Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Tamar
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari adanya asumsi bahwa KUD tidak bisa maju, karena pengelolanya tidak memiliki tingkah laku entrepreneur (jiwa kewiraswastaan), serta banyaknya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengelolaan KUD. Sementara tuntutan untuk mengembangkan KUD pada khususnya dan koperasi pada umumnya semakin dirasakan perlunya baik ditinjau dari segi yuridis yaitu amanat UUD 1945 dan GBHN, maupun dari segi manfaatnya pada masyarakat. Sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional di antara BUMN dan swasta, koperasi nampaknya belum memberikan konstribusi secara berarti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga diperlukan upaya strategis untuk memacu gerak koperasi sehingga mampu berkembang dan bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya.
Manajer KUD sebagai pengelola usaha merupakan tulang punggung dalam usaha untuk memajukan KUD. Untuk itu sebagai langkah awal dalam membenahi manajemen KUD adalah dengan melibat potensi sumber daya manusia yang merupakan kunci utama keberhasilan suatu usaha, dalam hal ini manajer KUD dituntut pada dirinya kemampuan-kemampuan dalam pengelolaan usaha KUD. Kemampuan utama dalam pengelolaan usaha adalah tingkah laku antreprenur.
Untuk itu penelitian ini berusaha mengungkapkan bagaimana persepsi terhadap lingkungan tugas dan tingkah laku antreprenur manajer KUD yang dihubungkan dengan keberhasilan manajer yang dilihat dari kemandirian KUD yang dikelolanya. Persepsi terhadap lingkungan tugas meliputi empat jenis yang merupkan obyek persepsi yaitu kebijaksanaan pemerintah/aparaturnya, anggota KUD/pelanggan, penyalur dan pesaing. Tingkah laku antreprenur meliputi sembilan aspek tingkah laku yaitu : tingkah laku instrumental, tingkah laku prestatif, tingkah laku keluwesan bergaul, tingkah laku kerja keras, tingkah laku keyakinan diri, tingkah laku pengambilan risiko, tingkah laku swakendali, tingkah laku inovatif, dan tingkah laku kemandirian. Disertai beberapa variabel lain yaitu : tingkat pendidikan, lama kerja, umur, dan pelatihan.
Penelitian ini bersifat ex post facto; subyek penelitian adalah manajer KUD di Sulawesi Selatan sebanyak 151 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala pengukuran model Likert skala 1 sampai 6. Teknik analisis yang dipergunalcan adalah Regresi Berganda (Multiple Regression) dengan taraf signifikansi 0,05.
Dari hasil analisis regresi berganda ditemukan beberapa hal yaitu :
a. Persepsi terhadap lingkungan tugas dan tingkah laku antreprenur beserta variabel-variabel bebas lainnya secara bersama-sama ternyata mempunyai sumbangan yang bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD. Diantara variabel-variabel itu ternyata yang memberikan sumbangan unik secara bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD adalah tingkah laku antreprenur dan lama kerja.
b. Masing-masing jenis persepsi terhadap lingkungan secara bersama-sama memberikan sumbangan secara bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD. Jenis persepsi yang paling menonjol sumbangannya adalah persepsi terhadap pesaing.
Masing-masing aspek tingkah laku antreprenur secara bersama-sama memberikan sumbangan yang bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD. Aspek tingkah laku antreprenur yang menonjol sumbangannya terhadap unjuk kerja manajer KUD adalah tingkah laku prestatif dan pengambilan risiko."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chely Veronica Mauruh
"ABSTRAK
Latar Belakang. Kekuatan dengan motivasi tinggi dan kompitmen dalam suatu organisasi menggambarkan budaya organisasi. Manajer bertanggung jawab atas kinerja stafnya. Kepala ruangan adalah tenaga keperawatan yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang perawatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 209 responden. Penelitian dilaksanakan pada tiga rumah sakit di Sulawesi Tengah. Hasil. Nilai signifikansi hubungan budaya organisasi dan kinerja p<0.001, dan hubungan pelaksnaan fungsi manajemen kepala ruangan dan kinerja p<0.05. Kesimpulan ada hubungan antara budaya organisasi dan kinerja perawat pelaksana. Ada hubungan antara pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Rekomendasi diperlukan sosialisasi mengenai visi dan misi organisasi untuk mengarahkan perawat pelaksana dalam mengoptimalkan kinerjanya. Peningkatan pelaksanaan fungsi manajemen kepapa ruangan akan membantu memaksimalkan pemahaman mengenai budaya organisasi.

