Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uke Yohani Sukawan
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian :
Monosodium glutamat (MSG) adalah garam monosodium dengan asam glutamat yang sering digunakan sebagai bahan penyedap masakan untuk merangsang selera makan. Penggunaan MSG secara berlebihan terutama oleh ibu-ibu yang sedang menyusui, dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap anak yang disusuinya. Pada penelitian hewan percobaan dalam perioda neonatal telah ditemukan bukti bahwa MSG dapat menyebabkan kerusakan pada hipotalamus, fungsi reproduksi, dan beberapa organ lainnya. Hasil pengamatan tersebut menimbulkan pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian MSG melalui ASI terhadap fekunditas anaknya yang betina. Dosis MSG pada penelitian ini adalah 4800, 9600, 12000, dan 14400 mg/kg BB/hari melalui pencekokkan pada induk mencit betina galur Swiss Webster selama menyusui anaknya (21 hari). Parameter yang dinilai adalah jumlah anak (F2), jumlah korpus luteum (F1) umur 90 hari, dan jumlah folikel (Fl) umur 90 hari. Sebagai parameter tambahan adalah berat badan lahir (F2), berat badan (F 1) umur 90 hari, dan berat ovarium (Fl) umur 90 hari.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah anak (F2) yang bermakna (P<0,05) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 9600 mg/kg BB/hari, dan sangat bermakna (P<0,01) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 12000 dan 14400 mg/kg BB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat penurunan jumlah korpus luteum (Fl) umur 90 hari yang bermakna (P<0,05) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 4800 dan 9600 mg/kg BB/hari, dan sangat bermakna (P<0,01) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 12000 dan 14400 mg/kg BB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol. Adanya kenaikan berat badan (F1) umur 90 hari yang bermakna (P<0,05) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 4800 dan 9600 mg/kg BB/hari, dan sangat bermakna (P<0,01) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 12000 dan 14400 mg/kg BB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan jumlah folikel (F1) umur 90 hari, berat badan lahir (F2), dan berat ovarium (Fl) umur 90 hari tidak mengalami perubahan yang bermakna (P>0,05).
Kesimpulan yang didapat dari basil penelitian ini adalah pemberian MSG dengan dosis 4800 sit :114400 mg/kg BB/hari secara oral pada induk mencit betina galur Swiss Webster selama menyusui (21 hari) dapat menurunkan fekunditas anaknya yang betina.

ABSTRACT
Monosodium glutamate (MSG), a monosodium salt with sodium acids, has become widely used in food cooking as a taste-active ingredient. Excessive usage of MSG by women who is breast feeding their infant are being afraid of having negative effects to the infant. The experimental study on animal within neonatal period indicated that MSG may cause a severe damage of hypothalamus, reproductive function, and some other vital organs. Those findings give an idea to carry out an investigation on the effects of MSG administration through mother milk on the fecundity of female breast fed infant. MSG administration in this investigation are of doses of 4800, 9600, 12000, and 14400 mg/kg body weight/day done orally to female Swiss Webster strain mice during breast feeding (21 days). The main parameter observed are the total number of new born mice (F2). number of corpus luteum (F 1) at 90 days of age, and the number of follicle (F 1) at 90 days of age, whilst the additional parameter are the body weight of new born mice (F2) at 1 day of age, body weight (F 1) at 90 days of age, and the weight of ovaries (Fl) at 90 days of age.
Results of Study and Conclusions :
The results of study indicated that a significant decrease (P<0,05) of the number of new born mice (F2) was occurred on a group treated by MSG of 9600 mg/kg body weight/day, and a very significant decrease (P<0,01) on groups treated by MSG of 12000 and 14400 mg/kg body weight/day compared with the group of control. The were significant decreases (P<0,05) on groups treated by MSG of 4800 and 9600 mg/kg body weight/day, and very significant decreases (P<0,01) on groups treated by MSG of 12000 and 14400 mg/kg body weight/day compared with the group of control. There were no significant changes (P>0,05) in the number of follicle (F I) at 90 days of age, body weight of new born mice at 1 day of age, and weight of ovaries (F1) at 90 days of age.
