Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilo
"ABSTRAK
Jawa Timur adalah merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang tergolong padat penduduknya, dimana sebagian besar dari penduduk tersebut adalah bekerja di sektor pertanian. Akhir-akhir ini menunjukkan gejala terjadi pergeseran ke sektor non pertanian. Berkaitan dengan keadaan tersebut kiranya cukup menarik untuk dikaji serta.dipelajari fenomena apa yang dapat dijelaskan berkaitan dengan adanya gejala mulai bergesernya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tersebut.
Secara empiris menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian cenderung menurun. Keadaan ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor pertanian di Jawa Timur untuk menampung tenaga kerja semakin menurun. Sedangkan pada sektor lain yaitu sektor non pertanian menunjukkan keadaan yang cukup baik peranannya dalam menyerap tenaga kerja.
Disamping itu di Jawa Timur dijumpai adanya suatu gejala lain yang timbul akibat adanya penurunan daya serap sektor pertanian yaitu meningkatnya tenaga kerja yang melakukan urbanisasi. Dengan meningkatnya angka urbanisasi ini sudah barang tentu akan menimbulkan persoalan yang kompleks di daerah tujuan, utamanya masalah kesempatan kerja yang harus disediakan dan masalah meningkatnya angka pengangguran di kota sebagai akibat adanya kesenjangan antara tingkat pendidikan, ketrampilan/skill tenaga kerja dari desa dan tenaga kerja di kota sehubungan dengan sifat lapangan pekerjaan yang tersedia di kota.
Kemudian hal-hal lain yang sangat menarik untuk diperhatikan yaitu adanya kecenderungan bahwa pekerja laki-laki cenderung untuk memilih bekerja di sektor pertanian di banding dengan pekerja perempuan.
Hubungan antara variabel umur dan lapangan pekerjaan di Jawa Timur dalam penelitian ini dapat diterangkan bahwa semakin tinggi usia responden, semakin besar kecenderungan responden tersebut untuk bekerja di sektor non pertanian.
Adapun hubungan antara variabel pendidikan dan lapangan pekerjaan dalam penelitian ini dapat- dijelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin rendah kecenderungan responden tersebut untuk memilih bekerja di sektor pertanian dan semakin besar kecenderungannya untuk memilih bekerja di sektor non pertanian.
Investasi daerah ternyata dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan pilihan terhadap salah satu lapangan pekerjaan tertentu. Hal ini terbukti bahwa penambahan investasi daerah di Jawa Timur yang prioritas utama masih dititikberatkan pada sektor pertanian, maka ternyata dapat mendorong seseorang atau individu untuk bekerja di sektor pertanian.
Variabel Mills Ratio dalam penelitian ini harus tetap dipertahankan untuk dimasukkan dalam model karena berdasarkan pengujian secara statistik menunjukkan nilai yang segnifikan. Hal ini berarti, seandainya tidak memasukkan variabel Mills Ratio dalam model, maka akan terjadi apa yang disebut dengan Bias Selectivity, yaitu bias karena kesalahan dalam pemilihan sampel.
Hasil temuan lain menunjukkan bahwa kendatipun upah yang diharapkan di sektor pertanian secara relatif lebih tinggi jika dibanding dengan upah rata-rata non pertanian maka pada mulanya kecenderungan seseorang untuk memilih bekerja di sektor tersebut adalah menurun, akan tetapi setelah upah meningkat mencapai tingkat tertentu kecenderungan seseorang untuk memilih bekerja di sektor pertanian akan meningkat.
Untuk lebih jelasnya, bagaimana keadaan serta fenomena-fenomena apa yang bisa dijelaskan dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan faktor penentu seseorang/individu untuk menentukan pilihan apakah individu tersebut cenderung untuk memilih bekerja di sektor pertanian atau cenderung untuk memilih bekerja di sektor non pertanian berdasarkan faktor sosial ekonomi dan demografi, maka silahkan untuk membaca hasil penelitian ini.

ABSTRACT
The East of Java is one of the most populated provinces in Indonesia. Most of the people work on agriculture sector. Lately, there is a tendency of movement from agriculture sector to non-agriculture sector. Consequently, this latest phenomena has become a very interesting one to be observed.
Empirically, the main indicator shows that the level of the absorption of labor on agriculture is decreasing. Meanwhile, the effort of non-agriculture sector to capture the employment is improving and playing a more significant role.
