Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djarot Pambengkas
"RSUD Pasar Rebo terpilih menjadi salah satu rumah sakit daerah yang akan dikonversikan menjadi Rumah Sakit Unit Swadana. Unit Swadana menurut Keputusan Presiden No.38 tahun 1991 adalah satuan kerja tertentu dari Instansi Pemerintah yang diberi wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung. Sehingga dapat dijelaskan disini bahwa untuk biaya operasional suatu organisasi/satuan kerja yang dikonversikan menjadi Unit Swadana dari hasil penerimaan/pendapatannya sendiri yang didapatkan dari imbalan/penjualan jasa/barang yang dihasilkan oleh organisasi/instansi tersebut. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana kita bisa membuat perencanaan pendapatan yang "baik", dalam arti yang tidak terlalu jauh melesetnya dari kenyataan nantinya. Karena operasional unit swadana sangat tergantung dari pendapatan fungsionalnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model peramalan yang dapat dipergunakan untuk membantu dalam membuat perencanaan pendapatan RSUD Pasar Rebo sebagai Unit Swadana. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan analisa trend. Ruang lingkup penelitian adalah pusat-pusat pendapatan (revenue center) RSUD Pasar Rebo, tetapi karena terlalu luas, maka hanya dibatasi pada peramalan di poli umum, dengan tujuan sebagai contoh awal pencarian model peramalan yang cocok untuk poli umum, dimana cara-cara pencarian model untuk poli lain bisa mempergunakan cara yang dipakai pada penelitian ini. Dengan berasumsi bahwa produk rumah sakit identik dengan produk industri, maka pada penelitian ini model-model peramalan yang dipakai adalah model peramalan untuk industri barang.
Data yang dipakai adalah data kunjungan poli umum dari tahun kunjungan 1985 sampai dengan tahun 1991, dan dibagi dalam data kuartal. Dari data ini kemudian dibuat grafik trend kunjungan, dan hasilnya jelas terlihat mempunyai trend naik. Model peramalan yang dipilih adalah model peramalan yang sederhana yaitu: model peramalan semi average dan model peramalan least square ( tinier dan kuadratis), dengan varibel bebasnya hanya satu yaitu waktu. Sedangkan untuk memilih salah satu model maka dilakukan pengujian ketepatan metode/model peramalan tersebut diatas dengan berbagai cara yaitu : membandingkan nilai tengah kesalahan (Mean Error), nilai tengah kesalahan absolut (Mean Absolute Error), nilai tengah persentase kesalahan (Mean Procentage Error), nilai tengah persentase kesalahan absolut (Mean Absolute Procentage Error), dan Statistik U (Theil).
Dari hasil pemakaian model untuk peramalan sampai pengujian masing-masing model/metode peramalan maka model peramalan yang cocok untuk poli umum adalan model peramalan least square linier. Tetapi ternyata bila hasil peramalan kunjungan poli umum dengan mempergunakan model least square linier ini dibandingkan dengan hasil kunjungan yang sesungguhnya (kunjungan tahun 1992) masih cukup besar perbedaannya. Mengapa ?
Ternyata ada yang dilupakan pada penelitian ini, yaitu yang diteliti adalah suatu deret berkala dan model peramalan yang dipakai adalah peramalan trend, dimana harus dipenuhi dahulu syarat peramalan trend yaitu bahwa tidak ada korelasi dan banyak sedikitnya pola dari deret berkala yang diteliti. Sehingga pada penelitian ini pemeriksaan atau pengujian autokorelasi dan banyak sedikitnya pola deret berkala dilakukan sesudah dipilih model/metode peramalannya. Untuk pengujian banyak sedikitnya pola deret dipakai pengujian autokorelasi (Auto-r) dan untuk mencari ada tidaknya korelasi kesalahan peramalan dipakai Statistik Durbin-Watson. Dari hasil pengujian ini memang ternyata deret berkala yang diteliti mempunyai banyak pola dan juga mempunyai korelasi kesalahan pada peramalannya.
Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa sebelum melakukan peramalan suatu data sebaiknya dilihat deret tersebut mempunyai banyak pola atau tidak, karena hasil peramalan pasti kurang baik. Untuk peramalan produk jasa seperti produk rumah sakit, sebaiknya memakai model peramalan multivariat (banyak variabelnya), karena produk jasa ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiono Pranoto
"Rumah sakit merupakan suatu instansi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak terutama masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring terjadinya lonjakan jumlah rumah sakit swasta pada tahun 1990, maka rumah sakit harus mempunyai brand image nama yang mudah dikenal masyarakat baik yang dekat maupun yang jauh dari rumah sakit tersebut, tidak terkecuali rumah sakit Siloam Gleneagles. Dengan adanya RS yang berkembang di wilayah tangerang, diharapkan masyarakat mudah mengenal RS Siloam Gleneagles.
Dari data-selama tiga tahun terakhir (1999-2001) diketahui bahwa poli anak mengalami peningkatan dalam hal jumlah kunjungan pasien di unit rawat jalan RS tersebut. Hal itu mungkin disebabkan RS tersebut berlokasi di daerah pemukiman penduduk dan adanya brand image yang baik terhadap poli anaknya.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pengunjung poli anak terhadap brand image dari RS Siloam Gleneagles berdasarkan aspek memorability, meaninglid, transferability, adaptability, protectability, dan berdasarkan aspek karekteristik pengunjung poli anak.
Penelitian ini dilaksanakan di RS Siloam Gleneagles pada minggu pertama bulan Agustus 2002 dengan metode pengumpulan data secara cross sectional, pendekatan analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien yang sedang mengantarkan pasien pada poli anak. instrumen yang digunakan berupa kuisioner dan pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan persepsi pasien terhadap nama RS Siloam Gleneagles sudah baik (79.4% dari seluruh responden), namun jika dilihat lebih dalam terdapat beberapa kekurangan pada masing-masing indikator brand image. Diantaranya pada pengetahuan pasien terhadap arti nama dan logo Gleneagles, pengucapan nama, perasaan asing terhadap nama Gleneagles. Selain itu, secara keseluruhan tidak ada huhungan antara karakteristik keluarga pasien dengan persepsi terhadap nama Gleneagles. Namun hanya pada variabel jenis kelamin saja yang menunjukkan adanya hubungan dengan persepsi terhadap nama Gleneagles (p=0,O26).
Dengan temuan diatas sebaiknya diperlukan adanya suatu peningkatan dari pihak rumah sakit pada indikator-indikator yang lemah dalam penelitian ini. Misalnya dengan lebih mempromosikan profil rumah sakit, dengan lebih menekankan pada nama atau merek rumah sakit kepada publik.

The Perception of Patient's Family from Pediatric Outpatient Poly Year 2002 about Brand Image of Siloam Gleneagles Hospital Lippo Karawaci TangerangHospital is a instancy which needed most by public especially whom need health services. With such condition, to make hospital know by public, hospital must have band image, name which easily know by people who live near or for a way from hospital, including Siloam Gleneagles hospital. With the existing of hospital which growing in Tangerang area, it wished that people an easily recognize Siloam Gleneagles hospital. But, the impression people got all this time was that Siloam Gleneagles Hospital (SCi1-1) expensive on their tariff since the the building and as a part of foreign hospital group. From datas during last 3 years (1999-2002) there are increasing of outpatient visitors of pediatric poly of this hospital. This possible caused by the area where the hospital located was and there was a good brand image of its pediatric poly.
The objective of this study is to know the perception of pediatric poly visitors about SObI band image based on mernorabolity, irieartingfil, transferability, adaptability, and protectability aspects.
This study was conducted in SGH on the first week of August 2002 with cross section methode, analysing approach using kualitative population on this study are the whole family of patient whom accompanied the patient to pediatric poly. The instntmen used was quesioner and dates collecting by interview.
Study result was that the whole patient perception about name of SOH was good (79,4 % from all respondent), but if we look deeper there ware some on each brand image's indicators. Among those are patient knowlegde about the meaning of name attd logo of Gleneagles, name pronunciation, odd feeling to Gleneagles name. Beside that, there is no correlation between patient's family characteristic with their preception to Gleneagles name. Only sex variable shows the correlation with perception of Gleneagles name (p=0.026).
