Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desdiani
"Latar belakang. Pabrik semen merupakan salah satu industri yang menerapkan kerja gilir bagi karyawannya untuk meningkatkan produktifitas. Kerja gilir ini berdampak pada gangguan irama sirkadian yang menyebabkan gangguan pencernaan. Di pabrik semen ini, gangguan pencernaan ditemukan pada pekerja gilir yang berotasi. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui prevalensi gangguan pencernaan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pencernaan
Metode penelitian. Berupa studi comparative cross sectional (perbandingan potong lintang) melalui perbandingan prevalensi gangguan pencernaan antara kelompok pekerja gilir dengan pekerja non gilir. Jumlah sampel pada kelompok kerja gilir dan kelompok non gilir masing masing 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dari populasi yang memenuhi persyaratan kriteria inklusi. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan fisik, rekam medis pekerja dan data dari bagian kepegawaian.
Hasil penelitian. Didapatkan gangguan pencernaan pada pekerja gilir dengan pola rotasi dan prevalensi gangguan pencernaan sebesar 11% dengan CI 95% 4,9% - 17.1%. Faktor yang berhubungan paling kuat dengan gangguan pencernaan adalah riwayat penyakit seperti ginjal, hepatitis, tukak lambung dan batu empedu dengan p= 0,001 OR=14,635 CI 95% 2,909 - 73,626. Dan faktor yang juga berpengaruh terhadap timbulnya gangguan pencernaan adalah jumlah hari kerja dalam seminggu dengan p = 0,049 OR = 4,098 CI 95% 1,008 - 16,663 , Variabel penelitian seperti usia pekerja, tingkat pendidikan,jumlah jam kerja dalam sehari, masa kerja, stres, pola makan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olah raga pada kedua kelompok kerja tidal( ditemukan perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan: Dari penelitian ini tidak terbukti bahwa kerja gilir yang berotasi mengakibatkan gangguan pencernaan dan secara statistik terbukti bahwa faktor jumlah hari kerja dalam seminggu dan riwayat penyakit bermakna dalam mempengaruhi timbulnya gangguan pencernaan (p< 0,05 ).
Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi gangguan pencernaan, perlu dilakukan antisipasi dan pengertian yang dalam baik dari pihak manajemen, pekerja maupun dokter perusahaan.

The Influence Shift Work To Digestive Disorder At Male Worker Part Of Production At Cement Factory PT " X" In Citeureup BogorBack ground Cement factory represent one of the industry applying shift work to its employees to increase productivity. This shift work affect at rhythm trouble of circadian causing digestive disorder. In this cement factory, digestive disorder found at shift worker which is rotation. Therefore this study conduct to identify the prevalence of digestive disorder and other factors related to digestive disorder.
Research method Comparative cross sectional (transversal crosscut comparison) passing comparison of digestive disorder prevalence among group shy worker with non shift worker. Amount of sample at shift worker team and non shy worker team of everyone 100 persons. Intake of sample conducted at random modestly from population fulling conditions of inclusion criteria. Research data obtained from interview with questionnaire, physical examination, medical record and employee data
Result of research. Digestive disorder at shift worker with rotation pattern and the prevalence digestive disorder is II % with CI 95% 4,9 - 17,1%. The most influence factor related to digestive disorder is historical of disease with p = 0,001 OR=14, 635 CI 95% 2,909 - 73,626. And factor having an effect to incidence digestive disorder is amount of workday within a week with p = 0,049 OR = 4,098 CI 95% 1,008 - 16,663. Research variable like worker age, education level, the amount of workhour within a day, year of job, sires, pattern eat, habit smoke, habit of disease history and sport at both working team have equivalent so that not be found by difference having a meaning.
Conclusion. This research didn't proven that rotating shift work caused to digestive disorder and statistically significant relation between amount of workday within a week and historical of disease with digestive disorder (p < 0,05).Therefore to prevent and lessen digestive disorder, a coordination need to conducted between management, company doctor and also worker to improve this matter.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sofrina
"Latar Belakang dan Tujuan
Berbagai masalah kesehatan telah diketahui sebagai dampak dari kerja gilir dan stres kerja. Pabrik semen merupakan salah satu industri yang menerapkan kerja gilir bagi karyawannya untuk meningkatkan produktivitas. Di pabrik semen keluhan camas dan tegang ditemukan pada pekerja gilir. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerja gilir dengan stres kerja dan faktor-faktor lain yang juga dapat mernpengaruhi stres kerja.
