Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arintowati Hartono Handojo
"ABSTRAK
Homoseksualitas merupakan suatu gejala sosial yang pada akhir abad ke XIX sampai sekarang, acap kali dijadikan sebagai pokok pembicaraan dan tema pembahasan di berbagai media. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya artikel-artikel dalam bermacam-macam Surat Kabar dan Majalah, bahkan pada seminar-seminar baik yang diadakan di luar maupun di dalam negeri oleh berbagai pihak.
Sering tampilnya gejala homoseksualitas sebagai pokok pembahasan dan ulasan-ulasan tersebut menunjukkan bahwa gejala homoseksualitas masih merupakan suatu hal yang unik dan terselubung, yang mengandung kesimpang-siuran anggapan atau pendapat mengenai aspek-aspek sehubungan dengan gejala tersebut, dan yang hingga kini belum dapat sepenuhnya diungkapkan. Dengan sendirinya hal seperti ini banyak mengundang minat, terutama di kalangan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, untuk melakukan penelitian-penelitian yang lebih mendalam dan lebih terperinci. Apalagi jika dilihat atau diduga adanya kemungkinan bahwa implikasi gejala tersebut pada masyarakat sekarang yang sudah serba kompleks bisa menimbulkan masalah-masalah sosial yang baru.
Tentang kapan dan di belahan bumi mana tepatnya homoseksualitas pertama kali muncul, sampai saat ini belum ada satu sumberpun yang dapat dijadikan sebagai patokan. Yang pasti, homoseksualitas sudah ada sejak jaman di mana peradaban manusia masih sangat rendah dan tradisional.
Menurut sejarah dan beberapa cerita atau "mythos" dari berbagai bangsa yang dapat dijumpai dalam literatur, praktek atau aktifitas kehidupan homoseksual ternyata tidak hanya merupakan aktifitas-aktifitas perorangan, melainkan pernah hidup dan berkembang secara kolektif atau memasyarakat.
Literatur-literatur kuno, memang merupakan salah satu sarana yang dapat dijadikan landasan untuk membuktikan bahwa homoseksualitas benar-benar suatu gejala sosial yang sudah ada sejak lama. Kesaksian literatur paling tua yang pernah ditemukan manusia mengenai gejala homoseksualitas, ialah tulisan yang tertera pada lembaran daun lontar milik bangsa Yunani Kuno. Lembaran lontar yang berumur lebih kurang 4.500 tahun Sebelum Masehi tersebut, mengisahkan kehidupan dewa-dewi bangsa Yunani Kuno. Dan dari kisah ini, diketahui bahwa dalam kehidupan dewa-dewi mereka terjadi praktek-praktek atau aktifitas-aktifitas homoseksual. Barangkali inilah salah satu penyebab mengapa homoseksual pernah membudaya di kalangan masyarakat bangsa Yunani. Kepercayaan mereka terhadap adanya dewa-dewi sebagai perwujudan dari polytheisme yang mereka anut, menyebabkan masyaratkat bangsa Yunani kemudian merefleksikan perilaku dewa-dewinya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam salah satu bukunya yang membahas tentang gejala homoseksualitas, Morton Hunt mengatakan bahwa kira-kira 2.400 tahun yang lalu di Athena, pesta homoseks yang diadakan dan dihadiri oleh orang-orang dari kalangan terhormat seperti misalnya para bangsawan; negarawan; sastrawan atau filsuf-filsuf ternama merupakan tradisi yang lazim dilakukan. Dan masih dalam abad yang sama di suatu daerah sebelah Baratdaya Yunani, penulis ini juga mengungkapkan bahwa bangsa Sparta yang tersohor sebagai bangsa yang gagah dan sangat ahli dalam soal perang, ternyata merupakan orang-orang yang dalam kehidupannya mempunyai kebiasaan untuk melakukan aktifitas-aktifitas homoseksual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Resti Permata
"Remaja homoseksual sangat rentan mengalami diskriminasi dari teman sebaya yang berdampak remaja mengalami depresi, harga diri rendah, perilaku kekerasan, dan percobaan bunuh diri. Diskriminasi terjadi karena keyakinan yang negatif terhadap homoseksual yang berawal dari minimnya pengetahuan tentang homoseksual. Penelitian yang menggunakan desain deskriptif sederhana bertujuan menggambarkan tingkat pengetahuan remaja tentang homoseksual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 76,8% remaja SMA memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan 23,2% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan yang dihubungkan dengan sikap remaja terhadap homoseksual untuk pencegahan dini gangguan psikososial pada remaja.

