Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Zaini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian secara retrospektif terhadap 260 penderita yang menjalani bedah pintas koroner di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita antara bulan Maret 1986 sampai dengan 31 Maret 1990 untuk mencari variabel prognostik mortalitas bedah.
Tiga puluh satu variabel prabedah yang terdiri dart 24 variabel klinis, 7 variabel kateterisasi-angiografi; dan 6 variabel intrabedah, telah diuji secara univariat dengan analisa "Kai-kuadrat" atau "Fisher's exact" dan selanjutnya secara multivariat dengan "Forward stepwise selection".
Dari 24 variabel klinik yang dianalisa secara univariat hanya 4 variabel yang bermakna yaitu kelas angina, riwayat CHF, aritmia dan kreatinin. Dari 7 variabel kateterisasi-angiografi tidak satupun yang bermakna. Dari 6 variabel bedah hanya 3 variabel yang bermakna secara univariat yaitu prioritas bedah, lama klem aorta dan endarterektomi. Dari 4 variabel klinik dan 3 variabel bedah yang bermakna tersebut, dengan analisa multivariat hanya 3 variabel yang bermakna yaitu prioritas bedah (p=0,0002), lama klem aorta (p=0,019) dan kreatinin serum (p=0,049).
Mortalitas bedah meningkat dengan tindakan urgensi--emergensi (mortalitas elektif 5,7%, mortalitas urgensi 28,0% dan mortalitas emergensi 57,1%). Lama klem aorta juga mempengaruhi mortalitas (mortalitas lame klem aorta < 52 menit 2%, antara 52-70 menit 4,9%, antara 71-96 menit 10,0% dan > 96 menit 22,9%). Kadar kreatinin > 2 mg% menyebabkan mortalitas meningkat (pada kadar kreatinin serum > 2 mg% mortalitasnya 60%).
Sebagai kesimpulan bahwa kadar kreatinin serum yang tinggi, pernbedahan secara urgensi-emergensi, dan lama klem aorta yang panjang akan meningkatkan mortalitas bedah.

ABSTRACT
A retrospective study on 260 patients who underwent bypass surgery at the Harapan Kiita National Cardiac Center from March 1986 up to March 1990 was undertaken to determine the prognostic variable in surgical mortality.
Thirty one preoperative variables comprising of 24 clinical, 7 coronary angiographies and 6 intraoperative variables were tested using univariate analysis with chi-square or Fisher's exact followed by multivariate analysis using Forward Stepwise Selection.
Of 24 variables analyzed using univariate analysis only 4 were significant, namely angina class, history of CHF, arrhythmias and creatinine.
Of the 7 angiographies variables, not even one was significant ; whereas of 6 surgical variables, only 3 were significant, that is priority of surgery, duration of aortic clamp and endarterectomy.
From 4 clinical and 3 surgical variables which were significant, using multivariate analysis, only 3 were significant: priority of surgery (p=0,0002), duration of aortic clamp (p=0,019), and serum creatinine (p=0,049).
Surgical mortality increased with urgency-emergency procedures (elective mortality 5,7%, urgency mortality 28,0% and emergency mortality 57,1%). Duration of aortic clamp also influenced mortality (aortic cross clamp < 521,2%; between 71-96',10,0% ; and > 96',22,9%). 96',22,9%). Serum creatinine level exceeding 2 mg% increased mortality (at a serum creatinine level of > 2 mg%, mortality was 60%).
