Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wardhani
"Proses irradiasi dalam penelitian tenaga atom akan menghasilkan unsur bahan bakar radio isotop dan hasil samping limbah radio aktif. Penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik supaya tidak membahayakan manusia dan lingkungannya. Agar radio nuklida dalam limbah tidak mudah lepas, maka limbah radio aktif diubah dalam bentuk padat. Untuk tujuan ini digunakan bahan matriks yang dapat mengikat atau sebagai perangkap radio nuklida misalnya bahan matriks gelas borosilikat. Proses ini mengakibatkan terbentuknya gelas limbah borosilikat.
Untuk menentukan mutu gelas limbah antara lain dengan menentukan ketahanan kimianya, apa bila gelas ini kontak dengan larutan. Ketahanan kimia berarti adanya radio nuklida yang terlucut dan pemecahan rangkaian gelas silikat.
Penentuan ketahanan kimia dari gelas limbah dengan membuat gelas borosilikat yang mengandung 10%, 20%, 25%, 30% clan 40% limbah radio aktif atau galas limbah WL 10, WL 20, WL 25, WL 30 dan WL 40. Pembuatan gelas limbah ini dilakukan pada temperatur 1150°C selama 165 menit kemudian didinginkan sampai temperatur kamar.
Cara untuk menentikan ketahanan kimia dapat dilakukan dengan metoda sokslet dengan menggunakan 50 ml larutan pelucut yang dipanaskan dalam air mendidih. Adanya kontak antara permukaan gelas dan larutan pelucut mengakibatkan terlucutnya unsur-unsur dari gelas limbah tersebut. Unsur yang terlucut dianalisa dengan menggunakan AAS (Spektroskopi Serapan Atom).
Dari jenis gelas limbah yang ditentukan ketahanan kimianya didalam air destilasi diperoleh hasil bahwa ketahanan kimia gelas WL 10 > WL 20 > WL 25 > WL 30 > W1 40. Ketahanan kimia gelas limbah dengan WL 25 dan WL 30 dilakukan juga terhadap larutan yang bersifat asam yaitu pH = 2 (1.10-2M HC1); pH = 4 (1.10-4M HC1); netral (air destilasi A- 1 tetes KOH 0,01 M) dan larutan basa pH - 10 (1.10-4M KOH) dan pH = 12 (1.10-2M KOH). Dengan variabel pH diperoleh hasil bahwa ketahanan kimia dalam larutan netral larutan basa > larutan asam.
Mutu dari pada gelas limbah ini ditemukan juga terhadap gelas limbah WL 30 yang mengalami devitrifikasi pada 850°C dengan variasi lamanya waktu devitrifikasi antara lain 6, 10, 18, 26, 34, 42 dan 50 jam. Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa makin lama waktu devitrifikasi ketahanan kimia gelas WL semakin kecil berarti unsur-unsur yang terlucut dari gelas limbah semakin banyak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Rizal
"A research was being done for analyzing strength and stiffness characteristic of two types of laminated fiber glass/aramid/epoxy composite material. Each type consists of eight and ten layers in same configuration with two different kinds of angle orientations. The base materials used in this research were glass epoxy and aramyd/epoxy fiber composites in which the epoxy is used as matrix. Some mechanical tests and optical observation was carried out for analyzing its macro and micro mechanical characteristics for both types.
