Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edid Erdiman
"Dalam perekonomian Indonesia minyak sawit merupakan salah satu bahan baku utama minyak goreng. Minyak goreng merupakan salah satu dari barang kebutuhan pokok masyarakat. Dari tahun 1979-1998, luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat sebesar 11,3% per tahun, produksi minyak sawit meningkat sebesar 11,6% per tahun, dan ekspor minyak sawit Indonesia meningkat 12,2% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi minyak sawit Indonesia mempunyai peranan, potensi dan prospek yang baik bagi perekonomian Indonesia.
Namun di dalam pelaksanaannya, penawaran minyak sawit Indonesia sering dihadapkan pada dua pilihan yang agak rumit antara apakah lebih ke pasar ekspor atau lebih ke pasar domestik. Keadaan dilema tersebut, diduga sering menjadikan penawaran minyak sawit Indonesia tidak mencapai tingkat keseimbangan antara produsen, konsumen di dalam negeri, dan pemerintah. Begitupun kebijakan Pemerintahnya diduga lebih mementingkan kepentingan Pemerintah (stabilitas harga dan inflasi).
Analisis Kebijakan industri Minyak Sawit Indonesia: Orientasi Ekspor dan Domestik, Marimba mengungkap dan menganalisanya. Analisis ini bertujuan untuk:
i) Memberikan gambaran penawaran minyak sawit Indonesia;
ii) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran minyak sawit Indonesia;
iii) Memberikan gambaran kebutuhan minyak sawit industri minyak goreng di dalam negeri dan ekspor,
iv) Memberikan gambaran arah atau orientasi kebijakan penawaran industri minyak sawit Indonesia, dan
v) Memberi masukan pada pengembangan kebijakan pemerintah pada industri minyak sawit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan:
i) Secara deskriptif pada: luas areal perkebunan, produksi minyak sawit, produktivitas tenaga kerja, alokasi penawaran ke pasar ekspor dan domestik, harga minyak sawit, perdagangan minyak sawit dunia;
ii) Analisa Regresi pada penawaran minyak sawit Indonesia di pasar ekspor dan domestik; dan
iii) Analisa Struktur Pasar pada industri minyak sawit dan minyak goreng sawit Indonesia.
Dari hasil penelitian didapat temuan dan kesimpulan sebagai berikut:
1) Dari tahun 1979-1985 perkebunan kelapa sawit Indonesia paling besar dikuasai oleh Perkebunan Besar Negara, yaitu luas arealnya 64%-67% dari luas areal kelapa sawit seluruh Indonesia. Dari tahun 1989-1998 paling besar dikuasai oleh Perkebunan Besar Swasta, yaitu luas arealnya 37%-50% dari luas areal kelapa sawit seluruh Indonesia.
2) Pada tahun 1997 luas areal kelapa sawit Indonesia terkonseritrasi di propinsi Sumatera Utara yaitu 42,4% dari luas areal seluruh Indonesia.
3) Dari tahun 1979-1988 produksi minyak sawit Indonesia yang paling besar dihasilkan dari Perkebunan besar Negara, 47%-68% dari seluruh produksi minyak sawit Indonesia. Dari tahun 1989-1998 produksi minyak sawit yang paling besar dihasilkan dari Perkebunan Besar Swasta, 39%-50% dari produksi minyak sawit di Indonesia.
4) Dari tahun 1979-1998 rata-rata produksi per ha per tahun Perkebunan Rakyat adalah 0,85 ton/ha, Perkebunan Besar Negara adalah 3,18 ton/ha, dan Perkebunan Besar Swasta adalah 2,09 ton/ha. Rata-rata produksi per ha per tahun nasional adalah 2,21 ton/ha. Produksi per ha perkebunan kelapa sawit Indonesia per tahun masih rendah masih dapat ditingkatkan.
