Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parantean, Lisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dan meneliti level interaktifitas program-program televisi yang ada di Indonesia dengan menggali terlebih dahulu konsep dari interaktifitas dan definisi dari televisi interaktif. Kemudian penelitian ini mencoba rnengembangkan atau mengusulkan suatu cara untuk mengukur interaktifitas program-program televisi tersebut.
Penelitian ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya pengetahuan terhadap teknologi yang terus berkembang dan berevolusi, dimana sejalan dengan perkembangan tersebut, teknologi informasi semakin lama semakin melaju pada ciri interaktif antara medium dan pemakainya seiring dengan konvergensi yang terjadi pada industri telekomunikasi, media dan komputer. Sehingga dapat dipastikan bahwa interaktif akan menjadi suatu ciri penting bagi media masa depan.
Penggunaan kata interaktif pada program-program televisi yang ada di Indonesia sudah sangat menjamur, sedangkan definisi terhadap kedua konsep diatas masih belum terangkat dengan jelas ke permukaan. Sehingga penelitian ini ingin melihat dan mendalami apakah benar konsep interaktif tersebut telah diterapkan di Indonesia dengan meneliti beberapa program televisi yang dipilih berdasarkan fitur-fitur interaktif yang dimiliki.
Beberapa program televisi Indonesia yang setidaknya sudah mengandung ciri-ciri interaktif tersebut adalah: AFI (Akaderni Fantasi Indosiar), SMS TV yang sebenarnya merupakan salah satu saluran dari Kabelvision, MTV Start (Play), Power Points Mandiri Visa yang disiarkan oleh Metro TV, sebuah games interactive yang pernah disiarkan oleh Indosiar yaitu dan Dara dan layanan interaktif Electronic Programme Guides milik Indovision. Semua program atau layanan tersebut memiliki level interaktifitas-nya masing-masing.
Analisis data yang berupa data hasil wawancara dengan para key-informant, menunjukkan adanya 3 dimensi interaktifitas yang memiliki signifikansi dalam menentukan level interaktifitas sebuah program atau layanan televisi interaktif, ketiga dimensi tersebut adalah: dimensi waktu, dimensi kontrol dan dimensi responsivitas. Dengan merujukkan analisa dari wawancara dengan para key-informant dan bahan kepustakaan yang telah dibahas oleh penulis dalam penelitian ini, maka dari ketiga dimensi tersebut, indikator-indikator yang membentuk pengukuran terhadap level interaktifitas dimensi-dirnensi tersebut dapat terdefinisikan dengan jelas disini.
Dengan terbentuknya sebuah ukuran yang bersifat kualitatif ini, maka pemetaan level interaktifitas program-program televisi interaktif di Indonesia dapat dilaksanakan. Maka pengukuran interaktifitas yang sebenamya pada konteksnya di Indonesia dapat tergambarkan dengan jelas dimana melalui pengukuran ini dapat di-analisa potensialitas dari teknologi yang sudah ada sekarang dalam mengembangkan layanan interaktif televisi ke tingkatnya yang lebih jauh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Prakoso
"ABSTRAK
Program televisi yang saat ini populer di masyarakat diantaranya adalah program pencarian bakat, yang
umumnya adalah pencarian bakat seni. Program-program tersebut seringkali memiliki rating yang sangat tinggi
dan juga mempengaruhi perilaku khalayak penikmat dan penonton televisi. Jurnal ini kemudian akan membahas
mengenai program-program pencarian bakat tersebut dan hubungannya dengan kepuasan yang dicapai para
pesertanya. Seringkali kepuasan yang diusahakan dan dicapai oleh para pesertanya bersifat semu. Hal tersebut
juga terjadi pada para penonton program tersebut. Mereka kemudian memiliki pandangan mainstream mengenai
aliran seni tertentu yang dianggap populer dan bisa menguntungkan secara ekonomis.Teori dan konsep yang
digunakan diantaranya adalah jouissance, komodifikasi, dan mainstreaming. Jurnal ini diharapkan dapat
memperkaya wawasan dan mampu membuka kesadaran pembaca mengenai program pencarian bakat di televisi.