With this finding, the hospital should increase the weak indicators on this study, like promoting more hospital pro tile. more pressure on hospital name or brand to the public, or by more Indonesia'ing hospital name.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadar Abidin
"LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan di Indonesia mengalami pcrubahan struktural yang sangat berarti di dekade tahun 1990-an. Ada peran pembahan yang mencolok pada dekade ini yaitu semakin besarnya peran swasta dalam penyediaan pelayanan berteknologi tinggi yang menyebabkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang akan ditanggung oleh masyarakat. Semakin mahalnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan diikuti oleh tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang sangat dilematis bagi organisasi-organisasi pelayanan kesehatan yang disatu flhak dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi kesehatan yang makin cepat dan mahal dan dilain fihak tuntutan pelayanan yang memuaskan yang juga merupakan tugas pokok organisasi pelayanan kesehatan.
Pada saat ini pemerintah Indonesia mengeluarkan kira-kira Rp. 2,5 sampai Rp. 3 triliun (dari berbagai departemen). Diluar itu, masyarakat mengeluarkan Rp. 7 sarnpai 9 triliun untuk belanja kesehatan dalam setahun, baik yang langsung dibayarnya maupun yang dibayarkan oleh majikannya. Secara keseluruhan kita mengeluarkan sekitar Rp. 10 triliun (2,8 % dari Produk Domestik Bruto untuk sektor kesehatan, yang sebenarnya masih relatif rendah
dibandingkan dengan yang disyaratkan oleh WHO yaitu sebesar 5 % dari PDB) ( Hasbullah Thabrani, 1977)
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi sctiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Sasaran program mjukan dan rumah sakit dalam Pelita VI diantaranya adalah meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan di berbagai kelas rumah sakit dengan jalan pemanfaatan sumberdaya yang ada secara efisien dan efektif dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya.
Meningkatkan mutu pelayanan dipakai sebagai salah satu program sangat tepat karena dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (Profil Kesehatan Indonesia) tentang beberapa basil kegiatan sampai dengan tahun 1997 belum mencapai sasaran. Ini dapat dilihat dari beberapa indikator, khususnya untuk rumah sakit yang dikelola oleh Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah antara tahun 1989 - 1997 antara lain : Tingkat hunian rumah sakit (BOR / Bed Occupancy Ratio) rata-rata menunjukkan kecenderungan menurun dari 63 % menjadi 59 % , sedangkan angka idealnya adalah 70 - 85 %. Angka kematian bersih (NDR / Net Death Rate) masih lebih besar dari 25 per 1.000 pasien keluar, dimana angka nasionalnya adalah 19 per 1.000. Angka kematian umum (GDR / General Death Rate) sebesar 45,3 per 1.000 kasus, dimana angka nasionalnya adalah 40,9 per 1.000 kasus. Angka
kematian ibu sebesar 4,8 per 100 kelahiran hidup, dimana angka nasional
«
sebesar 3,5 per 100 kelahiran hidup. Angka kematian balita 71,8 per 1.000
pcnderila keluar sedangkan angka nasional adalah 60,8 per 1.000 penderita keluar. (Pusat Data Kesehatan, 1997).
Mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit merupakan produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang saling terkait antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan , perlu dilakukan usaha yang terus menerus untuk perbaikan pelayanan yang diberikan kepada pasien / konsumen. Untuk melakukan perbaikan-perbaikan tersebut, perlu diketahui kekurangan dan kelemahan pihak rumah sakit, yang dapat dilaksanakan dengan melakukan survai kepuasan pasien yang merupakan salah satu aspek dari mutu pelayanan rumah sakit. Sedang bila dilihat dari aspek pemasaran, rumah sakit pemerintah di Indonesia selama ini terasa masih kurang memperhatikan kepuasan pasien, dimana sangat berbeda dengan pelayanan lainnya seperti hotel, biro perjafanan, perbankan dan restoran yang sangat memperhatikan kepuasan pelanggan.
Kini pasien atau masyarakat sudah tidak puas lagi dengan sikap paternalistik para tenaga medis atau paramedis, dimana segala kebutuhan pasien ditentukan oleh petugas tersebut. Pasien sudah jauh lebih banyak mendapatkan informasi dan telah menyadari hak-haknya yang perlu dihargai oleh pihak pemberi pelayanan. Bagi pasien, mutu pelayanan yang baik tidak hanya dikaitkan dengan kesembuhannya dari suatu pcnyakit secara fisik atau meningkalkan derajat kesehatannya, tetapi juga rnenyangkut kepuasan pasien"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhatman
"Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo selama Uji Coba Unit Swadana Daerah telah menunjukkan peningkatan kinerja termasuk pendapatan, yang mana dapat dinilai deviasi realisasi anggaran terhadap rencana anggaran semakin kecil dari tahun ke tahun anggaran berikutnya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji kegiatan penyusunan anggaran RSUD Pasar Rebo selama Uji Coba Unit Swadana Daerah.