Metode
Penelitian menggunakan disain potong melintang dengan analisis perbandingan internal. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosiodemografi responden, karakteristik lingkungan kerja dan pengukuran stres kerja dengan kuesioner survai diagnosis stres.
Hasil
Dari 160 orang responden yang terdiri dari 80 orang pekerja gilir dan 80 orang bukan pekerja gilir didapatkan prevalensi stres kerja sebesar 73,25% pada pekerja gilir dan 52,5% pada bukan pekerja gilir. Terdapat hubungan yang bermakna antara kerja gilir dan stres kerja (p= 0,01; OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Konflik peran merupakan stresor kerja yang dominan (p=0,025; OR 27,8). Bising kerja secara bermakna berhubungan dengan timbulnya stres kerja pada pekerja gilir(p-0.04; OR 2,3)
Kesimpulan
Kerja gilir berhubungan bermakna dengan timbulnya stres kerja (OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Prevalensi stres kerja pada pekerja gilir lebih tinggi daripada bukan pekerja gilir. Konflik peran merupakan sires kerja dominan (OR 27,8). Rising kerja berhubungan bermakna dengan stres kerja (OR 2,3).

Analysis of the Relationship Between Shift Work and Job Stress Among Male Worker At Cement Factory "X" in West JavaBackground and Objectives
Various health problems have been known as the impact of shift work and job stress. Cement factory represent one of the industry applying shift work to its employees to increase productivity. In this cement factory, anxiety and tense complaints found at shift workers_ Therefore, the objectives of this study is to identify the relationship between shift work and job stress, and other factors that can also influence job stress.
Methods
This study used a cross sectional design with internal comparative. The data collected were respondent's characteristic of sociodemography, work environment's characteristic, measurement of job stress by using survey diagnostic stress questionnaire.
Results
Among the 160 respondents, consisting at 80 shift workers and 80 non shift workers, revealed that the prevalence of job stress is 73,8% at shift workers and 52,5% at non shift workers. There is a significant correlation between shift work and job stress (p),001; OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Role conflict is a dominant job stressor (p-0,025; OR 27,8). Working noise is the work environment's characteristic that has a significant relationship to job stress at shift workers (p=0,04; OR 2,3),
Conclusion
Shift work was relation to the occurence of job stress (OR 2,5; 95% CI 1,3-4,9). Shift work's prevalence of job stress is higher than non shift work's. Role conflict is a dominant job stressor (OR 27,8). Working noise has a significant relationship to job stress (OR 2,3).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sundaru Dwi Hendarta
"Ruang lingkup dan metodologi : Salah satu penyakit akibat kerja yang harus dipikirkan akibat debu kapas di lingkungan industri tekstil adalah bisinosis, yang menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini ingin mengidentifikasi bisinosis dan membuktikan hubungan antara pajanan debu kapas dengan prevalensi bisinosis. Desain penelitian yang digunakan adalah kros seksional dengan mengikutsertakan total populasi pekerja laki-laki bagian spinning yang terpajan debu kapas. Jumlah responden adalah 81 pekerja dengan rentang usia 21 - 52 tahun. Data di dapatkan dari wawancara, pengukuran fungsi paru dan pengukuran debu respirabel yang dilaksanakan pada bulan Febnuari sampai Maret 2005.
Hasil dan kesimpulan : Prevalensi bisinosis pada responden sebesar 11,1 % (9 dari 81 pekerja ). Setelah dilakukan analisis multivariat, diketahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya bisinosis yaitu pemakaian masker ( OR = 13,666 95 % CI = 2,217 - 84,222 dengan p = 0,005 ) disusul dengan status gizi ( OR = 6,029, 95% CI = 0,951 - 38,222 dengan p = 0,057 ). Dapat disimpulkan bahwa pemakaian masker dan status gizi berperan penting dalam terjadinya bisinosis.

Scope and methodology: One of the important work related disease caused by cotton dust in textile industry is byssinosis that would create medical problem and decrease work productivity. This research aims to identify byssinosis and prove the relation between cotton dust exposures with prevalence of byssinosis. For the research design we will use cross-sectional and take into consideration the overall population of male worker in spinning department who are exposed to cotton dust. The number of respondent is 81 workers aged from 21 to 52 years. We have collected the data from interview, measurement of lung function and measurement of respirable dust conducted on February until March 2005.