In conclusion, a high serum creatinine level, an urgency-emergency surgical procedure, and the duration of aortic clamp time will increase surgical mortality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Herry
"Latar belakang masalah : pada bedah pintos koroner (BPK) yang bertujuan memperbaiki miokard, dapat terjadi suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, fenomena ini dikenal sebagai injuri reperfusi. Salah satu hipotesis patofisiologi injuri reperfusi adalah pembentukan radikal bebas oksigen (RBO), dimana RBO yang sangat reaktif dan sitotoksik akan merusak membran fosfolipolipid sel sehingga terbentuk peroksida lipid. Salah satu sumber RBO yang penting berasal dari metabolisme arakidonat. Kadar asam arakidonat (AA) yang tinggi pada membran sel akan meningkatkan produksi RBO. Sebaliknya, diit suplementasi asam ekosapentanoat (AEP) terbukti menurunkan produksi RBO meskipun mekanismenya belum diketahui. TuJuan penelltlan : untuk membuktikan bahwa terjadi peningkatan peroksida lipid pascapintas jantung-paru (PJP), rasio AEP/AA dalam plasma berhubungan dengan peningkatan produksi peroksida lipid dan terdapat hubungan rasio AEP/AA dengan parameter klinis injuri reperfusi pada penderita PJK yang dilakukan BPK. Bahan dan Cara kerJa : penelitian ini bersifat observasional dengan jumlah sampel 20 penderita, semuanya laki-laki, belum pemah dilakukan angioplasti atau BPK sebelumnya, fraksi ejeksi ~ 50% berdasarkan kateterisasi koroner dan tidak minum obatobat yang mempengaruhi aktivitas radikal bebas. Kriteria eksklusi : kadar kreatinin serum > 2 mg/dl, terdapat gangguan fungsi hepar dan sedang dalam pengobatan kortikosteroid. Sampel darah diambil dari sinus koronarius sebelum PJP untuk pemeriksaan kadar AEP, AA dan peroksida lipid, kemudian 5-10 menit sesudah PJP darah diambil lagi untuk pemeriksaan peroksida lipid, semua pemeriksaan dilakukan dengan alat HPLC (high performance liquid chromatography). Parameter klinis injuri reperfusi yang dinilai adalah kejadian arimia reperfusi dan cardiac index. Hasll penelltlan : didapatkan kadar AEP rataan 1,971 I 1,716 j.lgT, kadar AA rataan 25,386 I 12,657 pgr dan rasio AEP/AA rataan 0,08 I 0,05. Kadar peroksida lipid sesudah PJP meningkat sangat bermakna dibanding sebelum PJP (0,802 I 0,281 vs 0,532 I 0,13 J.ITT1ol/L, p = 0,0003) dengan peningkatan peroksida lipid (8 PL) rataan sebesar 0,27 ::t 0,336 f.lTT1ol/L. Analisis regresi linier menunjukkan hubungan yang bermakna antara AEP us 8 PL (/3 = 0,798, p = 0,000), AA us 8 PL (/3 = 0,451, p = 0,046) dan rasio AEP/AA us 8 PL (/3 = 0,509, p = 0,022) sedangkan uariabellain seperti lama klem aorta, lama mesin PJP dan jumlah tandur tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Pada analisis regresi multipel, hanya kadar AEP yang menunjukkan hubungan bermakna dengan peningkatan peroksida lipid (/3 = 1,084, p = 0,03). Terhadap parameter klinis injuri reperfusi, hanya rasio AEP/AA yang menunjukkan hubungan bermakna dengan aritmia reperfusi (p = 0,044), sedangkan terhadap cardiac index tidak menunjukkan hubungan bermakna. Demikian pula, kadar peroksida lipid sesudah PJP tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan parameter klinis injuri reperfusi. Keslmpulan : teTjadi peningkatan peroksida lipid pasca PJP, terdapat hubungan antara rasio AEP/AA dalam plasma dengan produksi peroksida lipid dan terdapat hubungan antara rasio AEP/AA dalam plasma dengan kejadian aritmia reperfusi pada penderita PJK yang dilakukan BPK. Saran : agar dilakukan penelitian lanjutan berupa pene/itian kasus-kontrol yang bertujuan untuk memperbaiki rasio AEP/AA sebagai upaya pencegahan terhadap injuri reperfusi yang akan teTjadi pada penderita PJK yang dilakukan BPK."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1997
T58340
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Ariyanti
"Latar Belakang : Model prediksi risiko mortalitas dan morbiditas pascapembedahan jantung digunakan untuk penjelasan kepada pasien mengenai risikoperioperasi, pemilihan tatalaksana, perbandingan hasil pascaoperasi dan alokasidana oleh penjamin kesehatan nasional. Husink dkk mengembangkan suatu sistemskor prediksi mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan katup jantung yaitu skorHarapan Kita pada tahun 2015. Sistem skor model prediksi mortalitas memilikidaya kalibrasi dan diskriminasi yang baik sedangkan model prediksi morbiditasmemiliki daya kalibrasi baik dan daya diskriminasi sedang. Sampai saat ini belumada validasi eksternal pada sistem skor Harapan Kita tersebut, sehingga perludilakukan untuk dapat selanjutnya diimplementasikan secara klinis.
