Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginarti Budiman
"ABSTRAK
A cross sectional study on nutritional status of children from small scale farmers' household applying different cropping pattern, was carried out in Cianjur District, West Java Province, Indonesia. There were 47 households producing vegetable (VPH) and 44 households producing rice (RPH), which were selected. Children from small-scale farmers? households seem to be quite vulnerable of malnutrition. Comparation of these two groups of small-scale farmers showed that stunting prevalence among children belonging to rice farmers' households was greater than children belonging to vegetable farmers. Dietary of nutrient intake was less in children from rice group than children from vegetable group. Monthly expenditure per capita from rice farmers' households was less than vegetable farmers' households had.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Setyawan
"Penelitian ini merupakan analisa data sekunder dari data penelitian mengenai Pola Pemberian Makan, Masukan Makanan, dan Status Gizi Anak Umur 0 - 23 bulan di Indramavu. Jawa Barat 1997. Desain Penelitian adalah Cross Sectional. Analisis data yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara praktek pemberian makan dan karakteristik lain dengan status gizi bayi usia 6-11 bulan di Kecamatan Gabus Wetan dan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tahun 1997. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10,8 % bayi umur 6-11 bulan memiliki status gizi kurang. Sebagian besar (88,7 %) bayi diberikan ASI, 83,3 % diberikan kolostrum dan 86.8% memiliki pola makan ASI dengan makanan tambahan. Gambaran lain dari hasil penelitian ini adalah masih tingginya penyakit infeksi (44,1 %) dan rendahnya tingkat pendidikan ibu ( SD = 89,2 %). Penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan upaya peningkatan dan perbaikan praktek pemberian makan pada bayi, perbaikan kesehatan lingkungan, serta menggalakkan pemberian ASI dan sosialisasi penggunaan MP ASI yang memenuhi syarat gizi dan annan untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada bayi.

The study analized data from survey on Feeding Pattern, Nutritional Intake, and Nutritional Status among Children 0-23 months in Indramayu, West Java, 1997. This study is a cross sectional study and the goal of this research is to get information about feeding practice and other determine factors of infant nutritional status 6-11 months old at Gabuswetan and Sliyeg subdistrict of Indramayu, 1997. The study revealed that infant 6-11 months with malnutrition were 10,8 %. 88.7 % infant were breastfeed, 83,3 % have cholostrum, and 86,8 % with breastfed with weaning foods. The other results of this study are prevalence of infectious diseases remain high (44.1 %), and most of the mothers have low educational level (5 SD = 89.2 °ro). Base on the study, it is suggested to give more attention to feed pattern practice infant 6 - 11 months, health environment rehabilitation, and also to promote and socialize breast feeding and the useful of weaning food to prevent malnutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entos
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyimpangpositif positive deviants yang berhubungan dengan status gizi normal tidakstunting dan tidak wasting pada anak usia baduta dari keluaga termiskin, denganpendekatan penyimpangan positif positive deviance . Penelitian ini menggunakandata Riskesdas tahun 2010 dari Kementerian Kesehatan RI, dengan sampel anak usia0-11 bulan dan 12-23 bulan dari keluarga termiskin yaitu dengan pengeluaran perkapita per bulan pada 10 terbawah atau maksimal < Rp 176.009.-. Status gizididasarkan kepada TB/U untuk menentukan status gizi normal dan stunting pendek dan BB/TB untuk menentukan status gizi normal dan wasting kurus .