Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132041 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hari Santoso
"Ruang Lingkup Penelitian : Rendahnya partisipasi pria dalam program KB disebabkan terbatasnya pilihan kontrasepsi pria. Agar lebih mendorong kaum pria dapat berperan aktif dalam mengikuti program KB, kiranya sangat tepat untuk menyediakan berbagai alternatif jenis kontrasepsi pria. Salah satu alternatif jenis kontrasepsi pria adalah penggunaan bahan alam yaitu tanaman. Hal ini sejalan dengan anjuran petnerintah melalui GBHN 1993 tentang obat tradisional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan. Dalam rangka usaha mencari bahan kontrasepsi pria yang bersumber pada tanaman telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak total akar Bikat (Gneium gnemonoides Brongn) terhadap spermatogenesis dan kesuburan mencit jantan (Mus musculus L) galur Swiss Webster. Dari hasil penelitian tentang kandungan bahan kimia tanaman, ternyata ekstrak total akar Bikat mengandung senyawa saponin, tanin, dan kuinon. Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol_ Saponin merupakan senyawa aktif seperti sabun yang mampu menurunkan tegangan permukaan membran sel, dan menghemolisis sel darah merah. Didasarkan dari sifat senyawa saponin tersebut, diduga ekstrak total akar Bikat dapat menghambat spermatogenesis dan menurunkan kesuburan mencit jantan perlakuan.
Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian untuk ketiga dosis yaitu 1,5 mg/kgBB, 3,0 mg/kgBB, dan 6.0 mg/kgBB yang diberikan selama 10 hari 20 hari. dan 40 hari dapat menurunkan sel spermatogonia A. sel spermatosit PL, sel spermatosit P dan sel spermatid sangat nyata dibanding kontrol (P<0,01). Tetapi pada dosis 1.5 mg/kgBB jumlah sel spermatid tidak menurun secara bermakna dibanding kontrol. Sebaliknya pada dosis 1.5 mg/kgBB dan 3.0 mg/kgBB jumlah spermatozoa vas deferen. viabilitas spermatozoa vas deferen, bentuk normal spermatozoa vas deferen menurun nyata dibanding kontrol (P<0,05), sedangkan pada dosis 6.0 mg/kgBB menurun sangat nyata dibanding kontrol (P<0,01). Demikian juga jumlah anak hasil perkawinan dengan mencit betina normal pada semua dosis yaitu 1.5 mg/kgBB. 3.0 mg/kgBB. dan 6,0 mg/kgBB menurun sangat nyata dibanding kontrol (P<0,01) bahkan untuk dosis 6,0 mg/kgBB tidak mempunyai anak.
Kesimpulan : Ekstrak total akar Bikat yang diberikan selama l0 hari, 20 hari. dan 40 hari dengan dosis 1,5 mg/kgBB, 3,0 mg/kgBB, dan 6.0 mg/kgBB dapat menghambat spermatogenesis dan menurunkan kesuburan mencit jantan (Mus musculus L)."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfitri
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah diketahui bahwa pemakaian ganja dapat mempengaruhi sistem reproduksi pria dan wanita. Pada pria terutama terjadi penurunan sekresi LH, FSH dan testosteron melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis, reduksi ukuran testis, dan regresi sel Leydig. Hal ini diduga dapat menekan proses spermatogenesis pada mencit. Tetapi belum diketahui apakah pemberian ekstrak daun ganja dapat menekan proses spermatogenesis pada mencit.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ekstrak daun ganja secara kuantitatif terhadap sel-sel spermatogonik dan jumlah anak yang dihasilkan dari perkawinannya dengan mencit betina. Ekstrak daun ganja dibuat secara maserasi dalam petrolium eter (titik didih 40-60°C), kemudian disaring dengan kertas saring dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator, selanjutnya dikeringkan dalam desikator. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral selama 40 hari dengan dosis 12,5 mg/kg bb, 25 mg/kg bb, 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 200 mg/kg bb. Masing-masing dosis dilarutkan dalam 0,3 mL CMC 1%, yang diberikan satu kali sehari, setiap hari selama 40 hari. Setelah perlakuan selesai, dilakukan pengambilan data parameter spermatogenesis antara lain jumlah sel spermatogonia A, sel spermatosit primer preleptoten, jumlah sel spermatosit primer pakhiten, jumlah sel spermatid, konsentrasi sel spermatozoa vas deferens, dan jumlah anak yang dihasilkan dari perkawinannya dengan mencit betina normal.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak daun ganja pada semua dosis kelompok perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap jumlah sel spermatogonia A, jumlah sel spermatosit primer preleptoten, dan jumlah anak yang dilahirkannya dibandingkan dengan kelompok control. Sedangkan dosis ekstrak daun ganja mulai 100 sampai 200 mg/kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah sel spermatid dan jumlah sel spermatozoa vas deferens dibandingkan dengan kontrol. Sementara dosis 200 mg/kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah sel spermatosit primer pakhiten."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurnadi
"Telah dilakukan suatu penelitian mengenai pengaruh pemajanan medan elektrostatik terhadap konsentrasi spermatozoa dan keadaan sel-sel spermatogenik testis mencit albino (Mus musculus L.) Strain Swiss Webster BPMSOH. Pemajanan dilakukan pada dosis 6 kV dan 7 kV selama 4 jam/hari dengan lama pemajanan selama 54 hari atau sampai pada satu generasi (F1).