Result and conclusion: Prevalence of byssinosis of respondents at 11.1% (9 out of 81 workers). After multivariate analysis, the dominant risk factor impacting byssinosis is the use of mask (OR = 13,666 95 % CI = 2,217 - 84,222 with p = 0,005) followed by nutrient status (OR = 6,029, 95% CT = 0,951 - 38,222 with p - 0,057). Our conclusion is that the use of mask and nutrient status have significant role for byssinosis cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Supriyanto
"ABSTRAK
Sindrom metabolik merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskular dan tingginya tingkat insidens sindrom metabolik pada pekerja menyebabkan biaya ekonomi perusahaan meningkat. Sindrom metabolik diindikasikan berhubungan dengan kerja gilir. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kerja gilir terhadap insidens sindrom metabolik pada pekerja laki-laki di perusahaan kimia. Penelitian kohort retrospektif dengan median follow-up 5 tahun ini menggunakan metode Nelson-Aalen untuk analisis hazard function. Dengan kriteria sindrom metabolik menggunakan modifikasi Definisi Harmonisasi, hasil penelitian mendapatkan tingkat insidens sindrom metabolik pada 355 pekerja gilir 62/1.000 orang-tahun, tidak ada perbedaan signifikan dengan tingkat insidens pekerja non gilir 59/1.000 orang-tahun RR=1,05; IK95 =0,80-1,39 . Kumulatif hazard function pekerja gilir 0,33 lebih besar dibandingkan dengan pekerja non gilir 0,29, perbedaan juga tidak signifikan HR=1,13; p>0,05 . Pekerja umur >30 tahun mempunyai kumulatif hazard function lebih besar daripada pekerja umur 50 tahun=3,36; p

ABSTRACT
Metabolic syndrome is a predisposing factor for cardiovascular disease and high incidence rate of metabolic syndrome in workers contributes to an increase in organization rsquo s economic cost. Metabolic syndrome was indicated to be associated with shiftwork. This study aimed to assess shiftwork rsquo s effect on the metabolic syndrome incidence among male workers in a chemical company. This retrospective cohort study with median follow up 5 years, was utilizing Nelson Aalen method for hazard function analysis. Using a modified Harmonization Definition to define metabolic syndrome, results found that the metabolic syndrome incidence rate of 355 shift workers was 62 1,000 person year, no significant difference with that of day workers 59 1,000 person year RR 1.05 95 CI 0.80 1.39 . Cumulative hazard function for shift workers 0.33 was higher in comparison with day workers 0.29, but the difference was also not significant HR 1.13 p 0.05 . Workers aged 30 years old had higher cumulative hazard function than workers aged 50 years old 3.36 p"
2016
T55630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawati Sugianto
"Tujuan. Banyak pabrik di Indonesia yang mempunyai pajanan silika tinggi seperti pabrik keramik dan pabrik semen, namun belum ada penelitian mengenai penyakit gangguan restriktif pada pekerja akibat pajanan silika. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi penyakit gangguan paru restriktif pada pekerja laki laki.
Metode. Desain penelitian ini adalah cross sectional ,data diambil dari data sekunder bagian batching plant, furnace, cutting line, dan administrasi yang dilakukan pemeriksaan tahun 2003.. Hasil. Dari 449 data, didapatkan prevalensi gangguan pare restriktif pada pekerja PT. X tahun 2003 adalah 48,8%. Hubungan antara gangguan paru restriktif dengan pajanan silika bermakna (p= 0,024). Masa kerja Para pekerja sebagian besar adalah kurang dan 10 tahun (90,6%). Tidak ada hubungan bermakna antara gangguan paru restriktif dengan penggunaan APD, pajanan organofosfat dan merokok.
Kesimpulan. Prevalensi gangguan paru restriktif akibat pajanan debu silika terbukti pada pekerja PT. X. sebesar 48,8% pada tahun 2003.

Prevalence Restrictive Lung Disorders Manufacturing Man Workers in PT. X at Cikarang.Objective of study. Many factories in Indonesia have a high exposure of silica such as cement and ceramic factories, which could cause restrictive pulmonary disease. Until now, no evidence has proved that the restrictive pulmonary disease raised among many workers, was caused by exposure of silica. Objective of study is to find out the prevalence of the restrictive pulmonary disease for man's worker, focusing on the exposure of silica.
