Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Himawan Chandra
"ABSTRAK
Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia, Pemerintah telah mengambil langkah mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat sampai pada daerah tingkat kecamatan. Pusat Kesehatan Masyarakat ini dilengkapi dengan pelayanan kesehatan umum serta kesehatan gigi dan mulut. Fasilitas ini memungkinkan masyarakat di samping memperoleh pelayanan kesehatan umum juga pelayanan kesehatan gigi, perawatan bedah, dan pembuatan gigi tiruan.
Jenis gigi tiruan yang banyak dibuat adalah gigi tiruan lepas dengan basis resin akrilik, karena biaya pembuatannya ringan dan proses pembuatannya mudah. Berdasarkan pengamatan di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, penderita yang telah dibuatkan gigi tiruan sebagian lepas dengan basis resin akrilik sering kembali ke klinik dengan pelbagai keluhan. Salah satu keluhan yang sering di ajukan adalah gigi tiruannya tidak dapat dipakai lagi karena gigi penjangkarannya menderita karies, atau kelainan periodontal.
Penyebab karies gigi, karang gigi dan penyakit jaringan periodontal adalah plak gigi, yaitu endapan yang dibawa oleh saliva dan diletakkan pada permukaan gigi dan mukosa.
Mengingat gigi tiruan sebagian lepas resin akrilik dibuat dengan basis yang luas, dan padanya banyak terjadi penimbunan plak, maka perlu ditelusuri apakah konstruksi tersebut mempengaruhi pembentukan plak pada gigi dan jaringan sekitarnya.
Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepas terhadap pembentukan plak pada gigi geligi. Hasil penelitian mungkin
dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut. "
1984
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tince Arniati Jovina
"Peningkatan prevalensi karies gigi terutama disebabkan karena adanya perubahan-perubahan dalam pola makan dari makanan berserat menjadi makanan mudah melekat pada permukaan gigi. Bila seseorang malas untuk membersihkan giginya setelah makan makanan yang manis dan lengket, maka sisa-sisa makanan tersebut akan diubah menjadi asam oleh bakteri yang terdapat dalam mulut, kemudian dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi. Menurut Matram (2007), berdasarkan SKRT 2004, penyebab tingginya prevalensi karies hanya sedikit orang Indonesia mengerti cara menyikat gigi benar (10%). Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh kebiasaan menyikat gigi terhadap status pengalaman karies dengan menganalisis data Rriskesdas 2007. Dalam Penelitian ini terdapat 198.023 responden berusia 35 tahun ke atas yang diperiksa giginya Desain penelitian cross sectional, populasi adalah seluruh penduduk Indonesia tahun 2007. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik ganda. Hasil penelitian berdasarkan distribusi frekuensi karakteristik responden, responden yang mempunyai gigi yang sehat, DMF-T = 0 adalah hanya 11,76 % dan responden yang mengalami kerusakan gigi atau DMF-T  1 adalah sebanyak 88,24%. Prevalensi pengalaman karies paling tinggi terjadi pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu 96,51%. Pada kelompok yang menyikat gigi 1x/hari 1,063 kali berisiko terjadinya kerusakan gigi dibanding sikat gigi 2x/hari. Kelompok yang jarang menyikat gigi 1,23 kali berisiko terjadinya kerusakan gigi dibandingkan yg sikat gigi 2x/hari. Setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Sebaiknya masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan rajin menyikat gigi 2 kali sehari yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam untuk dapat mengurangi terjadinya karies gigi.
