Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadian Kotong
"ABSTRAK
Karotenoid terutama β -karoten merupakan mikronutrien panting bagi kesehatan. β -karoten selain merupakan provitamin ,A, teryata juga merupakan anti oksidan, anti karsinogenesis, anti mutagenesis dan dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh. Sifat kimia β -karoten antara lain mudah dioksidasi oleh udara. Proses oksidasi lebih dipermudah oleh sinar (cahaya) dan pemanasan. Wortel adalah salah satu sayuran yang kandungan 0-karotennya tinggi. Sejauh ini belum ada laporan mengenai potensial wortel yang telah dipanaskan sebagai sumber β -karoten dan vitamin A.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak wortel yang telah dipanaskan pada beberapa suhu dan waktu pemanasan terhadap kandungan β -karoten dan vitamin A serum dan hati tikus. Kandungan β -karoten serum dan hati ditentukan dengan metoda spektrocnetri menurut Neeld, Pearson dan Olson. β -karoten dan vitamin A diekstraksi dari serum dan hati oleh petroleum eter (PE). Selanjutnya β -karoten ditentukan transmitasinya pada X = 450 nm, sedangkan vitamin A ditentukan tranmitansinya pada X 620 nm setelah fasa PE diuapkan dan ditambah pereaksi TFA-kromogen.
Pengaruh pemanasan wortel dari suhu ruang ke 60°C menurunkan kandungan β -karoten dan vitamin serum masing-masing sebesar 18,5% dan 9,2%, kandungan β -karoten dan vitamin hati sebesar 29,8% 'dan 35,85%. Dari suhu 60°C ke 80°C menurunkan kandungan β -karotendan vitamin A serum masing-masing sebesar 31% dan 4,72%, β -karoten dan vitamin A hati sebesar 16,7% dan 2%. Dari suhu 80°C ke 100°C menukan kandungan β -karoten dan vitamin A serum masing-masing sebesar 84% dan 6,16%, kandungan β -karoten dan vitamin A hati 'sebesar 66,66% dan 8%. Wortel yang telah dipanaskan pada suhu "100°C dan waktu pemanasan lebih dari 15 menit ternyata masih merupakan sumber vitamin A yang baik, tetapi tidak meningkatkan kandungan β -karoten serum.

ABSTRACT
Carotendoids particularly β -carotene is an important mi ro nutrient for human being. Its function not only as provitamin A, but also as an antioxidant, antimutageriesis, anticarcinogenesis and it can modify immune response. Among vegetables which rich in carotenoid, especially β -carotene is carrots. Unfortunately β -carotene is unstable, easily oxidized by air and stimulated by light or heating. Meanwhile no repport on the potentiality of cooked carrots as the source of 0-carotene and vitamin A.
The research was done to observe the effect of preheated carrots at various temperatures and time of heating on β -carotene and vitamin A concentration in serum and rat's liver.
β-carotene and vitamin A in serum and liver were determined by spectrometric method according to Neeld, Pearson and Olson. 0-carotene and vitamin A were extracted from serum and liver by petroleum ether (PE). β -carotene was directly detected at 450 nm, while vitamin A was detected at 620 nm after evaporating the PE phase and adding the TFA-chromogen reagent.