5) Produktivitas tenaga kerja per tahun industri minyak sawit Indonesia pada tahun 1993 adalah 46,4 ton/tk (tk= tenaga kerja), dan pada tahun 1997 adalah sebesar 103 ton/tk. Pada tahun 1996 produktivitas tenaga kerja per tahun mencapai yang paling tinggi yaitu sebesar 133,6 ton/tk. Produktivitas tenaga kerja industri minyak sawit Indonesia masih rendah, masih dapat ditingkatkan misalnya sebesar yang dicapai pada tahun 1996.
6) Dari tahun 1993-1997 industri minyak sawit Indonesia merupakan pemasok terbesar minyak makan nabati Indonesia. Jumlah produksi industri minyak sawit Indonesia dari tahun 1993-1997 adalah antara 88,5%-92,6% dari seluruh produksi industri minyak nabati Indonesia. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa dari tahun 1993-1997 penawaran minyak nabati di pasar domestik dikuasai oleh penawaran industri minyak sawit Indonesia.
7) Dari tahun 1988-1997 pabrik pengolahan minyak sawit Indonesia telah berkembang cukup pesat, yaitu dalam 9 tahun dari tahun 1988 jumlah pabrik telah meningkat sebesar 135 pabrik (195,6%), kapasitasnya meningkat sebesar 6.020 ton TBS/jam (293%).
8) Struktur pasar industri minyak sawit Indonesia di dalam negeri dari tahun 1993-1997 mempunyai tingkat konsentrasi (CR4) yang relatif rendah yaitu antara 0,10-0,20. Hal ini berarti di pasar domestik minyak sawit Indonesia tidak terdapat sekelompok kecil yang cukup dominan menguasai pasar atau sisi penawaran industri minyak sawit Indonesia di pasar domestik tidak dikuasai oleh sekelompok kecil perusahaan. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa sering terjadinya ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di pasar dalam negeri bukan karena kondisi struktur pasar industri minyak sawit.
9) Struktur pasar industri minyak goreng sawit Indonesia di dalam negeri terkonsentrasi cukup tinggi yaitu angka CR4-nya sekitar 0,65-0,80. Karena angka CR4 dihitung dari pangsa jumlah pengadaan bahan baku, make berarti pasar minyak sawit di dalam negeri telah dikuasai oleh pembelian bahan baku 4 perusahaan terbesar industri minyak goreng sawit Indonesia. Atau penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar dalam negeri dikuasai oleh 4 perusahaan terbesar industri minyak goreng sawit.
10) Realisasi alokasi penawaran minyak sawit Indonesia di pasar ekspor dari tahun 1967-1980 antara 55%-97% dari seluruh produksi minyak sawit Indonesia. Berarti dari tahun 1967-1980 arah penawaran industri minyak sawit Indonesia lebih ke pasar ekspor dari pada pasar dalam negeri.
11) Realisasi alokasi penawaran minyak sawit Indonesia di pasar dalam negeri dari tahun 1981-1996 adalah rata-rata per tahun 50% dari produksi minyak sawit seluruh Indonesia. Berarti dari tahun 1981-1996 arah penawaran industri minyak sawit Indonesia lebih ke pasar dalam negeri.
12) Beralihnya arah atau orientasi penawaran minyak sawit Indonesia diantaranya karena kebutuhan minyak sawit di dalam negeri memang meningkat banyak dan diarahkan oleh pemerintah melalui kebijakan pajak ekspor.
13) Perilaku penawaran minyak sawit Indonesia di pasar domestik dan ekspor dapat digambarkan dengan model regresi sebagai berikut:
LQDN t = 4,68 + 1,39 LHSD t - 0,54 LHSI t + 0,58 LKURS t LQEK , = 2,69 + 0,16 LHSD , + 0,79 LHSI t + 0,80 LKURS1 QDN = jumlah penawaran di pasar dalam negeri QEK = jumlah penawaran di pasar ekspor HSD = harga minyak sawit di pasar dalam negeri HIS= harga minyak sawit di pasar ekspor KURS = nilai tukar rupiah terhadap dolar.