Tujuan : Memvalidasi secara eksternal sistem skor Harapan Kita sebagai prediktormortalitas dan morbiditas di rumah sakit pasien yang menjalani pembedahan katupjantung.
Metode : Penelitian merupakan studi potong lintang dengan metode validasieksternal temporal yang dilakukan di Departemen Kardiologi dan KedokteranVaskular Universitas Indonesia/Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh DarahHarapan Kita, menggunakan data sekunder Januari 2015 hingga September 2016,yang diambil secara total sampling. Analisis data ditujukan untuk mendapatkannilai kalibrasi dan diskriminasi.
Hasil : Sampel akhir berjumlah 789, kejadian mortalitas di rumah sakit 8.6 68dari 789 sampel dan prediksi mortalitas dengan skor Harapan Kita 11.9 .Kejadian morbiditas di rumah sakit 34.7 dan prediksi morbiditas dengan skorHarapan Kita 19.1 . Setelah dilakukan penghitungan skor Harapan Kita padasemua sampel studi, didapatkan nilai kalibrasi prediksi mortalitas p = 0.169 dandiskriminasi/AUC sebesar 0,761 95 IK; 0.702-0.821 sedangkan prediktormorbiditas kalibrasi p = 0.689 dan AUC 0.753 95 IK; 0.716-0.789.
Kesimpulan : Sistem skor Harapan Kita secara eksternal valid untuk memprediksimortalitas dan morbiditas pasien yang menjalani pembedahan katup jantung.

Background: Mortality and morbidity risk prediction model after cardiac surgeryis used to explain perioperative risk, choice of treatment, comparation of surgeryresults, and for financial allocation consideration by national health insurance.Harapan Kita score was developed in 2015. This scoring system had a goodcalibration and discrimination for predicting mortality also a good calibration butmoderate discrimination for predicting morbidity. However this score never beenexternally validated.
Objective: To validate externally the Harapan Kita scoring system as an inhospitalmortality and morbidity predictor in patients who is undergoing valvular heartsurgery.
Methods: This is a cross sectional study with temporal external validation methodthat performed at the Department of Cardiology and Vascular Medicine,Universitas Indonesia National Cardiovascular Center Harapan Kita, usingsecondary data from January 2015 until September 2016, which taken by totalsampling method. Data analysis is intended to develop the calibration anddiscrimination level.
Results: The final samples were 789, with 8.6 68 from 789 samples mortalityevent and a mortality predictor of Harapan Kita Score 11.9. The Odds Ratio OR of all variables were similar with the OR of Harapan Kita score previous study. Callibration value for mortality predictor were p 0.169 with a discrimination AUC 0.761 95 CI 0.702 0.821 meanwhile calibration value formorbidity predictor were p 0.689 and AUC 0.753 95 CI 0.716 0.789.
Conclusion: Harapan Kita scoring system valid externally to predict in hospitalmortality and morbidity in patients undergoing valvular heart surgery
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55651
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melyana
"Latar belakang: Model prediksi risiko operasi memiliki peranan penting pada tindakan operasi katup jantung. Perubahan karakter pasien dan fasilitas pembedahan dalam waktu tertentu dapat mempengaruhi nilai prediksi skor risiko operasi.
Tujuan: Mengetahui perbandingan validasi EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita dalam memprediksi mortalitas di rumah sakit pasca operasi katup jantung.
Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap 416 pasien yang menjalani operasi katup jantung pada periode November 2018 hingga Desember 2019. Data berasal dari rekam medis dengan metode sampling konsekutif. Didapatkan nilai kalibrasi dan diskriminasi EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita.