This study concluded that, MSG administration of the doses of 4800 up to 14400 mg/kg body weight/day orally on female Swiss Webster strain mice during breast feeding (21 days) may decrease the fecundity of female new born mice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzajjanah
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah diketahui keseluruhan tanaman pare (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) dilaporkan berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil penyarian, ekstrak biji pare mengandung banyak komponen yang belum teridentifikasi dengan baik. Komponen tersebut antara lain Momordikosid yang tergolong dalam glikosida triterpen, cucurbitasin glikosida, dan momorcharin serta MAP 30 yang termasuk kelompok protein tanaman. Komponen dalam tanaman pare mempunyai aktivitas biologis yaitu antifertilitas, antidiabetik, antivirus, antitumor dan mempunyai efek sitostatik dan sitotoksik.
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa momorcharin yang diekstrak dari biji pare, yang diberikan secara intraperitonium dapat menghampat implantasi zigot. Demikian juga ekstrak buah pare dapat menurunkan kesuburan individu jantan. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji dan ekstrak daging buah pare terhadap kesuburan mencit betina. Dilakukan penelitian pemberian ekstrak biji dan daging buah pare secara oral selama 40 hari pada dosis 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb terhadap kesuburan mencit betina. Setelah selesai perlakuan dilakukan pengambilan data berat badan mencit dan parameter kesuburan yaitu lama sikius estrus, jumlah folikel ovarium, berat ovarium dan jumlah anak yang dilahirkan.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak biji dan daging buah pare yang diberikan secara oral pada semua dosis perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat badan dan jumlah folikel primer (p>0.05). Akan tetapi dapat menyebabkan sikius estrus menjadi lebih panjang, penurunan jumlah folikel sekunder/tersier dan folikel de Graaf, menaikkan jumlah folikel atresia dan berat ovarium. Mulai dosis 750 mg/kg bb beberapa mencit tidak beranak (p<0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T4648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldi Hartono Kurniawan Tan
"Latar belakang: Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang dapat merusak jaringan periodontal dan mempengaruhi hinggi 50% populasi dunia, sedangkan prevalensinya di Indonesia sebesar 77,8%. Perubahan pada proses inflamasi di jaringan periodontal terjadi akibat faktor mikrobial yang mengubah ekspresi faktor-faktor inflamasi seperti IL-1, TNF-, IL-6, IL-10. Konjac glucomannan (KGM) adalah polisakarida dari tanaman Amorphophallus konjac, yang sudah lama dikonsumsi sebagai sumber makanan dan obat tradisional. Banyak penelitian menunjukkan kemampuan KGM untuk memodulasi reaksi inflamasi, yang berpotensi untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan efek anti-inflamasi KGM secara histologis (skor dan distribusi) dan biomolekuler (kadar IL-6 dan IL-10 di gingival crevicular fluid/GCF dan serum) pada model periodontitis di mencit Swiss Webster. Metode: Mencit Swiss Webster berusia 8 minggu dibagi secara acak ke dalam empat kelompok perlakuan (Kontrol, Konjac, Periodontitis, Periodontitis+Konjac). Suspensi KGM diberikan selama 14 hari dan induksi periodontitis dilakukan tujuh hari setelah pemberian KGM. Euthanasia dilakukan setelah 14 hari penelitian dan diambil sampel GCF, serum dan maksila mencit untuk pembuatan preparat histologis. Hasil: Kelompok periodontitis menunjukkan skor dan distribusi inflamasi tertinggi dan menurun setelah pemberian KGM. Pemberian KGM pada mencit periodontitis dapat mencegah penurunan kadar IL-10 serum dan peningkatan kadar IL-6 serum. Pemberian konjac pada mencit sehat cenderung meningkatkan kadar IL-6 GCF dan IL-10 GCF, walaupun tidak berbeda secara statistik. Kesimpulan: Pemberian KGM mampu menurunkan tingkat inflamasi pada model periodontitis secara histologis dan mengubah proses inflamasi.