Berdasarkan penelitian Soeradi (2), pemajanan medan elektrostatik yang dimulai dari dosis 6 kV dan 7 kV selama 1 jam/hari secara langsung terhadap testis tikus menimbulkan kerusakan pads sel epitel seminiferus, maka perlakuan yang diberikan pads penelitian ini dimulai dari dosis 6 kV ke atas. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 macam dosis perlakuan, yaitu : Kontrol (0 kV), tegangan 6 kV (P I), tegangan 7 kV (P II) yang diberikan selama 4 jam/hari hingga melahirkan keturunan pertama (FA), pemajanan dilakukan secara rutin setiap hari secara tegak lurus yang akan mengenai seluruh tubuh mencit. Sebaliknya untuk mencit kelompok kontrol (0 kV) hanya dikandangkan saja, dikawinkan sampai melahirkan keturunan yang pertama (F7). Setelah mencit dewasa dilakukan pengamatan terhadap mencit F dengan parameter sebagai berikut :
1. Konsentrasi spermatozoa vas deferen
2. Diameter tubules seminiferus
3. Jumlah sel spermatogonium A
4. Jumlah sel spermatosit primer pre-leptoten
5. Jumlah sel spermatosit primer pakhiten
6. Jumlah sel spermatid
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemajanan medan elektrostatik pada dosis 6 kV dan 7 kV tidak mempengaruhi konsentrasi spermatozoa vas deferen.
2. Pemajanan medan elektrostatik pada dosis 6 kV dan 7 kV tidak mempengaruhi diameter tubulus seminiferus.
3. Pemajanan medan elektrostatik pada dosis 6 kV dan 7 kV tidak mempengaruhi keadaan sel-sel spermatogenik seperti jumlah sel spermatogonium A, sel spermatosit primer per-leptoten, sel spermatosit primer pakhiten, dan sel spermatid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ihya Chair
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kluwih terhadap spermatogenesis mencit jantan galur DDY. Sebanyak 24 ekor mencit terbagi kedalam 4 kelompok, yakni kelompok kontrol KK yang diberikan akuades, kelompok perlakuan KP1, KP2, dan KP3 yang diberikan infusa daun kluwih dengan dosis berturut-turut, yaitu 2,5; 5; dan 10 g/kg BB. Infusa daun kluwih diberikan selama 36 hari. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap berat basah testis, pengamatan dengan angka penilaian Johnsen, dan pengukuran diameter tubulus seminiferus. Data rerata berat testis pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah 0,307 0,030 g, 0,268 0,014 g, 0,223 0,016 g, dan 0,239 0,020 g. Data rerata diameter tubulus seminiferus KK 205,17 3,79 ?m, KP1 200,97 4,82 ?m, KP2 203,78 3,96 ?m, dan KP3 189,79 3,82 ?m. Data rerata angka penilaian metode Johnsen pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut adalah 9,71 0,12 , 9,63 0,08 , 9,38 0,10 , dan 9,34 0,11 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih Artocarpus camansi Blanco berpengaruh terhadap spermatogenesis mencit jantan pada dosis 2,5; 5; dan 10 g/kg BB.