The effect of preheated carrots extract from room temperature to 60pC decreased the concentration of (3-carotene and vitamin A in serum {18,5% and 9,2% respectively), 0-carotene and vitamin A in liver (29,8% and 35,85% respectively). From 60 C to 80C decreased the concentration of 0-carotene and vitamin A in serum (31% and 4,72% respectively), β -carotene and vitamin A in liver ( 16,7% and 2% respectively). From 800C to 100 C decreased the concentration of β --carotene and vitamin A in serum (84% and 6,16% respectively), β -carotene and vitamin A in liver (66,66% and 8% respectively). Preheated carrots extract at 100°C longer than 15 minutes is no more a good source of β -carotene, but still good for vitamin A.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto Pringgoutomo
"Di Indonesia angka kematian karena kanker terus meningkat dari 1,4% tahun 1972 menjadi 4,4% tahun 1992. Dari studi orospektif dan retrospektif diketahui bahwa karotenoid mengurangi risiko mendapatkan kanker payudara. Beta-karoten adalah salah satu karotenoid yang dikandung oleh minyak kelapa sawit (600.000 ug/Kg). Karena cara pengobatan kanker payudara yang berlaku selama ini (dengan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi) cukup mahal, dan acapkali tidak terjangkau oleh sebagian golongan masyarakat, maka perlu dicari cara lain, di antaranya memanfaatkan beta-karoten yang ada dalam minyak kelapa sawit, namun perlu diteliti dosis ekstrak minyak kelapa sawit yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak minyak kelapa sawit yang mengandung beta-karoten sebanyak 0,02 ug/ml, 0,1 ug/ml dan 0,5 ug/m1 terhadap pertumbuhan in vitro sel tumor kelenjar susu mencit C3H, menggunakan 5 kelompok masing-masing 7 ulangan dan terdiri atas 3 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol.
Dengan melakukan analisis Ovarian diketahui tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan dosis 0,02 ug/ml. Kemaknaan terjadi pada dosis 0,1 ug/ml dan 0,5 pug/ml. Ditemukan bahwa makin besar dosis yang diberikan makin kecil rasio pertumbuhan biakan sel tumor. Selain itu dari hasil analisa varian indek label BUdR diketahui bahwa pemberian EMKS memperkecil nilai indek labelnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Dengan demikian terlihat adanya pengaruh betakaroten dalam ekstrak minyak kelapa sawit terhadap pertumbuhan biakan in vitro sel tumor kelenjar susu mencit C3H, dalam wujud menurunnya rasio pertumbuhan dan indek label BUdR yang berarti dihambat sel yang memasuki fase s, sehingga laju pertumbuhan sel dihambat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Cindiawaty Josito
"Tujuan: Mengelahui kadar karoten plasma, Malondialdehida plasma dan kebiasaan merokok pekerja laki-laki. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar memperbaiki pola hidup untuk menurunkan risiko aterosklerosis.
Tempat: PT Nasional Gabel Bogor Jawa Barat.
Metodologi: Penelitian dengan desain cross sectional pada 115 pekerja laki-laki baik yang merokok maupun tidak memrokok, berusia 20 - 55 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, dan terpilih secara simple random sampling, menggunakan tabel bilangan acak. Data yang dikumpulkan meliputi: umur, pendidikan, penghasilan, IMT, persentase massa lemak tubuh, asupan lemak, asupan serat, asupan karoten, kadar karoten plasma dan MDA plasma
Hasil: Median kadar karoten plasma subyek yang tidak merokok [0,38 (0,09 - 1,95) mmol/L] lebih linggi dari subyek yang merokok [0,34 (0,08 - 0,94) mmol/L]. Median kadar MDA plasma subyek yang tidak merokok [0,61 (0,22 -- 4,75) mmol/mL] lebih rendah dari subyek yang merokok [0,68 (0,32 - 3,01) mmol/mL]. Tidak didapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara asupan karoten, kadar karoten plasma, kadar MDA plasma dengan kebiasaan merokok. Terdapat korelasi negatif yang bermakna (p<0,05) antara IMT (r = - 0,23), persentase massa lemak tubuh (r = - 0.27) dengan kadar D-karoten plasma. Hampir tidak didapatkan korelasi (r = - 0.06) antara kadar 13-karoten dengan MDA plasma.
Kesimpulan: Hampir tidak didapatkan korelasi antara kadar R-karolen plasma dengan kadar MDA plasma.

Objective: To study plasma 0-carotene concentration, plasma MDA concentration and smoking habit male workers. The results are expected to be used as one of basis to enhance life pattern, to decrease atherosclerosis risk.