Background: Periodontitis is chronic inflammation that characterized by the destruction of periodontal tissue, affecting up to 50% of the world’s population and having a prevalence as high as 77.8% in Indonesia. The inflammatory process in periodontal tissue changes as a result of microbial factors that will affect the expression of pro- and anti-inflammatory factors such as IL-1, TNF-, IL-6, IL-10. Konjac glucomannan (KGM) is a polysaccharide from the tubers of Amorphophallus konjac, that have long been used as a food source and traditional Chinese medicine. Many studies have shown that KGM is capable of modulating inflammation, which has potential usage for the prevention and treatment of periodontal diseases. Aim: To study anti-inflammatory effects of KGM thru histological (score and distribution) and biomolecular (levels of IL-6 and IL-10 in gingival crevicular fluid and serum) analysis on periodontitis model in Swiss Webster mice. Methods: Eight weeks old mice is randomly divided into four groups (Control, Konjac, Periodontitis, Periodontitis+Konjac). Konjac glucomannan suspension is administered daily for 14 days dan mice is ligated to induce periodontitis 7 days after administration of KGM. Mice is euthanized after 14 days and GCF, serum and maxilla is acquired for analysis. Results: Periodontitis group have the highest inflammation score and distribution out of all the groups and reduces with administration of KGM. Administration of konjac glucomannan prevents the reduction of IL-10 serum levels and increase of IL-6 serum levels in mice with periodontitis. While KGM increases both IL-6 and IL-10 GCF levels in healthy mice, though not statistically significant. Conclusion: Adminstration of KGM can supress inflammation in mice periodontitis model histologically and alter the inflammatory process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Citra Maharani
"Pendahuluan:
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang menyebabkan stres oksidatif yang meningkatkan apoptosis yang mempengaruhi fertilitas pria sebagai akibat disfungsi testis. Penanganan infertilitas pria dengan diabetes saat ini berfokus pada neuropati dan penggunaan teknologi reproduksi berbantu namun tidak mengatasi masalah penurunan jumlah sel sperma. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek ekstrak etanol daun Annona muricata yang memiliki potensi antioksidan, terhadap kejadian apoptosis sel Sertoli testis melalui ekspresi caspase-3.
Metode:
Penelitian dilakukan secara eksperimental secara in vivo dengan sampel testis 25 ekor mencit (Mus musculus) jantan galur Swiss-Webster yang diinduksi aloksan. Sampel dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun sirsak dengan dosis 150, 300, dan 600 mg/kgBB selama 14 hari. Ekspresi caspase-3 pada jaringan testis kemudian diamati dengan pewarnaan imunohistokimia dengan hasil warna yang diukur dengan software imageJ dan dilakukan penghitungan H-score.
Hasil:
Ekspresi caspase-3 paling tinggi ditemukan pada kelompok kontrol negatif [1,38 (1,17–1,42)] dan paling rendah pada kelompok perlakuan dengan dosis etanol 600 mg/kgBB [1,22 (1,19–1,30)]. Perbedaan tidak bermakna signifikan secara statistik (p>0.05).
Kesimpulan:
Perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan tidak signifikan secara statistik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Introduction:
Diabetes mellitus is a metabolic disease which resulted in an increased oxidative stress which increased apoptosis which impacted male fertility through testicular dysfunction. Current infertility treatments for male diabetic patients focused on neuropathy and the use of assisted reproductive technologies, none of which addressed the lower sperm count. This research assessed the antioxidant potential of the ethanol extract of Annona muricata leaf toward the apoptosis of Sertoli cells seen through caspase-3 expression Method:
An in vivo experimental study is conducted on 25 male mice (Mus musculus) of the Swiss-Webster strain which are given alloxan induction. Subjects are divided into control and treatment groups which are given 150, 300, and 600 mg/kg body weight of ethanol extracts of Annona muricata leaf for 14 days. Caspase-3 expression in testicular tissues would then be assessed using immunohistochemistry and H-score is counted using imageJ software
Results:
Caspase-3 expression is lowest in the negative control group [1,38 (1,17–1,42)] and highest in the group given 600 mg/kg body weight of the extract [1,22 (1,19–1,30)]. The difference is not statistically significant (p>0.05).