The research has been done to determine the effect of Kluwih leaf rsquo s infusion intake on spermatogenesis of male mice DDY strain. 24 males mice have divided into 4 experimental group control group which only given aquades and treament group which given infusion with doses 2,5 5 10 g kg bw. Test material administated for 36 consecutive days. Then measured the weight of testis, observations with numerical of Johnsen scores, and the diameter of the tubules seminiferous. Mean of testes weigth KK 0,307 0,030 g, KP1 0,268 0,014 g, KP2 0,223 0,016 g, and KP3 0,239 0,020 g. Mean of diameter of tubules seminferous KK 205,17 3,79 m, KP1 200,97 4,82 m, KP2 203,78 3,96 m, and KP3 189,79 3,82 m. Mean of numerical of Johnsen score KK 9,71 0,12 , KP1 9,63 0,08 , KP2 9,38 0,10 , and KP3 9,34 0,11 . Based on LSD test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oentoeng Soeradi
"ABSTRAK
Ledakan penduduk di dunia menunjukkan perlunya bahan-bahan kontrasepsi baru dan efektif, dengan efek samping yang minimum dan dapat memberikan proteksi yang efektif. Pada saat ini bahan kontrasepsi yang dianggap paling efektif dan luas penggunaannya adalah hormon steroid. Untuk mengantisipasi maksud tersebut di atas, maka beberapa usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria khususnya, dari tanaman sebagai sumber yang potensial.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi, apakah pemberian ekstrak buah paria dapat mereduksi atau menurunkan tingkat vertilitas mencit jantan strain AJ, sebagai satu model kontrasepsi pada pria.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan suatu penelitian sebagai berikut :
Tiga puluh ekor mencit dewasa, berat antara 18-20 g, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Empat mencit pertama dari tiap kelompok, masing-masing diberi ekstrak buah paria 800, 850, 900, dan 950 mg/kg berat badan secara oral. Sisanya 2 ekor mencit digunakan sebagai kontrol perlakuan yang diberi 1% larutan CMC (Corboxy methyl celullose).
Semua perlakuan diberikan tiap hari sebanyak 0,5 ml selama 40 hari atau satu siklus spermatogenesis. Setelah perlakuan 40 hari selesai, semua mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina (1:1) selama 5 hari. Setelah itu, mencit jantan dipisahkan dan selanjutnya dimatikan, sedangkan yang betina dibiarkan hidup sampai melahirkan. Testes dan vas deferens diambil dari mencit jantan yang dimatikan tadi. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berat badan dan berat testes, kontrasi sperma (diambil dari vas deferens), viabilitas sperma, dan jumlah anak yang dilahirkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan dan berat testes tidak dipengaruhi oleh ekstrak buah paria. Tetapi, analisis varians memperlihatkan bahwa terjadi suatu penurunan konsentrasi sperma yang cukup bermakna pada dosis ekstrak 850, 900, 950 mg/kg bb, sedangkan pada dosis 800 mg/kg bb tidak dipengaruhi. Suatu hasil yang penting dalam penelitian ini ialah suatu reduksi jumlah anak yang terjadi pada kelompok perlakuan, di mana 2 dari 5 ulangan mencit betina atau 40% terjadi pada dosis 800, 850, dan 900 mg/kg bb tidak hamil; sedangkan pada 950 mg/kg bb, 3 dari 5 ulangan mencit betina atau 60% tidak mengalami kehamilan. Diduga bahwa penurunan jumlah kelahiran erat kaitannya dengan penurunan konsentrasi sperma atau penurunan kapasitas/kemampuan sperma didalam epididimis.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diperlukan penelitian lebih lanjut, untuk memperoleh dosis ekstrak buah paria yang lebih efektif, yang dapat menghilangkan kapasitas sperma epididimis, sehingga kemampuan fertilisasi pun hilang. Jika dosis efektif ekstrak buah aaria telah menjadi kenyataan, maka diharapkan tidak terjadi kelahiran baru.

ABSTRACT
Effects Of Momordica Charantia L. Fruit Extract On Tile Fertility Of Adult Male Mice: A Model Of Contraceptive In Man The world population explosion has pointed out the need for new and effective contraceptive agents, having a minimum of side effects and giving a maximum protective effect. To date, the most effective and widely used contraceptives have been steroids; but these are not without side effects. Efforts have already been done by previous investigators to find potential value of plants as sources of male contraceptive agents.
The aim of this research is to evaluate whether treatment with M.charantia L. fruit extract can reduce significantly the fertility of adult male mice as a model of contraceptive in man.