Tujuan penelitian adalah menganalisis kegiatan penyusunan anggaran hingga dikenali kegiatan, faktor-faktor keberhasilan, kekuatan dan kelemahan penyusunan anggaran RSUD Pasar Rebo. Kemudian dapat diberikan saran-saran atas kelemahan yang ada dalam kegiatan penyusunan anggaran tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian terapan dan studi kasus pada RSUD Pasar Rebo, sedangkan rancangan penelitian bersifat deskriptif analitik dan data-data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif.
Hasil penelitian dapat diketahui kegiatan penyusunan anggaran yang berbeda antara tahun anggaran 1992/1993 dengan 1993/1994 sampai 199511996, dimana pada tahun anggaran 1992/1993 penyusunan anggaran masih menggunakan cara ICW dengan pendekatan top down sedangkan tahun anggaran 1993/1994 sampai 1995/1996 telah menggunakan cara mirip PPBS dengan pendekatan bottom up. Faktor-faktor keberhasilan dari penyusunan anggaran dapat diketahui pada faktor pimpinan, manajemen, organisasi dan kornitmen staf.
Dalam kesimpulan, dapat dikatakan sebagai kunci keberhasilan terletak pada SDM dan dana sebagai penunjang serta metode yang dipakai. Sebagai saran, perlu pendidikanikursus sistem Accrual Basis pada SDM yang terlibat dalam penyusunan anggaran.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peningkatan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah.

Pasar Rebo District General Hospital has shown a significant improvement on its performance during the trial of Unit Swadana Daerah, including on its revenue. The deviation between budget realization and budget planning keeps decreasing year after year.
The study aims to analyze the budget planning process, so the planning activities, success factors, strengths and weaknesses can be identified. Further, suggestions to overcome the weaknesses can be given too.
This is an applied study and a case study on Pasar Rebo District General Hospital, with an analytical descriptive design. The data collected were analyzed with a qualitative approach.
The results show that there were different approaches applied in the periods of 1992/1993 and 1993/1994 until 199511996. The ICW method was applied in the 1992/1993 period with top down approach while the PPBS method was applied in the 1993/1994 until 1995/1996 period with bottom up approach. The success factors identified are leadership, management, organization and staff commitment.
As a conclusion it can be said that the key of success depends on human resource, supporting funds, and the method applied. As a suggestion, it is necessary to perform educations and courses about Accrual Basis system for those who involve in the budget planning process.
The results of this study are expected to be useful to improve the District General Hospital services.
Bibliography : 40 (1977-1996)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Ismoyowati
"ABSTRAK
Rumah sakit yang pada saat ini titik berat pelayanannya pada rawat inap,
kecenderungan ke depan pelayanan akan bergeser pada pelayanan tanpa menginap.
Sehingga fungsi Unit Rawat Jalan di rumah sakit akan menjadi primadona pelayanan
rumah sakit di masa depan, Unit Rawat Jalan merupakan kegiatan rumah sakit yang cukup
penting karena dapat memberikan pelayanan bagi pasien sesudah rawat inap (follow up),
merupakan pusat rujukan dari institusi kesehatan yang lain serta ke bagian lain di rumah
sakit, merupakan salah satu bagian yang dapat memberikan pendapatan cukup besar bagi
rumah sakit (revenue center) serta merupakan gerbang masuk pasien kerumah sakit
dimana pasien mendapat kesan ataupun gambaran tentang pelayanan rumah sakit sacara
keseluruhan.
Dalam 25 tahun mendatang, diperkirakan permintaan pelayanan kesehatan akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pen-
tingnya pelayanan kesehatan. Ironisnya pelayanan kesehatan yang sudah ada tidak
dimanfaatkan dengan optimal. Tingkat pemanfaatan poliklinik yang digambarkan dengan
banyaknya kunjungan di poliklinik setiap harinya tidak terlalu berubah, justru ada
kecenderungan menurun.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara
pengguna jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini pasien (user) dan penyelengara
pelayanan kesehatan (provider). Interaksi ini merupakan suatu hal yang sangat kompleks
dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Batang yang merupakan
Rumah Sakit Umum Kelas C, dimana pemanfaatan pelayanan rawat jalan disini meskipun
makin meningkat tetapi masih dibawah rata-rata pemanfaatan poliklinik RSU Kelas C.
