Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Arief Lukman
"ABSTRAK
Mahkota tiruan dikatakan ideal bila dalam jangka waktu minimal 5 tahun tidak terjadi kerusakan, termasuk jaringan pendukungnya. Kenyataan sering dijumpai keluhan pasien yang menggunakan mahkota tiruan sebelum 2 tahun pemakaian, antara lain gingivitis, rusaknya facing, perubahan warna facing sampai dengan lepasnya mahkota tiruan itu sendiri. Untuk mengevaluasi hasil perawatan dengan mahkota tiruan, telah dilakukan penelitian klinis dan radiologis terhadap mahkota tiruan dan jaringan pendukungnya pada pasien yang dibuatkan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG - UI tahun 1991-1993. Evaluasi perawatan pada pasien dilakukan dengan cara obyektif dengan pemeriksaan klinis dan radiologis, maupun cara subyektif melalui wawancara dan kuesioner. Dari pemeriksaan terhadap 24 kasus, ternyata menunjukkan : gingivitis {50%), terbukanya tepi servikal (25%) dan abses (33,3%) dari total kasus Sedangkan kerusakan facing, perubahan warna facing, kerusakan metal, terjadinya karies pada gigi tetangga, kontak prematur dan kelainan periodontitis persentasenya relatif kecil. Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam waktu relatif singkat pada perawatan dengan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG-U2, telah terjadi kegagalan yang cukup besar.

"
1995
T4041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashri Prihatini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi pasien dengan mahkota tiruan penuh dan mahkota tiruan pasak berdasarkan usia, jenis kelamin, gigi yang dirawat, dan kondisi gigi yang memerlukan perawatan dengan mahkota tiruan penuh dan mahkota tiruan pasak di klinik integrasi RSGMP FKG UI periode 2008. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai database yang dapat digunakan untuk penelitian lain dan sebagai informasi bagi mahasiswa yang akan melaksanakan program profesi untuk mempersiapkan diri. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang berbentuk survei. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari kartu rekam medik pasien yang telah dirawat oleh mahasiswa Program Profesi peserta ujian di Departemen Prostodonsia periode 2008. Hasil penelitian yang didapatkan adalah: rentang usia dengan jumlah pasien terbanyak adalah 20-29 tahun; pasien yang paling banyak dirawat adalah perempuan; mayoritas gigi yang dirawat adalah insisif sentral dan lateral rahang atas; kondisi gigi yang paling banyak memerlukan perawatan dengan mahkota tiruan penuh adalah karies gigi yang tidak dapat diperbaiki dengan restorasi lain, dan dengan mahkota tiruan pasak adalah pasca perawatan saluran akar (PSA).

This study was conducted to find out the distribution and frequency of patients with full veneer crown (FVC) and dowel crown (DC) based on age, gender, treated tooth and its condition that need rehabilitation with FVC and DC at the integration clinic of The Teaching Hospital of Faculty of Dentistry University of Indonesia in period of 2008. The result of the study was expected to be usefull as database for other studies and also as valuable information for the students that are going to start their profesional program. This descriptive study done through surveying of secondary data of patients of the hospital. These data were collected from dental record of patients treated by students that registered for final assessment at The Prosthodontic Department in period of 2008. The result showed that the age range of patients with FVC and DC was mostly from 20-29 years old; more female were found than male; the majority of teeth having FVC and DC were upper central and lateral incisors; dental caries that could not be restored by other restorations was the condition mostly found as the indication of the FVC and DC and so as the post endodontically restoration."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Amelya
"Ketepatan tepi servikal merupakan aspek yang penting pada perawatan dengan gigi tiruan cekat. Adaptasi tepi servikal yang buruk dapat menyebabkan terjadinya karies dan penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan ketepatan tepi servikal mahkota tiruan all-ceramichasil rekam digital scanner(CAD/CAM system) secara directyang direkam dalam mulut dan secara indirect yang direkam dari model kerja. Penelitian dilakukan pada 23 gigi posterior yang di preparasi untuk mahkota tiruan all-ceramic kemudian direkam secara direct dengan intraoral digital scanner dan dicetak untuk mendapatkan model kerja yang kemudian direkam dengan extraoral digital scanner. Sehingga didapatkan 46mahkota tiruan allceramic (Feldspathic ceramic, VITA Mark II, VITA Zahnfabrik) dibuat dengan sistem CAD/CAM CEREC 3D (Sirona). Ketepatan tepi didapat dengan mengukur potongan replika gigi hasil pencetakan ruang antara mahkota tiruan dengan gigi yang telah dipreparasi. Pengukuran dilakukan pada 4 titik dari 46 spesimen dengan Measuring microscopeMM-40 (Nikon, Japan) dengan perbesaran 50x. Hasil penelitian menemukan bahwaketepatan tepi servikal antara mahkota tiruan all-ceramichasil rekamdigital scannersecara direct dengan indirect memiliki perbedaan yang bermakna (P<0,05). Mahkota tiruan all-ceramic hasil rekam digital scanner secara direct memiliki ketepatan tepi yang lebih akurat (70,1μm ± 13,3) daripada indirect (82,3μm ± 12,2).