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyimpang positif positivedeviants yang berhubungan dengan status gizi normal pada anak usia 0-11 bulan darikeluarga termiskin adalah : 1 pemberian ASI dengan frekuensi > 8 kali sehari;status gizi normal bayi diberikan ASI > 8 kali sehari 68,0 , dan < 8 kali sehari53,0 p = 0,03< 0,05 OR 1,88 1,09 ndash; 3,25 , dan 2 penimbangan berat badan diPosyandu setiap bulan; status gizi normal bayi ditimbang setiap bulan di Posyandu66,7 ,dan tidak setiap bulan 52,9 p = 0,05 = 0,05 OR 1,78 1,03 ndash; 3,10 .Faktor penyimpang positif positive deviants yang berhubungan denganstatus gizi normal pada anak usia 12-23 bulan dari keluarga termiskin adalah : 1 tingkat konsumsi energi > 70 AKG; status gizi normal konsumsi energi > 70 AKG 57,6 , < 70 AKG 39,8 p = 0,014 < 0,05 , OR 2.05 1,19 ndash; 3,54 , 2 kepemilikan sarana Buang Air Besar BAB ; status gizi normal keluarga yangmemiliki sarana BAB 48,4 , tidak memiliki 33,3 p = 0,01 < 0,05 , OR 1,88 1,17 ndash; 3,02 , 3 kualitas fisik air minum kategori layak; status gizi normal pada keluargatermiskin yang memiliki kualitas fisik air minum kategori layak 46,3 , tidak layak30 p = 0,03 < 0,05 OR 2,01 1,10 ndash; 3,67 , dan 4 riwayat sakit anak saatneonatal; status gizi normal pada anak tidak pernah sakit saat neonatal 66,0 , anakpernah sakit 47,5 p = 0,03 < 0,05 OR 2,14 1,10 ndash; 4,18 .Kata kunci: Status Gizi Normal, Penyimpang Positif Positive Deviants , KeluargaTermiskin."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
D1713
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Lita Renata
"Gizi kurang merupakan keadaan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Kekurangan gizi terutama pada anak mempengaruhi resiko kematian, kesakitan, pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran status gizi anak balita berdasarkan klasifikasi kurang energi protein (KEP) menurut WHO-NCHS dan mendapat informasi hubungan KEP dengan faktor anak (konsumsi makanan, frekuensi makan, umur balita, jenis kelamin, mendapat vitadele, status kesehatan), faktor keluarga (status pekerjaan orang tua, jumlah balita, jumlah anggota keluarga, bantuan uang, lama tinggal dipengungsian) dan faktor lingkungan (sumber air bersih, ketersediaan air bersih, air minum dan kondisi jamban). Daerah survei merupakan kamp pengungsi Timor-timur yang berada di daerah Kabupaten Belu Propinsi NTT Data diambil dari keluarga yang mempunyai anak balita.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study (potong lintang), dimana data yang digunakan adalah data sekunder dari rapid Nutritional Assessment tahun 1999.
Dari 258 anak balita yang menjadi sampel didapatkan proporsi KEP 26,4% menurut BBITB dan 41,1% menurut BBIU. Dari hasil bivariat diperoleh faktor yang berhubungan dengan KEP adalah Konsumsi makan (OR=2,82 pada 95% CI :1,44-5,51), Frekuensi makan gula (OR=1,75 pada 95% CI :1,62-6,00) mendapat vitadele (OR=5,31 pada 95% CI :2,49-11,32) dan status pekerjaan ibu (OR=0,38 pada 95% CI :0,19-0,77) sedangkan hasil analisis muitivariat diperoleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi KEP, yaitu konsumsi makan (OR=3,03 pada 95%CI:1,46-6,29), frekuensi makan gula (OR=2,30 pada 95%CI:1,09-4,84), umur (OR=0,43 pada 95%Cl:0,20-0,91), mendapat vitadele (OR=2,68 pada 95%Cl:1,09-6,53) dan status pekerjaan ibu (OR=0,34 pada 95%CI:0,15-0,74) dan terdapat interaksi antara frekuensi makan nasi dengan vitadele dalam kaitannya dengan status gizi KEP.
Dari hasil penelitian disarankan perlunya surveilans gizi dalam rangka penanggulangan KEP, pemberian bahan makanan beras, pemberian makanan tambahan (PMT) seperti vitadele atau sejenisnya dan penyuluhan bagi ibu-ibu untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan cara pemberian makanan tambahan pada balita baik melalui kader (posyandu) maupun tenaga kesehatan, serta diperlukan bantuan-bantuan dibidang sanitasi (lingkungan) mengingat terbatasnya sumber dan ketersediaan air bersih serta jamban yang baik.
Daftar Pustaka : 73 (1971 - 2000)

The Factors Related with Protein Energy Malnutrition on the Refugees whose Age Underfive in District Belu Province East Nusa Tenggara (NTT) (Rapid Nutritional Assessment, 1999)Malnutrition extremely influences the quality of human life. Malnutrition, especially on children, influences the risk of death, sickness, the physical growth, the mental development and the intelligence.