14) Pasar ekspor memang sangat menggiurkan produsen minyak sawit Indonesia. Hal ini karena disamping harganya di pasar internasional cenderung meningkat terus, harga minyak sawit di luar negeri dalam nilai rupiah selalu lebih tinggi dari harga di dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar jugs cenderung meningkat terus.
15) Di dalam perdagangan minyak sawit dunia, minyak sawit Indonesia masih mempunyai peranan yang cukup besar dan penting. Produksi dan ekspor minyak sawit Indonesia menduduki posisi terbesar ke dua di dunia setelah negara Malayasia. Pangsa ekspor dan produksi minyak sawit Indonesia dalam perdagangan minyak sawit dunia pada tahun 1997 adalah 24% untuk ekspor dan 29% untuk produksi semua. Oleh karena itu pasar ekspor dapat menjadi aiternatif yang menguntungkan.
16) Penawaran minyak sawit Indonesia lebih menguntungkan jika penawarannya ditujukan di pasar ekspor semua dari pada untuk pasar domestik.
17) Di dalam perdagangan minyak sawit dunia, komoditi minyak sawit Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk ditingkatkan. Produksi minyak sawit dunia masih di bawah kebutuhan minyak sawit dunia. Permintaan minyak sawit Indonesia di pasar ekspor juga cenderung meningkat terus.
18) Kebutuhan minyak sawit industri minyak goreng Indonesia adalah pada tahun 1979 sebesar 0,13 juta ton, pada tahun 1997 adalah sebesar 3,15 juta ton atau telah naik sebesar 19,3% per tahun.
19) Dari tahun 1978-1997 terdapat 3 kebijakan pemerintah pada industri minyak sawit Indonesia yaitu: (1).kebijakan pengadaan minyak sawit di dalam negeri; (2) kebijakan penetapan harga minyak sawit di dalam negeri; dan (3) kebijakan pajak ekspor minyak sawit. Yang sering dilaksanakan pemerintah adalah kebijakan pajak ekspor minyak sawit Indonesia.
20) Kebijakan-kebijakan pemerintah pada industri minyak, sawit Indonesia dapat dikatakan kurang tepat karena tujuannya hanya untuk stabilitas harga di pasar domestik. Terbukti jika targetnya tercapai, sifatnya sementara, dan kemudian sering muncui ketidak seimbangan permintaan dan penawarannya.
Sebenarnya kebijakan pemerintah pada industri minyak sawit Indonesia dapat dikatakan tidak berhasil mencapai sasarannya dan tujuannya. Target yang diharapkan pemerintah dan konsumen di dalam negeri, hampir semuanya tidak tercapai. Harga minyak sawit dan harga minyak goreng di dalam negeri terlihat sering tidak stabil dan sering bergejolak. Pasokan minyak sawit di dalam negeri sering terjadi kelangkaan. Ekspor minyak sawit juga sering berfluktuasi tajam.
21) Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah yang diperlukan industri minyak sawit Indonesia adalah kebijakan untuk mendorong peningkatan produksi dan produktivitas. Dengan meningkatkan produksi minyak sawit di dalam negeri, maka permintaan di pasar ekspor dan pasar domestik dapat dipenuhi semua serta pasar ekspor dapat dipelihara tetap meningkat untuk mengumpulkan devisa. Harga di dalam negeri juga dapat dipelihara stabil karena kebutuhannya terpenuhi.
Untuk jangka pajang kebijakan publik yang diperlukan adalah kebijakan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya yang cocok untuk tanaman kelapa sawit dan mempunyai potensi yang cukup besar.