Place: PT National Gobel Bogor West Java
Method: A cross sectional study was carried out among 115 male smoking workers and non smoking workers, age 20 - 55 years old, who fulfilled the inclusion and exclusion criteria and were selected by simple random sampling using random table. The collected data consist of age, education, income, body mass index, fat mass percentage, fat intake, fiber intake, carolene intake, plasma 0-carotene and MDA concentrations.
Results: Median of plasma fl-carotene concentration among non smokers was higher [0.38 (0.09 - 1.95) µmol/L] than smokers [4.34 (0.08 -- 0.94) µmol/L]. Median of plasma MDA concentration among non smokers [0.61 (0.22 - 4.75) mmol/mL] was lower than smokers [0.68 (0.32 - 3.01) mmol/mL]. There was no significant relationship (p>0.05) between [carotene intake, plasma II-carotene concentration, plasma MDA concentration and smoking. There was significant (p<0.05) negative correlation between body mass index (r = -0.23), fat mass percentage (r = -0.27) and plasma [-carotene concentration. Almost no con-elation (r = -0.06) was found. between plasma [carotene and MDA concentrations.
Conclusions: Almost no correlation was found between plasma carotene and MDA concentrations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anifa Tamara
"Ekspor Crude Palm Oil (CPO) merupakan penyumbang devisa negara terbesar dari sektor non-migas bagi Indonesia hingga saat ini dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilai jual ekspor CPO berpotensi untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara mengembangkan hasil produksi hulu (CPO) menjadi hasil industri hilir seperti β-karoten. Karena manfaatnya yang banyak, saat ini β-karoten semakin dibutuhkan oleh industri pangan, kosmetik, analisis, dan kesehatan. Di sisi lain, β-karoten justru sengaja dihilangkan dari pengolahan minyak sawit karena memberikan warna gelap (kotor) yang tidak disukai konsumen. Maka, pemisahan β-karoten dari minyak sawit kasar perlu dilakukan. Metode ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang paling sesuai untuk karakteristik β-karoten dari minyak sawit, dimana dilakukan tanpa pemanasan yang tinggi yang dapat merusak kandungan β-karoten tersebut. Sebelum melakukan ekstraksi β-karoten dari minyak sawit kasar, diperlukan data kesetimbangan untuk mengetahui karakteristik sistem yang akan dipakai. Sejauh ini data kesetimbangan cair-cair untuk sistem ekstraksi β-karoten dari minyak sawit dengan pelarut organik belum ditemukan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah data neraca massa, kurva koefisien distribusi (K), dan kurva selektivitas (β) dengan variasi rasio massa isopropanol/CPO 0,2 sampai 1,6. Didapatkan kurva Kβ-karoten dimana nilai Kβ-karoten pada variasi terkecil 0,7939 dan terbesar 3,4457. Sedangkan kurva ββ-karoten juga didapatkan dengan nilai ββ-karoten pada variasi terkecil 0,7980 dan terbesar 3,6659. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah Isopropanol yang digunakan akan meningkatkan jumlah β-karoten yang terekstrak. Selain itu didapatkan pula bahwa isopropanol kurang selektif dalam menyerap β-karoten dari CPO.

Export Crude Palm Oil (CPO) is the largest foreign exchange earner from non-oil sector for Indonesia until now and the value steadily increased year to year. CPO?s value has the potential to be improved. One of way is developing the upstream product (CPO) become downstream product such as β-carotene. Because of its benefits, currently β-carotene required by food industry, cosmetic industry, analysis industry, and healthcare industry. On the other hand, β-carotene is removed during the process of palm oil. The purpose is to eliminate the dark colour of the palm oil that the consumen does not like it. Thus, the separation of β-carotene from crude palm oil needs to be done. Solvent extraction is the most appropriate method for the separation β-carotene from palm oil, since without high temperatur that can damage the content of β-carotene. Before perform the β-carotene extraction from crude palm oil, equilibrium data are needed to determine the characteristics of the system that will be used. Until now, the data of liquid-liquid equilibrium for system of β-carotene extraction from CPO with an organic solvent have not been found.