Program-program tersebut cukuplah dijadikan sebagai ajang hiburan dan tanpa mempengaruhi esensi seni itu
sendiri sebagai sarana ekspresi diri dan bukan merupakan sebuah komoditas. Dengan begitu maka masyarakat
akan lebih dapat mengapresiasi berbagai jenis seni dan menghargai proses penciptaan karya seni tanpa
jouissance.

ABSTRACT
Popular television program nowadays are talent search programs. Those programs are sometimes the highest
rated program among others in the television station. This journal will examines about the programs and the
connection with the satisfactory achieved by the contestant. Mostly, the satisfaction achieved are pseudo and
apparent. This is also reflected in the audience of the program. They then have the mainstream view of the
particular art form that is considered popular and can be advantageous economically. Theories and concepts
used include jouissance, commodification, and mainstreaming. This journal is expected to enrich the knowledge
and being able to open the reader's awareness of the talent search program on television. Such programs serve
as entertainment only and without affecting the essence of art itself as a means of self-expression and not a
commodity. By doing so, the community will be able to appreciate different kinds of art and appreciate the
process of creating a work of art without jouissance."
[, ], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahmi Priyatna
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep, pengukuran, dan determinan millennials berada pada kelas menengah, dengan studi kasus Indonesia. Penelitian ini menggunakan model logit dan menetapkan objek penelitian pada level rumah tangga di tiga kohort generasi yang berbeda, yaitu rumah tangga yang dikepalai oleh Millenials, Gen X, dan Baby Boomer. Dengan melakukan komparasi determinan pada kohort generasi yang berbeda, maka penelitian ini dapat memastikan estimasi yang tepat sesuai karakteristik masing-masing generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu utama rumah tangga millennials berada pada kelas menengah adalah: (i) pendidikan (setidaknya lulus pendidikan sekolah menengah atas), (ii) pekerjaan (memiliki pekerjaan penuh waktu, bekerja pada sektor sekunder atau tersier, serta memiliki status sebagai wirausahawan atau karyawan formal), dan (iii) memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan (akses terhadap sanitasi, akses terhadap internet, dan akses terhadap keuangan). Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan determinan kelas menengah antara rumah tangga millennials dengan generasi pendahulunya yang dibahas lebih lanjut pada paper ini.

This study aims to examine the concepts, measurements, and determinants of millennials in the middle class, a case study of Indonesia. This study uses a logit model and sets the object of research at the household level in three different generation cohorts, namely households headed by Millenials, Gen X, and Baby Boomers. By comparing the determinants of different generations, this study can ensure the precise estimatation that match the unique characteristics of each generation. The results show that the main determinants of millennials households in the middle class are: (i) education (at least graduating from high school), (ii) employment (having a full-time job, working in the secondary or tertiary sector, having an entrepreneur or a formal employee status), and (iii) having the access to amenities and services (access to sanitation, access to internet, and access to finance). The estimation results also show that there are several differences in the determinants of staying in the middle class between millennials households and their predecessors which are discussed further in this paper."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Wardhani
"Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah satu-satunya stasiun televisi milik Pemerintah, yang pertama kali mengudara tahun 1962. Hingga tahun 1989, TVRI mengudara secara tunggal. Pesaingnya hanya televisi luar negeri yang menggunakan antena parabola. Setelah penode tersebut, Pemerintah rnengeluarkan kebijakan baru di bidang pertelevisian dengan memberi izin siaran bagi televisi swasta nasional. Hal tersebut mempertinggi intensitas persaingan dalam industri pertelevisian. Televisi swasta memperoleh dana operasional dari pendapatan iklan, sementara TVRI tidak diperkenankan beriklan. Dana operasional diperoleh dari Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dari iuran televisi swasta sebagai kompensasi bagi TVRI kanena tidak beriklan.