22) Juga dapat disimpulkan yang menjadi masalah utama industri minyak sawit Indnesia adalah masalah penentuan alokasi penawaran untuk pasar ekspor dan pasar dalam negeri, bagaimana agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi produsen dan petani minyak sawit di dalam negeri, konsumen di dalam negeri (khususnya konsumen minyak goreng), dan pemerintah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmanto Indrowijoyo
"Sebagai salah satu bahan malcanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia, balk yang berada dipedesaan maupun diperkotaan, minyak goreng dapat dikategorikan sebagai kornoditas yang eukup strategis, karena dari pengalaman, terlihat bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonornis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional.
Selama ini yang terjadi adalah jika harga minyak sawit kasar dunia meningkat dan nilai tukar mata uang rupiah terdepresiasi maka akan terjadi peningkatan
ekspor minyak sawit kasar secara besar-besaran sehingga ketersediaan bahan baku untuk industri minyak goreng berkurang yang pada akhirnya berakibat pada peningkatan harga minyak goreng dalam negeri.
Mengacu pada perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan ekonomi, deregulasi perdagangan minyak sawit (CPO) terhadap stabilisasi harga minyak goreng dornestik berdasarkan pada produksi CPO, nilai impor dan ekspor CPO, harga CPO domestik dan luar negeri, permintaan dan
penawaran CPO domestik dan luar negeri serta perubahan nilai tukar mata uang. Adapun tujuan akhir dari penulisan ini adalah tersusunnya model simulasi kebijakan pemerintah yang diharapkan mampu memperkirakan dampak mengikuti perubahan yang terjadi.
Studi ini menggunakan model ekonometrik dengan model persamaan simultan dinamik yang terdiri dari 11 persamaan yang meliputi 7 persamaan struktural dan 4 persamaan identitas. Jumlah seluruh variabel adalah 21 dengan variabel endogen 11 buah dan variabel eksogen sebanyak 10 buah. Dari hasil estimasi model, sebanyak
empat persamaan perilaku mempunyai koeiisien determinasi (RZ) antara 0.906 hingga 0.994 dan tiga persamaan mempunyai R2 antara 0.759 hingga 0,886, nilai F, berkisar diantara 23.102 hingga 1232.826 dan Durbin-Watson (DW) berkisar antara 1.448 hingga 2.470.
Daya prediksi model untuk digunakan dalam simulasi rnemberikan hasil yang cukup baik, 5 persamaan merniliki nilai R2 antara 0.97 - 0.99, 3 persamaan antara 0.71 - 0.81, 9 persamaan memiliki nilai MPE dibawah 30%, 8 persamaan memiliki nilai RMSPE diatas 50%, seluruh persamaan memiliki U dibawah 0.2, 9 persamaan memiliki nilai Um dibawah 0.16, 7 persamaan merniliki nilai Ur dibawah 0.13, 8 persamaan merniliki Ud diatas 0.72. Nilai-nilai dckomposisi koeiisien U-Theil mengindikasikan bahwa bias (error) yang terjadi dalam simulasi model Iebih banyak
disebabkan oleh faktor non sistematik.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa harga CPO dunia dan depresiasi rupiah mempengaruhi harga minyak goreng sawit Indonesia dan dari hasil simulasi terlihat, penunman maupun penghapusan pajak ekspor akan meningkatkan ekspor CPO sehingga harga minyak goreng meningkat. Dari hasil simulasi historls, simulasi krisis maupun simulasi ramalan dapat disarankan bahwa pajak ekspor dapat diberlakukan untuk menjaga ketersediaan bahan baku minyak goreng domestik."
2001
T3145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ok Teguh Indrawan Mulia
"Tesis ini bertujuan untukk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mepengauhi penawaran dan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang didalamnya mencakup kepada. variabel harga ekspor, produksi, konsumsi, nilai tukar, krisis ekonomi, pajak ekspor, harga minyak dunia, dan pcnumbuhan ekonomi dunia.