Increased prevalence of dental caries was due to changes in dietary fiber foods into food from easily attached to the tooth surface. When someone lazy to clean his teeth after eating sweet or sticky foods, the leftovers will be converted into acid by bacteria contained in the mouth, and can cause dental caries. According Matram (2007), based on the 2004 Household Health Survey, the cause of the high prevalence of caries in Indonesia that few people understand how to brush teeth correctly (10%). The purpose of this study is to see the effect of tooth brushing habits of the status of caries experience by analyzing the data Riskesdas 2007. In this study there were 198 023 respondents aged 35 years and over who checked his teeth cross sectional study design, population is the entire population of Indonesia in 2007. The analysis used is multiple logistic regression. The results based on the frequency distribution characteristics of respondents, respondents who have healthy teeth, DMF-T = 0 is only 11.76% and the respondents who experienced damage to their teeth or DMF-T  1 is as much as 88.24%. The highest prevalence of caries experience occurred at age group 65 years and over is 96.51%. In the group that tooth brushing 1 times/day 1.063 times the risk of tooth decay than two times/day toothbrush. Groups who rarely brush my teeth 1.23 times the risk of tooth decay compared to toothbrush who 2times/day. Once controlled by the variables of age, gender, education and employment. Community should maintain healthy teeth and mouth with diligent brushing their teeth two times a day after breakfast and before bedtime to reduce the occurrence of dental caries.;Increased prevalence of dental caries was due to changes in dietary fiber foods into food from easily attached to the tooth surface. When someone lazy to clean his teeth after eating sweet or sticky foods, the leftovers will be converted into acid by bacteria contained in the mouth, and can cause dental caries. According Matram (2007), based on the 2004 Household Health Survey, the cause of the high prevalence of caries in Indonesia that few people understand how to brush teeth correctly (10%). The purpose of this study is to see the effect of tooth brushing habits of the status of caries experience by analyzing the data Riskesdas 2007. In this study there were 198 023 respondents aged 35 years and over who checked his teeth cross sectional study design, population is the entire population of Indonesia in 2007. The analysis used is multiple logistic regression. The results based on the frequency distribution characteristics of respondents, respondents who have healthy teeth, DMF-T = 0 is only 11.76% and the respondents who experienced damage to their teeth or DMF-T  1 is as much as 88.24%. The highest prevalence of caries experience occurred at age group 65 years and over is 96.51%. In the group that tooth brushing 1 times/day 1.063 times the risk of tooth decay than two times/day toothbrush. Groups who rarely brush my teeth 1.23 times the risk of tooth decay compared to toothbrush who 2times/day. Once controlled by the variables of age, gender, education and employment. Community should maintain healthy teeth and mouth with diligent brushing their teeth two times a day after breakfast and before bedtime to reduce the occurrence of dental caries."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30558
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sunggoro Moeis
"Penelitian dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenal efek pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung, mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut di Indonesia. Penelitian deskriptif-analitik secara restrospektif dilakukan terhadap 114 anak berdomisili di Jakarta sejak lahir, berusia dari dua hingga lima tahun yang datang ke suatu klinik spesialis anak di Jakarta Utara. Pemeriksaan karies gigi sulung dilakukan dengan bantuan data yang berasal dari catatan medik penderita serta wawancara terbuka. Ternyata karies gigi sulung antara anak yang diberi dengan yang tidak diberi tablet fluor berbeda bermakna dengan p [ 0,05, terutama bila diberikan secara teratur pada anak. Karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor setelah usia 6 bulan dalam tahun pertama kehidupan, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor pada usia 1-6 bulan. Karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu 1-1,5 tahun, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu lebih dari 1,5 tahun. Dengan demikian penelitian ini memper--lihatkan efek positif pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung. Hal ini terutama bila diberikan secara teratur pada tahun pertama kehidupan anak dan dalam jangka waktu yang sesuai dengan periode perturnbuhan serta perkembangan gigi sulung."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T4162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahmah
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) adalah karies yang menyerang anak-anak pada umur dibawah 71 bulan, sedangkan Severe – Early Childhood Caries (S-ECC) adalah ECC yang keparahannya ekstensif. Salah satu faktor utama terjadinya ECC adalah bakteri Streptococcus mutans dan progresitifitas dari ECC dapat didukung oleh adanya jamur Candida albicans, tetapi hubungan antara Streptococcus mutans, Candida albicans, dan tingkat karies masih dipertanyakan. Tujuan: Mengetahui kuantitas dan hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi yang dikorelasikan dengan OHI-S dan dmft pada pasien ECC dan S-ECC. Metode: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari 37 sampel plak gigi pasien ECC dan S-ECC diukur menggunakan metode ELISA. Nilai optical density dideteksi pada panjang gelombang 450 nm kemudian dikorelasikan dengan OHI-S dan kategori ECC serta S-ECC. Hasil: Analisis statistik dengan menggunakan uji Mann – Whitney untuk menguji perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,424. Sedangkan uji Independent T test untuk menguji perbedaan kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,535. Selanjutnya dilakukan pengujian Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik dan didapatkan nilai p=0,070. Untuk menguji kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik menggunakan uji independent T test didapatkan nilai p=0,353. Hasil analisis uji korelasi Spearman antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori ECC didapatkan hasil korelasi linier negatif kuat (r=-0,900 ; p=0,037). Serta hasil analisis uji korelasi Pearson antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori S-ECC didapatkan hasil kecenderungan korelasi linier positif lemah (r=0,018 ; p=0,923). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans yang diambil dari plak gigi pasien ECC dan S-ECC serta pada beberapa derajat OHIS dan terdapat hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi ECC dan S-ECC.