This study aims to find out the description of the nutrition status of the children underfive based on WHO-NCHS and the relationship between Protein Energy Malnutrition (PEM) and the children factor (food intake, frequency of feeding the age of children under five, the sex, the providing of vitadele, health status); family factor (the parent's occupation, the number of children underfive, the number of family member, the duration in the place of refugees, financial support) and environmental factor (the source of clean water, the availability of clean water, potable water and toilet condition). The survey areas were the Timor Timur's refugee camps in Belu District, the province of East Nusa Tenggara (NTT). Data were collected from the family who had a child underfive.
The design of this study is Cross Sectional study. This study used secondary data, the rapid Nutritional Assessment in 1999. Among 258 children underfive who became samples, the proportion of PEM was 26.4% for Weight/Height and 41.1% for Weight/Age.
Bivariate analysis showed that the related factors were food intake OR-2.82 (95% CI :I.44-5.51), frequency of the eating of sugar OR=1.75 (95% CI :1.62-6.00), providing of vitadele 0R=5.3 (95% CI :2.49-11.32) and mother's occupation OR=0.38 (95% CI :0.19-0.77)_
Analysis with logistic regression method showed that the related factors were food intake OR=3.03 (95% CI:1.46-6.29), frequency of the eating of sugar OR=2.30 (95% C1:1.09-4.84), the age OR=0.43 (95% CI:0.20-0.91), providing of vitadele OR=2.68 (95% C1:1.09-6.53) and motheras occupation OR=0.34 (95% CI:0.15-0.74) and there was a modifier effects between frequency of the eating of rice and providing of vitadele on the PEM. Thefore this study suggest to hold a nutritional surveillance provide the rice, provide the supplementary feeding, like vitadele and intensify the motivation of the increase in the nutritional knowledge and the knowledge about the procedure of the providing of supplementary feeding to children underfive for mothers.
Considering the lack of the sources and the availability of clean water and good toilet condition.
References : 73 (1971- 2000)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Fitria Frisma Lita
"Abstrak merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan Latar belakang: Pada anak usia muda, kejadian HIV/AIDS didominasi oleh transmisi maternal baik saat kehamilan, persalinan ataupun menyusui. Kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS mengalami peningkatan akibat infeksi. Anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar masih bergantung pada orang tua atau pengasuh mereka termasuk dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman pengasuh dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS. Metode dan subjek: Penelitain ini menggunakan desain kualitatif dengan wawancara semi terstruktur. Informan dalam penelitian ini adalah 10 orang pengasuh anak dengan HIV/AIDS. Penelitian dilakukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan wawancara tatap muka dan online. Hasil: Penelitian ini menghasilkan empat tema yaitu: 1) berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampuan ekonomi, 2) menyesuaikan dengan kondisi atau karakteristik anak dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya, 3) menghadapi kesulitan pemenuhan kebutuhan nutrisi anak saat anak sakit dan 4) ada dukungan berupa perhatian dan informasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak. Kesimpulan: Penelitian ini menghasilkan 4 tema sebagai gambaran bagaimana pengalaman pengasuh dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS. Gambaran tersebut dapat menjadi refleksi bersama bagi pelayanan terpadu HIV/AIDS yang melibatkan multi disiplin agar dapat memperhatikan aspek kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS sesuai rekomendasi

Background: The incident of HIV/AIDS in young children is dominated by maternal transmission during pregnancy, childbirth or breastfeeding. The nutritional needs of children with HIV/AIDS have increased due to infection. Children in meeting basic needs still depend on their parents or caregivers, including inmeeting nutritional needs. Aims: This study aims to determine how caregivers experience in meeting the nutritional needs of children with HIV/AIDS. Methods and subjects: This study used a qualitative design with semi-structured interviews. The informants in this study were 10 caregivers of children with HIV/AIDS. The research was conducted in Lombok, West Nusa Tenggara with face-to-face and online interviews. Result: This study resulted in four themes, i.e.: 1) trying to meet nutritional needs according to economic ability, 2) adjusting to the conditions or characteristics of children in fulfilling their nutritional needs, 3) facing difficulties in meeting children's nutritional needs when the child is sick and 4) there is support in the form of attention and information. in meeting the nutritional needs of children. Conclusion: This study produces 4 themes which describe how caregivers experience in meeting the nutritional needs of children with HIV/AIDS. This description can be a shared reflection for integrated HIV/AIDS services that involve multi-disciplines in order to pay attention to the nutritional needs of children with HIV/AIDS according to the recommendations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmiati Dwi Rohanawati