Variabel pada penelitian ini terdiri dari : 1) variabel yang ada pada sisi pasien (user) yang
terdiri dari variabel kebutuhan dan preferensi, 2) variabel yang ada pada penyelenggara
pelayanan (provider) yang diukur secara tidak langsung melalui persepsi pasien terhadap
pemberian pelayanan rawat jalan, ketersediaan pelayanan, dokter, perawat serta 3) variabel
yang merupakan faktor pendukung yang terdiri dari variabel penghasilan, penyandang
dana, jarak dan waktu.
Penelitian ini juga dilengkapi dengan karakteristik pasien yang meliputi : umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, lokasi tempat tinggal.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda survey pada responden dari poliklinik
Penyakit Dalam, poliklinik Bedah, poliklinik Obstetri -Ginekologi. Data sekunder diperoleh
dari bagian rekam medik, bagian keuangan, Analisis data secara statistik menggunakan
analisis univariat, serta test Chi-Square serta korelasi. Untuk data karakteristik pasien
hanya diolah secara deskriptif.
Pada penelitian ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pemanfaatan
pelayanan rawat jalan dengan : (1) faktor dari sisi pasien yaitu variabel kebutuhan, (2)
faktor pendukung yaitu variabel penghasilan, penyandang dana serta jarak. Sedangkan
faktor dari provider tidak didapatkan hubungan yang bermakna.
Guna meningkatkan pemanfaatan pelayanan rawat jalan disarankan untuk meningkatkan
citra pelayanan rumah-sakit, menjalin kerja-sama dengan dokter Puskesmas/dokter
perusahaan/petugas kesehatan, promosi rumah-sakit serta negosiasi tarif pelayanan dengan
PT.ASKES/Astek.

Abstract
Nowadays the main functional unit of hospital is in-patient care unit. But the tendency in
the future will be the out-patient care unit. Out patient service is very important, because it
provides follow up service, referral both from inside and outside of the hospital. It is also
an important "revenue centre" and ?show window" of the hospital.
In the 25 years ahead it is estimated that there will be a rising demand in health services.
But unfortunately the existing health services are not well utilized. Utilization of the out-
patient service which is representated by the amount of the patient visiting the out-patient
unit, was not increased but tends to be decrease.
Basically the utilization of health service is the result of interaction between the user
(patients) and the providers of health service. The interaction is very complex and
influenced by many factors.
The objective of this research is to assess the factors related to the utilization of out-patient
service in the type C Batang General Hospital, which is still under average in it?s class.
The variables in this reseach includes : 1) the need of the patient (user?s need), 2) the
condition of the health service provider, which indirectly represented by the patient's view
on the availability of service, doctors and nurses, 3) supporting factors include income,
fund provider, distance and time. Patient charactheristics include age, gender, level of
education, occupation and residence.
Primarily data were collected by patient-survey in the out-patient unit of Internal Medicine,
Surgery and Obstetric-Gynaecology. Secondary data were obtained from Medical Record.
Statistical data analysis using Analysis of Univariant, Chi-Square Test and Correlation
Test. The characteristics of patient was analized descriptively.
From this research it can be concluded that there is significant correlations between the
utilization of out-patient service with : 1) the need of patient; 2) supporting factors:
income; fund provider and distance.
To increase the utilization of out-patient service it is sugested to increase the image of the
hospital service better, collaborate with Primary Health Centre doctors/officers, hospital
promotion, negociate of services price with PT.ASKES/Astek."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mansur Yafi
"ABSTRAK
Beban pelayanan rumah sakit umum di kota-kota besar saat ini menjadi semakin tinggi. Begitu banyak pasien yang harus dilayani, tetapi pelayanan dibatasi oleh jumlah dokter yang tersedia. Pelayanan rumah sakit umum sangat penting untuk terus ditingkatkan karena adanya keterbatasan sumber daya perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan, rumah sakit umum harus mengurangi antrian pasien. Penelitian ini menerapkan metodologi Business Process Reengineering BPR untuk meningkatkan efisiensi pelayanan rumah sakit umum. Perangkat lunak Igrafx digunakan untuk memvisualisasikan desain perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usulan perbaikan dapat digunakan untuk mempercepat pelayanan rawat jalan pada rumah sakit umum di Jakarta.