The results of this research are the mass balance data, distribution curve and selectivity curve, with the variation of the mass ratio of isopropanol/CPO 0.2 to 1.6. Kβ-karoten obtained, that the value of smallest variation is 0.7939 and the largest is 3.4457. While the ββ-karoten is also obtained, with the smallest variation is 0.7980 and the largest is 3.6659. The result showed that by increasing the amount of isopropanol, it will increase the amount of β-carotene that extracted. But, other showed that isorpopanol is less selective in absorbing β-carotene from CPO.
"
2013
S47219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Verawati
"ABSTRAK
Proses penuaan dan munculnya berbagai penyakit pada lanjut usia (lansia)
menyebabkan penurunan massa dan kekuatan otot. Penyebab sarkopenia
multifaktorial, salah satunya adalah stres oksidatif. Defisiensi vitamin antioksidan
C, E dan β-karoten umum terjadi pada lansia. Penelitian potong lintang ini
bertujuan untuk melihat korelasi asupan β-karoten dan kadar β-karoten serum
dengan massa dan kekuatan otot lansia. Pengambilan subjek dilakukan dengan
consecutive sampling, didapatkan 52 lansia memenuhi kriteria penelitian. Data
asupan β-karoten menggunakan metode food frequency questionnaire (FFQ)
semikuantitatif. Dilakukan penilaian status gizi dengan Mini Nutritional
Assessment-Short Form (MNA-SF), pemeriksaan massa otot dan kekuatan
genggam tangan serta pemeriksaan kadar β-karoten serum. Didapatkan asupan β-
karoten yang kurang pada 76,9% subjek dengan rerata 1,5 (0,68) mg. Nilai
median kadar β-karoten 0,17 (0,03?0,84) μmol/L dan 71,2% subjek tergolong
rendah. Rerata massa otot 37,41 (7,61) kg dan 100% subjek kategori normal. Nilai
tengah kekuatan genggam tangan 22,0 (12?42) kg, sebagian besar (56,25%)
kategori normal. Didapatkan korelasi positif lemah signifikan antara asupan β-
karoten dengan massa otot (r = 0,3, p = 0,03) dan kekuatan genggam tangan (r =
0,39, p = 0,004). Tidak terdapat korelasi antara kadar β-karoten serum dengan
massa otot (r = ?0,19, p = 0,188) dan kekuatan genggam tangan (r = ?0,19, p =
0,167).

ABSTRACT
The aging process and the emergence of various diseases in elderly caused decrease in muscle mass and strength. The etiology of sarcopenia is multifactorial and one of the causes is oxidative stress. Deficiency vitamin C, E and β-carotene is common in elderly. The aim of this study was to determined whether dietary intake and serum levels of β-carotene are correlated with mass and muscle strength in elderly. We conducted cross-sectional analyses in 52 institutionalized elderly during April?Mei 2016. The assesment of β-carotene intake with food frequency questionnaire (FFQ) semiquantitative, nutritional status by the Mini Nutritional Assessment-Short Form (MNA-SF), muscle mass measurement, handgrip strength and β-carotene serum level. β-carotene intake in 76.9% subjects was less with mean 1.5 (0.68) mg. The median value of β-carotene serum was 0.17 (0.03 to 0.84) mol/L which 71.2% o subjects categorized low. Muscle mass mean 37.41 (7.61) kg which 100% subjects were normal. Median handgrip strength was 22.0 (12-42) kg, with 56,25% in normal category. A weak positive correlation between the intake of β-carotene with muscle mass (r = 0.3, p = 0.03) and hand grip strength (r = 0.39, p = 0.004). No correlation found between serum levels of β-carotene with muscle mass (r = -0.19, p = 0.188) and hand grip strength (r = ?0.19, p = 0.167).
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Dwi Maulina
"Wortel (Daucus carota L.) memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung senyawa antioksidan utama yaitu betakaroten yang merupakan pro vitamin A. Pada penelitian ini, ekstrak wortel diformulasikan menjadi sediaan krim dengan berbagai konsentrasi yaitu 0.5%, 1% dan 2%. Krim diuji kestabilan fisiknya dengan pengamatan organoleptis, penyimpanan krim pada tiga temperatur yang berbeda yaitu suhu rendah 40 C, suhu kamar dan suhu tinggi 40 ± 0 C, uji mekanik atau sentrifugasi, dan cycling test dalam enam siklus.
Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan Metode Peredaman DPPH. Hasil dari pengamatan terhadap krim wortel 0.5%, 1% dan 2%, ketiga krim memiliki kestabilan fisik yang baik setelah disimpan pada suhu rendah 40 C, suhu kamar dan suhu tinggi 40 ± 20 C, uji mekanik dan cycling test. Hasil dari pengukuran aktivitas antioksidan adalah krim wortel 2 % memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Aktivitas antioksidan krim wortel sebelum dan sesudah dipapari sinar UV-A mengalami penurunan yang tidak signifikan.

Carrot (Daucus carota L.) has a very high anti-oxidant activity due to its anti¬oxidant compound content, beta caroten, which is a pro vitamin A. In this research, carrot extract was formulated into cream with various concentrations: 0.5%, 1% and 2%. The physical stability of those creams were tested by conducting organoleptic observation toward the creams, putting in three different temperatures which were low temperature 4o C, room temperature and high temperature 40 ± 2o C, mechanical or centrifugal test, and cycling test in six cycles.
Antioxidant activity was determined by DPPH radical scavenging method. The stability test results of 0.5%, 1% and 2% carrot creams showed good physical stability after being kept in 4o C, room temperature and high temperature 40 ± 2o C, mechanical test and cycling test. The anti-oxidant activity test using DPPH method showed that 2% carrot cream has the highest value of anti-oxidant activity. The value of anti-oxidant activity of carrot creams before and after having UV-A exposure decreased insignificantly.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kumala
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh dengan fungsi utama yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Kerusakan sel ginjal sampai kematian sel akan menyebabkan fungsi ginjal terganggu. Efek paparan senyawa radioaktif salah satunya dapat menyebabkan terjadinya gangguan sel-sel ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infusa wortel (Daucus carota L.) dalam mencegah gangguan sel ginjal akibat
paparan uranium. Uji proteksi dilakukan dengan membagi 30 tikus jantan dewasa menjadi enam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok I tanpa diberi perlakuan, kelompok II diberi uranium 8 ppm dosis 0,01 mL/g BB sebagai kontrol negatif, kelompok III sebagai kontrol positif dengan vitamin C 200 mg/70 kg BB yang diberikan 15 menit sebelum pemajanan uranium, kelompok IV,V, dan VI sebagai kelompok uji proteksi kerusakan sel ginjal diberi infusa wortel (Daucus carota L.) berturut-turut 10%, 20%, 30% dengan dosis 0,01 mL/g BB 15 menit sebelum diberi uranium 8 ppm dosis 0,01 mL/g BB. Lima hari kemudian hewan dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis berupa pengamatan kondisi fisik organ ginjal, pengamatan terhadap nekrosis sel ginjal, dan skoring tipe kerusakan untuk menganalisis efek proteksinya. Hasil pemeriksaan histopatologi menyimpulkan bahwa infusa wortel dapat mengurangi kerusakan sel ginjal akibat paparan senyawa radioaktif uranium."
610 JKY 21:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Lisnawati
"Penyakit membran hialin (PMH) dan gangguan toleransi minum (GTM) merupakan masalah pada bayi prematur dengan morbiditas dan mortalitas cukup tinggi. Pemberian steroid antenatal telah menurunkan angka PMH dan enterokolitis nekrotikans (EKN) komplikasi lanjut dari GTM, tetapi masih belum optimal dan masih didapat luaran yang berbeda pada bayi dengan usia gestasi, berat lahir dan tata laksana antenatalyang sama. Mikronutrien vitamin A, D3 dan seng diketahui memengaruhi organ tersebut. Penelitian ini ingin mengetahui manfaat pemberian vitamin A (beta-karoten), vitamin D3 dan seng menyertai deksametason untuk menurunkan kejadian PMH dan GTM pada bayi prematur.