"ABSTRAK
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini difokuskan pada siklus kehidupan dimulai
dari hamil sampai dengan lansia yang dikenal dengan Continuum of Care. Pada
pelaksanaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2018 disepakati tiga upaya
kesehatan di antaranya adalah penangan tuberkulosis, pencegahan stunting, dan
imunisasi. Ada beberapa faktor yang saling berhubungan dengan kejadian stunting salah
satunya adalah faktor kesehatan gigi dan mulut pada balita. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui analisis kejadian karies white spot dan hubungannya dengan
status gizi di puskesmas purwadadi kabupaten ciamis 2019. Penelitian menggunakan
metode mixed methods dengan disain Cross secsional dan eksplenatory yang didahului
analisis data kuantitatif pada 36 balita dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam
kepada informan. Variabel independen penelitian yaitu umur balita, jenis kelamin,
asupan asi eklusif, susu formula, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan sarana fasilita. Variabel kovariat
yaitu karies white spot dan variabel dependen yaitu status gizi balita. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian karies white spot pada balita
yaitu umur dan konsumsi susu formula. Tidak Ada hubungan antara karies white spot
dengan status gizi pada balita. Namun, faktor risiko balita dengan karies white spot
mempunyai peluang 1,12 kali mengalami status gizi tidak normal. Dari hasil wawancara
menyatakan bahwa setiap kasus yang terjadi di lapangan diwajibkan melapor dan
berkoordinasi antar petugas untuk tindakan selanjutnya. Pemberian edukasi secara
konseling dilakukan secara berkesinambungan.

ABSTRACT
Health development in Indonesia is currently focused on the life cycle starting from
pregnancy to the elderly, known as Continuum of Care. At the implementation of the
National Health Work Meeting in 2018 it was agreed that three health efforts included
tuberculosis treatment, stunting prevention, and immunization. There are several factors
that are interrelated with the incidence of stunting, one of which is dental and oral health
factors in infants. The purpose of this study was to determine the analysis of the
incidence of white spot caries and their relationship with nutritional status in Purwad
Puskesmas in Ciamis District 2019. The study used mixed methods with cross-sectional
and explanatory designs which were preceded by quantitative data analysis in 36 infants
and continued with in-depth interviews with informants . The independent variables of
the research are toddler age, sex, exclusive breastfeeding, formula milk, mother's age,
mother's education, mother's occupation, family income, maintenance of dental and oral
health, and facility facilities. The covariate variable is white spot caries and the
dependent variable is the toddler's nutritional status. The results of this study stated that
the factors that influence the incidence of white spot caries in infants are age and
consumption of formula milk. There is no relationship between white spot caries and
nutritional status in infants. However, risk factors for infants with white spot caries have
a 1.12 times chance of experiencing abnormal nutritional status. The results of the
interviews stated that each case that occurred in the field was required to report and
coordinate between officers for further action. The provision of counseling education is
carried out on an ongoing basis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Suwetra
"Anemi defisiensi besi merupakan anemi gizi yang paling sering terjadi baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju dan terdapat terutama pada bayi dan anak-anak; yang dalam pertumbuhan cepat membutuhkan zat besi yang tinggi dan kandungan zat tersebut dalam makanan yang lebih rendah dari kecukupan kebutuhan yang dianjurkan (1). Diit kaya zat besi tidak menjamin ketersedian zat besi yang cukup bagi tubuh selama absorpsi zat besi dipengaruhi oleh bahan penghambat (inhibitor) dan pemacu (promoter) yang ada di dalam makanan. Zat besi yang terdapat di dalam Air Susu Ibu (ASI) hanya mencukupi kebutuhan akan zat besi sampai umur 6 bulan dan cadangan besi tubuh mulai menurun sejak umur 5 - 6 bulan, maka kebutuhan pada umur selanjutnya harus dipenuhi dari makanan. Di negara berkembang makanan pokok terutama terdiri dari serealia, kacang-kacangan dan sayuran dengan kualitas zat besi yang rendah serta banyak mengandung bahan penghambat absorpsi besi seperti fitat, tannin dan serat (1,2,3,4). Keadaan tersebut disertai dengan kemiskinan, ketidak-tahuan tentang makanan bergizi, adanya kepercayaan yang salah terhadap makanan tertentu (tabu), lingkungan yang masih mendukung terjadinya berbagai penyakit infeksi dan infestasi cacing khususnya cacing tambang (5).