Besides of that, as a result of the decreasing level of agriculture labor force absorption, there is a high tendency of Urbanization. Eventually, this could affect the job placement in the city, which mainly resulted from the different level of educations among workers looking for jobs and the different characteristics of jobs.
In addition, another interesting phenomena are fact that male workers have a higher tendency to work in agriculture sector in comparison to female workers.
Based on studies, the correlation between the variable of age and employment opportunities in East Java have shown that the older the respondents, the higher chances of them to more to non-agriculture sector.
Furthermore, the studies have also shown that the more educated labors have a higher tendency to leave the agricultural sector.
Level of investment in each city or province has become another important/crucial reason for workers to decide to stay on that specific location. This phenomena has already been proven in the case of East Java, that has spent a major investment in agriculture sector and that has attracted individuals to work in agriculture sector.
Due to the significantly of the ratio of mills have shown in this study, it is a must for the ratio of mills to be used in the study. Otherwise, the existence of Bias Selectivity would jeopardize the final results of the study.
Based on my study, there is "a required wage level of agriculture sector" that has to be fulfilled, in order to keep the workers on that same sector. In fact my study has shown that the required level of wage in agriculture sector has to be at least twice as much as in the non-agriculture sector wage.
To know much more in details about the characteristics of the already mentioned phenomena?s and their impacts, I would really recommend anyone to read my thesis.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Nurhardjo
"Kelompok penduduk usia 65 tahun keatas (lanjut usia) di Indonesia jumlahnya relatif masih rendah dibanding kelompok penduduk usia lainnya. Meskipun demikian jumlahnya cenderung meningkat, baik secara absolut maupun proporsinya terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Berdasar data Biro Pusat Statistik (BPS), penduduk lanjut usia di Indonesia berjumlah 2,41 juta atau 2,51 % dari seluruh penduduk pada tahun 1971, meningkat menjadi 4,77 juta (3,25 7) tahun 1980 dan di tahun 1990 menjadi 8,92 juta atau sebesar 3,77 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Dengan kata lain penduduk Indonesia sedang bergerak kearah struktur usia penduduk yang semakin menua (ageing population).
Peningkatan jumlah maupun proporsi penduduk lanjut usia tersebut merupakan implikasi dari keberhasilan pembangunan di segala bidang, khususnya di bidang kesehatan masyarakat yang semakin membaik di samping menurunnya angka kelahiran. Dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan masyarakat tampak adanya suatu peningkatan.
Disamping hal tersebut diatas, pemerintah berhasil dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Hal tersebut di atas memberikan indikasi bahwa semakin membaik derajat kesehatan masyarakat dengan penurunan angka kematian dan peningkatan angka harapan hidup serta penurunan angka kelahiran menjadikan salah satu faktor meningkatnya penduduk lanjut usia dimasa mendatang.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dimasa mendatang akan menyebabkan pola penduduk Indonesia akan berubah dari struktur usia penduduk muda (median umur dibawah 20) menjadi penduduk dewasa (intermidiate, yaitu dengan umur rata-rata 20 s/d 30 tahun), dan akhirnya akan menjadi struktur penduduk tua (median umur 30 tahun atau lebih). Proses perubahan dari penduduk muda kearah penduduk tua bersamaan dengan jumlah absolut serta prosentase penduduk lanjut usia (Agung, 1992)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Prasetya
"ABSTRAK
Tesis ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio saham selctor pertambangan dan pedanian di Bursa Efek Indonesia, kemudian membuat model estimasi Price Earning Ratio saham baik sektor pertambangan maupun sektor pertanian. Setelah model estimasi terbentuk dengan menggunakan multiple regression maka dilakukan evaluasi PER saham perusahaan sektor pertambangan dan pertanian. Pada model ini yang menjadi variabel terikat adalah P/E ratio, sedangkan yang menjadi variabcl bebas adalah nilai dividend payout ratio, earnings growth rate, beta dan net profit margin.
Kata kunci:
P/E ratio, faktor-faktor pengaruh, saham sektor pertambangan dan pertanian

ABSTRACT
This paper studies factors that affect Price Earning Ratio in mining and agricultural sectors shares in Indonesia Stock Exchange, we estimate a model of Price Earning Radoes&matebothinmirnngandagric1dmmlsedmsshares.A!leresdmaEngthe model formed by using multiple regressions, then we evaluate PER company share in mining and agricultural sector. P/E ratio is the bound variable in this model, whereas the independent variable is the value of dividend payout ratio, earnings growth rate, beta and net profit margin.