ABSTRACT
Background. Strength with high motivation and commitment in organizational organization. The manager is responsible for the performance of his staff. Outside heads are responsible actions to develop and control nursing care activities in the care setting. The purpose of this research is to know the relation between work and task implementation with nurse executor. Method used is cross sectional approach with 209 respondents. The study was successful in three hospitals in Central Sulawesi. Results. The value of significance of organizational relations and performance p <0.001, and relationship head management functions implementation and performance p <0.05. Conclusion There is a relationship between the organization and the performance of the implementing nurse. There is a relationship between the task performed with the performance of the nurse. Recommendations are needed for the socialization of the organization's vision and mission to direct the implementing nurse in its performance performance. Improve the management functions of the need for understanding."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaidir Arifin
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepercayaan terhadap organisasi dan perilaku kerja inovatif pada konteks industri kreatif di Indonesia. Dengan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, industri kreatif perlu untuk dikembangkan. Salah satu hal yang sangat penting bagi industri kreatif adalah inovasi yang dilakukan oleh karyawannya. Sampel pada penelitian ini adalah karyawan PT. X yang merupakan salah satu perusahaan yang termasuk ke dalam sub-sektor industri kreatif di Indonesia. Terdapat 395 responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Innovative Work Behavior Scale dari Janssen (2000) dan Organizational Trust Inventory dari Cummings dan Bromiley (1995b). Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Pearson Product Moment, Independent Sample T-Test, dan One Way Anova.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan terhadap organisasi danperilaku kerja inovatif pada PT. X (r = .060). Namun, pada penelitian ini ditemukan perbedaan mean yang signifikan antara faktor-faktor demografis dari perilaku kerja inovatif yakni jenis kelamin, tingkat pendidikan, level jabatan, dan departemen.

This study was conducted to examine the relationship between organizational trust and innovative work behavior in the context of creative industry.With a considerable contribution to the Indonesian economy, creative industries need to be developed. One thing that is very important for the creative industry are innovations made by employees. Samples in this study are employees of PT. X which is one of the companies that belong to the sub-sectors of the creative industries in Indonesia. There were 395 respondents in this study.
This research is a quantitative research that using measuring devices Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) and Organizational Trust Inventory from Cummings and Bromiley (1995b). The analysis technique used in this study is the Pearson Product Moment, Independent Sample T-Test, and One Way Anova.
Results from this study indicate that there is no significant relationship between organizational trust and innovative behavior at work in PT. X (r = .060). However, this study found significant differences in the mean between demographic factors of the innovative work behavior that is gender, education level, job level and department.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Maria Hatta
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif pada perusahaan X. Penelitian ini didasarkan pada pesatnya perkembangan dari industri kreatif. Pendekatan yang sesuai dalam menghadapi hal tersebut adalah pendekatan inovatif yang dapat memicu diterapkannya perilaku kerja inovatif dalam organisasi. Salah satu hal yang dapat memiliki hubungan dengan perilaku kerja inovatif adalah identitas organisasi. Identitas organisasi sendiri memiliki peranan penting dalam memandu perilaku kayawan yang diharapkan muncul. Terdapat total 401 karyawan perusahaan X yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Perusahaan X merupakan perusahaan yang memiliki nilai inovatif dan bergerak dalam bidang industri kreatif dengan sub-kelompok penerbitan dan percetakan. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan Organizational Identity Scale (Etikariena, 2015). Dengan menggunakan teknik analisis pearson product moment correlation, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif (r= .063, p> .05).
;This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05).
, This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05).
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romina Saraswati Himawan
"ABSTRAK
YPF-Maus Southeast Sumatra, LLC. adalah salah satu perusahaan minyak asing
yang beroperasi dl indonesia sebagai kontraktor bagi hasil Pertamina. Satu setengah tahun
yang lalu tepatnya 1 Mei I997, manajemen memutuskan untuk mengadakan perubahan
struktur organisasi di Departemen Eksploitasi dan struktur organisasi fungsional menjadi
unit bisnis. Peralihan dan pelaksanaan perubahan tersebut memberikan dampak positif dan
negatif baik pada perusahaan maupun pada karyawan perusahaan.
Persepsi dari karyawan Departemen Eksploitasi mengenai perubahan ini didapatkan
dengan melakukan jajak pendapat secara random. Jajak pendapat merupakan salah satu cara
yang efektif untuk mengumpulkan data terutama mengenai persepsi responden. Studi
persepsi ini perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang paling akurat yang berkenaan
dengan karyawan yang terkait, sebab karyawanlah yang terkena dampak adanya perubahan
ini.