Homosexual teens are vulnerable to discrimination from other teens that resulted depression, low self-esteem, violent behavior, and suicide attempts. Discrimination in homosexual teens occurs because of the negative beliefs toward homosexual and this beliefs stems from the lack of knowledge about homosexuality. Descriptive study using simple descriptive design aims to describe the level of knowledge about homosexual teens.
The result showed that as many as 76.8% of teens who had lack the knowledge level and 23.2% who had sufficient level of knowledge. This study gives recommendation for further research regarding the level of knowledge about homosexual teens associated with the attitudes toward homosexuals for early prevention of violent behavior, depression, low self-esteem, and suicide risk in adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Ollyn C.
"Keberadaan homoseksual di Indonesia masih belum dapat diterima. Masyarakat masih menganggap homoseksual sebagai sebuah gangguan. Bentuk penolakan ini jika diinternalisasi dapat memberikan dampak negatif bagi harga diri seseorang. Padahal harga diri merupakan komponen esensial bagi kesehatan mental seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan harga diri laki-laki heteroseksual dan homoseksual di Indonesia. Penelitian di Barat menunjukkan bahwa kelompok seksual minoritas (homoseksual) memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan heteroseksual. Subyek dalam penelitian ini adalah laki-laki heteroseksual dan homoseksual yang berusia antara 20-40 tahun. Harga diri diukur dengan menggunakan Coopersmith Self Esteem Inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki homoseksual memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan laki-laki heteroseksual.

The presence of homosexuals in Indonesia is still not acceptable. Society still regards homosexuality as a disorder. This form of rejection when internalized can adversely affect a person's self esteem. Whereas self-esteem is an essential component for one's mental health. This study aimed to see differences in self-esteem in heterosexual men and homosexual in Indonesia. Research suggests that sexual minority groups (homosexuals) have a lower self-esteem than heterosexuals. The subjects in this study were heterosexual men and homosexual age 20-40. Self-esteem was measured using the Coopersmith Self Esteem Inventory. The results showed that homosexual men have a lower self-esteem than heterosexual men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ana Pirussa
"Homoseksual bukanlah topik yang tabu lagi. Telah banyak novel yang mengangkat tema ini, contohnya Lelaki Terindah. Beberapa hal pada novel bertema homoseksual yang dapat dibahas adalah bagaimana tokoh memahami dirinya yang baru dan masalah yang berpusat pada kehidupan homoseksual dan lingkungannya. Tokoh yang diangkat adalah seorang heteroseksual yang kemudian berubah menjadi homoseksual tanpa disadarinya. Masyarakat Indonesia yang secara umum masih antipati dengan homoseksual dapat dillihat dari pembahasan novel Lelaki Terindah. Novel ini dapat dijadikan cerminan bagaimana masyarakat Indonesia memperlakukan kaum homoseksual di sekitarnya.

Homosexuality is not a taboo subject anymore. There have been many novels with homosexual as a main topic, for example Lelaki Terindah. Things on the homosexual-themed novel that can be discussed are such how the lead of this novel trying to understand his/her new self and the problems which centered on the homosexuals lifes including their environment. The main subject of this novel is a heterosexual who later turn out to be a homosexual without realizing it. The antipathy toward homosexuals which Indonesian society in general has can still be viewed from the discussion of this novel. This novel can be a reflection of how society in Indonesia treats homosexuals.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Fajar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nurul Firdausi
"ABSTRAK
Outness merupakan seberapa jauh seseorang terbuka mengenai orientasi seksualnya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa outness mampu mengurangi gejala depresi pada homoseksual. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah outness memiliki hubungan secara signifikan dengan gejala depresi pada homoseksual di Indonesia. Studi korelasional dengan analisis korelasional menggunakan Pearsons correlation dilakukan terhadap partisipan gay dan lesbian di Indonesia N = 231). Instrumen penelitian adalah Outness Inventory (OI) dan Beck Depression Inventory (BDI). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa outness (M = 5,72, SD = 2,94) dengan gejala depresi tidak berkorelasi secara signifikan (M = 17,96, SD = 12,87),  r(231) = 0,043, p < 0,05. Dengan kata lain, tinggi rendahnya tingkat outness tidak memiliki hubungan dengan tinggi rendahnya tingkat gejala depresi pada homoseksual di Indonesia.