Keywords:
P/E ratio, influence factors, shares of mining and agricultural sectors"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33957
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Parkit Handono
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi bekerja anak dan intensitas bekerjanya, terutama dilihat dari latar belakang sosial ekonomi demografi rumah tangga. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Susenas Kor tahun 2006. Batasan usia pekerja anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 - 14 tahun. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial menggunakan model regresi logistik untuk melihat determinan partisipasi bekerja anak dan analisis regresi (OLS) untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas bekerja anak yang diiihat melalui lamanya jam kerja.
Hasil analisis menunjukkan karakteristik kepala rumah tangga yaitu: pendidikan, status kesehatan, lapangan usaha, status pekerjaan, umur dan jenis kelamin juga berpengamh terhadap resiko munculnya pekerja anak Status kemiskinan rumah tangga dan rasio anak dan dewasa dalam rumah tangga juga memiliki pengaruh terhadap resiko anak untuk bekerja. Selain itu daerah tempat tinggal dan jenis kelamin anak berpengaruh terhadap peluang anak untuk bekerja.
Intensitas bekerja anak dipengaruhi oleh karakteristik kepala rumah tangga yaitu: pendidikan dan status pekerjaan. Faktor kemiskinan rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas bekerja anak. Karakteristik pekerja anak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap intensitas bekerja. Menurut status pekerjaan, pekerja anak dengan status pekerjaan sebagai buruh atau pekerja bebas, bekerja 16 jam lebih lama dalam seminggu daripada anak berstatus pekerja tak dibayar. Dari karakteristik demografi anak, semakin bertambah usia anak intensitas bekerjanya semakin tinggi, sedangkan faktor jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jam kerja anak. Pekerja anak yang tinggal di perdesaan bekerja dua jam lebih pendek daripada pekerja anak yang tinggal di perkotaan.

This thesis is focused on the determinant of participation and intensity of work of child, especially from the demographic aspect of the house hold. This study uses the 2006 SUSENAS. This study uses description and inferential analysis. The inferential analysis was conducted by two models, ie. The First model uses logistic regression to ind out the determination of child work participation and the the second model uses regression analysis (OLS) to find the factors influencing work intensity of child.
Result shows that the household head characteristic such as education, health status, kind of job, job status, age and gender influences the risk of child sent to work. The child’s gender also has significant effect on the probability of going to work. The finding also shows that poverty status and child-adult ratio in the household also determine child being sent to work.
The work intensity of child is determine by househo1d’s head characteristic such as education and job status. Poverty status of household also significantly influences the work intensity of the child. Chi1d’s characteristic has strong influence to their work intensity. The older child the the higher the hours spent at work. The result shows that gender of the child doesn't significantly influence their hours spent at work. Child worker living in the rural areas are found to spend two hours less time on work than urban child worker.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33984
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vries, Egbert de
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia : Gramedia, 1985
330.992 VRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Tulus Pangidoan
"Tesis ini mengangkat permasalahan lemahnya koordinasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian secara menyeluruh yang meliputi pertanian tanaman pangan, perikanan dan peternakan. Adapun mengenai pelaksanaan koordinasi penyuluhan pertanian tersebut agar dapat berjalan lancar dan efektif dipengaruhi oleh faktor kepastian hukum terhadap kedudukan dan tanggungjawab pelaksanaan kegiatan serta pedoman penyelenggaraan pelaksanaan penyuluhan pertanian secara umum, keterpaduan perencanaan kegiatan penyuluhan pertanian secara umum, susunan birokrasi penyuluhan pertanian yang proporsional, profesionalisme SDM penyuluh pertanian, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi, serta ketaatan dan loyalitas terhadap pekerjaan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para informan, observasi, dan studi kepustakaan. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive, dengan memilih sumber yang dapat memberi informasi yang relevan. Dengan demikian maka informan yang dipilih dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini secara tepat dan mendalam.