Hasil: Angka kematian yang diobservasi sebesar 6,7%. EuroSCORE II, skor Ambler and skor Harapan Kita memiliki kalibrasi yang baik (uji Hosmer-Lemeshow p=0,065, p=0,233 and p=0,314). Kemampuan diskriminasi skor dalam memprediksi kematian di rumah sakit EuroSCORE II (AUC 0,763; 95% IK;0.660-0.867), diikuti skor Ambler (AUC 0.748; 95% IK; 0.655-0.841) dan skor Harapan Kita (AUC 0,694; 95% IK; 0.584-0.804)
Kesimpulan: EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita memiliki validasi yang cukup baik. Kalibrasi ketiga skor baik dengan kalibrasi skor Harapan Kita relatif lebih baik dari dua skor lainnya, sedangkan nilai diskriminasi skor Harapan Kita di bawah EuroSCORE II dan skor Ambler.

Background: Preoperative risk prediction models have important role in cardiac valve surgical management. Changing in patient characteristics and surgical facilities over time, might affect the predicting value of those scoring system.
Objective: This study aimed to compare the validation of EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score in predicting in-hospital mortality at patients underwent heart valve surgery
Methods: Cohort restrospective study was performed at 416 patients who underwent heart valve surgery from November 2018 to December 2019. Data was taken from the medical records by consecutive sampling method. The calibration and discrimination value of EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score were obtained.
Results: Observed in-hospital mortality was 6,7%. EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score have good calibration (Hosmer-Lemeshow test p=0,065, p=0,233 and p=0,314). The discriminative value of these three scores in predicting in-hospital mortality for EuroScore II AUC 0,763 (95% CI; 0.660-0.867), Ambler score AUC 0.748 (95% CI; 0.655-0.841) and Harapan Kita score AUC 0,694 (95% CI; 0.584-0.804)
Conclusion: EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score have fairly good validation. Those scoring system have good calibration with Harapan Kita score calibration relatively better than EuroSCORE and Ambler score, meanwhile Harapan Kita score has less discrimination value than EuroScore II and Ambler score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hartaty Sarma Sangkot
"ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mortalitas dan
morbiditas pada pasien elektif dalam daftar tunggu serta gambaran waktu tunggu
pasien elektif dalam daftar tunggu operasi bedah pintas koroner dikaitkan dengan
ketersediaan sumber daya (sistem, sumber daya manusia dan fasilitas) UPF Bedah
Jantung Dewasa, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif dikumpulkan secara prospektif selama 2 bulan sejak bulan Agustus-
September 2010.
Hasil : Dari 58 pasien tersebut, 1 pasien meninggal selama menunggu dan 1
pasien terkena stroke selagi menunggu. Tidak terdapat sistem khusus atau skoring
untuk menentukan waktu tunggu pada pasien. Belum terdapat sistem penjadwalan,
termasuk metode memasukan pasien kedalam daftar, memutuskan status
kegawatan, menjadwalkan tanggal masuk dan memindahkan pasien dari daftar
yang adekuat.
Kesimpulan : Kejadian mortalitas dan morbiditas selama waktu tunggu tidak
ditemukan sebagai kejadian yang sering terjadi selama menunggu operasi bedah
pintas koroner pada studi ini. Namun sulit mengabaikan kerjadian yang terjadi
pada kedua pasien pada penemuan, apalagi hasil penelitian menguatkan bahwa
belum terdapat sistem penentuan waktu tunggu dan penjadwalan yang adekuat di
UPF Bedah Jantung dan Intermediate Bedah Dewasa RS.Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita walaupun sementara ini sumber daya yang ada (baik fisik
maupun sumber daya manusia) masih dirasakan cukup mengakomodir jumlah
kasus yang ada.

ABSTRACT
Background: This study is aimed to find out mortality and morbidity in elective
patient while waiting and description of waiting time in elective patient related to
resources needed (system, human resources and facility) at department of
cardiovascular surgery, Harapan Kita Hospital.
Method : This study is use quantitative and qualitative desain study. The
quantitative data collected prospectively within 2 months since August until
September 2010.
Result : From 58 patients, 1 patient was died while waiting and 1 fall into stroke.
There?s no adequate system in scheduling patient, including put the patient into
the list of que, decide the urgency and remove the patient from the list.