Keuangan negara yang tidak sehat dan iuran televisi swasta yang macet mengakibatkan kegiatan operasional TVRI ikut tersendat. TVRI tidak mampu mernbangun studio yang layak, membeli dan memelihara peralatan Siaran, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan melakukan kegiatan penting lainnya. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas siaran dan memperlemah daya saing terhadap televisi swasta.
Kondisi tersebut diperburuk dengan intensitas persaingan di bidang pertelevisian yang meningkat tajam dengan kehadiran televisi swasta yang tampil lebih inovatif dan atraktif. Untuk mengatasinya, Pemerintah menerbitkan PP No. 9/2002, tentang perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan (Pedan) menjadi Persero. Kebijakan tersebut memaksa TVRI mandiri, termasuk dalam pencarian dana operasional. TVRI harus berkompetisi langsung dengan televisi swasta dalam mendapatkan porsi iklan.
Pembahan tersebut berdampak luas, terutama terhadap tuntutan peningkatan standar kerja dan perubahan budaya kerja. Selama empat dekade terakhir TVRI tidak mampu melepaskan diri dari birokrasi Pemerintah yang ikut membentuk budaya kerja yang lemah dan non adaptif. Karyawan TVRI juga banyak mengalami penurunan motivasi kerja. Faktor-faktor tersebut membentuk sikap tidak mendukung karyawan terhadap langkah-langkah perubahan yang dilakukan manajemen.
Di kalangan karyawan terbagi atas tiga kelompok yang tidak mendukung perubahan, yaitu kelompok yang tidak tahu (not knowing), kelompok yang tidak mampu (not able), dan kelompok yang tidak mau (not willing). Solusi untuk masing-masing kelompok membutuhkan pendekatan berbeda, antara lain dengan meyakinkan/memberikan argumentasi perubahan, mengadakan program pelatihan, pendekatan individual, negosiasi langsung, dan lain sebagainya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malona Sri Repelita
"Dewasa ini pertumbuhan industri broadcasting, khususnya pertelevisian, semakin marak di Indonesia. Televisi swasta dengan jangkauan nasional sekarang berjumlah sepuluh, dan sedikitnya ada empat puluh televisi swasta di berbagai daerah dengan jangkauan lokal. Pertumbuhan ini berlangsung begitu cepat sehingga beberapa perusahaan yang kurang melakukan inovasi akan kalah bersaing. Nonaka dan Takeuchi (1995) berpendapat bahwa keberhasilan perusahaan Jepang dalam melakukan inovasi adalah karena skill dan Expertise dalam organizational knowledge création, yaitu kemampuan perusahaan secara keseluruhan untuk menciptakan pengetahuan baru, mendistribusikannya ke tubuh organisasi dan mewujudkannya dalam produk, layanan dan sistem.
Berangkat dari pendapat ini, perusahaan broadcasting perlu mengubah paradigmanya dalam melihat bisnis broadcasting dari industrial paradigm menjadi knowledge paradigm (Sveiby 1997:26). Perubahan sudut pandang tersebut perlu dilakukan oleh Trans-TV yang telah berkomitmen untuk melakukan transformasi dalam segala hal yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Untuk mendorong penyempurnaan transformasi tersebut, knowledge management merupakan pendekatan yang bisa dipakai dalam mendukung tujuan organisasi melalui peningkatan market value driven sebagai salah satu key success factors dari Trans-TV. Dengan dasar tersebut maka penulis meyarankan perusahaan agar melakukan pengoptimalisasian knowledge management untuk meningkatkan inovasi dalam pembuatan program televisi.