Uji klinis acak dilakukan pada subjek ibu hamil 28-34 minggu dan bayinya. Ibu hamil dirawat di rumah sakit untuk persiapan kelahiran prematur atas indikasi janin atau ibu. Subjek dibagi dalam kelompok intervensi dan kontrol. Kedua kelompok mendapat deksametason 2 x 6 mg intravena (2 hari). Kelompok intervensi mendapat dosis tunggal beta-karoten 25.000 IU dan vitamin D3 50.000 IU per oral, serta seng 50 mg/hari peroral (3 hari), sedangkan kelompok kontrol tidak. Sampel darah ibu dan tali pusat diambil untuk pengukuran kadar serum retinol, 25(OH)D dan seng. Bayi dipantau selama 4 minggu. Angka kejadian PMH, GTM, PMH-GTM dan hubungan kadar serum retinol, 25(OH)D dan seng pada kedua kelompok dengan luaran PMH-GTM, dianalisis dengan uji Chi-Square atau Fisher, uji t tidak berpasangan atau uji Mann Whitney dan uji t berpasangan atau uji Wilcoxon.
Jumlah subjek 116 pasangan ibu-bayi, terbagi sama di kelompok intervensi dan kontrol. Kejadian PMH dan GTM pada bayi kelompok intervensi 7 (12,1%) dan 9 (16,1%), lebih rendah dan bermakna dibandingkan kelompok kontrol, 16 (27,5%) dan 19 (34,5%). Bayi PMH-GTM kelompok kontrol mempunyai kadar retinol, 25(OH)D dan seng di serum ibu dan tali pusat yang lebih rendah dibandingkan kelompok intervensi. Perbedaan bermakna didapatkan pada kadar 25(OH)D.
Simpulan: Angka kejadian PMH dan GTM pada kelompok intervensi secara bermakna lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Kadar retinol, 25(OH)D dan seng di serum ibu dan tali pusat berhubungan dengan luaran PMH-GTM.

Hyaline membrane disease (HMD) and feeding intolerance (FI)are still problems of premature neonatal morbidity and mortality. Antenatal steroid administration has been recognized to reduce HMDand FImortality rates, but it is still not optimal and there are still different outcomes in neonates with similar gestational age, birth weight and treatment. Micronutrients of vitamin A, D3 and zinc are known to play a roleon the lung and intestines of the fetusand neonates. This study aimed to find out the benefits of administration of vitamin A (beta carotene), vitamin D3 and zinc accompanying antenatal steroids for lung maturation, in order to reduce the incidenceof HMD and FI.
A randomized clinical trial was conducted on pregnant women 28-34 weeks of gestational age who were hospitalized for the preparation of preterm delivery on the indication of the mother or fetus. Both groups received dexamethasone for lung maturation. The intervention group received oral micronutrients, i.e., beta carotene 25,000 IU single dose, vitamin D3 50,000 IU single dose and 50 mg zinc per day for 3 days. The incidence of HMD, FI, HMD-FI and the relationship of serum retinol, 25(OH)D, zinc concentrationsin maternal and umbilical cord with HMD-FI were analyzed by Chi-Square or Fisher test, unpaired t or Mann Whitney test and paired t or Wilcoxon test between the intervention and control groups.
The total subjects were 116 pairs of pregnant mothers and neonates (58 interventions and 58 controls). The incidence of HMDand FIin neonates in the intervention group were 7 (12.1%) and 9 (16.1%),which weresignificantly lower thanthe control group, 16 (27.5%) and 19 (34.5%). The HMD-FI neonates in the control group had lower serum retinol and 25(OH)D concentrations in maternal and umbilical cord than in the intervention group. Significant differences were only found at 25 (OH) D concentration.
Conclusion: The incidence HMD and FI in the neonates intervention group were significantly lower than the control group. There was a relationship betweenserum retinol, 25(OH)D and zinc concentrations with HMD-FI outcome."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>