To achieve this goal, a research has been carried out as follows. Thirty adult male mice (AJ strain), 18-20 g body weight were divided randomly into 5 groups of 6 mice each. The first 4 mice of each group were treated respectively with 800 mg, 850 mg, 900 mg, and 950 mg/kg body weight/day/mouse orally of paria fruit extract. The remaining 2 mice served as treated control fed with 1% CMC (carboxy methyl cellulose) and untreated control, respectively.
The treatment was given every day to 0,5 ml for 40 days or one cycle of spermatogenesis. After 40 days of treatment, all male mice were mated to adult fertile female mice (1:1) for 5 days. Afterward the male mice were separated and sacrificed, while all female mice were kept until giving birth. Testes and vas deferens were taken from sacrificed male mice. The analyzed parameters in this study were the body and testicle weight, sperm density (taken from vas deferens), sperm viability, and the number of offspring.
The results presented show that no significant effect of paria fruit extract on body weight and testicle weight. However, analysis of variance showed a significant decrease in the sperm density at 850, 900, and 950 mg/kg bb, while at 800 mg/kg bb the sperm density was not affected by the paria extract. The important finding in the present work is a reduction of offspring belonging to treated groups, in which two of five female mice or 40% at dose levels of 800, 350, 900 mg/kg/ day respectively, were failed to become pregnant, while at 950 mg/kg/ day of paria extract three of five female mice or 60% were found with-out offspring. The reduction in litter size is probably associated with a decrease in the number of sperm density or sperm capacity in the epididymis.
These results indicate that the mechanism of action of the paria fruit extract might be via a direct effect at epididymal/vas deferens sites by acting as spermatoxic agent on mature sperm. Based on the pre-sent results, further studies are needed to find more effective dose of paria fruit extract which can omit sperm capasity (acting at the post-testicular level) and its respons in non-human primates."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Asmarinah
"Huang lingkup dan Cara penelitian: Pria merupakan fokus baru untuk program Keluarga Berencana (KB). Salah satu strategi penelitian WHO untuk mencari dan mengembangkan metode kontrasepsi pria yang aman, efektif dan reversibel adalah mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui bahan/zat dari tanaman. Produk tanaman yang diharapkan dapat menjadi bahan kontrasepsi pria adalah buah paria (Hoiordica charantia L.), yang telah diketahui mengandung zat sitotoksik atau sitostatik. Dari beberapa penelitian diketabui bahwa ekstrak buah paria dapat menurunkan kesuburan individu jantan.
Beberapa penelitian terdahulu inenggunakan ekstrak alkohol 95 % dari buah paria. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria terhadap kesuburan mencit jantan. Pemberian ekstrak secara oral selama 40 hari dilakukan pada dosis 800 mg/kg bb, 900 mg/kg bb, 1000 mg/kg bb yang diberikan satu kali sehari, dan juga diberikan dua kali sehari, sehingga dosisnya menjadi kelipatan dosis yang diberikan satu kali sehari. Setelah perlakuan selesai dilakukan pengambilan data parameter kesuburan, antara lain berat testis, konsentrasi spermatozoa, jumlah sel-sel spermatogenik (spermatogonia A, spermatosit preleptoten, spermatosit pakhiten, spermatid), diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit sebagai data pelengkap.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak juice buah paria pada semua dosis perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap berat testis, jumlah spermatogonia A, jumlah spermatosit preleptoten, ukuran diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit. Dosis ekstrak mulai dari dosis 900 mg/kb bb berpengaruh bermakna terhadap konsentrasi spermatozoa. Sedangkan dosis mulai dari 80O mg/ kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah spermatosit pakhiten dan spermatid. Antar semua dosis perlakuan berbeda bermakna terhadap jumlah spermatid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Pujianto
"Dalam rangka mencari altematif kontrasepsi untuk pria, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai tanaman-tanaman yang diduga mengandung zat-zat antifertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria (Momordica charantia L) terhadap kesuburan dan kadar hormon testosteron dalam darah mencit jantan strain AJ. Pemberian ekstrak dilakukan dengan dosis 800 mg/ml, 900 mg/ml, dan 1000 mg/ml selama 40 hari.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 macam perlakuan yakni dosis 800 mg/ml, 900 mg/ml, 1000 mg/ml, kontrol dengan perlakuan, dan kontrol tanpa perlakuan, dan masing-masing perlakuan dengan 6 kali ulangan.