Method. The design of this study is cross sectional. Subject of the study was secondary data chosen from the employees. The subject were selected from the hatching plant department, the furnace department, the cutting line and the administrative department, which was the high exposure environment and mild exposure. The employees was examined in 2003.
Result. Of total 449 data, the prevalence of restrictive pulmonary disease is 48.8%. Most of the employees have the duration of work less than 10 years. Correlation between restrictive pulmonary disease and silica exposure was significant (p = 0,024). Correlation between restrictive pulmonary disease and other related factors such as: use of personal protective equipment, organophosphate exposure, and smoking is also not significant.
Conclusion. Prevalence of the restrictive pulmonary disease 48.8% in PT.X. on 2003.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 13634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Heru Sunardjo
"Penelitian MONICA pada tahun 1988 dan 1993 juga mendapatkan prevalensi merokok yang tinggi di kalangan laki-laki yakni di atas 50%, tetapi pada tahun 2000 didapatkan penurunan menjadi 38,5%, sedang tahun 2000 mendapatkan prevalensi hipertensi masing-masing sebesar 17,9%.7, prevalensi hiperglikemia (gula darah sewaktu 200mg%) sebesar 3,1%, prevalensi obesitas (IMT 30 kg/mz) pada laki-laki sebanyak 6,1%, dan pada perempuan sebanyak 15,9%. Hasil SKRT 2001, prevalensi IMT 25 kg/m2 pada laki-laki dan perempuan usia 15 - lebih 65 tahun masing-masing 8,1% dan 13,4%, sedangkan pada laki-laki usia 35-54 tahun 13,4%, yang rutin berolah raga sebanyak 59,2%. Penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pada tahun 1993 menunjukkan 90% penderita infark miokard dalam kehidupan sehari-harinya tidak berolahraga atau tergolong pekerja dengan aktifitas fisik ringan.
Data Kesehatan HRD PT X tentang kematian umum pada pekerja tahun 2004 adalah 4.82%o, termasuk di dalamnya angka kematian pekerja akibat Penyakit Jantung koroner 3.62%o, sedang dari total biaya kesehatan, sebesar 47% digunakan untuk pembiayaan penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskuler yang hanya diderita 18% populasi pekerja. atas dasar gambaran risiko P.TK, tingkat kebugaran, angka kematian, dan pembiayaan yang terus meningkat secara tinier, maka analisis dislipidemia sebagai kofaktor penyakit kardiovaskular, dan tingkat kebugaran menarik untuk dilakukan pada populasi terbatas pekerja di PT X, guna mendapatkan variabel-variabel yang terkait dengan faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja, misalnya penyuluhan olah raga yang teratur dan ter ukur, penyuluhan pola makan seimbang dll.
Dengan keadaan tersebut diatas kami ingin mengetahui apakah ada hubunganya antara tingkat kebugaran dengan dislipidemia. Diharapkan dari hasil penelitian digunakan untuk melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja dengan tepat dan terarah, sehingga tujuan untuk menurunkan faktor risiko PJK, angka kematian, meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan produktifitas serta menekan biaya kesehatan.
PERMASALAHAN:
Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up) pekerja di PT X pada bulan September 2005 - Desember 2006. Sampai saat ini belum diketahui prevalensi dislipidemia dan faktor faktor risiko yang lain.
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa prevalensi dislipidemia pekerja laki-laki di PT X
2. Bagaimana sebaran karakteristik pekerja laki-laki di PT X
3. Bagaiman sebaran faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum : Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui peningkatan kebugaran dengan Cara pengendalian risiko.Penelitian MONICA pada tahun 1988 dan 1993 juga mendapatkan prevalensi merokok yang tinggi di kalangan laki-laki yakni di atas 50%, tetapi pada tahun 2000 didapatkan penurunan menjadi 38,5%, sedang tahun 2000 mendapatkan prevalensi hipertensi masing-masing sebesar 17,9%.7, prevalensi hiperglikemia (gula darah sewaktu 200mg%) sebesar 3,1%, prevalensi obesitas (IMT 30 kg/mz) pada laki-laki sebanyak 6,1%, dan pada perempuan sebanyak 15,9%. Hasil SKRT 2001, prevalensi IMT 25 kg/m2 pada laki-laki dan perempuan usia 15 - lebih 65 tahun masing-masing 8,1% dan 13,4%, sedangkan pada laki-laki usia 35-54 tahun 13,4%, yang rutin berolah raga sebanyak 59,2%. Penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pada tahun 1993 menunjukkan 90% penderita infark miokard dalam kehidupan sehari-harinya tidak berolahraga atau tergolong pekerja dengan aktifitas fisik ringan.
