Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indro Yuwono
"Strategi meningkatkan hunian kamar melalui konsep manajemen hasil (yield management) di Hotel Sahid Jaya dilandasi oleh masalah persaingan, karena daya tarik pasar berakibat terjadinya ketidak seimbangan .antara penawaran dan permintaan yang mengarah pada perang harga Berpedoman pada model "ICEBERG" dari D.F. Abell untuk menang di pasar tidak cukup hanya mengandalkan produk dalam bentuk phisik, harus dicoba mengembangkan faktor-faktor bukan produk (visible differences) seperti "value/price". Mulai tahun 1994 manajemen mencoba mengimplementasikan konsep Manajemen Hasil (yield management) yang merupakan teknik memaksimumkan pendapatan dengan harga yang wajar.
Konsep diatas memerlukan banyak rencana kerja yang cukup rumit antara lain, membuat ramalan secara harian, menetapkan sistem dan prosedur, strategi & rencana taktis dan sistem umpan balik dan ketepatan informasi. Implementasi "Yield Management " akan berjalan apabila ditunjang dengan sistem database antara lain dengan menggunakan "Hotel Information System" untuk mendapatkan informasi yang tepat dan cepat. Beberapa tahapan yang diperlukan antara lain menetapkan strategi untuk jangka waktu satu, tiga, enam bulan dan strategi jangka panjang.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa konsep "Yield Management" sangat tepat untuk diimplementasikan karena terbukti tingkat hunian dan harga rata-rata meningkat pada tahun 1994 dibanding dengan tahun 1993, namun karena baru tahap awal masih diperlukan beberapa rencana kerja dan strategi dalam pelaksanaannya antara lain dengan menggeser segmen pasar dan persediaan kamar.
Beberapa saran yang direkomendasi di sini adalah perlunya team "Yield Management" ditingkatkan motivasinya dan pelatihan staf untuk memahami konsep tersebut harus dilaksanakan secara terus menerus."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Bernardus P. W.
"Hotel Borobudur merupakan hotel bintang lima bertaraf internasional yang berlokasi di Jakarta. Untuk menjaga kestabilan tingkat hunian kamarnya, hotel Borobudur menggunakan bauran promosi untuk kegiatan promosinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dari pelaksanaan bauran promosi di hotel Borobudur Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survai dengan jenis penelitian deskriptif analisis. Untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, kesempatan dan ancarnan yang dihadapi hotel Borobudur, penulis menggunakan analisis SWOT.
Produk yang ditawarkan oleh hotel Borobudur kepada konsumen mencakup membership hotel yang bernama discovery club yaitu di mana konsumen ditawarkan untuk menjadi anggota atau konsumen tetap dari hotel Borobudur dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang akan diperoleh seperti discount untuk kamar, adanya pemakaian fasilitas hotel tak terbatas,adanya undangan bila hotel Borobudur mengadakan suatu acara dan banyak lagi.Hotel Borobudur pun cukup sering untuk mengadakan acara-acara yang sifatnya aural atau charity dengan bekerjasama dengan kedutaan-kedutaan asing maupun para artis ibukota. Klub Borobudur menawarkan menu-menu makanan yang khas dan merupakan ciri khas hotel Borobudur dengan harga khusus,seperti buy one get one free, all you can eat dan sebagainya.
Segmen pasar dari hotel Borobudur adalah orang-orang asing yang tinggal di Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Produk yang ditawarkan kepada mereka adalah adanya jaminan keamanan bagi mereka, voucher menginap dan menggunakan fasilitas hotel dengan rate khusus, pemberian discount bagi penggunaan function room, meeting room dan wedding packet, serta adanya kims yaitu kartu discount khusus bagi orang-orang asing yang ingin menginap dan menggunakan fasilitas hotel Borobudur. Tetapi hotel Borobudur tidak mengabaikan konsumen dalam negeri, dan strategi pemasaran yang dilakukan kepada mereka dengan menetapkan kurs rupiah dengan harga khusus terutama pada masa-masa low seasons.
Pesaing/kompetitor utama hotel Borobudur adalah hotel-hotel bintang lima berlian terutama hotel-hotel yang memiliki terobosan-terobosan dalam bidang pemasaran atau promosi, seperti bila ada suatu hotel yang berhasil mernbawa tamu panting untuk menginap di hotel tersebut (tamu negara atau artis terkenal) dapat dikatakan sebagai pesaing utama hotel Borobudur dan bila hal itu terjadi hotel Borobudur akan mempelajari secara sungguh-sungguh terhadap promosi hotel tersebut.