Conclusion : It?s known that morbidity and mortality is not found as a significant
event happened while waiting for CABG in this study. It?s difficult to ignore the
things happened to the 2 patient, especially after knowing there?s no adequate
system to decide wait time and scheduling at Department of cardiovascular
surgery, Harapan Kita Hospital, while resources is still"
2010
T31717
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
S. J. K. Juniarti Hatta
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menilai, apakah tolok ukur prabedah yang selama ini dipergunakan untuk memperkirakan keberhasilan tindakan bedah ganti katup aorta di RSJHK sudah cukup memadai. Penelitian bersifat studi retrospektif terhadap semua penderita Regurgitasi Aorta yang dilakukan penggantian katup aorta di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta pada periode Februari 1986 s.d. 31 Desember 1989.
Terdapat 31 penderita yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri atas 9 penderita wanita dan 22 pria,umur berkisar antara 10-60 tahun, rata rata 33,77±14,58 tahun.
Empat belas variabel prabedah dan tiga variabel intrabedah .diteliti untuk melihat pengaruhnya terhadap kematian bedah dan perbaikan kelas fungsionalnya (NYHA) pascabedah. Dari hasil tindakan bedah penderita dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu kelompok A (hasil kurang baik) dan kelompok B (hasil baik). Kelompok A penderita yang mengalami kematian bedah atau penderita dengan kelas fungsional menetap atau bahkan memburuk (n : B). Kelompok B penderita yang hidup dan kelas fungsionalnya meningkat satu tingkat atau lebih dinilai secara kriteria NYHP (n : 23).
Angka kematian bedah 16.12%. Dari 14 variabel prabedah tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dari kelompok A dan kelompok B, dari 3 variabel intrabedah terdapat satu variabel yang berbeda bermakna yaitu lama klem aorta.
Kelompok A dengan rata rata 185±221,56 menit dan kelompok B 80,69±22,01 menit ( p:0.03 ).
Sebagai kesimpulan penelitian ini belum dapat mencari variabel prabedah mana yang berpengaruh terhadap kematian bedah ,pada tindakan bedah ganti katup aorta pada penderita Regurgitasi Aorta. Dengan tolok ukur yang lama tampaknya seleksi penderita prabedah sudah cukup ketat oleh karena nilai dari rata-rata tolok ukur dibawah nilai risiko tinggi yang dianjurkan peneliti sebelumnya.
Suatu penelitian prospektif dan jangka panjang perlu dilakukan agar dapat dicari variabel prognostiknya dan angka ketahanan hidup dari penderita Regurgitasi Aorta pascabedah ganti katup aorta di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Munawar
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari variabel prognostik terhadap kematian penderita yang dilakukan beda katup mitral. Penelitian bersifat retrospektif terhadap semua penderita yang dilakukan bedah katup mitral dengan atau tanpa bedah ikutan trikuspid di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta amtara bulan September 1985 sampai tanggal 31 Desember 1988 (n=162). Sembilan puluh orang dengan stenosis mitral (MS) dominan, 72 orang dengan insufisiensi mitral (MI), terdiri dari 56 orang laki-laki dan 106 orang wanita, berumur antara 7-64 (rata-rata 30,1 + 12,9) tahun. Bedah perbaikan katup dilakukan pada 87 orang, sedang oenggantian katup pada 75 orang. Seratus empat puluh sembilan orang dapat diamati (92%) dengan mengirim surat, telepon, pengamatan 16 bulan (antara 0-40 bulan), dengan jumlah pengamatan kumulatif 2607,4 bulan. Enam belas variabel prabedah dan 4 variabel intrabedah telah diuji untuk mendapatkan variabel prognostik terhadap kematian (bedah serta tertunda). Angka ketahanan hidup dihitung menurut Kaplan-Meier. Analisis univariat dengan uji logrank. Angka kematian bedah dan angka kematian tertunda seluruh penderita masing-masing 6,8% dan 2,8 per 100 oang-tahun, untuk penderita MS masing-masing 8,9% dan 1,5 per 100 orang-tahun, sedang untuk penderita MI 4,2% dan 4,6 per 100 rang-tahun. Satu-satunya variabel