Responden dipilih secara acak dan diminta untuk mengisi jajak pendapat. Responden
cukup bervariasi dalam hal jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, masa kerja, tingkat
pekerjaan, dan latar belakang pekerjaan. Responden adalah mereka yang mengalami masa
berlakunya kedua struktur organisasi tersebut, sehingga dapat membuat perbandingan dan
keduanya.
Responden memberikan persepsinya atas hal-hal tersebut di atas, dan juga persepsi
atas unit bisnis yang kini diberlakukan. Persepsi tersebut mencakup beberapa hal seperti
struktur organisasi yang sesuai untuk perusahaan dan yang sesuai untuk pengembangan
karir karyawan. Keadaan unit bisnis saat ini, misalnya komposisi unit bisnis, komunikasi
antar anggota, sistem kontrol dan koordinasi, sistem penghargaan atas kinerja, adalah
beberapa hal yang mendapatkan perhatian dari adanya perubahan struktur organisasi.
Pada akhirnya karyawan sebagai bagian dari unit bisnis harus mengetahui secara
jelas konsep dan tujuan unit bisnisnya, demikian pula dengan target yang telah ditetapkan
oleh kantor pusat dan harus dicapai oleh tiap unit bisnis.
Berdasarkan studi persepsi yang dilakukan di Departemen Eksploitasi ini dapat
disimpulkan bahwa karyawan menerima perubahan struktur organisasi tersebut, tetapi dalam
pelaksanaannya memerlukan waktu dan profesionalisme dari semua pihak. Bukan berarti
bahwa struktur yang sebelumnya tidak baik, tetapi dengan perkembangan
perusahaan organisasi, struktur unit bisnislah yang sesuai dengan tujuan dari
perusahaan/organisasi saat ini.
Perubahan struktur organisasi ini diyakini menjadi hal yang menunjukkan
kedinamisan suatu perusahaan pada saat struktur yang lama tidak memuaskan lagi. Persepsi
ini bukan untuk menentukan struktur organisasi yang terbaik, tetapi untuk memberi
gambaran struktur yang sesuai untuk tiap perusahaan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajri
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara persepsi kesempatan promosi dan komitmen organisasi pada karyawan Generasi Y di beberapa perusahaan. Pengukuran persepsi kesempatan promosi menggunakan alat ukur Job Descriptive Index (JDI) yang disusun oleh Bowling Green State University (2009) dan merupakan pengembangan Job Descriptive Index (JDI) oleh Smith, Kendall, dan Hullin (1970) dengan nilai reliabilitas sebesar .825. Pengukuran komitmen organisasi menggunakan alat ukur Organizational Commitment Scale (OCS) yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1997) dengan nilai reliabilitas sebesar .760. Kuesioner kedua alat ukur ini diberikan kepada 191 karyawan Generasi Y.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki hubungan yang positif signifikan (r = .315, p < .001) dengan persepsi kesempatan promosi pada karyawan Generasi Y. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa berdasarkan data demografis partisipan, jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak memiliki perbedaan mean yang signifikan terhadap kedua variabel tersebut. Sedangkan, data demografis berdasarkan status kepegawaian dan status pernikahan memiliki perbedaan mean yang signifikan pada persepsi kesempatan promosi dan tidak mempunyai perbedaan mean yang signifikan pada komitmen organisasi.

This research intended to see the relationship between organizational commitment and perception of promotional chance among Generation Y employees on several companies. Perception of promotional chance was measured by Job Descriptive Index (JDI) by Smith, Kendall, Hullin (1970) and has reliability coefficient .825. Measurement of organizational commitment conducted with Organizational Commitment Scale (OCS) which is developed by Allen and Meyer (1997) and has reliability coefficient .760. Both of this scale administrated to 191 Generation Y employees.
