatitis B mulai dari struktur, mekanisme pembentukan, cara penyebaran sampai kepada cara pembuatan vaksinnya.

Atas dasar penemuan yang sangat bersejarah tersebut dr.Blumberg mendapat hadiah Nobel pada tahun 1976. Sejak itu, publikasi mengenai hepatitis meningkat dengan pesat. Berbagai penemuan yang merupakan peristiwa penting dan menjadi tonggak sejarah dalam perkembangan hepatitis, bermunculan.

"
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0116
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Marsiana Indah Kusumawati Pareira
"Virus hepatitis E (HEV- Hepatitis E Virus) adalah nama yang diberikan kepada virus atau kelompok serologis virus yang belum lama ini ditemukan dan telah terbukti sebagai penyebab kasus-kasus hepatitis Non-A Non-B yang penularannya melalui air (Water borne NANBH) dan telah dilaporkan sejak tahun 1987, penyakit ini sering menimbulkan kejadian luar biasa di wilayah dengan sanitasi yang amat buruk, pada penduduk dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan menyerang orang-orang berusia muda sampai usia menengah.
Infeksi hepatitis E Virus pertaMakali dilaporkan dari suatu wabah di India pada tahun 1955, sampai saat ini wabah serupa banyak terjadi di Asia, Afrika Utara, Timur Tengab, Eropah Timur, Amerika Serikat dan sebagian Rusia.
Di Indonesia untuk pertama kali dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis di Kabupaten Sintang propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1987, kemudian pada tahun 1991 terjadi lagi KLB di kabupaten yang lama tetapi di desa yang lain.
Awal tahun 1998 (Januari), dilaporkan telah terjadi KLB hepatitis di beberapa tempat seperti di Bogor dan Jawa Timur . Di Bondowoso kasusnya cukup mencolok, sejak Januari sampai dengan April tahun 1998 dilaporkan jumlah kasus yang dilaporkan sebesar 723. Untuk memastikan telah terjadi KLB hepatitis di Kabupaten Bondowoso diperlukan suatu penelitian yang mendalam sehingga dapat diketahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya KLB hepatitis.
Penelitian ini ingin melihat gambaran epidemiologi pada waktu KLB hepatitis dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya sakit HEV seperti sumber air minum, kebiasaan minum air tidak dimasak, air untuk mencuci alat makan, tempat buang air besar, air untuk mandi, jenis kelamin dan umur.
Jenis desain penelitian ini adalah kasus kontrol, kasus adalah penderita dengan gejala klinis positif dengan IgG anti HEV positif sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat yang tidak sakit dengan IgG anti HEV negatif. Besar sampel untuk kasus dan kontrol masingmasing 257. Populasi penelitian di desa Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati dan Kerang. Data dikumpulkan oleh tim investigasi pada saat terjadinya KLB hepatitis. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 3.1.
Dari gambaran epidemiologi terlihat bahwa telah terjadi KLB hepatitis dengan tipe hepatitis E virus (REV), sifat KLB tidak sama (CFR< 1%). Jumlah desa yang terkena 8 desa yaitu Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati, Kerang, Sekarsarilor, Gununganyar, Lombok Wetan dan Jurang Sapi. AR tertinggi di desa Bendoarum (3,9%) dan Pecalongan (3,3%). AR tertinggi pada kelompok umur dewasa muda/usia produktif (63,2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di desa penelitian mayoritas petani dengan tingkat pendidikan masih rendah (SD). Dari analisis bivariat terlihat gambaran tentang besarnya risiko dari beberapa faktor yang berhubungan bermakna dengan terjadinya HEV yaitu sumber air minum, kebiasaan minum air tidak dimasak, air untuk mencuci alat makan/dapur, tempat buang air besar, air untuk mandi dan umur. Sedangkan jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.
Hasil akhir penelitian menunjukkan faktor risiko yang paling dominan berhubungan erat dengan terjadinya sakit HEV adalah kebiasaan minum air tidak dimasak, tempat buang air besar, air untuk mencuci alat makanidapur, kelompok umur 5 -18 tahun dan kelompok umur 19-45 tahun. Hasil ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program penyehatan air dan penyehatan lingkungan dalam upaya menurunkan angka kesakitan hepatitis E.