ABSTRACT
Public hospital services burden in large cities have become larger in recent years. Many patients need to be served, but it is restricted by the number of doctors. As the resource is limited, it is important to improve the efficiency of public hospital services. In order to enhance the outpatient service quality, public hospital should reduce patient rsquo s queue. This study applied Business Process Reengineering BPR method to improve the efficiency of public hospital services. Igrafx software is used to visualize the improvement design. The result show that the suggested solution can be used to accelerate the outpatient health service of a public hospital in Jakarta."
2017
T48403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizti Guta Medatama
"Tujuan dari Penelitian ini adalah diketahuinya gambaran mengenai kegiatan Penanganan Keluhan Pasien pada unit customer service Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan informan sebanyak tiga orang yang digali informasinya dengan metode pengumpulan data sekunder dan wawancara mendalam.
Berdasarkan penelitian ditemukan pendokumentasian yang belum dilakukan dan evaluasi yang tidak dilakukan sehingga belum menghasilkan pelayanan penanganan keluhan yang prima. Oleh sebab itu penulis menyarankan perlu dilakukan beberapa alternatif saran seperti menyusun program kerja dan melaksanakan evaluasi secara rutin dan berkala.
The purpose of this study is to know an overview of activities of Patient Complaints Handling on the unit marketing division of customer service Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. The method that used in this study is a qualitative descriptive method by informants as many as three men who dug up the information with secondary data collection methods and in-depth interviews.
Based on the research found that documentation has not been conducted and evaluation was not done so yet generate a prime complaint handling service. Therefore the authors suggest to do some alternative suggestions as to develop work programs and implement routine and periodic evaluations.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Linda Sari
"Kebijakan Swadana sesuai Kepmendagri no.92/1993 dan Kepres no.38/1991 memberikan kewenangan Rumah Sakit dalam penggunaan pendapatan fungsionalya secara langsung, bertujuan terciptanya manajemen Rumah Sakit yang sehat dan mandiri, peningkatan peran serta dan tanggug jawab masyarakat dan perbaikan ksejahteraan karyawan. Kemudian UU no.1/2004 dan PP no.23/2005 yang memberikan fleksibilitas bagi Rumah Sakit dalam pola pengelolaan keuangannya yang disebut Badan Layanan Umum (BLU), bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum clan mencerdaskan kehidupan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sistem pengelolaan keuangan Swadana dan BLU dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang telah diterapkan di RSUD Tangerang. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan analisis terhadap dokumen-dokumen rumah sakit dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait di Rumah Sakit.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa penganggaran dalam pengelolaan keuangan Swadana menerapkan metode hystorical budgeuing dan penyustman anggaran seeara &dim up dan menggunakan format Rencana Kerja Atiggarau (RICA), dan harus mendapatkan pengesahem Bupati dan DPRD. Sedangkan penganggaran dalam pengelolaan keuangan BLU masih menerapkan metode hystorical budgeting dan penyusunan anggaran masih swam. buuom up, sehingga dalam metode dan prosedur penyusunan anggaran antara Swadana dan BLU harnpir sama yang diterapkan di RSUD Tangerang, seharusnya RSUD Tangerang telah menerapkan penganggaran berbasis kinerja sesuai &Ivau pola pengelolaan keuangan BLU. Sedangkan format isian reneana kerja telah sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), sehingga penganggaran RSUD Tangerang telah menerapkan Reneana Bisnis dan Anggaran yang sesuai dengati penganggaran BLU, dan penganggarannya hams diketahui Bupati dan tak memerlukan pengesahaan DPRD sehingga lebih efektif.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa palaksanaan anggaran Swadana harus mendapatkan persetujuan bupati dan pengesahan DPRD, dan harus sesuai dengan digit dan keIompok anggaran dan tertuang dalam Daftar Rencana Kerja (DRK) sehingga pelaksanaan anggaran Swadana sangat strik dan tidak boleh mengadakan pergeseran anggaran, sehingga tidak efisien dan saldo anggaran harus masuk ke kas Dearah dan penggunaannya hams persetujuan Bupati dan DPRD, sehingga tidalk efektif dan produktif. Sedangkan pelaksanaan anggaran BLU sangat fleksibel karena diberikan keleluasan dalam pengelolaan keuangan path batas-batas tertentu yang dapat dikeeualikan dari ketentuan yang berlaku umum, sehingga tidak harus sesuai dengan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran),dan menerapkan praktek bisnis yang sehat yang menyelanggarakan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian la.yanan yang bemutu dan berkesimbangunan, dan dapat mengadakan perubahan anggaran dengan diketahui Bupati dan tak perlu pengesahaan DPRD sehingga lebih efektif, serta saldo anggaran dapat dipergunakan sebagai investasi/belanja modal daft dapat dimasukkan ke dalam RBA tahun anggaran beikutnya sehingga pelaksanaan anggaran lebih efisien dan produktif.