The result showed that organizational commitment had positive significant relationship with perception of promotional chance on Generation Y employees (r = .315, p < .001). This research also showed that according to demographical data of participants, both of variables didn’t differ based on sex and educational level. While demographic data based on employees’ status and marital status had significant mean difference on perception of promotional chance and no significant mean difference on organizational commitment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dila Fitriza Rulevy
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai hubungan antara psychological capital dan perilaku kerja inovatif di industri kreatif pada karyawan perusahaan XYZ. Hal ini didasari oleh perkembangan industri kreatif yang mengalami peningkatan pada beberapa tahun belakangan, sehingga dibutuhkan inovasi. Pendekatan psychological capital digunakan untuk dapat unggul dalam berkompetisi yang didasarkan pada fakta bahwa kebanyakan organisasi saat ini tidak menyadari potensi penuh dari sumber daya manusianya. Psychological capital dapat menjadi salah satu faktor internal yang dapat berperan terhadap perilaku kerja inovatif. Pengukuran psychological capital menggunakan alat ukur Psychological Capital Questionaire (PCQ-12) yang disusun oleh Luthans, Youssef, dan Avolio (2007). Pengukuran perilaku kerja inovatif menggunakan alat ukur Innovative Work Behavior Scale (IWB Scale) yang disusun oleh Janssen (2000) dan telah diadaptasi oleh Damayanti (2013). Partisipan penelitian berjumlah 398 karyawan perusahaan XYZ. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological capital dan perilaku kerja inovatif (r = 0.448, n = 398, p <0.01, two tailed).

This research was conducted to find the correlation between psychological capital and employee’s innovative work behavior in creative industry generally, XYZ company specifically. It was based on the development of creative industries which have increased in recent years, so it took innovation to deal with that condition. This new psychological capital approach to gaining competitive advantage is based on the generally accepted fact that most organizations today are not realizing the full potential of their human resources. Psychological capital can be one of internal factors that may contribute to innovative work behavior. Psychological capital was measured by using an instrument named Psychological Capital Questionaire (PCQ-12) made by Luthans, Youssef, and Avolio (2007). Innovative work behavior was measured by using Innovative Work Behavior Scale (IWB Scale) made by Janssen (2000) and adapted by Damayanti (2013). Participants of this research were 398 employees of XYZ company. The Pearson Correlation indicates positive significant correlation between psychological capital and innovative work behavior (r = 0.448, n = 398, p <0.01, two tailed)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Khairiyah
"Penelitian terkait perilaku kewargaan organisasi pada profesi pelayanan kesehatan masih menjadi pusat perhatian hingga saat ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, koefisien korelasi antara occupational future time perspective (OFTP) dengan perilaku kewargaan organisasi yang diarahkan pada individu (PKO-I) dan perilaku kewargaan organisasi yang diarahkan pada organisasi (PKO-O) tergolong kecil, yang mengindikasikan peran variabel lain sebagai mediator pada hubungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek mediasi dari persepsi kompleksitas kerja pada hubungan antara OFTP dengan PKO-I dan PKO-O. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah conservation of resources (COR). Pengumpulan data menggunakan convenience sampling terhadap karyawan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Makassar (N = 311). Pengumpulan data dilakukan dengan dua sumber yang berbeda untuk meminimalkan common method bias, dimana variabel prediktor dan mediator diukur menggunakan self-report questionnaire, dan variabel outcome diukur menggunakan peer-rating questionnaire. Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling dengan menggunakan SmartPLS ver. 3. Hasil penelitian menemukan bahwa kompleksitas kerja hanya memediasi hubungan antara OFTP dan PKO-O.

Research related to organizational citizenship behavior (OCB) in the health care profession is still the center of attention to this day. Previous studies show that the coefficient correlations between Occupational Future Time Perspective (OFTP) and OCBs are quite low, indicating other variables to mediate the relationships. This study aims to investigate the mediating effect of job complexity on the relationship between OFTP and Organizational Citizenship Behavior directed at organizations (OCBO) and Organizational Citizenship Behavior directed at individuals (OCBI). Drawing on conservation of resources (COR) theory, it is argued that OFTP may serve as the personal resource that lower the perception of job complexity, and in turn positively affect OCBI and OCBO. Data were collected using convenience sampling method from healthcare workers in five public hospitals in Makassar (N = 311). Different sources of data were employed to minimize common method bias, wherein the predictor and mediator variables were collected using self-report surveys, and outcome variables were collected using a peer-rating survey. Data were analyzed using Structural Equation Modeling with the SmartPLS ver. 3. Results showed that job complexity only significantly mediated the relationship between OFTP and OCBO."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
MK Deden Gandana
"Penelitian ini telah dilakukan terhadap 30 orang sampel secara acak proporsional berdasarkan tingkatan pendidikan di bagian administrasi STISI, sebagai bahan analisis hubungan pengorganisasian dengan produktivitas tenaga kerja (pegawai) di bagian administrasi STISI.