Ekstrak buah paria diperoleh dengan cara penguapan cairan perasan (juice) buah paria menggunakan penangas air bersuhu 50 ° C. Kemudian dibuat dosis ekstrak 800 mg, 900 mg, dan 1000 mg dalam aquabides. Cairan ekstrak diberikan pada mencit secara oral dengan menggunakan spuit khusus sebanyak ± 0,5 ml dua kali sehari (pagi dan sore) selama 40 hari.
Setelah masa pemberian selesai mencit dikawinkan dengan betina dewasa fertil untuk mengetahui jumlah anak yang dilahirkan. Setelah 5 hari dicampur dengan betina, mencit dikorbankan untuk meniiai beberapa parameter kesuburan dan kadar hormon testosteron dalam darah. Parameter kesuburan yang diteliti antara lain :
A. Jumlah anak
B. Konsentrasi spermatozoa vas deferens
C. Jumlah sel-sel spermatogenik yakni :
1. Spermatogonium
2. Spermatosit preleptoten
3. Spermatosit primer pakhiten
4. Spermatid"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari bahan kontrasepsi pria yang bersumber dari tanaman, khususnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosea sinensis L). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosea sinensis L) dapat menghambat proses spermatogenesis mencit strain ddy. Penelitian ini dilakukan pada tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari delapan ekor mencit. Kelompok kontrol diberikan karboksimetil selulose (CMC) 1% dalam 0,5 ml aquabides, kelompok perlakuan I diberikan ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosea sinensis L), dosis 700 mg/kg BB ditambahkan CMC 1% dalam 0,5 ml aquabides dan kelompok perlakuan kedua diberikan ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosea sinensis L), dosis 800 mg/kg BB ditambahkan CMC 1% dalam 0,5 ml aquabides. Perlakuan ini diberikan selama 40 hari sesuai dengan siklus spermatogenesis. Setelah itu dilakukan pembuatan preparat histologis testis mencit, diikuti pengamatan preparat testis dengan mikroskop cahaya pembesaran 100x dan 400x untuk menghitung sel-sel spermatogenik. Terakhir, dilakukan pemotretan tubulus seminiferus ketiga kelompok yang terdiri dari sel-sel spermatogenik melalui mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan 400x dengan memakai kamera Fuji dan film Fuji, ASA 200. Hasil menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I dan II, yaitu terjadi penurunan jumlah sel-sel spermatogonia, spermatosit primer pakhiten dan spermatid pada kelompok perlakuan (P<0,01). Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosea sinensis L) menghambat proses spermatogenesis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai bahan kontrasepsi pria.

Abstract
This study was conducted in order to develop male contraception from plants, namely the "shoe flower" (Hibiscus rosea sinensis L) leaves. The objective of this study was to find out whether the extract of "shoe flower" leaves could inhibit the process of spermatogenesis on ddy strain mice. This research was performed in 3 groups and each group consisted of 8 mice. The control group was given 1% carboxy methyl cellulose (CMC) in 0.5 ml aquabides. The treatment group I was given the extract of "shoe flower" leaves 700 mg/kg BW and 1% CMC in 0.5 ml aquabides, and the second treatment group was given the extract of "shoe flower" leaves, 800 mg/kgBW and 1% CMC in 0.5 ml aquabides. The treatment were given for 40 days in accordance with the spermatogenesis cycle. Then, the production of histological slides of the mice testis and the observation of the slides using light microscope with magnification of 100x and 400x were done. Further, counting of the spermatogenic cells was done. At last the pictures of seminiferous tubulus cross-section of the three groups which consisted of spermatogenic cells were taken through light microscope with magnification of 100x and 400x using Fuji camera and Fuji film, 200 ASA. The results showed significant differences between the control, treatment I, and treament II group. There were decreased numbers of spermatogonia, pachyten primary spermatocytes and spermatids in treatment groups (P<0.01). The result of this study showed that the extract of "shoe flower" (Hibiscus rosea sinensis L) leaves, inhibited the process of spermatogenesis of ddy strain mice. It is hoped that the result of this study can be developed into a male contraception."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Fakultas Kedokteran], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Ingrid R.S.