Conclusion:
Differences between groups are not statistically significant. Further research is necessary
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsurizal
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Indonesia sebagai negara kepulauan di daerah tropis kaya dengan berbagai spesies flora. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan yang relatif sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan modern, termasuk pelayanan keluarga berencana. Menyadari keadaan ini, pemerintah melalui GBHN 1993 mencantumkan pengembangan obat tradisional. Penggunaan obat tradisional umumnya secara empiris. Termasuk penggunaan Kayu Kasai (Tristania Sumatrana Hiq.) untuk obat kontrasepsi. Untuk itu diperlukan pendekatan ilmiah guna membawa obat tradisional ke dalam pelayanan kesehatan formal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Kayu Kasai terhadap fertilitas mencit betina. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok berpola faktorial. Faktor pertama yaitu dosis: 600, 900, dan 1200 mg/kg bb. Faktor kedua adalah lama pencekokan 10 hari dan 20 hari.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan : Ekstrak Tristania sumatrana Hiq. (Kayu Kasai) menyebabkan penurunan yang sangat bermakna terhadap berat ovarium, jumlah folikel primer, sekunder, tersier, Graaf, korpus luteum, dan fetus hidup. Peningkatan yang sangat bermakna terhadap jumlah folikel atresia. Tidak berpengaruh terhadap jumlah resorbsi. Antara pencekokan dengan rentangan dosis 600, 900, dan 1200 mg/kg bb tidak menyebabkan perbedaan penurunan yang bermakna terhadap: berat ovarium, jumlah folikel tersier, Graaf, korpus luteum, fetus hidup. Tidak terjadi perbedaan peningkatan yang bermakna terhadap folikel atresia, kecuali pada dosis 600, 1200 mg/kg bb terjadi perbedaan penurunan yang bermakna terhadap: jumlah folikel primer dan sekunder. Pencekokan selama 10 hari dibandingkan dengan 20 hari menunjukkan pengaruh: penurunan yang sangat. bermakna terhadap jumlah folikel tersier. Peningkatan yang sangat bermakna terhadap: jumlah folikel atresia. Tidak berpengaruh terhadap: berat ovarium, jumlah folikel primer, sekunder, Graaf, korpus luteum, fetus hidup, dan resorbsi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Utami
"Pendahuluan: Diabetes melitus merupakan penyakit sistemik yang banyak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia yaitu sebesar 10,7 juta penduduk. Pasien dengan diabetes melitus memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi salah satunya adalah abses limpa. Terkait kecenderungan terjadinya abses limpa pada penderita diabetes, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun sirsak terhadap perubahan morfologi limpa pada kondidi DM dan membandingkannya dengan kondisi normal (kontrol).
Metode: Desain penelitian ini murni eksperimental in vivo pada hewan coba mencit dengan dengan metode post study. Sebanyak 26 ekor mencit yang terbagi menjadi kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif, kontrol pemberian EEDS dosis rendah, kontrol pemberiaan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (EEDS) dosis sedang, dan kontrol pemberian EEDS dosis tinggi diidentifikasi perubahan morfologi jaringan limpanya dengan mengamati jumlah pulpa alba, diameter pulpa alba, sentrum germinativum, diameter sentrum germinativum, dan megakariosit.
Hasil: dilakukan analisis dengan menggunakan uji Kruskal Wallis sehingga menunjukkan perbedaan rerata yang tidak signifikan pada jumlah pulpa alba (P=0.337), diameter pulpa alba (P=0.701), sentrum germinativum(P=0.26), dan diameter sentrum germinatuvum (P=0.184) antar kelompok perlakuan mencit. Hasil analisis dengan uji Anova satu arah juga menunjukkan perbedaan rerata yang tidak signifikan pada megakariosit (P=0.146) antar kelompok perlakuan mencit.
Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian EEDS dan perubahan morfologi jaringan limpa.

Introduction: Diabetes mellitus is a systemic disease that mostly occurs in Indonesian society, which is 10.7 million people. Patients with diabetes mellitus have a higher risk of experiencing complications, one of which is a spleen abscess. Regarding the tendency of spleen abscesses in diabetics, this study was conducted to determine the effect of ethanol extract of soursop leaves on spleen morphological changes in diabetes and to compare it with normal conditions (control).