Hasil penelitian berdasarkan jawaban responden untuk pengorganisasian didapat jumlah skor terendah 93 dan skor tertinggi 140. Di mana seluruhnya (100%) jawaban responden di atas jumlah skor rata-rata responden (X > X), hal ini menunjukkan pengorganisasian di bagian administrasi STISI dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip organisasi, yaitu adanya :
(1) perumusan tujuan dengan jelas, (2) pembagian pekerjaan, (3) koordinasi, (4) pelimpahan wewenang, dan (5) kesatuan perintah.
Untuk produktivitas tenaga kerja (pegawai) di bagian administrasi STISI, didapat hasil penelitian dengan skor terendah 72 dan skor tertinggi 144. Dari jumlah responden yang ada, 4 responden (13,33%) berada di bawah nilai jumlah skor rata-rata responden, 26 responden (86,67%) berada di atas nilai jumlah skor rata-rata administrasi STISI mempunyai sikap mental ke arah produktivitas tenaga kerja (pegawai), yaitu (1) lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan, (2) bermotivasi tinggi, (3) memenuhi orientasi kerja positif, (4) dewasa, dan (5) dapat bergaul dengan efektif.
Hasil analisis statistik inferensia dengan menggunakan koefisien korelasi product moment pada metoda parametrik didapat hubungan positif antara pengorganisasian dengan produktivitas tenaga kerja (pegawai) bagian administrasi STISI (r=0,3446) atau sebesar 11,87%. Semua indikator pengorganisasian mempunyai hubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja (pegawai) di bagian administrasi STISI dan mempunyai keberartian (signifikansi) hubungan setelah dilakukan uji keberartian (signifikansi) koefisien korelasi kecuali pelimpahan wewenang, karena adanya hambatan dalam pelaksanaan pelimpahan wewenang dari unsur pimpinan STISI, sehingga mengganggu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Pada kesatuan perintah ditemukan kesulitan dalam pengambilan keputusan karena adanya dikotomi dalam penyelenggaraan dan pengelolaan STISI, yaitu kewibawaan struktur birokrasi administrasi dan kewibawaan fungsional akademik.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengorganisasian dengan produktivitas kerja (pegawai) di bagian administrasi STISI walaupun hanya 11,87%. Hal ini berarti bahwa terdapat 88,13% yang menjadi faktor hubungan dengan produktivitas tenaga kerja, sehingga walaupun pengorganisasian dilaksanakan optimal tidak akan maksimum meningkatkan produktivitas tenaga kerja (pegawai) bagian administrasi STISI. Disarankan pada penelitian ini meningkatkan pelaksanaan pengorganisasian khususnya dalam memperjelas pelimpahan wewenang dan dilakukan rekonsiliasi antara kewibawaan struktur birokrasi administrasi dan kewibawaan fungsional akademik."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yongki Yeremia
"ABSTRAK
Atasan atau pemimpin dan bawahan atau pengikut merupakan dua komponen
yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia organisasi. Seorang atasan tidak hanya
memimpin sekelompok individu sebagai pekerja. Seorang atasan adalah pemimpin
organisasi. Demikian pula halnya para bawahan, bukan sekedar para pekerja yang bekerja
secara bersama-sama. Bawahan adalah pada individu yang menjadi bagian dari sebuah
organisasi, yang tidak hanya harus bekeija, tetapi memiliki kepentingan yang lebih luas
terhadap keberadaan organisasi, sebagaimana halnya seorang atasan atau pemimpin.
Efektivitas kepemimpinan seseorang dapat bergantung dari hubungan antara dirinya
dengan bawahan, pekerjaan yang harus dilaksanakan, serta persepsi tentang kekuasaan
manajer. Persepsi bawahan terhadap gaya kepemimpinan atasan atau pemimpin tersebut
dapat mempengaruhi perilaku dari para pekerja terhadap perilaku pemimpinnya dan
bahkan dapat mempengaruhi kinerja atau output dari organisasi serta pencapaian tujuan
organisasi yang banyak ditentukan oleh peran seorang atasan, apalagi bila apa yang
dipersepsikan pada kenyataan terhadap atasannya jauh berbeda dengan ekspektasi atau
apa yang diharapkan oleh bawahan. Perbedaan apa yang dipersepsikan bawahan pada
kenyataannya dalam organisasi dengan apa yang diharapkan atau menjadi ekspektasi
didalam pikiran mereka mengenai atasan mereka dapat menimbulkan konflik dalam diri
mereka dan berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan tentu saja produktivitas mereka
dalam bekerja.