prognostik independen penderita MS adalah jenis operasi (perbaikan atau penggantian katup). Angka ketahanan hidup 3 tahun penderita MS dengan bedah perbaikan katup adalah 94,8 +- 2,9%, sedang untuk penderita MS dengan bedah penggantian katup 78,0 +- 5,7% (p=0,0174). Tetapi penderita MS dengan bedah penggantian katup mempunyai umur lebih tua, kelas fungsional lebih buruk, lebih banyak yang dalam irama fibrilasi atrium, rasio kardiotoraks lebih besar dan indeks curah jantung lebih rendah dan bermakna bila dibandingkan dengan bedah perbaikan katup. Untuk penderita MI, hanya variabel fraksi ejeksi (EF) yang merupakan variabel prognostik independen. Angka ketahanan hidup 3 tahun penderita MI dengan EF < 50% adalah 74,2 +- 7,2% sedang untuk penderita MI dengan EF > 50% adalah 97,5 +- 2,4% (p=0,0229). sebagai kesimpulan operasi katup mitral mungkin akan lebih bermanfaat bila dilakukan dalam keadaan yang dini. Suatu penelitian jangka panjang mengenai variabel prognostik terhadap kematian dan/atau kualitas hidup penderita bedah katup mitral masih sangat relevan dimasa yang akan datang untuk mendapatkan masukan yang lebih akurat.

The purpose of this study was to find prognostic variables for mortality in patients undergoing mitral valve surgery. This was a retrospective study of all patients undergoing mitral valve surgery with or without tricuspid concomitant surgery at Harapan Kita Heart Hospital, Jakarta between September 1985 and December 31, 1988 (n=162). Ninety patients with dominant mitral stenosis (MS), 72 patients with mitral insufficiency (MI), consisting of 56 men and 106 women, aged between 7-64 (mean 30.1 + 12.9) years. Valve repair surgery was performed on 87 patients, while valve replacement was performed on 75 patients. One hundred and forty-nine patients could be observed (92%) by sending letters, telephone, 16-month observation (between 0-40 months), with a cumulative observation of 2607.4 months. Sixteen preoperative variables and 4 intraoperative variables were tested to obtain prognostic variables for death (surgical and delayed). Survival rates were calculated according to Kaplan-Meier. Univariate analysis with logrank test. Surgical mortality and delayed mortality rates for all patients were 6.8% and 2.8 per 100 person-years, respectively, for MS patients 8.9% and 1.5 per 100 person-years, while for MI patients 4.2% and 4.6 per 100 person-years. The only independent prognostic variable for MS patients was the type of surgery (valve repair or replacement). The 3-year survival rate for MS patients with valve repair surgery was 94.8 +- 2.9%, while for MS patients with valve replacement surgery it was 78.0 +- 5.7% (p = 0.0174). However, MS patients with valve replacement surgery were older, had worse functional class, more were in atrial fibrillation rhythm, had a higher cardiothoracic ratio and a lower cardiac output index and was significant when compared with valve repair surgery. For MI patients, only the ejection fraction (EF) variable is an independent prognostic variable. The 3-year survival rate for MI patients with EF < 50% is 74.2 +- 7.2% while for MI patients with EF > 50% is 97.5 +- 2.4% (p = 0.0229). In conclusion, mitral valve surgery may be more beneficial if performed in an early state. A long-term study of prognostic variables on mortality and/or quality of life in mitral valve surgery patients is still very relevant in the future to obtain more accurate input.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitoresmi Waranggani Aristawati
"Latar Belakang
Gagal jantung merupakan penyebab kematian jantung terbanyak kedua di Indonesia. Berdasarkan data Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), angka kematian HFrEF meningkat dari tahun 2017-2021.
Tujuan
Mengetahui prediktor rawat ulang dan kematian pasien HFrEF di RSJPDHK tahun 2022 dalam follow up satu tahun.
Metode
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain fixed cohort untuk melihat kematian dan rawat ulang pasien HFrEF di RSJPDHK.