ABSTRACT
Outness is the extent to which someone is open about his or her sexual orientation. Previous research has shown that apparently outness can reduce depression symptoms in homosexuals. This study aims to examine whether outness has a significant relationship with depressive symptoms in homosexuals in Indonesia. Correlational studies with correlational analysis using Pearsons correlation were conducted with gays and lesbians in Indonesia (N = 231). Research instruments are Outness Inventory (OI) and Beck Depression Inventory (BDI). The results obtained showed that outness (M = 5.72, SD = 2.94) with depressive symptoms did not correlate significantly (M = 17.96, SD = 12.87), r (231) = 0.043, p <0 , 05. In other words, the level of outness does not have a relationship with the levels of depressive symptoms in homosexuals in Indonesia."
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawulusan, Geraldus Tirta Pratama
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh berdoa terhadap motif berkorban dalam hubungan dimoderasi oleh authenticity pada 21 individu dengan orientasi homoseksual. Pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan durasi berdoa selama tujuh hari, alat ukur motives of sacrifice oleh Impett, Gable, Peplau 2005 , dan alat ukur authenticity yang digunakan oleh Impett dkk. 2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdoa tidak mempengaruhi kedua motives of sacrifice, authenticity tidak mempengaruhi motives of sacrifice dan authenticity tidak memperkuat ataupun memperlemah pengaruh antara berdoa dan motives of sacrifice pada individu dengan orientasi homoseksual.

This study was conducted to see the Effects of Prayer on Motives of Sacrifice Moderated by Authenticity Among 21 Homosexuals. Measurements of variable were performed using the length of participant rsquo s prayer during seven days of experiments, motives of sacrifice inventory used by Impett, Gable, and Peplau 2005, and one item authenticity used by Impett dkk. 2013.
The results show that prayer does not have an effect on both motives of sacrifice, authenticity does not have an effect on motives of sacrifice, and authenticity does not strengthen nor weaken the effect of prayer on motives of sacrifice among homosexuals.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azalea Phinata
"Kebijakan mengenai homoseksualitas di Prancis terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Kebijakan pertama yang diambil untuk mengakui homoseksualitas sebagai salah satu bentuk kehidupan berpasangan di Prancis adalah PACS Pacte Civil de Solidarit yang diresmikan pada tahun 1999. Dengan adanya pro dan kontra di masyarakat, pada tahun 2013 akhirnya pernikahan sesama jenis dilegalkan di Prancis. Lagu sebagai salah satu produk budaya menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan suatu isu, termasuk isu homoseksualitas. Skripsi ini akan mengkaji representasi kaum homoseksual dalam lagu Prancis bertemakan homoseksualitas yang keluar pasca PACS hingga keluarnya kebijakan le mariage pour tous atau pernikahan sejenis. Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep mengenai representasi dari Stuart Hall, yang didukung oleh teori analisis isotopi pada buku Savoir Lire karya Schmitt Viala. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam lagu-lagu Prancis tahun 1999 - 2013 kaum homoseksual ditampilkan sebagai suatu bentuk hubungan afektif yang mendapatkan reaksi negatif, netral, dan positif seiring perkembangan kebijakan yang diambil pemerintah Prancis.

Policies concerning homosexuality in France continue to develop over time. The first policy to acknowledge homosexuality as a form of relationship in France was PACS Contract of Civil Partnership in 1999. Given the pros and cons among French people, in 2013 France Government finally legalized same sex marriage. A song, as one of cultural product, becomes one of the means to convey an issue, including the issue of homosexuality. This thesis will examine the representation of homosexuals in French songs that came out after PACS up to le mariage pour tous. Stuart Hall rsquo s theory on representation, combined with Schmitt Viala rsquo s isotopy analytical theory on Savoir Lire is the main theory used. The result shows that the French songs display homosexuality as a form of affective relationships that get differ kind of reactions, from negative, neutral until positive.