Background: Childhood Caries (ECC) is caries that attacks children under the age of 71 months, while Severe - Early Childhood Caries (S-ECC) is an ECC of extensive severity. One of the main factors of ECC is the Streptococcus mutans and the progression of ECC can be supported by the presence of the Candida albicans, but the relationship between Streptococcus mutans, Candida albicans, and ECC is still questionable. Objective: To determine the quantity and relationship between Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens from dental plaque correlated with OHI-S and dmft in ECC and S-ECC patients. Methods: The quantity of Streptococcus mutans antigens serotype c and Candida albicans from 37 dental plaque samples of ECC and S-ECC patients were measured using the ELISA method. Optical density values ​​were detected at a wavelength of 450 nm and then correlated with OHI-S and ECC and S-ECC categories. Results: Statistical analysis using the Mann-Whitney test to test differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the ECC and S-ECC sample groups showed a value of p = 0.424. While the Independent T test to test differences in the quantity of Candida albicans in the ECC and S-ECC sample groups obtained p = 0.535. Mann Whitney test was then performed to see differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups and obtained p = 0.070. To test the quantity of Candida albicans in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups both using the independent T test, p = 0.353 was obtained. Spearman correlation test analysis results between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the ECC category showed strong negative linear correlation results (r = -0,900; p = 0.037). And the results of the Pearson correlation test analysis between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the S-ECC category showed a positive weak linear correlation trend (r = 0.018; p = 0.923). Conclusion: There was no significant difference between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans taken from the dental plaque of ECC and S-ECC patients and to some degree of OHIS and there was a relationship between Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans from ECC dental plaque and S-ECC."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Novita Mulya
"Karies merupakan salah satu komplikasi yang umumnya terjadi pada gigi impaksi. Penelitian yang membahas mengenai distribusi frekuensi karies pada gigi impaksi sudah banyak dilakukan di berbagai negara, namun di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai distribusi frekuensi karies pada gigi molar tiga kelas IA di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif yang bersifat retrospektif dengan sampel penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari kartu status pasien RSKGM FKGUI periode Januari 2010-Juli 2013.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa prevalensi impaksi molar tiga bawah kelas IA sebesar 42,5% dari 496 kasus impaksi molar tiga bawah. Rasio laki-laki : perempuan yang mengalami impaksi molar tiga kelas IA adalah 1:1,7. Mayoritas pasien berusia 17-35 tahun dan kebanyakan berasal dari suku Jawa (44,1%). Sebanyak 23,2% pasien mengalami karies pada gigi impaksinya dan umumnya terjadi pada impaksi mesioangular (17,2%). Permukaan oklusal merupakan daerah yang paling rentan terhadap terjadinya karies baik pada impaksi mesioangular, vertikal, horizontal, maupun transverse, yaitu sebanyak 59,6%.

Caries is one of the complications commonly arise in impacted teeth. Studies concerning frequency distribution of caries in impacted third molar are widely available in several countries, but not in Indonesia. This study aims to get information regarding frequency distribution of caries in class IA impacted third molar among patients of Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Research was done using retrospective descriptive study through observation of patient’s status cards at RSKGM FKGUI from January 2010 to July 2013.
The results indicate that prevalence of class IA impacted third molar is 42.5% out of 496 cases of all impacted mandibular third molar. Gender ratio of male to female is 1: 1.7, whereas the majority of the patients are aged 17-35 years old and of Javanese origins (44.1%). Some patients have caries in their impacted third molar (23.2%), especially in mesioangular impaction (17.2%). Occlusal surface accounts for the most susceptible site to caries in class IA impacted third molar (59.6%) in all mesioangular, vertical, horizontal and transversal impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In Indonesia town people are being increased almost two fold. Puskesmas is given toothache for low income people specially for anxious people to toothache. The percentage of toothache, pulpitis and periapical membrane disease for people took the fourth rank from nine non contagious diseases at Penjaringan are 2,9%. The objective of the research were to determine the relation of knowledge attitude and behavior aspects about dental cries with DMF-T index and to determine the classification of slum and non-slum areas regarding the above mention on the elementary school students. "
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Setiyawati
"Tingginya angka karies gigi pada anak usia sekolah seiring kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah deskriptif korelatif pada 108 responden yang dipilih secara stratified random sampling di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang. Ada hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies dengan Pvalue 0,039 menggunakan uji chi-square. Rekomendasi dari penelitian ini adalah orangtua dan guru perlu membiasakan anak untuk menggosok gigi sebelum tidur malam sejak usia sekolah.