Hasil
Total populasi pasien HFrEF 2022 sebanyak 1951 orang, dengan sampel penelitian sebesar 452 orang. Proporsi rawat ulang 47% (n=214), kematian 21% (n=97), lost to follow up 25,8% (n=117). Analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi rawat ulang adalah usia 61-70 tahun (p 0,027, OR 0,26), pendidikan rendah (p 0,024, OR 0,38), chronic kidney disease (p 0.025, OR 1,56), dan hiponatremia (p 0,017, OR 2,10). Faktor independen terhadap luaran kematian adalah pendidikan rendah (p 0,009, HR 2,33), NTproBNP tinggi (p <0,001, HR 1,01), dan lama rawat RS ≥ 7 hari (p 0,031, HR 1,61).
Kesimpulan
Prediktor rawat ulang pasien HFrEF adalah usia 61-70 tahun, pendidikan rendah, chronic kidney disease, dan hiponatremia. Prediktor kematian pasien HFrEF adalah pendidikan rendah, NTproBNP tinggi, dan lama rawat RS ≥7 hari.

Introduction
Heart failure is the second-leading cause of death in Indonesia. Data from Harapan Kita Hospital (RSJPDHK), showed the mortality rate of HFrEF had increased from 2017 to 2021.
Aim
To determine the predictors of one-year-readmission and one-year-mortality rate of HFrEF patient at RSJPDHK in 2022.
Method
This analytic study with a fixed cohort design focus on investigating the survival and readmission rate of HFrEF patients at RSJPDHK.
Results
In 2022, there were 1,951 HFrEF patients, sample were 452 individuals. The readmission rate was 47% (n=214), mortality rate was 21% (n=97), and lost to follow-up rate was 25.8% (n=117). Analysis revealed that factors affecting readmissions are age 61-70 years old (p 0,027, OR 0,26), low education (p 0,024, OR 0,38), chronic kidney disease (p 0,025, OR 1,56), and hyponatremia (p 0,017, OR 2,10). Independent factors affecting mortality rate including low education (p 0,010, HR 2.33), high NTproBNP (p <0,001, HR 1,01), and hospital stay ≥ 7 days (p 0,031, HR 1.61). Conclusion
In HFrEF patients, the predictors for readmission are age 61-70 years old, low education, chronic kidney disease, and hyponatremia, while the predictors for mortality are low education, high NT-proBNP, and hospital stays ≥7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aron Husink
"Latar Belakang: Penyakit jantung katup merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, dan pembedahan adalah tatalaksana. Berbagai sistem skor telah dikembangkan untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan, namun sebagian besar dibuat dari populasi dengan karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan kondisi di Indonesia. Perlu dikembangkan sistem skor menggunakan populasi setempat.
Tujuan Penelitian: Membuat sistem skoring untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas di rumah sakit pasca pembedahan katup jantung di rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan Kita.
Metode: Studi prognostik, dilakukan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, pada pasien dewasa yang menjalani pembedahan katup jantung dengan maupun tanpa bedah pintas arteri koroner sejak Januari 2012 hingga Desember 2014. Data dikumpulkan secara retrospektif. Sistem skor dibuat model regresi logistik.
Hasil penelitian: Sebanyak 1040 pasien disertakan dalam analisis. Terdapat 68 (6.5%) mortalitas, dan 410 (39.4%) morbiditas. Faktor risiko yang berhubungan dengan mortalitas adalah kelas fungsional, hipertensi, riwayat operasi jantung, gangguan ginjal, disfungsi ventrikel kanan, operasi emergensi, operasi katup serta bedah pintas arteri koroner, dan operasi katup trikuspid. Jenis kelamin laki-laki dan pembedahan katup ganda juga berkaitan dengan morbiditas. Sistem skor mortalitas yang dihasilkan memiliki H-L test p = 0.212; AUC = 0.813 (CI 95% = 0.758 ? 0.867); dan memiliki titik potong bernilai 5, memprediksi mortalitas 14% (sensitifitas 72,1%, spesifisitas 75.3%). Sedangkan sistem skor morbiditas memiliki H-L test p = 0.113; AUC = 0.713 (CI 95% = 0.681 ? 0.746); dan memiliki titik potong bernilai 5, memprediksi morbiditas 48% (sensitifitas 69,5% dan spesifisitas 60,5%).