Hasil analisis SWOT menunjukkan pelaksanaan bauran promosi di Hotel Borobudur Jakarta sudah cukup baik, karena promosi yang dilakukan hotel Borobudur lebih menekankan pada segi kearnanan bagi konsumen, hal ini sangatlah penting mengingat situasi politik dan keamanan Indonesia yang tidak menentu saat ini dan banyaknya kemudahan-kemudahan yang ditawarkan kepada konsumen lewat discount dan harga khusus, baik bagi konsumen asing maupun kunsumen lokal. Dan kepada media-pun hotel Borobudur telah menjaga dan membina hubungan secara baik, seperti cukup seringnya hotel Borobudur mengundang mereka bila akan mengeluarkan produk-produk baru, begitu pula dengan pelanggannya, hotel Borbudur selalu aktif menghubungi dan mengontak para pelanggannya baik lewat telephon, fax atau e-mail sehingga diharapkan dapat meningkatkan citra positif hotel Borobudur.
Namun masih terdapat beberapa penyimpangan / kekurangan, seperti kurang aktif atau kurang gencarnya hotel Borobudur melakukan promosi terhadap produknya, hal ini dapat dilihat dari jarangnya hotel Borobudur memasang iklan bila hotel Borobudur telah melakukan suatu kegiatan, belum dapat melakukan suatu terobosan besar dengan mengundang tamu-tamu panting untuk menginap, meskipun hal tersebut telah dicoba dilakukan tetapi belum rnembuahkan hasil yang maksimal, dan adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan public relations dan advertising. Atas dasar kenyataan tersebut maka penulis menyarankan agar melakukan promosi secara gencar (hard selling) terutama yang berhubungan dengan event-event besar, lakukan secara terus menerus terobosan-terobosan baru dengan menawarkan produk-produk yang kompetitif bagi konsumen ,sehingga target pasar dapat dicapai secara maksimal. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Saviatry Nazahar
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Wiryadinata
"Standar kualitas pelayanan suatu hotel dibuat berdasarkan persepsi manajemen hotel terhadap harapan pelanggannya. Dengan asumsi bahwa manajemen telah memiliki persepsi yang tepat mengenai harapan pelanggannya, maka masalah berikutnya adalah bagaimana menterjemahkan persepsi tersebut menjadi suatu standar kualitas pelayanan, suatu standar pelayanan yang operasional - yang dapat diimplementasikan dan dapat diukur.
Untuk memperoleh gambaran bagaimana penetapan standar kualitas pelayanan di Hotel XYZ, dilakukan penelitian terhadap individu (manajer dan karyawan) pada unit-unit kerja/departemen yang ada di Hotel XYZ mengenai persepsi manajer dan karyawan terhadap adanya standar kualitas pelayanan, persepsi manajer dan karyawan terhadap adanya kesenjangan (Gap-2 berdasarkan Gaps Model of Service Quality) serta persepsi manajer dan karyawan terhadap penyebab kesenjangan tersebut.
Pengukuran persepsi tentang adanya standar kualitas pelayanan dilakukan dengan memberikan questionnaire yang meliputi ke 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu (1) Penampilan fisik / tangible, (2) Kemampuan mewujudkan janji / reliability, (3) Kecepatan tanggapan dalam memberikan pelayanan / responsiveness, (4) Kemampuan memberikan jaminan pelayanan yang baik / assurance, dan (5) Kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan / empathy. Sedangkan persepsi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan adanya kesenjangan meliputi (1) faktor komitmen manajemen terhadap kualitas pelayanan, (2) faktor penetapan tujuan/sasaran, (3) faktor standarisasi tugas-tugas, dan (4) faktor keyakinan/kemampuan memenuhi harapan pelanggan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajer memiliki persepsi lebih tinggi (skala 6.18) dari pada karyawan (skala 5.86) dari skala 7.00 dalam hal adanya standar kualitas pelayanan di Hotel XYZ. Adanya kesenjangan pada manajer (0.82) dan pada karyawan (1.14) disebabkan oleh karena adanya kesenjangan terutama pada faktor kurangnya standarisasi tugas-tugas (1.65) disusul oleh faktor kurangnya penetapan tujuan/sasaran (goal setting), (1.04).
Kesenjangan-kesenjangan tersebut dapat diperkecil dengan (1) mensosialisasikan standar kualitas yang sudah ada baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, (2) memberikan kesempatan kepada karyawan yang kontak langsung dengan pelanggan untuk memberikan masukan-masukan mengenai standar kualitas pelayanan, yang selanjutnya didiskusikan dan dibahas untuk menentukan standar kualitas yang lebih sesuai dengan harapan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T10084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Wahyu Putranto
"Struktur persaingan industri perhotelan di Yogyakarta semakin ketat. Kondisi mi memaksa Ambarrukmo Palace Hotel (APH) mengembangkan
strategi penetapan tarif kamar yang fleksibel agar mampu bersaing dengan hotel berbintang empat lainnya. Tujun penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisa dan mengukur efektivitas strategi penetapan tarif kamar
hotel APH disesuaikan dengan target pendapatannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi mi adalah kepustakaan dan analisa data yang mengarah ke pengukuran tingkat efektivitas strategi penetapan tarif kamar dalam mencapal target penjualan.