Methods: The design of this study was purely experimental in vivo in mice with the post study method. A total of 26 mice which were divided into normal groups, negative control, positive control, control of low dose EEDS, control of moderate dose of Soursop Leaf Ethanol Extract (EEDS), and control of high dose EEDS, identified changes in spleen tissue morphology by observing the amount of pulp alba the diameter of the pulp alba, the centrum germinativum, the diameter of the centrum germinativum, and the megakaryocytes.
Results: analysis was carried out using the Kruskal Wallis test so that it showed insignificant mean differences in the number of pulp alba (P = 0.337), the diameter of the pulp alba (P = 0.701), the centrum germinativum (P = 0.26), and the diameter of the germinatuvum centrum (P = 0.184) between treatment groups of mice. The results of the analysis with the one-way Anova test also showed insignificant mean differences in megakaryocytes (P = 0.146) between treatment groups of mice.
Conclusion: there is no significant relationship between EEDS administration and changes in spleen tissue morphology.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Intan Permata Sari
"Pendahuluan: Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik yang
ditandai dengan hiperglikemia. Salah satu komplikasi DM adalah disfungsi ginjal. Daun
sirsak (Annona muricata) memiliki potensi sebagai antidiabetes. Namun, belum ada
penelitian mengenai ekstrak etanol daun Annona muricata terhadap morfologi ginjal
terutama terkait proliferasi dan pertumbuhan dari sel mesangial glomerulus, ruang
Bowman, dan tubulus kontortus proksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak etanol daun Annona muricata terhadap perubahan histopatologi ginjal
dari mencit Swiss Webster yang diinduksi Aloksan. Metode: Penelitian ini menggunakan
studi eksperimental in vivo. Sampel penelitian berasal dari organ ginjal 30 ekor mencit
jantan galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan. Sampel dibagi menjadi kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol
daun sirsak (EEDS) dengan masing-masing dosis 150, 300, dan 600 mg/kgBB selama 14
hari. Semua sampel preparat jaringan ginjal diwarnai dengan pewarnaan PAS dan diamati
pada perbesaran 400x dengan melihat pada 10 LP. Pengukuran histopatologi dilakukan
dengan software MIimageView. Hasil: EEDS dalam semua dosis perlakuan tidak
berpengaruh secara signifikan pada diameter glomerulus dan tebal tubulus kontortus
ginjal serta lebar ruang bowman ginjal kiri dan tubularisasi glomerulus ginjal kanan.
EEDS dosis 600 mg/kgBB berpengaruh secara signifikan (p<0,05) pada lebar ruang
bowman ginjal kanan. EEDS dosis 600 mg/kgBB dan kontrol positif secara signifikan
(p<0,05) dapat mencegah tubularisasi glomerulus ginjal kiri. Kesimpulan: Pemberian
EEDS selama 14 hari tidak berpengaruh pada ukuran diameter glomerulus dan tebal
tubulus kontortus proksimal ginjal kiri dan kanan serta lebar ruang bowman ginjal kiri
dan tubularisasi glomerulus ginjal kanan. Namun, pemberian EEDS dosis 600 mg/kgBB
dapat mencegah penyempitan ruang bowman ginjal kanan dan tubularisasi glomerulus
ginjal kiri.