Data Kesehatan HRD PT X tentang kematian umum pada pekerja tahun 2004 adalah 4.82%o, termasuk di dalamnya angka kematian pekerja akibat Penyakit Jantung koroner 3.62%o, sedang dari total biaya kesehatan, sebesar 47% digunakan untuk pembiayaan penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskuler yang hanya diderita 18% populasi pekerja. atas dasar gambaran risiko P.TK, tingkat kebugaran, angka kematian, dan pembiayaan yang terus meningkat secara tinier, maka analisis dislipidemia sebagai kofaktor penyakit kardiovaskular, dan tingkat kebugaran menarik untuk dilakukan pada populasi terbatas pekerja di PT X, guna mendapatkan variabel-variabel yang terkait dengan faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja, misalnya penyuluhan olah raga yang teratur dan ter ukur, penyuluhan pola makan seimbang dll.
Dengan keadaan tersebut diatas kami ingin mengetahui apakah ada hubunganya antara tingkat kebugaran dengan dislipidemia. Diharapkan dari hasil penelitian digunakan untuk melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan pekerja dengan tepat dan terarah, sehingga tujuan untuk menurunkan faktor risiko PJK, angka kematian, meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan produktifitas serta menekan biaya kesehatan.
PERMASALAHAN:
Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up) pekerja di PT X pada bulan September 2005 - Desember 2006. Sampai saat ini belum diketahui prevalensi dislipidemia dan faktor faktor risiko yang lain.
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa prevalensi dislipidemia pekerja laki-laki di PT X
2. Bagaimana sebaran karakteristik pekerja laki-laki di PT X
3. Bagaiman sebaran faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui peningkatan kebugaran dengan Cara pengendalian risiko.
2. Tujuan khusus :
a) Diketahuinya prevalensi dislipidemia pada pekerja laki-laki PT X
b) Diketahuinya hubungan dislipidemia dengan kebugaran pada perkerja laki-laki di PT X.
c) Diketahuinya sebaran karakteristik responden berdasarkan masa kerja jabatan dan tingkat pendidikan pada pekerja laki-laki di PT X.
d) Diketahuinya sebaran faktor risiko dislipidemia; IMT, kebiasaan merokok, kadar gula darah, tingkat kebugaran pada pekerja laki-laki di PT X.
e) Diketahui hubungan faktor risiko dengan dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X.2. Tujuan khusus :
a) Diketahuinya prevalensi dislipidemia pada pekerja laki-laki PT X
b) Diketahuinya hubungan dislipidemia dengan kebugaran pada perkerja laki-laki di PT X.
c) Diketahuinya sebaran karakteristik responden berdasarkan masa kerja jabatan dan tingkat pendidikan pada pekerja laki-laki di PT X.
d) Diketahuinya sebaran faktor risiko dislipidemia; IMT, kebiasaan merokok, kadar gula darah, tingkat kebugaran pada pekerja laki-laki di PT X.
e) Diketahui hubungan faktor risiko dengan dislipidemia pada pekerja laki-laki di PT X."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T21139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agnes
"Paparan debu keramik yang mengandung silika bebas di lingkungan kerja pabrik keramik Inerupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit pare akibat kerja. Untuk mencegah timbulnya penyakit pneumokoniosis perlu dilakukan upaya pemantauan secara khusus dan berkelanjutan terhadap para pekerja melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala dan pemantauan terhadap lingkungan kerja. Penelitian terhadap tenaga kerja pabrik kerami; di Cikarang dilakukan pada 66 pekerja laki-laki, dengan metode krosseksional., terdiri dari 31 orang dare bagian pembuatan badan keramik dan 35 orang dad bagian pengepakan. Penelitian lingkungan kerja dilakukan dengan mengukur kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas di bagian pembuatan badan keramik dan di bagian pengepakan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan foto toraks.