The high prevalence of dental caries among school-age children as Indonesian people have not implemented good habit of tooth brushing. This research was aimed to explore the correlation between habit of tooth brushing before going to the bed at night with dental caries among elementary school students. The research used a descriptive correlation. Samples, 108 respondents were recruited using stratified random sampling at Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah in Tangerang. Habit of tooth brushing before going to the bed at night were significantly correlated with dental caries among students with Pvalues 0,039 used chi-square. Based on findings, parents and teachers have to teach good habit of tooth brushing before going to bed at night."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42020
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Adiputra Lukardi
"Berdasarkan laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007, prevalensi karies gigi aktif di Indonesia mencapai angka 43,4 %. Propolis adalah bahan herbal yang telah terbukti memiliki efek antibakteri yang baik terhadap S.mutans dan S.sobrinus, bakteri yang erat kaitannya dengan terjadinya karies gigi. Namun belum diketahui efektifitas kandungan propolis dalam pasta gigi terhadap S.mutans dan S.sobrinus yang diisolasi dari saliva dan plak.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pasta gigi dengan kandungan propolis 0,5% terhadap kedua bakteri tersebut dengan metode kuantifikasi real-time PCR. Sampel plak dan saliva diambil dari 6 orang subjek pada saat sebelum, sesaat setelah, 3 jam setelah, dan 9 jam setelah pengunaan pasta gigi propolis.
Hasil menunjukan penurunan jumlah rerata bakteri S.mutans dan S.sobrinus dari sebelum perlakuan ke sesaat setelah perlakuan pasta gigi propolis, kemudian jumlah bakteri meningkat pada pengambilan sampel 3 jam setelah perlakuan dan 9 jam setelah perlakuan baik pada sampel plak dan saliva.

Based on basic health national report in 2007, active tooth caries prevalence in Indonesia reached 43,4%. Propolis is a herbal substance which has been proved to have good antibacterial effect toward S.mutans and S.sobrinus, cariogenic bacteria. Nevertheless, propolis efficacy in toothpaste toward S.mutans and S.sobrinus, which are isolated from plaque and saliva, has not been well-studied.
This research analyzed efficacy of 0.5% propolis-containing toothpaste toward these two species of bacteria by using real-time PCR quantification method. Both saliva and plaque samples were taken from six subjects at a-while-before, a-while-after, 3-hours-after, and 9-hours-after toothbrushing using propolis toothpaste.
The result showed reduction in number of bacteria from before-treatment to a-while-after treatment, later on, the amount of bacteria increased gradually at 3-hour-after and 9-hour-after treatment. This happens to bacteria isolated from both saliva and plaque sample."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roseita Dewi
"Salah satu cara pencegahan karies adalah menyikat gigi. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus memiliki peranan pada terjadinya karies. Daun sirih dalam pasta gigi perlu diuji sebagai pencegah terjadinya karies.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pasta gigi daun sirih terhadap jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.
Metode: Jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus dari sampel plak dan saliva dikuantifikasi dengan menggunakan real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara 3 jam setelah menyikat gigi dengan sebelum menyikat gigi pada Streptococcus mutans di plak.
Kesimpulan: Terjadi penurunan jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus setelah menyikat gigi menggunakan pasta gigi mengandung daun sirih.

Brushing tooth is one of technique to prevent caries. Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus have role in development of caries. Betel leaf ingredient in toothpaste needs to be studied as caries prevention.
Aim: To analyze the effect of betel leaf toothpaste against levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus.
Methods: Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus from plaque and saliva samples were quantified by real-time PCR.
Result: There was significant difference between before brushing and three hours
after brushing on amount of Streptococcus mutans in dental plaque.
Conclusion:
The levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus showed reduction
after brushing tooth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Caroline
"Karies merupakan masalah kesehatan gigi mulut yang paling tinggi pada anak usia 3-5 tahun di Indonesia. Mengobati karies sejak dini dapat menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup anak. SDF merupakan salah satu perawatan karies pada gigi sulung. 59 anak usia 3-5 tahun di Serpong diaplikasikan SDF pada permukaan gigi sulung yang karies dan di evaluasi setelah 3 bulan. Ibu subjek diberikan kuisioner pengukuran kualitas hidup sebelum dan sesudah aplikasi SDF. Setelah dioleskan SDF, 89,36% karies terhenti. Kualitas hidup 59 subjek meningkat setelah aplikasi SDF (p < 0,05). SDF efektif dalam menghentikan karies gigi sulung dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Caries is the highest oral health problem in children aged 3-5 yeard old in Indonesia. Early caries treatment can heal tootache and increase quality of life. SDF is one of caries treatment for primary teeth. 59 children aged 3-5 years old were applied SDF and evaluated 3 months later. Mothers are given quality of life questionairre before and after SDF application. After SDF application, 89,36% caries are arrested. Quality of life of the subjects are increased after SDF application (p<0,05). SDF is effective in treating primary teeth caries and increase children quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>