Introduction: Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder characterized by
hyperglycemia, one complication of which includes kidney disfunction. Soursop leaves
(Annona muricata) is known to have antidiabetic potential; however, no research has been
conducted regarding the effect of ethanol extract of Annona muricata leaves on the
morphology of the kidney, particularly the proliferation and growth of the mesangial cells
of glomerulus, Bowman’s space, and the proximal convoluted tubule. This study aimed
to observe the effect of Annona muricata leaves ethanol extract on the morphological
chanes of Alloxan-Induced Swiss Webster Mice’s Kidney. Method: This study was
conducted as an in vivo experimental study. The samples were obtained from the kidneys
of 30 alloxan-induced male Swiss Webster mice, which were then grouped into negative
control, positive control, and 3 experimental groups given ethanol extracts of soursop
leaves (EEDS) with a dose of 150, 300, and 600 mg/kgBW for 14 days. The kidney tissue
samples were stained using the PAS staining and observed with a 400x magnification on
10 LP. The histopathological measurement was conducted using the MIimageView
software. Results: EEDS in all dose of treatment showed no significance on the
glomerular diameter and the thickness of the proximal convoluted tubules of the kidney,
as well as the width of the Bowman’s space of the left kidney and glomerular
tubularization of the right kidney. EEDS with a dose of 600 mg/kgBW showed a
significant effect (p<0.05) on the height of the right kidney’s Bowman’s space. EEDS
with a dose of 600 mg/kgBW and the positive control significantly (p<0.05) prevented
the tubularization of the left kidney’s glomerulus. Conclusion: The 14 days treatment
with EEDS didn’t have a significant difference on the glomerular diameter and the
thickness of the proximal convoluted tubules of the left and right kidney, as well as the
height of the Bowman’s space of the left kidney and the right kidney’s glomerular
tubularization. However, EEDS with a dose of 600 mg/kgBW could prevent the
narrowing of the Bowman’s space of the right kidney and the glomerular tubularization
of the left kidney.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Sari
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian epidemiologi pada pekerja kelistrikan dan masyarakat yang bermukim di kawasan tegangan tinggi, menunjukkan adanya korelasi pengaruh listrik terhadap peningkatan resiko mendapat kanker darah, limfoma dan kanker otak. Hasil penelitian pemajanan medan elektromagnetik in vitro dan in vivo, dapat meningkatkan aberasi kromosom dan proliferasi sel. Hasil penelitian in vivo dengan menggunakan medan elektrostatik pada tikus jantan dewasa dosis 6 kV dan 7 kV, menunjukkan beberapa anaknya menderita kelainan kongenital. Tetapi pada penelitian tersebut tidak dilaporkan pengaruhnya terhadap materi genetik yang mendasari terjadinya kelainan itu. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Prekuensi aberasi kromosom dihitung, diperiksa ada tidaknya aberasi kromsom spesifik, yang diikuti dengan pemeriksaan proliferasi limfosit. Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan analisis varian faktorial.
Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 kV dan 7 kV pada mencit dapat meningkatkan aberasi kromosom (p < 0,01). Pemajanan medan elektrostatik pada mencit selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak berpengaruh terhadap frekuensi aberasi kromosom, aberasi kromosom spesifik dan proliferasi limfosit (p > 0,005). Pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 7 kV pada mencit dapat meningkatkan proliferasi limfosit (p , 0,01).
Kesimpulan: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 dan 7 kV terbukti meningkatkan frekuensi aberasi kromosom, tidak terbukti menimbulkan aberasi spesifik. Pemajanan medan elektrostatik selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak terbukti terhadap peningkatan frekuensi aberasi kromosom, pembentukan aberasi kromosom spesifik dan peningkatan proliferasi limfosit."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edlyn Dwiputri
"Pendahuluan: Periodontitis adalah penyakit inflamasi oleh mikroorganisme spesifik yang mengakibatkan kerusakan progresif pada jaringan periodontal / pendukung gigi dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Penyakit periodontal memiliki hubungan erat dengan kadar Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan. Peningkatan nilai rasio RANKL/OPG terlihat pada kerusakan tulang pada periodontitis. Indonesia berada pada urutan ke-4 sebagai negara pemasuk umbi porang terbesar di Indonesia. Konjac Glukomannan adalah sediaan dari akar umbi porang yang telah terbukti memiliki banyak kemampuan seperti antioksidan dan pengaruhnya terhadap tulang. Tujuan: Menganalisis aktivitas inhibitor osteoklastogenesis dan antioksidan dari Konjac Glukomannan melalui nilai histomorfometrik, rasio RANK/OPG dan ROS pada mencit Swiss Webster model periodontitis. Metode: Studi eksperimental laboratoris (in vivo) pada mencit Swiss Webster jantan berusia 8 minggu yang dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan dengan jumlah sampel pada tiap kelompok penelitian adalah 12. Suspensi Konjac Glukomannan diberikan selama 14 hari. Induksi periodontitis dilakukan pada hari ke-7 hingga hari ke-14. Pengukuran dilakukan pada sampel maksila, gingiva, dan cairan sulkus gingiva mencit untuk mendapatkan nilai kerusakan tulang secara histomorfometrik, ekspresi gen RANKL/OPG, dan nilai protein ROS. Hasil: Kelompok periodontitis yang diawali dengan pemberian Konjac Glukomannan menunjukkan nilai kerusakan tulang alveolar secara histomorfometrik linear, rasio RANKL/OPG, dan ROS yang lebih rendah signifikan secara statistik dibandingkan tanpa pemberian Konjac Glukomannan. Pemberian Konjac Glukomannan pada mencit sehat tidak memberikan perubahan signifikan secara statistik pada nilai-nilai tersebut. Kesimpulan: Pemberian Konjac Glukomannan dinilai mampu menghambat periodontitis melalui aktivitas inhibitor osteoklastogenesis dan antioksidan.