Nowadays, the growth of broadcasting industry, especially television broadcasting, has continued to increase in Indonesia. The total number of private television in national scope has now reaches ten companies and there are at least forty private televisions companies in various regions with a local scope. Such growth has occurred in such a rapid pace resulting in a number of companies failing to innovate satisfactorily so that they could not compete in the market. Nonaka and Takeuci (1995) said that the success of Japanese companies in carrying out innovation is due to their skill and expertise at organization knowledge creation (OKC), namely the ability of the company as a whole to create new knowledge, disseminate it throughout the organization and embody it into products, services and systems.
On the basis of such opinion, it is necessary that broadcasting companies change their paradigm in looking at the broadcasting business from an industrial paradigm into a knowledge paradigm (Sveiby 1997:26). Such change in viewpoint needs to be carried out by Trans-TV which is committed to carry out transformation in all aspects that can support the realization of the organization objective. Knowledge management could be applied to encourage such transformation, in supporting the organization goal through the improvement of a market value driven as one of the key success factors of Trans-TV. On that basis, the author recommends that the company optimizes knowledge management in order to enhance innovation in producing television programs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T38012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Isabella Muliawati Fawzi
"Produk Film dan serial TV India sudah bukan hal yang asing lagi di Indonesia. Banyaknya masyarakat Indonesia yang menyukai program India membuat beberapa stasiun TV nasional memutar program bertema India, salah satunya MNC TV. MNC TV bekerja sama dengan PH Shandika Widya Cinema memproduksi program ldquo;Bollywood Update rdquo;. Namun sejalan dengan perkembangannya, kondisi tersebut turut memicu tingginya tingkat persaingan diantara sesama pengusaha dibidang sejenis MNC TV dan PH production house Shandika Widya Cinema harus terus menerus melakukan evaluasi strategi dan terobosan agar mampu bertahan serta terus melakukan pengembangan, merumuskan bentuk strategi baru, agar dapat bersaing. Penelitian ini dimulai dengan melakukan wawancara mendalam mengenai penerapan Manajemen Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Elemen-elemen IMC, dan Program TV Bollywood Update di MNC TV yang diproduksi PH Shandika Widya Cinema. Dari hasil wawancara mendalam terhadap dua narasumber dari PH Shandika Widya Cinema dapat disimpulkan bahwa kewenangan televisi dalam mengambil keputusan lebih besar dibandingkan dengan PH. Untuk itu disarankan agar TV lebih banyak melibatkan PH dalam proses kebijakannya serta mengembangkan segala potensi yang sebenarnya dimiliki oleh program Bollywood Update.Kata kunci: Manajemen Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Elemen-elemen IMC, dan Program TV.

Indian TV serials and Indian movies known as Bollywood is no longer unknown in Indonesia. A lot of Indonesian people watch Indian movies and serials. It makes several national TV station in Indonesia have programs with Indian theme. One of them is MNC TV who collaborated with Shandika Widya Cinema PH production house produced an infotainment program called Bollywood Update that aired on MNC TV. But, unfortunately, the situation had created a high competition tension among players. MNC TV and PH production house Shandika Widya Cinema has to evaluate its strategy to be able to be sustainable and well developed by formulating a new strategy so that they can compete with others.The research begins with in depth interview about the practice of communication management, marketing communication, IMC Elements, and TV Program Bollywood Update on MNC TV which produced by PH Shandika Widya Cinema. From the in depth interview with the two sources from PH Shandika Widya Cinema came to a conclusion that in decision making process TV takes a bigger role than the production house itself. The researcher suggest the TV to involved the production house giving more contributions in the policy process and also develop the potentials that Bollywood Update has.Key words Communication Management, Marketing Communication, IMC Elements, and TV Program."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nurfita Kencana
"Skripsi ini membahas tentang Pengolahan Koleksi Kaset Video Paket Daerah di Dokumentasi dan Perpustakaan Program LPP TVRI, Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi proses pengolahan dan penyimpanan serta pentingnya pengelolaan koleksi kaset video Paket Daerah. Pengumpulan data dengan cara melakukan observasi non-partisipan dan wawancara dengan beberapa informan.