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan adanya perubahan yang dilakukan terhadap penyuluhan pertanian secara menyeluruh, yang meliputi pertanian tanaman pangan, perikanan, dan peternakan, menuntut para penyuluh pertanian dapat menyelaraskan keadaan tersebut terhadap pelaksanaan penyuluhan pertanian. Dan untuk mewujudkan hal tersebut, kegiatan penyuluhan pertanian perlu mengadakan koordinasi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap penyuluhan pertanian secara umum. Namun, adanya kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan koordinasi berupa belum adanya pengaturan yang jelas terhadap pelaksanaan koordinasi, perencanaan penyuluhan pertanian yang belum terpadu dan terarah, struktur birokrasi yang tidak proporsional, profesionalisme dan jumlah SDM yang belum memadai, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi yang tidak mendukung, serta ketaatan dan loyalitas terhadap pekerjaan, menyebabkan lemahnya pelaksanaan koordinasi tersebut dan belum dapat dilakukan secara efektif. Untuk itu, perlu ada pembenahan dari faktor-faktor tersebut agar kelancaran dan keefekfifan dari pelaksanaan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
Sangat diharapkan agar kegiatan penyuluhan pertanian dapat terlaksana dengan baik melalui koordinasi pelaksanaan penyuluhan pertanian. Untuk itu, perlu kiranya Pemerintah Daerah sesegera mungkin membuat suatu pengaturan terhadap kegiatan koordinasi penyuluhan pertanian melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan dan Peternakan agar koordinasi kegiatan penyuluhan pertanian dapat berjalan lancar. Selain itu, perlu adanya pengkajian kembali dari pihak Dinas terhadap keberadaan dan Kantor Cabang Dinas dan Balai Penyuluhan Pertanian yang sama-sama mempunyai kewenangan dalam pengaturan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan. Dan penyuluh sendiri juga harus mempunyai kesadaran dan pengabdian yang tinggi terhadap tugas dan pekerjaannya agar pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dapat terlaksana."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T7155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisnina Maharani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor demografi terhadap kualitas hidup, dengan membandingkan kondisi migran dan non-migran di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat migrasi tertinggi di Indonesia, dan memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi. Jumlah populasi bisa berpengaruh baik atau buruk pada pembangunan. Variabel kualitas kehidupan dipengaruhi oleh faktor demografi yang dimiliki oleh masing-masing individu, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, ukuran keluarga, perempuan dan sektor formal. Membandingkan migran dan non-migran akan memberikan gambaran yang lebih baik tentang kontributor pembangunan.
Dengan memisahkan migran dan non migran bisa menjelaskan akar permasalahan sosial di Provinsi Jawa Barat. Menggunakan Susenas data survei sosioekonomi nasional pada tahun 2014 dengan jumlah pengamatan 37.833 sampel angkatan kerja dan 19.259 sampel yang bekerja dengan metode ordinal logit, didapatkan hasil bahwa semua variabel kecuali kepala rumah tangga perempuan berpengaruh signifikan secara statistik terhadap kualitas hidup. Meskipun variabel-variabel ini berpengaruh, migran memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan non-migran. Hal ini juga ditunjukkan dari perhitungan skor kualitas hidup migran yang 13 persen lebih tinggi daripada kualitas hidup non-migran.

This study aims to see the influence of demographic factors on the quality of life, by comparing the situation of migrants and non migrants in West Java Province. West Java Province has the highest in migration rate in Indonesia, and has a high population growth. The size of population could be good or bad for the development. The quality of life variables is influenced by demographic factors owned by each individual, such as age, gender, marital status, family size, female headed and formal sector. Comparing migrants and non migrants will give a better picture of who are the development contributors.
By separating migrant and non migrant could explain the root of social problems in West Java Province. Using Susenas The national socioeconomic survey data in 2014 with an observation number of 37.833 sample of labor force and 19.259 sample of employee with ordinal logit method, it is found that all of the variable except female headed is significant statistically affecting the quality of life. Although these variables are influential, migrants have a higher quality of life than non migrants. It is also shown from the calculation of life scores where the life quality score of migrants is 13 percent higher than non migrant quality of life score.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S7366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Pahlawansjah
"ABSTRAK
Menurut pasal 27 UUD 1945, disebutkan bahwa warga negara Indonesia mempunyai kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki, serta hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Hal tersebut mencerminkan tidak adanya keterbatasan bagi setiap warga negara dalam usaha menoari den memperoleh penghidupan dari pekerjaan yang sesuai dengan kehendaknya. Akan tetapi dengan adanya ketimpangan antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah kesempatan kerja berkembang tidak seimbang, maka ruang geraknya menjadi terbatas. Sebagai gambaran dapat dikemukakan disini, bahwa proyeksi jumlah angkatan kerja akan berkembang dari 68,83 juta ( 1983 ) menjadi 78,61 juta ( 1988 ) dan pada tahun 1993 meningkat menjadi 92,42 juta.