Risk Factors Related to the Hepatitis E Virus Outbreak in Bondowoso District, East Java Province, 1998Hepatitis E Virus (REV), was recently found in 1987 it had been reported that the virus may cause several cases of water-borne diseases, particularly it was known Non-A Non-B Hepatitis (NANBH). The disease is frequently result to NANBH outbreak, especially in any area with very poor sanitation, low social and economic status, teenagers and young adult group.
The first outbreak of HEV infection was reported in India in 1955, up to now the similar outbreak also occurs in Asia countries, North Africa, Middle East, East Europe, USA and some regions of Russian.
In Indonesia, the first outbreak was reported at Sintang District, West Kalimantan in 1987 and it was recognized as NANBH. In 1991 , in the similar district (at different village) was also reported the same outbreak and it was diagnosed as HEV infection.
Seven years later (January 1998), it was reported the similar outbreak at several areas in West Java (Bogor) and East Java province. Bondowoso District had extremely increased at 723 cases of hepatitis incidence from January to April 1998 and it was reported as the hepatitis outbreak. To assess and find out any risk-factors dealing with the hepatitis outbreak in Bondowoso, it is necessary to conduct a research in-depth on such a disease.
This research aims to obtain an epidemiological description on hepatitis outbreak and the factors associated with the occurrence of REV. Design study was a case-control, which the case was defined as a patient with positive clinical symptoms of IgG anti-REV positive, whereas the control was defined close-neighbour with IgG anti-HEV negative. Number of cases and controls are respectively 257 persons. The research was conducted at Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati and Kerang villages where was considered as study areas due to the four village with highest incidence. The data collected has been done during the hepatitis outbreak.
The study shows that the HEY outbreak with moderate severance (CFR < 1 %) has already occurred in 8 villages, including Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati, Kerang, Sekarsarilor, Gununganyar, Lombok Wetan and Jurang Sapi. The highest Attack Rate (AR) occurs at Bendoarum (3,9 %) and Pecalongan (3,3 %), particularly at young adult group/productive age (63,2 %).
It also shows that the most of community members at such villages are farmers with low education status (primary school). The bi-variant statistic analysis indicates the presence of significant correlation between the REV incidence and the magnitude of risk-factors influencing the incidence, such as potable water sources, the habit of drinking raw water, water supply for showering and washing household utensils, latrine and age factor. However, there is no significant correlation for gender factor.
As the result the study shows that the most dominant risk-factor of the HEV incidence is the habit of drinking raw water, latrine, water supply for washing kitchen/cooking utensils, and the age group of 5 - 18 years and 19-45 years. Eventually it is expected that the above results could be used as constructive inputs and consideration in determining water sanitation end environmental health policy, particularly in the efforts of decreasing the REV incidence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Alrasyid
"Hepatitis merupakan peradangan hati akibat infeksi virus. Semua virus hepatitis dapat menyebabkan hepatitis akut. Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan yang besar di masyarakat karena penularannya yang relatif mudah. DKI Jakarta merupakan provinsi di Indonesia dengan kasus hepatitis akut tertinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi jumlah penderita hepatitis akut khususnya di DKI Jakarta. Beberapa faktor dianggap berkaitan erat dengan tingginya kasus hepatitis akut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang secara signifikan dapat menjelaskan kasus penyakit hepatitis di DKI Jakarta agar dapat diambil tindakan untuk pencegahan munculnya kasus hepatitis akut di masyarakat. Data pada penelitian ini diperoleh dari dinas kesehatan DKI Jakarta tahun 2021. Pemodelan yang sesuai untuk jumlah penderita hepatitis akut adalah model regresi Poisson karena jumlah penderita hepatitis akut merupakan count data. Dalam mengatasi kasus overdispersi pada model regresi Poisson digunakan model regresi Generalized Poisson dan model regresi Binomial Negatif yang lebih sesuai sebagai alternatifnya. Pada penelitian ini, estimasi parameter model dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) yang dibantu dengan metode Newton Raphson. Berdasarkan nilai AIC dari pemodelan yang dilakukan, diperoleh bahwa model terbaiknya adalah model Generalized Poisson Regression. Hasil analisis menemukan 1 variabel yang secara signifikan menjelaskan jumlah penderita hepatitis akut di DKI Jakarta yaitu jumlah penderita diebetes.

Hepatitis is an inflammation of the liver due to a viral infection. All hepatitis viruses can cause acute hepatitis. Hepatitis is an infectious disease which is a major public health problem because of its relatively easy transmission. DKI Jakarta is the province in Indonesia with the highest cases of acute hepatitis. Therefore, it is necessary to make efforts to reduce the number of acute hepatitis sufferers, especially in DKI Jakarta. Several factors are considered to be closely related to the high incidence of acute hepatitis. The aim of this research is to find factors that can significantly explain cases of hepatitis in DKI Jakarta so that action can be taken to prevent the emergence of cases of acute hepatitis in the community. The data for this study were obtained from the DKI Jakarta health office in 2021. The appropriate modeling for the number of acute hepatitis sufferers is the Poisson regression model because the number of acute hepatitis sufferers is count data. In dealing with cases of overdispersion in the Poisson regression model, Generalized Poisson Regression model and Negative Binomial regression model is used which is more suitable as an alternative. In this study, model parameter estimation was carried out using the Maximum Likelihood Estimation (MLE) method assisted by the Newton Raphson method. Based on the AIC value of the modeling performed, it is found that the best model is the Generalized Poisson Regression model. The results of the analysis found 1 variable that significantly explained the number of acute hepatitis sufferers in DKI Jakarta, namely the number of diabetics."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Japaries, Willie
Jakarta: Arcan, 1996
616.362 3 JAP h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soewignjo Soemohardjo
Jakarta : EGC, 1999
616.362 3 SOE h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurdjanah
"Chronic hepatitis due to hepatitis B virus (HBV) or hepatitis C virus (HCP) is still a major problem in terms of progressive liver damage, prevention and therapy in most parts ofthe world. Unfortunately, to date, there is still no specific and effective therapy for HBV. No therapy can be given to carrier; non-replicative and asymptomatic patients of chronic HBV infection. Lamivudine or alpha-interferon can be used for treatment of compensated chronic hepatitis B infection with significant increase of aminotransferase. Approximately 40 % of patients can have seroconversion with this form of therapy. Chronic hepatitis D virus injection can be treat with alpha-interferon and in the final stage, may undergo liver transplantation. For chronic hepatitis C virus infection, alpha-interferon with ribavirin have been shown to have a better efficacy than afpha-interferon alone where the efficacy can reach 39-49 %."
Jakarta: The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy, 2001
IJGH-2-1-Apr 2001-28
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>