Self-financing Policy according to the Domestic Minister Decree number 9211993 and the President Decree number 38/1991 provide hospital authorities to use its functional income directly. This policy is aimed at creating healthy hospital management and its self-adjusting, as well as exagurating societies participation and reponsibilities and employees' welfare as well. In addition to the constitution number 1/2004 and the government constitution number 23/2005 that gives flexibilities to the government office in financial management, by the name of Public Services Board (Badan Layanan Umum—BLU) is aimed at increasing services to the public in the frame of increasing public welfare and educating nation way of life. This research is aimed at knowing the comparison of the Self-financiang Management System and the Public Services Institution in budgeting plan and budgeting implementation run at the Tangerang Domestic Public Hospital. The research is qualitative descriptive, in which the data collection is done through analysis of existing documents and deep interview with related persons at the hospital. From the research it is found that budgeting in self-financing management uses hystorical budgetting system by its means butt= up and uses the form of Budgeting Work Plan assigned by Bupati and legislative. In the meantime, the budgeting and financial management of BLU is still using hystorical budgeting methode by its means the buttom-up line as assigned the similarity of methode in budgeting plan between self-financing and public service board implemented at Tangerang Hospital. Meanwhile, it is a must that Tangerang Domestic Hospital already implemented performance bases budgeting inline with the financial management system of BLU. While the form of working plan should be based on Budgeting and Business Plan (Rencana Bisnis dan Anggaran-RBA) as used in BLU financial system, in which it is assigned by Bupati needless the endorsement of legislative in order to be more efective.
Through this research it is found that self-financing implementation should be assigned by Bupati and endorsed by the legislative strictly bases on the digit and budgeting group as listed in working plan (Daftar Rena= Kerja-DRIC). This is assigned that the use of self-financing budget is highly strick and nomore change of budgeting. This system causes inefficiency, infective and unproductive approved by namely financial rest should be posted into domestic treasurer book keeping while its uses should be assigned by Bupati and legislative.
Principly bases of BLU budgeting implementation is highly flexible by giving full authorities in using finance by the frame that is generally ak.nowleged. By this system, the use of finance is not strictly follow the Budgeting Plan Document (Dokumen Pelaksanaan Anggaran-DPA). But the manager has a flexibilities to implement a healthy business ethiques by riming organization function based on good and clean management system in providing quality and continually improvement of sevices. In practice, the manager can change the budgeting plan by assigned of Bupati and not necessarily endorsement of legislative while the budgeting rest can be used as investment and put into previous year budgeting plan to be more efficien, effective and productive.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34336
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Fauziyyah
"Pendahuluan: Terjadinya insiden keselamatan dalam pelayanan kesehatan masih menjadi isu global yang perlu diselesaikan. Diperkirakan sekitar 42,7 juta insiden di dunia setiap tahun yang mengakibatkan 23 juta DALYs hilang, dan 83% dari insiden dapat dicegah. Insiden keselamatan berhubungan dengan budaya keselamatan, dimana budaya keselamatan yang diterapkan dalam sebuah rumah sakit dapat meningkatkan atau menurunkan insiden keselamatan yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit harus menciptakan dan menerapkan budaya keselamatan pada setiap tingkat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas, dan untuk menjaga keselamatan pasien maupun staf rumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan penelusuran studi melalui database Pubmed, Scopus, ScienceDirect, Google Scholar, serta Garuda dan ditemukan 17 artikel dari tahun 2011-2021 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa budaya keselamatan pasien di rumah sakit umum milik pemerintah masih rendah dan persepsi staf rumah sakit terkait budaya keselamatan masih perlu ditingkatkan. Dimensi budaya keselamatan dengan persepsi positif tertinggi adalah “teamwork within hospital units” dan “organizational learning–continuous improvement”, sedangkan “non punitive response to error” dan “staffing” memiliki respons positif terendah. Sebagian besar staf rumah sakit menilai tingkat keselamatan pasien di unit kerja “excellent/very good/acceptable” dan tidak melaporkan insiden sama sekali dalam satu tahun terakhir. Karakteristik staf serta karakteristik rumah sakit juga ditemukan memiliki hubungan dengan budaya keselamatan pasien.