Marginal fit is an important aspect in treatment with fixed dental prosthesis. Poor marginal adaptation can result in dental caries and periodontal disease. The objective of this study was to analyze the marginal fit of all-ceramic crown fabricated from impression with direct digital scanner intraorally and indirect digital scanner extra orally from working model. 23 posterior tooth wereprepared for all ceramic crowns then scanned with intra oral digital scanner (direct) and impression were made for working model fabrication and then scanned with extra oral digital scanner (indirect).The total of 46 all-ceramic crowns (Feldspathic ceramic, VITA Mark II, VITA Zahnfabrik) were fabricatedwithCAD/CAM system CEREC 3D (Sirona). Marginal fit were evaluated from measuring the silicone replica of the gap between the intaglio of full veneer crown and the margin of the prepared tooth. The 46 specimen was examined using Measuring microscopeMM-40 (Nikon, Japan) with a magnification of 50x. Statistical differences were found between marginal fit of all-ceramic crown fabricated from impression with direct digital scanner and indirect digital scanner(P<0,05). All-ceramic crown fabricated from impression with direct digital scanner (70,1μm ± 13,3) were significantly more accurate than indirect digital scanner (82,3μm ± 12,2).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Anggraeni Wibawaningsasi
"Penggunaan sudut ANB dan Wits di klinik sebagai metode pengukuran diplasia dentokraniofasial jurusan anteroposterior adakalanya memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya pengaruh antara lain variasi posisi Nasion dan kemiringan garis oklusi. Dengan dasar pemikiran bahwa pemakaian lebih dari dua parameter akan memberikan hasil yang lebih baik dan lebih jelas, maka sudut SGn AB yang diperkenalkan oleh Sarhan, dipakai sebagai alat bantu mendiagnosa hubungan mandibula dan maksila ke kranium dalam jurusan anteroposterior.
Penelitian yang merupakan suatu studi awal ini dilakukan pada pasien dewasa yang datang ke klinik ortodontik FKGUI dari bulan Januari 1990 sampai dengan bulan Desember 1993. Tujuannya membuktikan bahwa parameter SGn AB bersama-sama metode sudut ANB dan Wits dapat dipergunakan untuk identifikasi adanya displasia dentokraniofasial jurusan anteroposterior secara lebih baik.
Subjek yang diteliti berupa 70 sefalogram yang terdiri dari 45 wanita dan 25 pria berusia 19-25 tahun, bangsa Indonesia, belum pernah mendapat perawatan ortodontik. Dari setiap subjek diukur sudut SNA, sudut SNB, sudut ANB, sudut SGn AB dan Wits.
Untuk mendapatkan klsifikasi maloklusi, sudut ANB diukur memakai ukuran Steiner yaitu 2° dengan SD ± 2°. Sudut SGn AB diukur menurut norma ukuran Sarhan dan Wits diukur sesuai ukuran Jacobson yaitu 0 mm dengan SD ± 1 mm. Dilakukan pengelompokan klasifikasi maloklusi antara sudut ANB dan Wits, antara sudut SGn AB dan ANB maupun antara sudut SGn AB dan Wits.Kemudian dilihat tingkat ketidakselarasan antara sudut ANB dan Wits, antara sudut SGn AB dan sudut ANB, serta antara sudut SGn AB dan Wits.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat ketidakselarasan antara sudut ANB dan Wits sebesar 24.2 %, dengan kelompok klasifikasi maloklusi yang berbeda sebesar 17 sampel. Pengukuran memakai sudut SGn AB menghasilkan koreksi sudut ANB sebesar 11 sampel, Wits sebesar 6 sampel. Ketidak selarasan antara sudut SGn AB dan sudut ANB sebesar 14 %, dan ketidak selarasan antara sudut SGn AB dan Wits sebesar 10 %.Terlihat bahwa ketidakselarasan antara sudut ANB dan Wits adalah lebih besar dari pada ketidakselarasan antara sudut SGn AB dan sudut ANB maupun antara sudut SGn AB dan Wits.