Hasil dan kesimpulan: Didapatkan prevalensi batuk kronik 4,5%, bronkitis kronik 4,5%, dahak kronik 4,5%, kelainan radiologi paru 10,6% dan restriksi 47% di pabrik tsb. Dibagian pembuatan badan keramik, kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas melebihi NAB yang ditetapkan. Tidak ditemukan hubungan antara kelainan fungsi pare dengan faktor-faktor umur, pendidikan, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan memakai alat pelindung diri. Tidak ditemukan perbedaan prevalensi batuk kronik, bronkitis kronik, restriksi dan kelainan radiologi dengan tingkat paparan.

Scope and Methodology
Exposure to ceramic dust which contains free silica in a ceramic factory is a risk factor for occupational lung diseases. To prevent pneumoconiosis, specific and continuous monitoring of the workers through periodic health examinations and work environment measuring is very important. A study on 66 by ceramic factory workers consisting of 31 men from ceramic-body preparation division and 35 men from packaging division in Cikarang using cross-sectional method has been conducted. The work environment study was done by measuring total dust contamination, respirable dust, and free silica in ceramic-body preparation division and packaging division. Data collection was done by interviews, physical examination, lung function test and X-ray examination.
Results : The prevalence of chronic cough were 4,5 %, chronic bronchitis 4,5 %, changes in lung radiologic 10,6 % and restriction 47 %. The total dust concentration, respirable dust and the free silica concentration was found to exceed the permissible limit in ceramic-body preparation division. No relation was found between lung function changes, age, education, nutrition condition, work period, smoking habits and mask users habits. No significant different in the prevalence of chronic cough, chronic-bronchitis, restriction and radiologic changes was found different level of dust exposure."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"ABSTRAK
Latar Belakang. Penyakit jantung koroner PJK merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun masyarakat pekerja. Berbagai studi mengindikasikan penyakit jantung koroner berhubungan dengan kerja gilir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerja gilir terhadap insidensi risiko sedang-tinggi PJK pada pekerja laki-laki perusahaan manufaktur di Bogor sejak tahun 2011 hingga 2016.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dalam periode lima tahun menggunakan metode Nelson-Aalen untuk analisis hazard function. Risiko PJK dinilai berdasarkan Skor Risiko Framingham.Hasil. Tingkat insidens risiko sedang-tinggi PJK pada pekerja gilir adalah 103/1.000 orang-tahun, berbeda secara bermakna dengan tingkat insidens pekerja non gilir yaitu 68/1.000 orang-tahun RR=1,5; IK 95 =1,001-2,304 . Hazard function kumulatif pekerja gilir untuk memiliki risiko sedang-tinggi PJK di tahun kelima lebih besar dibandingkan dengan pekerja non gilir HR=1,51.

ABSTRACT
Background. Coronary heart disease CHD is a disease with a high prevalence in the general population and workers. Studies have indicated that coronary heart disease is associated with shift work. This study is aimed to determine the effect of shift work on the incidence of intermediate high risk CHD among male workers at manufacturing company in Bogor from 2011 to 2016.Method. This is a retrospective cohort study in five year period using Nelson Aalen method for hazard function analysis. Risk of CHD is assessed based on Framingham Risk Score.Result. The intermediate high risk CHD incidence rate of shift workers was 103 1,000 person year, significantly different from the incidence rate of non shift workers which was 68 1.000 person year RR 1.5 95 CI 1.001 2.304 . Cumulative hazard function of shift workers to have an intermediate high risk CHD in the fifth year was greater than that of non shift workers HR 1.51 . Workers with length of employment ge 14 years had greater cumulative hazard function than workers with length of employment .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki H. Sutjahjo
"Penelitian dilakukan pada seorang pekerja las di pabrik semen PT. X Jawa Barat yang dirasakan kurang mendapat perhatian khusus untuk kesehatan dan keselamatan kerjanya karena jumlahnya yang sedikit. Tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai pajanan spesifik pada tenaga kerja pengelas, keluhan dan faktor lain yang turut berpengaruh pada terjadinya gangguan saluran napas pada seorang pekerja las. Penelitian menggunakan desain studi kasus dan data dikumpulkan dari analisis status, pemeriksaan fisik,penunjang dan lingkungan.