Hasil penelitian ini adalah pengolahan kaset video Paket Daerah menggunakan kebijakan yang dibuat sendiri oleh staf (ad hoc system). Penyimpanan dilakukan secara unik yaitu berdasarkan nama ke-27 TVRI Stasiun Daerah masing-masing.

This undergraduate thesis covers the Paket Daerah Video Cassettes Collection Processing in Dokumentasi dan Perpustakaan Program LPP TVRI, Jakarta. The purpose was to identify collection processing, storage, and also described the advantages of Paket Daerah Video Cassettes Collection Processing. Data were collected by non-participant observation and interview the related sources.
The result was the Paket Daerah Video Cassettes Collection Processing using ad hoc system or system made by the staffs itself. The storage has been done uniquely by the list of 27 region of TVRI station names."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15022
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Saufa Yardha
"Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap program televisi anak bermuatan edukasi, yaitu program “Jalan Sesama”. Penelitian berfokus pada analisis dinamika yang dihadapi “Jalan Sesama” dalam proses produksi dengan sistem co-production dan distribusi program melalui industri penyiaran televisi. Proses penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data berupa wawancara serta dokumentasi rekaman arsip. Hasil penelitian menemukan gambaran proses dinamika yang di dalamnya terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh program “Jalan Sesama”. Permasalahan itu ditemukan dalam tahap praproduksi, produksi, pascaproduksi, dan distribusi program. Permasalahan dalam tahap praproduksi adalah kesulitan merumuskan konsep tentang nilai-nilai yang merepresentasikan Indonesia. Permasalahan dalam tahap produksi adalah tantangan untuk dapat merumuskan ide cerita bermuatan edukasi dengan tetap menjaga aspek yang menghibur dan menyenangkan bagi anak. Permasalahan dalam tahap pascaproduksi adalah memastikan bahwa program yang diproduksi memiliki dampak positif bagi anak serta memenuhi kriteria karya audiovisual yang berkualitas. Selanjutnya, penelitian ini menemukan permasalahan
utama yang cukup signifikan dalam tahap distribusi program. Permasalahan yang dihadapi adalah kondisi media penyiaran televisi di Indonesia yang masih sangat berorientasi komersial. Sementara “Jalan Sesama” adalah program edukasi yang bersifat non-profit oriented dan tidak menyetujui adanya penayangan iklan. Permasalahan lainnya timbul karena peran lembaga penyiaran publik yang tidak dapat diharapkan oleh adanya kebijakan tertentu
yang tidak wajar dalam biaya tayang program. Permasalahan yang ada semakin rumit ketika peran pihak regulator dan regulasi yang mengatur bidang penyiaran televisi di Indonesia saat ini, belum memadai untuk mendukung keberlanjutan program televisi anak bermuatan edukasi seperti “Jalan Sesama”.