Peralatan analisa yang dipakai adalah Regresi Linier Tiga Variabel, yaitu varibel tarif kamar standar ganda, superior ganda dan suite deluxe serta biaya promosi, yang dikorelasikan terhadap tingkat penghunian kamar APH
Semakin tinggi occupancy rate menunjukkan bahwa penerapan strategi penerapan tarif kamar benar-benar efektif.
Hasil penelitidn menunjukkan bahwa pada kamar standar ganda memiliki tingkat korelasi negatif dimana bila tarif kamar dinaikkan maka tingkat
penghuniannya berkurang. Sebaliknya, pada kamar kategori superior ganda dan suite deluxe apabila tarif kamar dinaikkan maka tingkat penghuniannya meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga bukanlah merupakan
satu-satunya penentu tinggi rendahnya tingkat penghunian kamar APH.
Variabel lain seperti promosi serta perilaku konsumen yang menganggap
harga samadengan kualitas ternyata berpengaruh atas occupancy rate APH.
Jadi penulis menyarankan agar pihak manajemen hotel Ambarrukmo meningkatkan anggaran dan kegiatan promosinya serta kualitas pelayanan
kepada para tamu. Tujuannya agar para tamu memperoleh kesan memuaskan berniat menginap di Hotel Ambarukmo."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S18738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bardi, James A.
New Jersey: John Wiley & Sons, 2007
647.94 BAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Daru Dewi
"Penelitian ini menggambarkan tentang kinerja aset Graha Wisata milik Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta. Graha Wisata adalah aset pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berfungsi untuk memberikan pelayanan akomodasi alternatif khususnya bagi mahasiwa dan pelajar yang berkunjung ke Kota Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah : a. Mengukur kinerja aset Graha Wisata dengan pendekatan Balanced Scorecard. b. Mendeskripsikan masing-masing perspektif kinerja aset Graha Wisata ditinjau dari perspektif keuangan, kepuasan pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. c. Membandingkan karakter pengunjung pada 3 lokasi yang berbeda, yaitu Graha Wisata Kuningan, Ragunan, dan Taman Mini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptif eksplanatoris dengan pendekatan Balanced Scorecard yang pertama kali di perkenalkan oleh (Kaplan dan Norton, 1996). Pengumpulan data dilakukan terhadap 263 pengunjung pada Graha Wisata Kuningan, Ragunan, Taman Mini dan 25 orang pegawai UPT Graha Wisata.
Dari analisis data, wawancara, dan pengamatan di lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1) Kinerja Aset Graha Wisata milik Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta selaku penyelenggara pelayanan di bidang akomodasi dengan pendekatan Balanced Scorecard mendapat nilai sedang/cukup. 2) Dari keseluruhan perspektif yang diukur diperoleh nilai yang bervariasi, dari cukup baik sampai dengan sangat baik. Kinerja keuangan mendapat nilai sangat baik, kinerja pelanggan mendapat nilai kurang baik, sedang, sampai sangat puas, sedangkan kinerja proses bisnis internal mendapat nilai baik, kinerja pembelajaran dan pertumbuhan mendapat nilai baik. Namun bila dilakukan analisis terhadap Daftar Anggaran Satuan Kerja dan pendapat ahli, ternyata selama ini apa yang terukur masih sekadar pada tolok ukur output atau keluaran, sedangkan pada tolak ukur outcome atau dampak belum sepenuhnya terukur.
Dari hasil perbandingan karakter pengunjung pada 3 lokasi aset, ternyata ada kecenderungan atau hubungan 7 karakter pengunjung pada aset Graha Wisata tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung pada aset Graha Wisata mempertimbangkan jarak atau kedekatan lokasi aset dengan tujuannya berkunjung, fasilitas yang tersedia, dan kegiatan yang berlangsung di sekitarnya. Penelitian ini memberikan saran kepada pengelola aset Graha Wisata untuk memperbaiki fasilitas, meningkatkan pelayanan yang meliputi pelayanan dalam ruangan maupun di luar ruangan, melakukan inovasi dalam promosi, merealisasikan status UPT Gaha Wisata menjadi Badan Layanan Umum.

This research describes about the Graha Wisata Youth Hostel asset management performance of Department of Tourism, Jakarta Provincial Goverment. Graha Wisata Youth Hostel is an asset government that give the alternative accommodation services especially to young man and student who visits to Jakarta City. The target of this research is : a. To approach of Balanced Scorecard concept. b. To describe of each Youth Hostel Graha Wisata asset performance perpective as finance, customer satisfaction, internal business process, learning and growth process. c. To compare customer characteristic on 3 different locations, that is Kuningan Youth Hostel, Ragunan Youth Hostel, and Taman Mini Youth Hostel.