Dengan demikian jumlah angkatan kerja dalam sepuluh tahun ( 1983 - 1993 ) akan bertambah sebanyak 25,59 juta. Sedangkan proyeksi kesempatan kerja periode 1983 - 1988 telah dapat diciptakan tambahan lapangan kerja baru 8,81 juta den periode 1988 -- 1993 kemampuan jumlah kesempatan kerja sebanyak 80,99 juta atau ada peningkatan sebesar 10,33 juta,sehingga kesempatan kerja 1) dalam tahun 1983 - 1993 adalah 19,14 juta.
Jelaslah disini tampak ketidakseimbangan perkembangan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang apabila tidak segera dipecahkan diduga menimbulkan problema di masa-masa yang akan datang.
Untuk memecahkan hambatan-hambatan terhadap kemungkinan perluasan kesempatan kerja, maka perlu diambil langkah-langkah kebijaksanaan yaitu dengan cara memperluas den mengintensifkan pusat latihan ketrampilan yang memungkinkan tenaga kerja berpendidikan rendah memperoleh pendidikan, praktis di dalam memasuki lapangan kerja informal.
Tindakan tersebut di atas sesuai pula dengan apa yang tertuang dalam GBHN yaitu adanya usaha perluasan den pemerataan kesempatan serta meningkatkan mutu dan perlindungan tenaga kerja, merupakan kebijakan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor.
Di dalam usaha untuk menciptakan perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin, perlu adanya peran serta pihak swasta secara aktif sehingga dengan demikian di samping peningkatan di sektor produksi sekaligus dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan.
Bertolak dari kebijakan tersebut di atas, diharapkan pemecahan masalah ketenagakerjaan dapat diatasi dengan positif walaupun tidak dapat dihindari pula dampak negatif kebijakan tersebut di atas. Kemungkinan dampak negatif yang antara lain adanya pihak swasta sebagai perantara kerja yang bertujuan hanya sekedar rnengeruk keuntungan untuk kepentingan pribadi. Juga diduga adanya persyaluran tenaga kerja secara liar, perlakuan seenaknya, adanya kasus suap dan lain-lain.
Khususnya tenaga kerja yang dikategorikan sebagai tenaga kerja Pembantu Rumah Tangga, merupaknr, bagian dari pekerjaan sektor informal, penyalurannya banyak dilakukan oleh para perantara tenaga kerja yang sah maupun yang tidak sah.
Peranan perantara ini kadang-kadang masih dirasakan atau belum putus hubungan, walupun tenaga kerja yang bersangkutan telah memperoleh pekerjaan, oleh karena itu kehidupannya masih dipengaruhi oleh kebijakan perantara ini, sebagai contoh adanya perabantu ruma.h tangga yang dipindah- pindahkan oleh perantara ketempat lain dengan alasan akan memperoleh penghasilan yang lebih layak.
Masih banyak kasus-kasus tentang Pembantu Rumah Tangga yang menyangkut kehidupannya yang dilakukan oleh para perantara misalnya kasus perkosaan, penjerumusan ke dunia hitam dan lain-lain. Di sisi lain, kepala rumah tangga untuk selanjutnya disebut majikan, mempunyai peranan besar dalam menentukan kehidupan sosial ekonami Pembantu Rumah Tangga. Dalam pemberian kompensasi baik upah, fasilitas lain, maka majikan selaku kepala keluarga merupakan faktor dominan dalam kaitannya dengan kompensasi tersebut juga dalam masalah lain baik komunikasi dengan antar anggota keluarga, pergaulan."
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan regional di Kota Bengkulu.Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data tingkat kemiskinan berdasarkan Headcount Index (HI) tahun 2004 pada 57 kelurahan dalam Kota Bengkulu yang diperoleh dari Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Keluarga Bengkulu,data profil kelurahan dan data data lain yang berkaitan...."
JUILABI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>