Secara umum dapat disimpulkan posisi nilai sudut SGn AB yang terletak ditengah-tengah sudut ANB dan Wits, menunjukkan bahwa sudut SGn AB dapat digunakan untuk mengoreksi sudut ANB dan Wits secara seimbang. Dengan dernikian sudut SGn AB dapat digunakan sebagai alat bantu yang menunjang keakuratan pengukuran displasia dentokraniofasial jurusan anteroposterior, disamping metode sudut ANB dan Wits."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T10027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi S. Soebekti
"ABSTRAK
Memilih ukuran gigi anterior atas dalam pembuatan Gigi Tiruan Penuh, memerlukan ketrampilan tersendiri.
Pada penelitian ini dicari tanda-tanda anatomik di wajah yang mungkin dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan ukuran gigi anterior atas. Tanda-tanda anatomik yang digunakan adalah ukuran lebar sayap hidung dan ukuran lebar Sudut mulut.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu, serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan antara ukuran lebar gigi anterior atas dengan ukuran lebar sayap hidung, dan ukuran lebar sudut mulut.
Selain itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu lebih lebar dari ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG di Inggris dan populasi di Colorado. Sedang ukuran gigi anterior atas tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga pedoman yang umumnya digunakan dalam pembuatan gigi tiruan, khususnya Gigi Tiruan Penuh, bahwa garis yang ditarik dari tepi sayap hidung sejajar dengan garis tengah muka, akan melalui puncak tonjol kaninus atas, belum sepenuhnya dapat diterapkan."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Birgitta
"Pembersihan gigi tiruan lepas akrilik sangat penting untuk mencegah terjadinya peradangan pada mukosa mulut dibawah basis gigi tiruan akrilik. Peradangan dapat disebabkan oleh plak dan mikroorgauisme yang menempel pada basis gigi tiruan akrilik tersebut.
Urnumnya pasien-pasien pemakai gigi tiruan lepas akrilik membersihkan gigi tiruannya dengan menggunakan sabun atau pasta gigi, tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitas kedua bahan tersebut. Selain itu ada pula bahan pembersih yang mengandung peroksida yang terdapat dalam bentuk tablet yang dilarutkan dalam air.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas sabun, pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 % clalam membersihkan gigi tiruan lepas akrilik.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai derajat kebersihan gigi tiruan lepas akrilik yang paling tinggi adalah bila gigi tiruan dibersihkan dengan sabun, disusul dengan pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 %, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Florensia
"Acanthaster planci atau yang lebih dikenal dengan bintang laut mahkota duri merupakan salah satu spesies echinodermata yang banyak ditemukan pada perairan tropis dan subtropis di daerah Indo-Pasifik dan merupakan salah satu predator utama dari terumbu karang. Salah satu alternatif pengontrolan populasi Acanthaster planci adalah melalui pemanfaatan kandungan kolagen yang tinggi pada cangkang / dinding tubuh Acanthaster planci. Penelitian ini mengusulkan isolasi kolagen pada keseluruhan jaringan tubuh Acanthaster planci dengan proses ekstraksi bertahap untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ekstrak kolagen yang dihasilkan. Proses isolasi kolagen dari hewan laut umumnya dimulai dengan hidrolisis basa, dengan variasi jenis dan konsentrasi pelarut alkali yang digunakan. Kemudian proses isolasi dilanjutkan dengan ekstraksi enzimatis untuk memperoleh ekstrak kolagen murni. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari Acanthaster planci yang selama ini merupakan parasit pada ekosistem laut, serta sebagai alternatif sumber kolagen alami yang aman dan potensial. Pemurnian hasil ekstraksi dilakukan melalui metode pengendapan protein (salting out) dan dialisis. Selanjutnya ekstrak kolagen murni (Pepsin Solubilized Collagens) dikarakterisasi melalui metode Lowry, elektroforesis SDS Page, spektroskopi UV, analisis komposisi asam amino, dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Variasi pelarut yang terdiri dari pelarut air, NaOH 0,1 M dan Ca(OH)2 0,2 M menunjukkan pelarut yang paling baik untuk ekstraksi dan purifikasi kolagen dari tubuh Acanthaster planci adalah Ca(OH)2 0,2 M yang menghasilkan yield sebesar 2,26%.