Penelitian ini membandingkan disposisi dua kelompok pemimpin dari asal negara
yang berbeda untuk melihat persepsi dan ekspektasi dari para pekerja lokal terhadap gaya
kepemimpinan mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian karena pada era globalisasi ini,
dunia kepemimpinan di Indonesia tidak hanya di kuasai oleh pemimpin-pemimpin lokal,
semakin banyak pemimpin asing masuk ke Indonesia sejalan dengan masuknya investasi
dan perdagangan bebas ke Indonesia. Partisipasi dalam kelompok-kelompok kerja lintasbudaya
pun telah menjadi hal yang lumrah terjadi sehari-hari di era globalisasi ini.
Semakin baik dan sesuai perilaku atau gaya kepemimpinan pemimpin yang mereka
persepsikan dan sesuai dengan ekspektasi dan nilai-nilai budaya mereka, maka semakin
besar kemungkinannya untuk mengikuti dan menerima pengaruh kepemimpinan atas
mereka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitaif dengan
desain Ex Posi Facio Fieid Studi es. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner dengan menggunakan kuesioner persepsi dan kuesioner ekspektasi bawahan terhadap gaya kepemimpinan atasan yang telah di susun sendiri oleh peneliti berdasarkan
lima tipe gaya kepemimpinan Managerial Grid dari Blake dan Mouton.
Uji coba kuesioner persepsi dan kuesioner ekspektasi bawahan terhadap gaya
kepemimpinan atasan dilakukan sebanyak dua kali pada partisipan dengan karakteristik
yang sesuai kedua dengan kelompok partisipan penelitian. Kedua uji coba diolah dengan
metode korelasi poin! biserial dan memang masih terdapat beberapa item yang memiliki
korelasi yang masih kurang baik namun telah dapat membedakan kelima gaya
kepemimpinan tersebut.
Uji lapangan dilakukan di CNOOC SES, Ltd, sebuah perusahaan industri minyak
yang berkantor pusat di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
bawahan memiliki ekspektasi akan seorang pemimpinan lokal maupun ekspatriat dengan
dimensi tugas maupun hubungan yang tinggi dalam memimpin atau gaya kepemimpinan
Team Leader (9,9). Pada kenyataannya, sebagian besar atasan atau pemimpin asing dan
lokal di CNOOC SES,Ltd memang dipersepsikan memiliki dimensi tugas maupun
hubungan.yang tinggi. Hal ini terlihat dengan 56,67% atasan ekspatriat China dan
83,33% atasan lokal dipersepsikan menerapkan gaya kepemimpinan Team Leader (9,9)
oleh para pekerja lokal. Menurut peneliti hasil penelitian tersebut kemungkinan
disebabkan oleh sistem kerja team work yang membuat ciri gaya kepemimpinan Team
Leader (9,9) berlaku pula pada sebagain besar pemimpin di CNOOC SES, Ltd.
Dominansi gaya kepemimpinan ini pada kedua kelompok pemimpin yang berbeda bangsa
juga membuktikan bahwa nampaknya fimctional culiure atau budaya bekerja di CNOOC
SES.Ltd lebih kuat pengaruhnya dari pada budaya nasional masing-masing pemimpin.
Sedangkan dari hasil perbandingan dengan perhitungan Chi-Square disimpulkan bahwa
asal negara atau bangsa atasan (Indonesia dan China) dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap kesesuaian persepsi-ekspektasi bawahan terhadap mereka. Namun,
bila dicermati perbedaan kesesuaian persepsi-ekspektasi bawahan yang lebih redah pada
kelompok atasan ekspatriat China dibanding kelompok atasan Indonesia,
mengindikasikan bahwa potential problem antara atasan-bawahan sepertinya memang
lebih besar terjadi pada atasan asing yang berbeda latar belakang budaya. Implikasinya
tingkat kepercayaan dan kekuatan followership terhadap pemimpin lokal pun lebih besar
dibanding terhadap pemimpin asing atau ekspatriat.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang perlu dikembangkan
lagi dengan mengambil sampel yang lebih besar agar dapat digeneralisasikan lagi pada
populasi yang lebih luas. Agar penelitian ini lebih baik, peneliti juga menyarankan untuk
menambah variasi kelompok penelitian pada kelompok pimpinan ekspatriat yang
memiliki ciri budaya nasional yang secara signifikan berbeda dengan Indonesia, seperti
negara-negara barat. Selain itu untuk memperkaya dan memperkuat hasil penelitian
alangkah baiknya jika pada penelitian berikutnya bila memungkinkan dikombinasikan
dengan metode kualitatif."
2004
S3437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>