Les politiques concernant l'homosexualité en France continuent de se développer au fil du temps. La première politique faisant reconnaître l'homosexualité comme une forme de vie du couple en France était PACS (Pacte Civil de Solidarité), sortie en 1999. Étant donné les avantages et les inconvénients entre les Français, en 2013, France gouvernement a finalement légalisé le mariage homosexuel. La chanson, comme l'un des produits culturels, devient un moyen pour transmettre un message, concernant l'homosexualité. Ce mémoire examine la représentation des homosexuels dans les chansons françaises qui sont sorties après le PACS jusqu'au mariage pour tous. La théorie de Stuart Hall sur la représentation, combinée avec la théorie analytique 'isotopie' de Schmitt et Viala, est la principale théorie utilisée. Le résultat des analyses montre que les chansons françaises représentent l'homosexualité comme une vie du couple affectif qui gagne diverses réactions, du plus négative, neutre et positive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S67246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Shafwan Adi Purwara
"ABSTRAK
Mahasiswa adaiah mahluk sosial, yang berarti mereka ditakdirkan untuk
hidup bersama-sama dengan yang lain. Hubungan dengan orang Iain ini
kemudian akan berkembang dari hubungan dengan anggota keluarga, menjadi
hubungan dengan orang Iain dalam Iingkungan bermasyarakat. Pada saat
seorang manusia menginjak masa remaja, biasanya akan timbul persaan
tertarik pada Iawan jenisnya. Akan tetapi, dalam masyarakat ditemukan juga
hubungan antar jenis seks yang sama yaitu, wanita dan wanita atau pria dan
pria yang biasa disebut hubungan homoseksual.
Hubungan Pasangan sejenis ini cederung dianggap sebagai sesuatu
yang menyimpang karena hubungan ini ternyata sudah melibatkan keseluruhan
aspek yang ada pada diri individu, termasuk aspek emosi dan pemuasan
kebutuhan seksual seperti halnya pada hubungan intim antara pria dan wanita.
Karena dianggap sebagai perbuatan menyimpang maka orang yang memiliki
perilaku homoseksual ini ,masih merasa sebagai bagian dari sebuah
masyarakat minoritas yang harus dikucilkan.
Namun sepertinya belakangan ini, kaum homoseksual sudah
mulai terbuka dalam melakukan aktivitasnya, seperti adanya perkawinan
dimana istri atau suaminya adalah seorang homoseks atau adanya suatu
organisasi kelompok homoseksual yang terdiri dari berbagai Iapisan
masyarakat.
Melihat pada data diatas, terlihat bahwa kondisi sosiai di Indonesia
pada dasarnya belum sepenuhnya mengakui bentuk hubungan homoseksual,
namun disisi lain data-data menunjukkan bahwa bentuk hubungan homoseksual
ini makin muncul walaupun secara tertutup.
Mahasiswa yang dianggap sebagai sebuah kelompok yang memiliki
inielektual dan dianggap lebih peka terhadap masalah dilingkungan
memungkinkan adanya kemampuan merespons setiap gejala dan segala
fasilitas sosial berdasarkan objektifitas akademis yang ada. Disisi iain mahasiswapun memiliki nilai-nilai dan norma~norma serta kebiasaan inteleklual
yang akan menimbulkan derajat penerimaan seseorang dalam melakukan
hubungan interpersonal.
Mengapa peneliti tertarik dalam hal lni, karena menurut Bogardus
(1954) kontak dan interaksi sosial antara individu dan atau kelompok seringkali
dapat membuka peluang bagi keduanya untuk menjalin hubungan sosial.
Hubungan yang terjadi ini dapat berupa hubuungan ?kedekatan? maupun
'kejauhan'. Kejauhan ini terlihat bila individu memiliki pengertian simpatik yang
rendah terhadap anggota sesbuah kelompok tertentu. 'Kedekatan itu baru ada
bila individu menunjukkan pengertian simpatik yang besar.
Masalah homoseksual seperti yang telah dijelaskan diatas merupakan
salah satu fenomena sosial yang ada di sekitar kita. Selain itu perilaku
homoseksual ini juga masih dianggap sebagai perbuatan yang menyimpang
dan mempunyai resiko untuk mengalami hambatan dalam penerimaan sosial di
dalam masyarakat. Oleh karena itu secara Iebih terarah peneliti ingin
menjajagi dan melihat bagaimana penerimaan mahasiswa terhadap para
homoseksual.