This research is a case study about children educational content television program which is “Jalan Sesama” program. This research focused on the analysis of the dynamic in the production process by co-production system and the program distribution through the television broadcasting industry. This research conduct by qualitative approach and collecting data method by the depth interview and archives documentation recording. This research find a picture of dynamic process in “Jalan Sesama” production which contain several problems. The problems are include the pra-production, production, postproduction, and distribution process. The problem in preproduction program is the difficulties to formulate the concept about any values that representing Indonesia. The problem in production process is how to formulating the educational story idea with constantly keep the fun and pleasure aspect for children. The problem in postproduction process is to ensure that the program which has been produced give positive impact for children and fill the criteria of qualified audiovisual creation. The another problem that more significant find in the process of program distribution. The problem is the condition of television broadcasting industry landscape that commercial oriented. While “Jalan Sesama” is the educational program that has non-profit oriented and do not agree with the commercial advertising. The role of public television station also cannot be hoped, because there is a certain policy that not proper for the airing program cost. The challenge become more complex when the role of regulator and regulation who is regulate the television broadcasting sector do not have serious action to support the continuity of children educational television program as “Jalan Sesama"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wininta Febri Handayani
"Penelitian ini terfokus pada fenomena program tayangan di delapan televisi swasta yang mengandung materi seksual. Materi seksual merupakan isi dari materi pornografi. Pornografi merupakan salah satu hal tertua yang ada di dunia ini. Sejak dahulu segala sesuatu yang dibalut dengan materi seksual selalu mengundang ketertarikan sekaligus perdebatan. Memasuki tahun 2002, persaingan antar stasiun televise swasta semakin tajam, terutama dalam hal memperebutkan share audience dan slot iklan komersial. Menyikapi hal ini, media televise melihat materi seksual sebagai pemikat yang sangat ampuh untuk meraih penonton dalam jumlah besar. Selain itu hal-hal yang bersentuhan dengan materi seksual akan selalu up to date dan terus dikonsumsi oleh masyarakat, walaupun dalam skala yang berbeda.
Program tayangan malam yang dimulai pukul 18:00 WIB hingga 03:00 WIB, memiliki kandungan materi seksual yang sangat kental, Beberapa mempertontonkan adegan bermaterikan seksual dalam bentuk yang vulgar, kendati sebagian lagi hanya diekspose samara-samar. Namun pada dasarnya tetap dapat menimbulkan rangasangan seksual dan mengundang birahi. Program tayangan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah program tayangan yang telah ditentukan peneliti dengan menggunakan teori purposive random sampling di delapan stasiun televisi swasta Indonesia yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, TM, Trans TV, ANTV, TV7, dan Lativi, yang dimulai pukul 18:00 WIB hingga 03:00 WIB.
Peneliti melihat ada keterkaitan hubungan antara iklim persaingan antar stasiun televisi swasta dalam memperbutkan share audience dan iklan komersial dengan banyaknya frekuensi pemunculan materi seksual di delapan stasiun televisi swasta tersebut. Semakin banyak frekuensi pemunculan materi seksual pada sebuah tayangan, maka semakin tinggi pula share audience dan slot iklan komersial yang diperoleh sebuah stasiun televisi swasta. Oleh karena itu saat ini tayangan bermaterikan seksual marak kita saksikan di layar televisi.
Materi seksual yang digunakan sebagai alai ukur adalah materi seksual yang diambil peneliti dari Lembaga Sensor Film (LSF). Sehingga yang diukur pada saat pencatatan atau koding adalah pemunculan materi-materi seksual tersebut pada seluruh tayangan yang dijadikan sampel.
Peneliti mengaitkan frekuensi pemunculan tersebut dengan tingkat share audience dan jumlah slot iklan komersial tayangan yang bersangkutan dengan batasan materi seksual yang telah dijelaskan pada Bab IV. Ini ditujukan untuk memperoleh deskripsi pemunculan materi seksual secara detail di delapan stasiun televisi swasta tersebut.
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 11.0 dan hasilnya peneliti menemukan bahwa korelasi atau hubungan antara frekuensi pemunculan materi seksual dengan share audience dan jumlah slot iklan komersial menghasilkan hubungan yang signifikan dan positif nmun cukup lemah.
Kesimpulan yang diambil peneliti adalah bahwa jika frekuensi pemunculan materi seksual tinggi atau banyak tidak selamanya akan menyebabkan share audience dan slot iklan komersial meningkat karena ada beberapa ha! lain yang mempengaruhi kedua hal tersebut, misalnya jam tayang dan tema tayangan. Namun bagaimanapun juga program tayangan yang dibalut dengan materi seksual selalu menarik perhatian penonton dan mendapatkan slot iklan yang cukup besar. Sehingga program tayangan dengan materi seksual yang kental tidak akan pernah dilewatkan penonton kapanpun jam tayangnya dan apapun temanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>