Metode analisis pada penelitian ini menggunakan model simultan dengan menggunakan dua pelsamaan yaitu persamaan penawaran ekspor dan persamaan permintaan ekspor. Periode waktu adalah data tahunan dari tahun |970 - 2006. Ruang Iingkup penelitian kali ini difokuskan untuk menganalisa t`aktor~faktor apa saja yang mempengamhi pcnawaran dan permintaan ekspor dari komoditi minyak kelapa sawit Indonesia.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hazga ekspor, rasio perbandingan produksi dengan konsumsi, nilai tulcar, krisis ekonomi, harga minyak, dan pajak ekspor terbukti mempengaruhi penawaran ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Untuk persamaan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terbukii dipengaruhi oleh variabel harga ekspor, pertumbuhan ekonomi dunia, dan volume impor minyak kelapa sawit dari Indonesia satu tahun sebelumnya.

The focus of this study is to detennined factors that have implication in supply and demand of Indonesian Crude Palm0il, which include export price, production, consumption, exchange rate, crisis, export tax, oil price, and world GDP.
Methodological analysis of this study is by using simultaneous model with two equation, they are export supply and export demand. Time periode of this research is yearly &om 1970 - 2006. Focus of this study is to analyse the the factor tha have implication to export supply and export demand.
Conclusion of this research is that export price, production and consumption ratio, Exchange rate, crisis, oil price, and tax export had significant effectto export supply equation. In the export demand, export price, world GDP, and last year import quantity had significant effect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Mardalena
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Ratna Kurniawan
"ABSTRAK
Produk hasil olahan kelapa Indonesia yang scbagian besar produknya masih
didominasi oleh kopra merupakan produk yang berorientasi ckspor. Kopra masih
dipandang sebelah mata olch pebisnis maupun pcmerintah sehingga perkembangan
produknya sangatlah lamban.
Tujuan penelitian ini adalah : (i) mengidentiiikasi dan menganalisis berbagai
faktor yang mempengaruhi ekspor kopra Indonesia khususnya ke Bclanda, (ii) untuk
mengctahui apakah ada hubungan kointegrasi antara penawaran ekspor kopra dengan
harga ekspor, nilai tukar riil dan pendapatan riil negara mitra dagang (Bclanda), (iii)
mengestimasi dan menganalisis hubungan jangka panjang dan jangka pendek atas
penawamn ekspor kopra Indonesia ke Bclanda.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah adopsi dari beberapa
penclitian terdahulu tentang iimgsi penawaran ekspor, dengan variabel volwne ekspor
(X), harga ckspor (P), nil/ai tukar riil (RER) dan pendapatan riil negara miua dagang
(GDP), dengan mengglmakan data kuarlalan periode 1990 sampaj dengan 2005
dengan menggunakan pendekatan analisis kointegrasi dan model koreksi kesalahan,
yang kemudian discsuaikan dengan keadaan Indonesia. Penelitian ini memfokuskan
pada komoditi ekspor komoditi kopra Indonesia ke Bclanda dengan Harmonized
System (HS) sampai pada level empat digit 1513.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa variabelwariabel bebas yaitu harga
ekspor (P), nilai tukar riil (RER) dan pendapatan riil negara mitra dagang (GDP)
memiliki pengamh yang positif dan signitikan terhadap penawaran ekspor kopra
Indonesia ke Belanda.

"
2007
T34473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizza Gani
"Dalam perdagangan internasional, produk minyak nabati merupakan salah satu produk pertanian yang paling banyak diperdagangkan (termasuk biji-bijian dan daging), perdagangan minyak nabati menjadi sangat penting bagi banyak negara, dengan tujuan untuk konsumsi maupun produksi (Krugman, 2009). Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan permintaan impor minyak nabati seperti minyak sawit dunia akan mencapai 50,6 juta ton pada tahun 2022. Angka tersebut meningkat sebesar 6,3% dibandingkan periode tahun 2021. Berdasarkan hal tersebut, sejak tahun 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan pengenaan pajak atas minyak kelapa sawit dan turunannya dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan dalam negeri dan untuk mendorong pertumbuhan industri nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh kebijakan pajak ekspor terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya. Kami menggunakan data panel ekspor produk minyak kelapa sawit dan turunannya ke 10 negara tujuan utama ekspor selama periode 2008 – 2021 dengan metode estimasi Poisson Pseudo Maximum Likehood (PPML). Hasil Estimasi menunjukkan penerapan kebijakan pajak ekspor menimbulkan efek efek negatif terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya.