Kesimpulan: Telah dibuat sistem skor prediksi mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan katup jantung dengan atau tanpa BPAK. Sistem skor mortalitas memiliki daya kalibrasi dan diskriminasi yang baik. Sistem skor morbiditas memiliki daya kalibrasi yang baik, dan memiliki daya diskriminasi sedang.

Background: Valvular heart disease remains a significant health problem in Indonesia, and surgery remains as the treatment of choice. Various scoring system available to predict post-operative mortality and morbidity, but most were developed from different population characteristics compare to the condition in Indonesia. A scoring system based on local population is required.
Objective: To develop a scoring system for the prediction of in-hospital mortality and morbidity after heart valve surgery at Heart and Vascular Center Harapan Kita Hospital.
Methods: This is a prognostic study performed at Heart and Vascular Center Hospital Harapan Kita, toward patients who underwent heart valve surgery with or without coronary artery bypass since January 2012 to December 2014. Data were collected retrospectively. Scoring systems were developed using logistic regression models.
Result: 1040 patients were acquired. Mortality and morbidity rate was 68 (6.5%), and 410 (39.4%) respectively. Factors associated with mortality were functional class, history of hypertension, previous open heart surgery, impaired renal function, right ventricular dysfunction, emergent operation, combined heart valve and coronary artery bypass surgery, and tricuspid valve surgery. Male sex and double valves surgery were also associated with morbidity. The mortality risk score has H-L test P value = 0.212; AUC = 0.813 (CI 95% = 0.758 ? 0.867); and cut-off point of 5, predicting 14% risk of death (sensitivity 72.1%, specificity 75.3%). The morbidity risk score has H-L test p = 0.113; AUC = 0.713 (CI 95% = 0.681 ? 0.746); and cut-off point of 5, predicting 48% risk of morbidity (sensitivity 69.5%, specificity 60.5%).
Conclusion: Scoring system predicting mortality and morbidity after heart valve surgery with or without coronary artery bypass graft have been made. Mortality risk score was well calibrated, with good discriminatory power. Morbidity risk score was well calibrated, with moderate discriminatory power.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Susanti
"Penyakit kardiovaskular merupakan permasalahan kesehatan yang dihadapi di berbagai negara di dunia. Residen menemukan berbagai macam penyakit kardiovaskuler selama praktik residensi dalam waktu satu tahun di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita antara lain Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan STEMI, NSTEMI dan UAP, aritmia, kelainan katup, kelainan septal jantung, myxoma, aneurisma aorta dan diseksi aorta. Selama praktik residensi, Residen sebagai perawat spesialis telah menjalankan peran sebagai care provider yang diterapkan pada satu pasien kasus kelolaan utama yakni NSTEMI post operasi Coronary Artery Bypass Grafting dan 30 pasien kasus resume dengan pendekatan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatannya. Peran sebagai researcher dengan menerapkan EBNP menggunakan soft icepack gel dalam menurunkan nyeri dan cemas pada 12 pasien paska pembedahan jantung di ruang Intermediate Ward Bedah yang akan dilakukan pelepasan selang drain. Peran sebagai innovator telah dilakukan di ruangan ICVCU selama 5 hari dimana residen telah membuat format dokumentasi handover perawat antarshift yang dinilai efektif dan efisien dalam penerapannya.

The Cardiovascular disease is a health problems faced in various countries. Resident has found a wide range of cardiovascular disease during residency practice within a year at the Harapan Kita hospital cardiovascular including Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with STEMI, NSTEMI and UAP, arrhythmias, valve abnormalities, abnormal septal heart, myxoma, aortic anerysme and aortic dissection. During residency practice, resident as a care provider has been implemented to one primary case patients with NSTEMI post operative coronary artery bypass grafting and 30 patients cases of resume by appliying the Roy’adaptation model in providing nursing care. Role as a researcher by applying EBNP use a soft icepack gel to reducing pain and anxiety in 12 patients after cardiac surgery at intermediate ward surgery. The role as an innovator was completed at Intermediate Cardiovascular Care Unit for 5 days, resident made a documentation format nurse handover among shift are considered effective and efficient in its application"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>