From the result of mechanical test, it was found that the compressive strength, stiffness and impact characteristic of the second type was better than the first type, but its tensile strength was slightly lower then the first type. In impact test for both type, there was found an increasing in impact strength by decreasing the temperature from 27 °C to -10 °C, which at temperature was -10 °C the both of material was becoming brittle. Optically, it was found that the second type more rigid than first type by observing the shape and direction of its fracture."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Nursiyanto
"ABSTRAK
Telah dilakukan pengujian sifat 5 jenis gelas borosilikat yang komposisi kandungan Na20 bervariasi dari 8,3% (G1), 7,3% (G2), 6,3% (G3), 5,30 (G4) dan 4,30 (G5) dari berat. Sifat gelas yang diuji antara lain titik lunak (softening point), rapat jenis, koefisien muai panjang, kejut suhu (thermal shock) dan ketahanan kimia. Kandungan Na2O yang rendah dapat menaikkan titik lunak, menurunkan tingkat pelucutan dan menaikkan kejut suhu. Terhadap rapat jenis dan koefisien muai tidak terlihat gelas karena perubahan kandungan Na20 terlalu kecil. Dengan difraksi sinar-x, membuktikan bahwa peleburan komposisi oksida benar-benar menjadi gelas, yang ditunjukkan dengan struktur amorf. Setelah dibandingkan dengan persyaratan gelas laboratorium dari Standar Industri Indonesia (SII), semua gelas yang terbentuk memenuhi syarat sebagai gelas laboratorium yaitu kejut suhu (LT) minimum 1500C dan ketahanan kimia ditandai dengan banyaknya Na20 yang terlucut lebih kecil dari 0,075 mg Na20/gram cuplikan . Komposisi gelas (G5) mempunyai sifat tahan panas dan tahan kimia yang lebih tinggi, yaitu sebesar ΔT = 199 °C dan 0,031 mg Na20/gram cuplikan.



"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Yandi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dikaji kinetika kristalisasi bahan gelas metalik Zr-Cu, Zr-Cu-Al dan Zr-Cu-NiAl. Bahan paduan gelas metalik berbasis Zirkonium dipanaskan pada temperatur 340 dan 420°C. Sampel pada kondisi awal (27°C) dan yang telah dipanaskan diuji menggunakan difraksi sinar x. Kinetika kristalisasi secant kualitatif diidentifikasi dari kinetika pertumbultan butir melalui analisis pelebaran garis spektrutn berkas terdifraksi menggunakan persamaan Scherrers. Analisis data pola difraksi menunjukkan Zr-Cu memiliki puncak yang !Anil tajam dibanding Zr-Cu-Al dan ZrCu-Ni-Al pada temperatur pemanasan yang sama.. Perhitungan ukuran butir menunjukkan pada petnansan 340°C berturut-turut 42 nun untuk Zr-Cu, 25 nm untuk Zr-Cu-Al dan 34 nm untuk Zr-Cu-Ni-Al, sedangkan pada 420°C berturut-turut 81 nm untuk Zr-Cu dan 44 urn untuk Zr-Cu-Ni-Al. Pertumbuhan butir semakin meningkat dengcol ineningkatnya l'.-mperatur clan waktu pemanasan. Energi aktivasi pertninbuhan Nair pada enplikan Zr-Cu-Al, clan Zr-Cu-Ni-Al bet-tuna-turn( adalah 161.13,09 dan [ U62.1,34 Unto!. Orde kristalisasi sebagai parameter laju pengintian dipengaruhi oleh temperatur dan lama pemanasan."
JURFIN 8:25 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyansyah
"Universitas sebagai tempat belajar dan riset memiliki potensi sebagai penghasil limbah. Fakultas Teknik menghasilkan limbah kimia yang barasal dan aktivitas praktikum dan riset di Jurusan Gas dan Petrokimia, Jurusan Metallurgi serta Jurusan lain. Salah satu Iaboratorium di Jurusan Gas dan Petrokimia adalah Laboratorium Dasar Proses Kimia (Lab DPK). Kegiatan praktikum pada Lab DPK terdiri dari praktikum Kimia Dasar, praktikum Kimia Fisika dan praktikum Kimia AnaIitik. Kegiatan praktilkum di Lab DPK menghasilkan berbagai jenis limbah yang tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Limbah ini ditampung selama satu semester dalam container penampung Iimbah.
Upaya pengelolaan Iimbah Lab DPK terdiri dari beberapa bagian yaitu segregasi limbah, pemanfaatan limbah, pengolahan limbah, dan pembuangan limbah. Segregasi limbah dilakukan dengan mengelompokkan limbah herdasarkan wujud dan jenisnya yaitu limbah logam berat, limbah korosif limbah organik, limbah cucian, dan limbah padatan. Upaya pemanfaatan limbah dilakukan terhadap limbah padalan. Sedangkan untuk kelornpok limbah lainnya dilakukan pengolahan Iimbah yaitu Iimbah logam berat dengan presipitasi hidroksida, limbah korosif dengan netralisasi, limbah organik dengan distilasi, dan Iimbah cucian dapal langsung dibuang.