In international trade, oilseed products are one of the most highly traded agricultural products (others include grains and meat), making this trade one of crucial importance for many countries, either through production or utilization (Krugman,2009). The United States Department of Agriculture (USDA) estimates that the world's import demand for vegetable oils such as palm oil will reach 50.6 million tons in 2022. This figure increased by 6.3% compared to the 2021 period. Based on that, since 2008 the government has issued a policy of imposing taxes on palm oil and its derivatives with the aim of ensuring domestic availability and to encourage the growth of the national industry. This study examines the impact of the imposition of export tax policies on the export performance of palm oil and its derivatives. We use panel data on exports of palm oil products and their derivatives to 10 main export destination countries during 2008 – 2021 period using Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML) estimation method. The estimation results show that the export tax has a significant negative effect on the export volume of palm oil and its derivatives."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syaiful Anam
"Batubara bitumen adalah salah satu komoditas ekspor non migas unggulan Indonesia. Dalam ekspor-impor antar negara-negara ASEAN tahun 2001, Indonesia adalah eksportir utama dengan volume ekspor sebesar 9,9 juta MT dan memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai ekspor sekitar US$ 242 juta.
PT. Berkala Internasional adalah perusahaan swasta, bergerak dalam bidang perdagangan dan pertambangan batubara, berskala menengah dan berorientasi ekspor. Tahun 2001 perusahaan telah mampu memproduksi 1,8 juta MT batubara dari tambang Bengkulu dan Kalimantan Selatan. Dari total produksi, sebesar 630.000 MT (35%) diekspor ke Malaysia, Philipina dan Thailand, sedangkan sisanya untuk pasar lokal di Pulau Jawa. Volume ekspor tersebut memenuhi pangsa 6,35% dari total ekspor Indonesia ke ASEAN.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal untuk menganalisis beberapa faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi aktivitas bisnis ekspor perusahaan. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan penilaian faktor-faktor tersebut dengan pendekatan metode analisis SWOT untuk memperoleh gambaran obyektif tentang peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan evaluasi dan penilaian beberapa faktor internal dapat diketahui kekuatan yang dimiliki yaitu faktor lokasi tambang, ketepatan pengiriman, kapasitas utilitas, pelayanan order, rentabilitas dan Skala ekonomis. Sedangkan faktor keragaman produk, manajemen dan produktivitas sumber daya manusia, pengalaman karyawan serta kebijakan harga adalah kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Peluang potensial yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal adalah terbukanya kawasan perdagangan bebas, perkembangan ekonomi regional, kemajuan di bidang teknologi industri serta kebijakan pemerintah yang kondusif. Sedangkan ancaman yang dihadapi perusahaan adalah faktor tingginya tingkat persaingan atau rivalitas di antara para pesaing industri batubara, kekuatan tawar menawar pihak pembeli dan kekuatan tawar menawar pernasok.
Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diidentifikasi dan diketahui posisi bisnis perusahaan saat ini berada pada kuadran I (Growth Oriented Strategy) yangmendukung strategi pertumbuhan agresif dalam kinerja dan produktivitas menyeluruh termasuk, proses produksi, pemasaran, penjualan, pangsa pasar, pendapatan dan keuntungan perusahaan melalui alternatif strategi fokus baik biaya dan diferensiasi; peningkatan dan perluasan kapasitas dan efisiensi produksi; peningkatan dan pengembangan pangsa pasar maupun penetrasi pasar baru; pengembangan diversifikasi dan diferensiasi produk, proses produksi dan pemasaran; serta peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tenri Daeng Parani
"Dewasa ini kerajaan Arab Saudi memegang peranan penting dan strategis, bukan saja dikawasan Teluk tetapi juga kawasan Timur Tengah dan dalam struktur perdagangan internasional. Pada saat mi pasaran Timur Tengah menyerap 5% dari ekspor non migas
Indonesia, dan dari jumlah tersebut Arab Saudi menyerap 2,5%, sehingga hal ini menempatkan Arab Saudi menjadi pasaran utama ekspor non migas Indonesia untuk kawasan Teluk dan Timur Tengah. Dalarn rangka penerobosan pasar Tirnur Tengah
secara efektif maka pemerintab serta dunia usaha perlu melakukan perencanaan strategis dalam kegiatan pernasaran ekspornya. Pendekatan yang dipakai adalah dalam kerangka pemasaran internasional, akan ditekankan karakter kuat pasar Arab Saudi yang membedakannya dengan negara-negara lain. Pemaparannya bersifat deskriptif analitik,
disamping menggelar berbagat data dan intorniasi yang ada, skripsi ini menganalisa berbagai faktor yang dapat dan selama ini mempengaruhi ekspor tersebut disertai tawaran alternatif strategi untuk diaplikasikan menembus pasar Arab Saudi tersebut.
Hasil penelitian menunjukan adanya peluang-peluang maupun hambatan-hambatan yang harus diantisipasi dalam realisasi perdagangan Indonesia-Arab Saudi ini. Selain itu dengan menilik posisi Indonesia dalam pangsa pasar negara pesaing utama selama
ini dapat dilihat bahwa Indonesia masih dapat mencapai tingkat yang lebih baik dalam
pengembangan ekspornya. Disamping itu suatu terobosan barn sangat menjanjikan harapan yaitu dengan didirikannya usaha Joint Operation dengan mitra setempat dalam bentuk House of Indonesian Product (HIP). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari analisa potensi pasar yang diteliti, analisa strategi ekspor Indonesia
selama ini, serta analisa pasar impor Arab Saudi itu sendiri yang merupakan pertimbangan dalam perencanaan strategis, penlu dikembangkan suatu strategi pemasaran ekspor. Strategi mi mencakup pengembangan riset, segmentasi pasar, pemilihan pasar sasaran, serta marketing mix yang efektif. Akhirnya segala upaya strategi maupun perencanaan yang telah disusun menuntut kebersamaan dan peran aktifpemenintah serta dunia usaha secara terpadu dalam pencapaian sasaran meningkatkan ekspor ke Arab
Saudi ini secara optimal."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adella Bachtiar
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap Indonesia ekspor komoditi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) Indonesia dalam kasus Indonesia?India. Dengan menggunakan data time series berupa data triwulanan (quarterly) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh faktor harga CPO dunia dan faktor pertumbuhan ekonomi India terhadap ekspor komoditas CPO Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linier, yang diawali dengan uji asumsi klasik yaitu uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji homoskedastisitas yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai tukar rupiah, harga CPO dunia dan pertumbuhan ekonomi India berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor CPO Indonesia.

ABSTRACT
This thesis explores the influence of the movement of rupiah exchange rate against Crude Palm Oil export commodity of Indonesia: the case of Indonesia-India. By using time series data in the form of quarterly data from the year 2000 until 2008. In this study discusses about the influence of global CPO price factor and India's economic growth factor against Indonesia's CPO export commodity. The research method used in this study using Linear Regression Analysis, which begins with the classical assumption of autocorrelation test, multicollinearity test and homoskedasticity test. Those test carried out to find linkages between the variables used in this research. Exchange rate, global CPO price and India's economic growth has a significant and positive impact on Indonesia?s CPO
export.
"
2010
T27836
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>