This research used descriptive explanation method with the Balanced Scorecard concept that introduced by Kaplan and Norton, 1996. The data collected by questionnaire and interview from 263 visitors at Kuningan Youth Hostel, Ragunan Youth Hostel, Taman Mini Youth Hostel, and 25 officers of Technical Officer Youth Hostel Tourism Department Jakarta Provincial Government.
From data analysis, interview, and observation in research location, had been concluded that :1. The asset performance of Graha Wisata Youth Hostel as the service organizer in accommodation get an ?average? score which obtained by the approach of Balance Scorecard concept. 2. From the whole perpectives that measured by the Balance Scorecard concept, it's obtained variety score, with the range of ?poor?, ?average?, to ?very good?. The performance of finance gets a "very good" score, customer performance get the score with the range of "poor", "average" to "very good". The performance of internal business process gets the score of ?good?, as well as the performance of learning and growth.When analysis to Budget list of activity, and expert opinion, the reality what measured still measuring at output only, while measuring of outcome or affect not yet been measured.
From the result of visitor character comparison at 3 asset location, in the reality there are tendency or relation for 7 visitor character at certain asset Graha Wisata. This matter indicate that the visitor at asset Graha Wisata consider the distance of asset location with their visit purpose, the available facility, and activity around this asset As the result of the research, we recommend to Graha Wisata Youth Hostel organizer, to improve their facilities, their services both internal and external room, to do some inovations in promotion, and to change the Technical Executive Unit Gaha Wisata Youth Hostel become to the Public Service Institution."
2008
T307.76 / 2008 (18)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Armand P.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nadia Zein
"Perkembangan yang pesat dalam bisnis perhotelan pada saat ini merupakan konsekuensi dari semakin berkembangnya dunia pariwisata di Indonesia. Dengan semakin banyaknya jumlah hotel di Indonesia, persaingan yang harus dihadapi oleh seluruh hotel, khususnya hotel berbintang, semakin bertambah berat dan ketat. Persaingan ini mendorong pihak manajemen hotel untuk terus menerus memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya agar dapat mencapai mutu perusahaan yang excellent serta memiliki competitive advantage. Karena hanya dengan enterprise excellence, hotel yang bersangkutan dapat mempertahankan eksistensinya dalam bisnis perhotelan serta sukses dalam kancah persaingan yang semakin ketat. Agar dapat mencapai enterprise excellence, melalui peranan akuntansi manajemen, sebuah hotel membutuhkan anus informasi aktual yang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, serta dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, suatu alternatif baru dibutuhkan, karena ternyata sistem yang tradisional tidak dapat memberikan informasi seperti yang diinginkan. Alternatif sistem baru tersebut adalah sistem akuntansi manajemen yang didasarkan pada pengelolaan aktivitas, yang disebut sebagai Activity-Based Management (ABM). ABM merupakan analisa lebih lanjut dari sistem Activity-Based Costing (ABC) yang dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas pelayanan serta meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh konsumen dari pelayanan yang diberikan tersebut. ABM dapat pula membantu perusahaan dalam menetapkan biaya dengan lebih akurat, menekan biaya dengan cara menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak dapat memberikan nilai tambah pada perusahaan, serta membantu perusahaan dalam meningkatkan profit yang dihasilkannya. Adapun analisa yang tercakup dalam sistem ABM ini adalah mencakup: analisa aktivitas (activity analysis), analisa pemicu biaya (cost driver analysis), dan pengukuran kinerja (performance measurement). Ketiga analisa ini digunakan melalui lima tahap implementasi jika perusahaan ingin menerapkan ABM dalam sistem akuntansi manajemennya. Kelima tahap tersebut adalah : (1) Activity Analysis, (2) Market Targeting, (3) Business Process Improvement, (4) Activity Improvement, dan (5) Process Control. Dengan diterapkannya analisa ABM melalui tahap-tahap tersebut, diharapkan sebuah hotel dapat memperoleh pemahaman mengenai proses/aktivitas yang dilakukan dalam hotel tersebut, serta dapat pula menghasilkan informasi penting (financial maupun nonfinancial), guna membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Sehingga pada akhirnya, hotel tersebut akan dapat meningkatkan kepuasan konsumen (customer satisfaction), akurasi dalam penetapan biaya, serta menghasilkan peningkatan yang berkelanjutan (continuous improvement), yang kesemuanya itu sangat menunjang dalam mencapai enterprise excellence."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Prasetyo Hadi Atmoko
Yogyakarta: Explore, 2018
647.94 PRA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>