Hasil penelitian didapatkan kasus tenaga kerja, masa kerja 22 tahun dengan keluhan saluran napas yang mendapat pajanan secara kronik oleh gas dan debu/uap logam hasil proses pengelasan. Konsentrasi gas CO, N02 akibat proses pengelasan di bawah NAB, debuluap logam konsentrasinya 3-8 kali di atas NAB, fisik dan radiologis talc ada kelainan, gangguan fungsi paru campuran obstruksi sedang dan restriksi sedang.
Faktor lain yang turut berpengaruh, minimalnya ventilasi di lokasi kerja, kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dan kebiasaan merokok. Diagnosis akhir penelitian yaitu bronkitis kronik akibat kerja yang disertai asma yang masih reversibel akibat pajanan debu logam.

Disorder of the Respiratory Tract of Welding Labor, a Case Study at PT X, a Cement Plant in West Java, 1997Research was conducted on a welder at the cement plant of PT X, West Jawa, a company which is felt to lack the special attention required on work health and work safety, because of the small number of welding workers. The objective of the study is to obtain information on specific exposure on welding labor, complaints and other factors that seem to contribute to the occurrence of disorder in the respiratory tract of a welder. The research uses the design of a case study approach and the data had been collected from analysis of status, physical examination, supporting methods and the environment.
Result of the research concerns the study of a worker with 22 years of work period, with complaints in the respiratory tract who is chronically exposed to gas and metal dust/fume from the welding process. The concentration of CO, N02 due to the welding process is below NAB, metal dust/fume concentration 3 to 8 times above NAB, physically and radiologically no disorder; disorder of the mixed lung function moderate obstruction and restriction also moderate.
Other factors that contribute to the effect are minimal ventilation at work place, discipline in the use of self protection devices and smoking habit. The final diagnosis indicates chronic bronchitis due to work, which is accompanied by asthma that is still reversible due to the metal dust exposure.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sukmawardhani
"Berat badan lebih dan obesitas permasalahan yang meningkat pada pekerja. Salah satu faktor yang dianggap berhubungan adalah kerja gilir.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah pekerja wanita di pabrik sepatu di Jawa Barat. Subyek dengan IMT ≥ 23 disebut kelompok kasus dan subyek dengan IMT < 22,9 disebut kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan adalah demografi, status gizi, asupan kalori, pola makan, aktivitas fisik, masa kerja dan pola kerja gilir. Pengumpulan data dilakukan menggunakan alat ukur (timbangan berat badan dan pita pengukur) serta wawancara menggunakan kuesioner.
Dari 490 sampel, subyek yang kerja gilir (shift) sebanyak 201 orang. Sejumlah 51,7% dari yang bekerja gilir memiliki berat badan lebih/obesitas. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kerja gilir dengan berat badan lebih/obesitas. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa subyek yang berusia lebih dari 30 tahun, menikah, memiliki riwayat berat badan lebih dalam keluarga, asupan kalori lebih, serta kebiasaan konsumsi karbohidrat dan protein yang sering dalam enam bulan terakhir memberikan pengaruh terhadap berat badan lebih/obesitas.
Kerja gilir bukan merupakan faktor risiko terhadap berat badan lebih/obesitas. Usia, status pernikahan, riwayat berat badan dalam keluarga, asupan kalori, kebiasaan konsumsi karbohidrat dan protein, merupakan risiko untuk terjadinya obesitas pada pekerja wanita di pabrik sepatu.

Overweight and obesity are increasing in worker. Being overweight and obesity leads to degenerative diseases which effect on absenteeism and employees? productivity.
The design of this study is case control. Population of research is female workers in shoes manufacturer. Subject with BMI ≥ 23 grouped as case and subject with BMI <22.9 grouped as control. Data are demography data, nutrition status, calorie intake, feeding habit, physical activities, work period, and work pattern. Data collected by using measurement tools (body weight and height measurement) and questionnaire.
From 490 samples, 201 people work in shift. 51.7% from them are overweight/obese. Shift work is not the risk factor of overweight/obese. Multivariate analysis found that subjects more than 30 year old, married, with family obesity history, high calorie intake, and high carbohydrate and protein consumption habit in the past six months related to overweight/obese.
Shift work has no significant relation with overweight/obese. Age, marriage status, history of overweight in the family, calorie intake, carbohydrates and protein consumption are the risk of overweight/obesity on female worker in shoes manufacturer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>