Introduction: The occurrence of adverse events in healthcare services is still a global issue that needs to be resolved. It is estimated that around 42.7 million incidents worldwide each year result in 23 million lost DALYs, and 83% of incidents are preventable. Adverse events are related to safety culture, where the safety culture applied in a hospital can increase or decrease adverse events that may occur in healthcare services. Hospitals must develop and maintain a safety culture at all levels in order to provide safe and high-quality health care while also ensuring the safety of patients and hospital staffs. Methods: This study use a literature review method with study searches through Pubmed, Scopus, ScienceDirect, Google Scholar, and Garuda databases and found 17 articles from 2011-2021 that met the inclusion criteria. Results: This study found that the patient safety culture in public general hospitals is still low and the perception of hospital staff regarding safety still needs to be improved. The dimensions of safety culture with the highest positive perceptions are “teamwork in hospital units” and “organizational learning–continuous improvement”, while “non-punitive response to error” and “staffing” have the lowest positive responses. Most of the staffs rated patient safety in their work unit as “excellent/very good/acceptable” and did not report any events in the past year. Staff characteristics as well as hospital characteristics were also found linked with patient safety culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Fauziyyah
"Pendahuluan: Terjadinya insiden keselamatan dalam pelayanan kesehatan masih menjadi isu global yang perlu diselesaikan. Diperkirakan sekitar 42,7 juta insiden di dunia setiap tahun yang mengakibatkan 23 juta DALYs hilang, dan 83% dari insiden dapat dicegah. Insiden keselamatan berhubungan dengan budaya keselamatan, dimana budaya keselamatan yang diterapkan dalam sebuah rumah sakit dapat meningkatkan atau menurunkan insiden keselamatan yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit harus menciptakan dan menerapkan budaya keselamatan pada setiap tingkat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas, dan untuk menjaga keselamatan pasien maupun staf rumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan penelusuran studi melalui database Pubmed, Scopus, ScienceDirect, Google Scholar, serta Garuda dan ditemukan 17 artikel dari tahun 2011-2021 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa budaya keselamatan pasien di rumah sakit umum milik pemerintah masih rendah dan persepsi staf rumah sakit terkait budaya keselamatan masih perlu ditingkatkan. Dimensi budaya keselamatan dengan persepsi positif tertinggi adalah “teamwork within hospital units” dan “organizational learning–continuous improvement”, sedangkan “non punitive response to error” dan “staffing” memiliki respons positif terendah. Sebagian besar staf rumah sakit menilai tingkat keselamatan pasien di unit kerja “excellent/very good/acceptable” dan tidak melaporkan insiden sama sekali dalam satu tahun terakhir. Karakteristik staf serta karakteristik rumah sakit juga ditemukan memiliki hubungan dengan budaya keselamatan pasien.

Introduction: The occurrence of adverse events in healthcare services is still a global issue that needs to be resolved. It is estimated that around 42.7 million incidents worldwide each year result in 23 million lost DALYs, and 83% of incidents are preventable. Adverse events are related to safety culture, where the safety culture applied in a hospital can increase or decrease adverse events that may occur in healthcare services. Hospitals must develop and maintain a safety culture at all levels in order to provide safe and high-quality health care while also ensuring the safety of patients and hospital staffs. Methods: This study use a literature review method with study searches through Pubmed, Scopus, ScienceDirect, Google Scholar, and Garuda databases and found 17 articles from 2011-2021 that met the inclusion criteria. Results: This study found that the patient safety culture in public general hospitals is still low and the perception of hospital staff regarding safety still needs to be improved. The dimensions of safety culture with the highest positive perceptions are “teamwork in hospital units” and “organizational learning–continuous improvement”, while “non-punitive response to error” and “staffing” have the lowest positive responses. Most of the staffs rated patient safety in their work unit as “excellent/very good/acceptable” and did not report any events in the past year. Staff characteristics as well as hospital characteristics were also found linked with patient safety culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>