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Pengembangan metoda kontrasepsi pria Cara medikamentosa yang aman, efektif clan reversibel sekarang ini adalah penyuntikan intramuskular kombinasi hormon. Penyuntikan ini dapat menekan sekresi testosteron melalui penekanan gonadotropin hipofisis. Penyuntikan ini diharapkan tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat relawan yang turut berpartisipasi pada penelitian ini. Kombinasi hormon yang dipergunakan adalah kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA, disuntikkan setiap bulan dalam jangka waktu 12 bulan dan pemeriksaan fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat setiap 3 bulan. Penelitian ini dibagi dalam 3 We, yaitu fase kontrol atau pra-perlakuan (1 bulan), face penekanan (6 bulan) dan fase pemeliharaan (6 bulan). Pada fase kontrol atau pra-perlakuan dipilih 20 pria sehat dan subur yang memenuhi syarat pemeriksaan fisik dan laboratorium darah sebanyak 2 kali pemeriksaan normal, kemudian dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok (masing masing kelompok 10 orang). Kelompok pertama mendapat penyuntikan kombinasi hormon dosis rendah dan kelompok kedua penyuntikan hormon kombinasi dosis tinggi. Parameter yang diteliti adalah: (a) fungsi hematopoietik, meliputi hematokrit, hemoglobin, leukosit, trombosit; (b) fungsi ginjal, meliputi ureum dan kreatinin darah; (c) antigen spesifik prostat.
Hasil penelitian: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa hasil kedua kelompok berada diantara batas normal: Ht. 41.67 - 47.46 %; Hb. 14.5 - 15.58 gldl; leukosit 7.48 - 11.54 (103/ul); trombosit 234.78 - 300.11 (103/ul); ureum 21.6 -- 28 mg/dl; kreatinin 0.92 - 1.21 mg/dl dan PSA 0.32 - 0.71 mg/dl. Setara keseluruhan penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat.
Kesimpulan: Penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA setiap bulan selama 12 bulan penelitian dan setiap 3 bulan pemeriksaan laboratorium tidak menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bermakna pada fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat, sehingga kemungkinan aman sebagai slat kontrasepsi hormonal pria.

The Influence of Monthly Injection both a Low Dose and a High Dose Combination of TE + DMPA on the Hematopoietic and Kidney Functions and PSAScopes and methods of study: The medicinal approach to male contraception which is safe, effective and reversible is currently being investigated using a combination of hormones. The hormones, given by intramuscular injection, will suppress testosterone secretion through the suppression of gonadotropin release by the hypophysis. This study is carried out to investigate if there is any adverse effect on hematopoiesis (hematocrit, hemoglobin, leucocyte and thrombocyte as parameters), kidney functions (serum urea and creatinine), and prostate apecific antigen (serum) PSA during the use of this contraceptive means. Two hormonal combinations being evaluated are 1) a low dosage of 100 mg TE + 100 mg DMPA, and 2) a high dosage of 250 mg TE + 200 mg DMPA. The study is divided into 3 consecutive phases: control phase (1 month), suppression (6 months) and maintenance (6 months). The selected volunteers are twenty healthy and fertile males who show normal laboratory findings during the control period, which is carried out twice at a biweekly interval. They are then divided randomly into two groups of ten subjects each. Throughout the suppression and maintenance phases each member of the group receives a monthly injection of the low and high dosage hormonal combination, respectively. Venous blood samples are obtained every three months, the hematological and kidney parameters are examined at the Clinical Laboratory Department of the Cipto Mangunkusumo Hospital, and PSA measured by immunoassay (Abbott, IMx) at the Immunoendocrinology Laboratory of the Indonesia School of Medicine. The laboratory findings are analyzed by two-way anova, using a spreadsheet program (Lotus 123 or Exe1).