Tahapan proses pengolahan limbah logam berat dan limbah korosifadalah mereduksi Cr(VI) menggunakan Sodium metabisulfit, mengolah limbah logam berat lainnya dan hasil reduksi Cr(VI) dengan koagulasi/flokulasi menggunakan Poly Aluminium Chloride dan presipitasi menggunakan NaOH, kemudian memisahkan cairan dan endapan hasil presipitasi. Cairan dari presipitasi digabung dengan Iimbah korosif agar saling menetralkan, kemudian ditambahkan basa NaOH agar diperoleh pH netral. Sedangkan sludge hasil presipitasi dipadatkan dengan menggunakan centrifuge, dikeringkan dalam oven, dikumpulkan dalam bunker, dan dibuang ke instansi pengolah limbah. Kemudian cairan hasil netralisasi dapat dibuang ke badan air.
Alat pengolahan limbah yang utama digunakan untuk mengolah limbah Iogam berat dan limbah korosif. Proses pengolahannya dilakukan secara batch setiap satu semester. Alat ini terdiri dari 3 tanki pengolahan dengan kapasitas tanki reduksi Cr(VI) sebesar 5 liter, tanki presipitasi 20 liter, dan tanki netralisasi 30 liter.
Material alat pengolahan limbah Lab DPK ini adalah acrylik resin. Biaya pengelolaan limbah terdiri dari biaya pembelian container penampung limbah, pembuatan alat pengolahan limbah, pembelian bahan pengolah Iimbah, pembuatan bunker penampungan akhir, analisa limbah, honor karyawan, biaya listrik dan lain-Iain, mencapai Rp 4.500.000,- (ratus ribu rupiah)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Aria Putra
"Penggunaan komposit sebagai material baru telah mencakup pada bidang yang amat luas seperti pada bidang automotif, kelautan, luar angkasa dan lain sebagainya. Pada penerapannya kekuatan mekanis material komposit sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya, khususnya setelah temperatur melewati temperatur transisi gelas (Tg).
Dalam penelitian ini akan diamati pengaruh temperatur terhadap kekuatan mekanis material komposit. Material komposit yang digunakan adalah komposit serat gelas/poliester dengan metode pembuatan laminasi basah manual. Sera gelas yang digunakan yaitu kombinasi serat gelas tipe E jenis Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR), dengan susunan 3CSM-WR-3CSM-WR-2CSM, sedangkan matriks yang digunakan yaitu resin poliester. Terhadap material dilakukan pemanasan selama 120 menit dengan variasi temperatur 60C, 80C, dan 100C kemudian didinginkan di udara terbuka. Sebagai pembanding beberapa komposit tidak dipanaskan. Kemudian dilakukan pengujian tarik (ASTM D 638), pengujian tekan (ASTM D 695), dan pengujian lentur (ASTM D 790). Pengujian tersebut dilakukan pada temperatur ruang. Mekanisme perpatahan yang terjadi akibat pembebanan diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan naiknya temperatur pemanasan maka kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit serat gelas/poliester mengalami penurunan. Kekuatan tekan komposit serat gelas/poliester lebih rendah dibanding kekuatan tariknya untuk setiap temperatur pemanasan. Perpatahan yan terjadi akibat pembebanan tarik cenderung bersifat getas dengan terjadinya pelepasan ikatan antara matriks dengan serat, dan patahnya matriks dengan serat yang tertarik ke luar. Dengan naiknya temperatur pemanasan mode perpatahan yang terjadi akibat pembebanan tekan pada arah longitudinal cenderung menunjukkan perpatahan ekstensional. Perpatahan yang terjadi akibat pembebanan lentur dimulai pada lapisan terluar yang berlawanan dengan titik pembebanan yang kemudian diikuti oleh lapisan yang berdekatan, dengan kerusakan berupa hancurnya matriks, patahnya serat dan delaminasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Donald