Semua keadaan tersebut menyebabkan tingginya prevalensi anemi defisiensi besi pada bayi dan anak di negara sedang berkembang (5). Resiko terjadinya anemi defisiensi besi tertinggi adalah pada anak-anak umur kurang dari 2 tahun baik di negara maju seperti Amerika Serikat dan Perancis (6) maupun di negara berkembang seperti Argentina (7) dan Malaysia (8). Di Indonesia data anemi defisiensi besi secara nasional belum ada, namun dari beberapa peneliti yang melakukan penelitian secara terpisah dalam skala yang lebih kecil pada anak-anak dengan status g i z i baik ditemukan 37,8 - 73,0 % pada anak umur 6 bulan - 6 tahun pada kelompok social ekonomi rendah (5), 46,67 % pada anak balita yang berobat ke RSCM (9) dan 58,33% pada anak-anak umur 6 -- 18 bulan di Kelurahan Manggarai Selatan, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (10).
Telah diketahui bahwa anemi defisiensi besi berpengaruh terhadap morfologi dan enzim-enzim yang ada kaitannya dengan metabolisme energi di dalam epitel mukosa usus. Telah diketahui pula bahwa absorpsi karbohidrat memerlukan energi. Gangguan absorpsi ada hubungan dengan penurunan kapasitas metabolisme energi di dalam epitel usus (7,11). Telah ditemukan pada anak umur 9 - 32 bulan dengan anemi defisiensi besi berat adanya gangguan absorpsi D-xilosa dan lemak (12), pada kasus yang sama ditemukan pula gangguan absorpsi D-xilosa pada subyek berumur 13 - 55 tahun (13). Di Indonesia penelitian serupa belum pernah dilakukan pada penderita anemi defisiensi besi khususnya pada anak umur kurang dari 2 tahun, merupakan faktor pendorong pelaksanaan penelitian ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Syuryati R.
"Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu, berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan status Gizi masyarakat, terutama keluarga miskin. Salah satu kelompok yang rentan adalah balita yang dengan keadaan ini menjadi Kurang Energi Protein (KEP). Untuk mencegah meluasnya kasus KEP, maka pemerintah Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan swasta memberikan bantuan berupa makanan tambahan untuk pemulihan (PMT-P). Pemberian PMT-P telah diteliti di beberapa daerah, namun sampai saat ini di kota Padang sendiri belum pernah dilaksanakan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status Gizi balita KEP keluarga miskin. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dan Puskesmas Belimbing, Kecamatan Kuranji, kota Padang terhadap balita KEP keluarga miskin yang mendapatkan PMT-P.Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dari 93 orang balita KEP keluarga miskin yang merupakan total sampling dengan responden ibu balita KEP.
Pengolahan data menggunakan analisis -univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan peningkatan status gizi balita KEP setelah PMT pemulihan selama 3 bulan hanya 43%. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah dan jenis PMT-P, berat ringan infeksi serta pelayanan kesehatan (p < 0.05). Variabel balita KEP dengan infeksi berat mempunyai hubungan yang paling kuat untuk tetap/kurang status gizinya dibandingkan dengan balita KEP yang menderita infeksi ringan. Pada pelaksanaan PMT-P, agar tegadi peningkatan status gizi balita KEP yang lebih baik, maka disarankan adanya pengobatan dan perawatan khusus di Rumah Sakit pada kasus-kasus balita KEP berat dan KEP dengan infeksi berat.
Disamping itu perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi makanan, sehingga PMT-P yang diberikan benar-benar hanya diberikan pada sasaran. Walaupun dari hasil penelitian tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan, penyuluhan dan pemantauan oleh petugas dengan peningkatan status gizi, yang kemungkinan oleh karena sebagian besar ibu berpendidikan rendah, untuk itu penyuluhan praktis yang informatif perlu ditingkatkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan KEP pada balita. Penelitian ini juga menyarankan agar PMT-P diteruskan terutama pada kasus-kasus KEP berat dan sedang serta adanya penelitian yang lebih lanjut dengan desain khusus yang menggunakan indeks BBITB.