Fidings and Conclusion: The laboratory parameters of the two groups are within the normal ranges throught out the study period: Ht. 41.67 - 47.46 %, Hb. 14.5 - 15.58 gldl, leucocyte 7.48 - 11.54 x 103/ul, thrombocyte 234.78 - 300.11 x 103/ul, ureum 21.6 - 28 mg/dL, creatinine 0.92 - 121 mg/dL and PSA 0.32 - 0.71 mg/dL. It is there for concluded that the administration of the combination of TE and DMPA, at both low and high dosages, has no adverse effect on hematopoiesis, kidney function and the prostate, and could therefor be considered safe for use in male contraception.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T11455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arleni
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian: Keikutsertaan pria/suami dalam program Keluarga Berencana (KB) masih rendah, hal ini karena masih terbatasnya pilihan metoda kontrasepsi pada pria. Kombinasi Depo medroksiprogesteron enantat (DMPA) dan Testosteron enantat (TE) memiliki potensi sebagai kontrasepsi hormon pria karena dapat menekan spermatogenesis melalui mekanisme kerjanya pada poros hipotalamus-hipofisis-testis. Beberapa peneliti melaporkan azoospermia belum dapat dicapai oleh seluruh subjek penelitian yang disuntik dengan kombinasi DMPA dan TE, dengan demikian masih ada kemungkinan terjadi fertilisasi. Fertilisasi dapat mengalami kegagalan bila fungsi integritas membran plasma spermatozoa buruk, karena itu pada penelitian ini dilakukan penilaian terhadap integritas membran spermatozoa. Kelenjar prostat dan vesika seminalis juga mempengaruhi kesuburan pada pria, karena itu ingin pula diketahui efek penyuntikan DMPA dan TE terhadap kedua kelenjar asesoris tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 10 pria fertil yang disuntik dengan kombinasi DMPA 250 mg dan TE 200 mg. DMPA disuntikkan setiap 6 minggu, mulai dari minggu ke 0 s/d minggu ke 18. TE mula-mula disuntikkan setiap minggu, mulai minggu ke 0 s/d minggu ke 6, selanjutnya disuntikkan setiap 3 minggu, mulai minggu ke 9 sampai dengan minggu ke 24. Fungsi integritas membran spermatozoa dinilai dengan uji HOS (Hypo Osmotic Swelling Test), fungsi kelenjar prostat dinilai dengan mengukur kadar asam sitrat dalam semen, dan fungsi kelenjar vesika seminalis dinilai dengan mengukur kadar fruktosa dalam semen. Pemeriksaan semen dilakukan setiap 3 minggu, mulai dari minggu ke 3 s/d minggu ke 24. Hasil penilaian selama perlakuan dibandingkan dengan penilaian sebelum perlakuan (penyuntikan).
Hasil dan Kesimpulan : Penyuntikan kombinasi DMPA dan TE menurunkan fungsi integritas membran plasma spermatozoa dengan bermakna (p<0,05) pada minggu ketiga, dan sangat bermakna (p<0,01) pada minggu ke-6 dan ke-9. Fungsi normal kelenjar prostat dan vesika seminalis masih dapat dipertahankan sampai akhir perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan masih normalnya kadar asam sitrat dan fruktosa dalam semen walaupun secara statxstik memperlihatkan penurunan yang sangat bermakna (p 0,01). Dengan demikian seluruh hipotesis pada penelitian ini diterima.

Scope and Methodology : The participation of men/husband in family planning program is still low due to limited number of male contraceptive method available. The combination of DMPA and TE have potential capability to be male hormonal contraceptive since they are able to suppress spermatogenesis by their hypothalamus - pituitary - testis axis mechanism. Some scientist reported that azoospermia could not be covered by all subject of experiment whose given injection of combination of DMPA and TE. Therefore the fertilization are still possibly occur. The experiment of evaluation of sperm membrane integrity has been conducted since fertilization will not be successful when the functional integrity of sperm membrane is poor. The prostate and seminal vesicles gland may also influence the male fertility, so that effects of DMPA and TE injection to the two these accessories gland should also be determined. In this experiment 10 fertile men were given injections of DMPA (250 mg each) and TE (200 mg each). DMPA was given every 6 weeks, from the week of zero to 18. In the week zero to 6, TE was given every week, and followed by injection TE every 3 weeks up to week 24. The functional integrity of sperm membrane was evaluated with HOS (hypo osmotic swelling) test. The function of prostate gland was evaluated by content of citric acid in semen. The function of seminal vesicles gland was evaluated by content of fructose in semen. The semen was observed every 3 weeks, starting with the week of 3 to 24. The result, of observation during the treatment was compared to the result before the injection given (2 weeks before the treatment).
Results and Conclusions: The injection of the combination of DMPA and TE will decrease the functional integrity of sperm membrane on the third week (p < 0,05) and will decrease it very significantly on the 6th and 9th week (p <0,01). The normal function of prostate and seminal vesicles could be retained until the end of the experiment. It could be determined by the normal content of citric acid and fructose in semen even though it was statistically shown a very significant decrease (p<0,01). Therefore the overall hypothesis on the experiment could be accepted.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>