"Penggunaan material komposit serat gelas-poliester dewasa ini sangat banyak dijumpai pada aplikasi perairan disebabkan sifatnya yang menguntungkan yaitu ringan. rasio kekuatan tinggi terhadap berat, pembuatan bentuk yang tidak terbatas dan harga bahan baku yang rendah serta kemudahan memperoleh bahan bakunya. Namun adanya lingkungan pemakaian seperti perendaman dan temperatur tinggi. komposit serat gelas-poliester memiliki keterbatasan seperti menurunnya sifat mekanis komposit serat gelas-poliester. Pada penelitian ini akan dievaluasi pengaruh perendaman dan temperatur terhadap kekuatan komposit serat gelas poliester. Dalam penelitian ini spesimen komposit merupakan kombinasi dari serat gelas jenis E-glass dan resin poliester jenis GP (general purpose). Serat gelas yang digunakan berbentuk CSM (chopped strand mar) dan WR (woven roving) dengan susunan: 3CSM- I WR - 3CSM - 1 WR - 2CSM Sebagian spesimen tidak direndam (pada temperatur ruang) dan sebagian lagi mengalami perendaman pada temperatur 25'C, 60'C dan 90'C selama 23 hari (552 jam). Setelah itu dilakukan uji tarik arah longitudinal terhadap salah satu serat WR Standar uji tarik yang digunakan adalah ASTM D-638M Pengamatan struktur makro dan mikro selanjutnya dilakukan terhadap bentuk kerusakan yang terjadi pada setiap kondisi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada perendaman di bawah temperatur gelas (73' C) kadar air yang terserap meningkat dengan naiknya temperatur perendaman, sedangkan di alas temperatur gelas, kadar air yang terserap justru mengalami penurunan. Kekuatan tarik spesimen mengalami penurunan dengan naiknya temperatur perendaman. Warna spesimen juga mengalami perubahan dari hijau bening menjadi putih kekuningan dan tekstur permukaan spesimen semakin kasar dengan naiknya temperatus perendaman. Bentuk perpatahan yang terbentuk pada komposit serat gelas-poliester meliputi patah intralaminer, interlaminar dan translaminer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Trisnawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuwut Riza Fauli
"Pada proses pengeringan semprot apabila temperatur pengeringan terlalu rendah maka yang terjadi pada bahan cenderung mengalami kelengketan dan partikel serbuk menggumpal. Tomat memiliki moisture content yang rendah tetapi memiliki kadar gula dan likopen yang tinggi sehingga dalam proses pengeringan semprot diperlukan maltodextrin sebagai zat pengikat nutrisi dalam tomat yang berfungsi untuk meningkatkan temperatur gelas transisi (Tg) dan mengurangi kelengketan. Temperatur gelas transisi yang tinggi mampu mengurangi kelengketan. Temperatur transisi gelas (Tg) yang terlalu tinggi akan cepat mengering tetapi partikel bahan akan amorf membentuk kristalisasi dan Tg yang terlalu rendah partikel akan melumer dan lengket. Kondisi droplet untuk temperatur pengeringan jika diatas Tg akan lengket tetapi jika temperatur pengeringan dibawah Tg maka droplet akan kering. Analisa perhitungan temperatur transisi gelas untuk larutan tomat adalah 22,8 °C.

Spray drying of process if too low drying temperature then occur at substance inclined particle stickiness and agglomerate. Tomato has low moisture content but have to high sugar value and lycopene until process to spray drying needful maltodextrin as nutrition essence on tomato which serves to increase glass transition temperature (Tg). High glass transition temperature (Tg) capable reducing stickiness. Very high glass transition temperature will running dry faster but matter of particle will amorphous crystallization shaping and very low glass transition temperature so particle will be melting and stickiness. Droplet conditions for drying temperature if above of Tg will stick but if the drying temperature is below of Tg so droplet will dry. Analysis calculation glass transition temperature for tomato liquids is 22,8 °C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>