Introduction: Periodontitis is an inflammatory disease caused by specific microorganisms that result in progressive damage to the periodontal/dental supporting tissues and can affect a person's quality of life. Periodontal disease is closely related to excessive Reactive Oxygen Species (ROS) levels. An increase in the RANKL/OPG ratio is seen in bone damage on periodontitis. Indonesia is in 4th place as the largest importer of porang tubers in Indonesia. Konjac Glucomannan is a preparation from porang root which has been proven to have many abilities such as antioxidants and its effect on bones. Objectives: To analyze the osteoclastogenesis inhibitor and antioxidant activity of Konjac Glucomannan through histomorphometric values, RANK/OPG ratio, and ROS in the Swiss Webster mice model of periodontitis. Methods: Laboratory experimental study (in vivo) on 8 weeks old male Swiss Webster mice divided into four treatment groups with 12 samples in each study group. Konjac Glucomannan suspension was given for 14 days. Periodontitis induction was carried out from the 7th to the 14th day. Measurements were made on samples of the maxilla, gingiva, and gingival crevicular fluid of mice to obtain histomorphometric values ​​of bone damage, RANKL/OPG gene expression, and ROS protein values. Results: The periodontitis group pre-treated with Konjac Glucomannan showed lower alveolar bone damage, RANKL/OPG ratio, and ROS significantly than without Konjac Glucomannan. Administration of Konjac Glucomannan to healthy mice did not provide significant changes to these values. Conclusion: Administration of Konjac Glucomannan is considered capable of inhibiting periodontitis through the activity of inhibitors of osteoclastogenesis and antioxidants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Randy S.N. Rusdy
"Peningkatan penggunaan alat elektronik di lingkungan meningkatkan risiko pajanan terhadap kesehatan termasuk sistem reproduksi. Belum terdapat studi yang melihat perbedaan efek pajanan terhadap tiga generasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemajanan medan elektromagnetik frekuensi rendah ekstrim pada mencit strain Swiss Webster terhadap jumlah sel Leydig populasi jantan sampai didapatkan generasi F3 Mencit dibagi ke dalam tiga kelompok pajanan dengan medan elektromagnetik bertegangan 3 kV 4 kV dan 5 kV serta kelompok kontrol tanpa pajanan. Pengamatan histopatologi testis mencit dewasa masing masing kelompok pemajanan menunjukkan penurunan jumlah sel Leydig yang bermakna p 0 05 dibandingkan kontrol. Didapatkan pula penurunan yang bermakna pada generasi F1 F2 dan F3 dibandingkan dengan jumlah sel Leydig kelompok kontrol p 0 05. Hasil penelitian menyimpulkan pajanan medan elektromagnetik frekuensi rendah ekstrim berpengaruh terhadap jumlah sel Leydig sehingga mempengaruhi kapastitas reproduksi jantan.

Widespread use of electronic technology increase risk of future health including reproductive system Animal model studies has not yet provided effect of electromagnetic field on three different generations. The present study investigate the effect of extremely low frequency electromagnetic field exposure EMF ELF continously towards leydig cells on three generation of male Swiss Webster mice. Mices are distributed into three exposed group 3 kV 4 kV and 5 kV and one control population without exposure. Number of Leydig cells reduce significantly compared to control p 0 05. There is significant decreased of leydig cell count in every generations compared to control population p 0 05 It is concluded that ELF EMF exposure affects leydig cells population therefore reducing their spermatogenic capacity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>