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa (pria dan wanita) dan
untuk mengetahui penerimaan mahasiswa terhadap kaum homoseksual,
peneliti menggunakan skala Bogardus yang terdirl dari 8 buah pernyataan yaitu
menerima sebagai suami/istri, anggota keluarga karena perkawinan, sahabat
karib, teman kuliah, teman biasa, tetangga, tamu dan menolak hubungan
apapun.
Alat yang sudah siap ini kemudian diberikan pada responden
mahasiswa yang kuliah disekitar Jakarta dan Depok. Setelah seluruh
kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa dan interpretasi hasil. Teknik
pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menghitung besar frekwensi
dan persentase dari tiap-tiap pernyataan dari skala jarak sosial yang
diberikan. Untuk melihat gambaran banyaknya subjek digunakan cross
tabulation dari SPSS for windows release 6.0. Sementara hasil tambahan dari
penelitian ini dihitung dengan rumus chi-square dari SPSS for Windows release
6.0.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata mahasiswa yang
merupakan sampel dari penelitian ini dapat menerima kehadiran kaum
homoseksual disekeliling dirinya. Berdasarkan frekwensi yang diperoleh dari
dari penelitian ternyata frekwensi terbesar adalah menerima sebagai teman
kuliah diikuti oleh teman biasa, , sahabat karib, tetangga, tamu, anggota
keluarga karena parkawinan dan sebagai suami/istri.
Saran untuk penelilian selanjutnya adaiah agar memperluas sampel
penelitian serta Iebih proporsional perbandingannya sehingga hasilnya bisa
Iebih jelas dan dapat diolah lebih rinci."
2000
S3008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Flora Yuanita Marisi
"ABSTRAK
Homoseksual bukanlah sebuah tema yang baru dalam perfilman di Jerman. Dahulu film-film bertemakan homoseksual pernah mati akibat rezim Nazi, karena Nazi membenci homoseksualitas dan beranggapan bahwa homoseksualitas mengancam maskulinitas negara. Setelah tumbangnya Nazi film-film bertemakan homoseksual mulai kembali bermunculan, salah satunya adalah film bertajuk Jonathan. Penelitian ini membahas mengenai representasi homoseksual yang terdapat pada film Jonathan 2016 sebagai film debut karya Piotr. J. Lewandowski. Tidak seperti film bertemakan homoseksual lainnya, Jonathan menampilkan tokoh gay yang hidup dalam kesengsaraan. Kesengsaraan tokoh gay disebabkan keputusannya untuk mengingkari orientasi seksualnya yang kemudian menyebabkan efek domino kepada istri dan anaknya. Di akhir film orientasi seksual tokoh utama diterima oleh keluarganya sebelum ia mati dan hal ini melahirkan kebahagiaan serta penerimaan diri pada tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan representasi homoseksual di pedesaan Jerman dalam film. Untuk meneliti bagaimana film merepresentasikan homoseksual, maka diperlukan teori semiotika dari John Fiske, yang lebih fokus pada tanda dalam film, sehingga dapat diketahui bagaimana tokoh homoseksual direpresentasikan melalui kostum, pencahayaan, dan musik dalam film. Penelitian menunjukkan bahwa pengingkaran diri tidak saja merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Penerimaan diri amatlah penting, tidak saja untuk kebahagiaan diri sendiri, tapi juga untuk kebahagiaan orang lain, terutama keluarga.

ABSTRACT<>br>
Homosexuality is not a foreign film theme in German. Formerly homosexual themed films had died from the Nazi regime, because the Nazis hated homosexuality and thought that homosexuality threatened the state rsquo s masculinity. After the fall of the Nazi, homosexual themed films began to re emerge, one of which is a film titled Jonathan. This study discusses the homosexual representation found in Jonathan 2016 as Piotr. J. Lewandowski rsquo s debut film. Unlike other gay themed films, Jonathan features gay character who lives in a misery. The gay character rsquo s misery is due to his decision to deny his sexual orientation, which then causes a domino effect on his wife and son. At the end of the film, the main character rsquo s sexual orientation is accepted by his family before he dies and this give happiness and self acceptance for the main character. The purpose of this study is to show homosexual representation in rural Germany in the film. To examine how this film represents homosexuality, it takes the semiotic theory of John Fiske, which focuses more on the sign in the film, so it can be seen how the homosexual character is represented through costumes, lighting, and music in the film. This research shows that self denial is not only self defeating, it also harms others. Self acceptance is very important, not only for the happiness of oneself, but also for the happiness of others, especially the family."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>