Acanthaster planci, or commonly known as crown-of-thorns starfish, is a species of echinodermata found abundantly in tropical and subtropical water of Indo-Pacific. Acanthaster planci is one of the main predators of coral reefs and thus possess a great threat to corals ecosystem. As an alternative of Acanthaster planci?s population control, a research was proposed to utilize collagen content of Acanthaster planci body by extraction with acid and enzyme solutions method. The objective of this research is to increase the utilization of Acanthaster planci as well as increase the quality of marine collagen for medical application. Variation of solvents in the extraction process plays a significant role to purity and yield of the collagen. In this research we will compare aqudest, NaOH 0,1 M and Ca(OH)2 0,2 M in order to obtain the best solvent for marine collagen extraction from Acanthaster planci body. The crude extract from extraction will be further purified by salting out and dialysis method to obtain pure collagen extract called Pepsin Solubilized Collagens (PSC). PSC characterization consists of quantitative and qualitative analysis such as Lowry method, gel electrophoresis, UV spectroscopy, amino acid composition, and Scanning Electron Microscopy (SEM). The result shows Ca(OH)2 0,2 M as the best extraction solvent with 2,26% yield of PSC."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy S.H. Soemawinata
"Retensi merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan lengkap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik pencetakan yang dapat memberi retensi optimal pada gigi tiruan lengkap akrilik rahang atas antara pencetakan yang dilakukan dengan border molding dan tanpa border molding. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan setiap kasus yang dilihat dari segi anatomi rahang. Pada penelitian ini digunakan lima subyek penelitian. Masing-masing subyek dicetak rahangnya dan dibuatkan dua basis gigi tiruan rahang atas, hasil dari border molding dan tanpa border molding yang diberi kaitan kawat di tengah bagian median basis. Setiap basis gigi tiruan lengkap dilakukan uji kecekatannya pada kaitan kawat yang tersedia dengan menggunakan alat Instron tipe 4301. Hasil pengujian kecekatan dihitung secara statistik dengan Student T-Test untuk membedakan antar metode pada masing-masing subyek dan analisis kualitatif untuk menjelaskan perbedaan antar subyek penelitian. Setelah pengujian diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara basis gigi tiruan lengkap yang dihasilkan dengan dilakukan border molding dan tanpa border molding. Selain itu antara kelima subyek penelitian secara kuantitatif tidak menunjukkan adanya homogenitas. Melihat hasil yang diperoleh maka dapat disarankan kepada para dokter gigi untuk melakukan border molding pada pencetakan rahang pasiennya terutama dengan keadaan tulang alveolar yang telah menyusut. Hal ini dilakukan agar diperoleh retensi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Ratna Karaton
"Pada mukosa mulut dapat ditemukan lebih kurang 200 macam penyakit yang secara klinik memberikan gambaran yang hampir serupa satu sama lain, sehingga para klinisi memerlukan suatu informasi yang rasional untuk menetapkan diagnosisnya. Salah satu alternatif ialah dengan menggunakan teknik sitologi eksfoliatif. Penelitian ini bertujuan mempelajari berbagai gambaran sitologik dari lesi erosif/ulseratif mukosa mulut dengan harapan dapat menunjang diagnosis klinik. Bahan pemeriksaan berupa komponen epitel yang berasal dari kerokan mukosa mulut yang terlihat sebagai mukosa erosif/ulseratif yang diambil dari pasien-pasien yang datang ke klinik penyakit mulut.
RSCM/FKGUI dan prosedur laboratorik dilakukan di laboratorium sitologi RSCM/FKUI yaitu mewarnai sediaan dengan pewarnaan Papanicolaou. Sediaan yang diperiksa serta dipelajari adalah berbagai gambaran sitologik lesi erasif/ulseratif dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari 30 penderita dengan lesi erosif/ulseratif pada mukosa mulutnya di diagnosis sebagai stomatitis aftosa rekuren 9 kasus, 4 infeksi Herpes simplek, l infeksi Herpes zoster, 2 ulkus traumatika, 5 lichen planus erosif, 1 eritroplakia, 1 benign mucous membrane pemphigoid, 5 kandidiasis dan 2 karsinoma sel skwamosa .Pemeriksaan sitologik yang dilakukan pada lesi-lesi tersebut dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis klinik menemukan penyakit yang tidak terdiagnosis secara klinik, dapat memperkirakan faktor predisposisi timbulnya suatu penyakit dan berguna sebagai alat observasi lesi-lesi praganas. Pada infeksi virus Herpes, gambaran sitologik berupa marginasi kromatin, ballooning degeneration` dan sel raksasa berinti banyak dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit, disamping adanya badan inklusi intranuklear yang kadang-kadang ditemukan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T3422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>