Factors Related with the Increase of the Nutrition Status of PEM at the Under Five Year, on Poverty Community in Distric of Kuranji, PadangThe long economic crisis since 1997, cause bad effects to the community, specially community's health and nutrition's on poverty community. One of the most vulnerable group to get protein - energy malnutrition (PEM) is children under five year with this condition can get PEM. To prevent the protein - energy malnutrition from spreading further, the regional government on West Sumatra and some privates commits donated to the community, such supplementary feeding program. The supplementary feeding program was researched some regions, but until now the research never done in Padang.
The purpose of the research is to knowing the factors which related with the increase of the nutrition status of PEM at the children under five year, on poverty community. The research is done on Community Health Center on Kuranji and Belimbing region, distric, Kuranji, Padang; to the children under five year, with PEM on poverty community who got supplementary feeding. The research design was Cross Sectional. The sample's are 93 children's under five year on poverty community; they were total sampling, using their mother as respondents.
The data processing is using Univariat, Bivariat and Multivariat analysis. The result of research shows that only 43% success on increasing Nutrition's status at the children's under five year with PEM on poverty community after 3 months giving supplementary feeding. Kind and number of supplementary feeding, severe and mild infection and the health services have significant relation (p < O, 05). PEM at children under five year variable with the severe infection have a strong relation to statis or less of nutrition status compared with PEM at the children under, five year who got mild infection.
To increase the good children under five year nutrition status, suggested to handle seriously severe protein - energy malnutrition and severe infection with the intensive care. Beside that, need to giving supplementary feeding with the adequate number. It necessary to observe more intensively so that kind and number of the supplementary feeding given used by the PEM at children under five year only. Although from the research did not found significant relationship beetwen knowledge. give of information and supervision of health providers with the rise of nutrition status that may be most of mather have low education, that's need to increase giving of information with informatif practice in order it can increase knowledge of mather about nutrition and PEM at the children under five year, and also the supervision that done of health providers need to be repair in quality and adequacy. The research also recommended to be continuing supplementary feeding program, especially for moderate and severe PEM. And the further researchs with special design like body weight and body height indecs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
"Anak usia sekolah berada dalam fase persiapan untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pada masa ini anak harus mendapatkan pemenuhan makanan bergizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup. Gizi kurang pada anak usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan mudah terserang penyakit, keadaan ini akan diperparah apabila anak menderita infeksi cacingan. Anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajarannya di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi kurang dan cacingan dan faktor lainya yang berhubungan serta faktor paling dominan yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar/ Madrasyah Ibtidaiyah di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa tahun 2003. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel sekolah dilakukan secara purposive, diambil 4 sekolah dari 18 sekolah yang ada yaitu : SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. Sampel murid adalah murid kelas I sampai dengan kelas V dari 4 sekolah, yang dipilih secara sistematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, observasi keadaan kuku, pengukuran berat badan, perhitungan umur (bulan) dan pengambilan, pemeriksaan feces anak dengan metode Kato di laboratorium, serta berdasarkan catatan tentang anak di sekolah.
Hasil penelitian ini ditemukan prevalensi gizi kurang sebesar 37.5 % berdasarkan indikator berat badan perumur dan prevalensi cacingan sebesar 73.9 %. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara status gizi anak sekolah dengan status cacingan (intensitas cacing gelang) nilai p= 4.001, dan perilaku hidup sehat anak nilai p= 0.006. Dari hasil analisis multivariat ada dua variabel yang masuk dalam model yaitu intensitas cacing gelang dan perilaku hidup sehat anak. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dibuat model akhir persamaan logistik : logit (status gizi) = -3.470 + 0.946 (perilaku hidup sehat) + 1.643 (intensitas caring gelang). Oleh karena itu, variabel yang paling dominan adalah variabel intensitas casing gelang sebesar 5.170 (95% Cl: 2.006-13.318), artinya bahwa intensitas cacing gelang yang berat berpeluang mendapatkan gizi kurang 5.2 kali dibandingkan dengan intensitas cacing gelang yang ringan setelah dikontrol variabel perilaku hidup sehat anak.
Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah di Kecamatan Langsa Timur, pada institusi pendidikan perlu dilakukan pembinaan yang rutin dan kontinu tentang perilaku hidup sehat anak dan perbaikan lingkungan sekolah yang bersih dan aman dari penularan cacingan. Dinas Kesehatan perlu memikirkan pendekatan bersifat preventif edukatif yang lebih baik dan menjadikan cacingan merupakan salah satu kegiatan usaha kesehatan sekolah. Peneliti lain perlu melakukan penelitian lanjutan dengan melihat aspek-aspek yang lebih luas dan berpengaruh terhadap status gizi kurang anak usia sekolah.

The children of school age are being in preparatory stage of growth and fast development In this age, children should get enough nutrition either in quantity or quality. Lack of nutrition may cause them of being fatigued, and easy to be infected by disease. This condition will be worse if they suffer worm disease. They will be difficult to follow and understand their school subjects.
This research aimed to know the prevalence of nutrition lack and worm disease among Elementary Students, other related factors, and the most significant factors to Nutritional Status in East Langsa Sub District of Kota Langsa in 2003. Design of the study was cross sectional. The samples were taken in purposive manner, where four schools were taken from the eighteen schools. They were: SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. The samples were students of the first to fifth year of the four schools, who were selected by using sistematic random sampling. Data were collected by using questionaire, students' nails observation, body mass weighing, age (months) counting, students' feces check by using Kato method in the laboratory, and other general records from school.
The result of the study showed the prevalence of nation lack, where indicator of body mass per age was 37.5 %, while worm disease prevalence was 73.9 %. The result of bivariat analysis that showed significant relationship of the students nutritional status was worm disease (intensity of roundworms), where the p-value = 0.001 and students' healthy behavior, p = 0.006. The result of multivariate showed two variables that was included in the model, intensity of roundworms and students' healthy behavior. By using logistic regression equation and exponential value (B) or Odds Ratio, final logistic equation that could be made was: logit (nutritional status) = -3.470 + 0.946 (students' healthy behavior) + 1.643 (intensity of roundworms). The most dominant variable was intensity of roundworms, as much 5.170 (95% CI:2.006-13.318). This meant that the high intensity of roundworms had probability to the nutrition lack 5.2 times compared with the low intensity of roundworms after being controlled by the variable of students' healthy behavior.
To decrease the lack of nutrition prevalence among elementary students in East Langsa Sub District, it is necessary to conduct a regular illumination on children healthy behavior in educational institutions. Health Office is necessary to concern the better approach that is more preventively educative, and to make worm disease is one of health school zeals. To other researchers, they need to carry out further studies that focus to wider aspects influence children of school age nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Amalia
"Skripsi ini mengkaji tentang agensi anak dalam konteks kebiasaan jajan di sekolah dengan melihat fenomena ini melalui sudut pandang anak sebagai pelaku jajan. data tentang kebiasaan jajan pada anak dan kemampuan anak dalam memenuhi keinginan jajannya diperoleh melalui pengamatan terlibat dan wawancara kepada empat orang anak yang menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak pada dasarnya memiliki kemampuan untuk memperoleh keinginan jajannya berupa strategi-strategi terentu yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Strategi tersebut merupakan suatu bentuk agensi yang dimiliki anak, yaitu dengan memperlihatkan bahwa anak memiliki cara yang kreatif dalam mengantisipasi kondisi tertentu, memiliki kapasitas untuk menilai kondisi yang mereka alami dan mencari jalan keluar untuk mengubah kondisi tersebut, dan memiliki kemampuan untuk menegosiasikan keinginannya serta mempengaruhi keputusan orang lain.

This thesis examines children's agency in the context of snacking behaviour in school by looking at this phenomenon through child's perspective as the main actor. Information about snacking behaviour in children and the ability of children to fulfill their snacking desire was obtained through participant observation and interviews with four children who were the subjects of the study. The results of the study show that children basically have the ability to fulfill their snacking desire in the form of certain strategies that are manifested on their actions. This strategy is a form of agency owned by children, namely by showing that children have creative ways to anticipate certain conditions, have the capacity to assess the conditions they experience and find a way out to change these conditions, and have the ability to negotiate their snacking desire and affecting other people’s decisions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>