Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231855 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aria Kusuma
"Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah penyakit yang menyerang organ reproduksi, dapat disebabkan oleh pertumbuhan tidak normal organisme seperti Hemophylus vaginalis dan Candidia albicans. Dapat juga ditularkan melalui hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi seperti gonore, sifilis dan lain-lain. Bisa juga disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme lainnya yang masuk ke dalam saluran reproduksi melalui prosedur medis yang kurang/tidak steril. Pada beberapa penelitian terlihat bahwa faktor lingkungan perumahan berpengaruh terhadap kejadian suatu penyakit. Kondisi kebersihan perseorangan dan Individu dengan perilaku seksual berisiko berpotensi untuk menderita ISR.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai kejadian ISR pada istri supir truk di PT. Tegas dan PT. Tjadik Gazali dan sanitasi lingkungan rumah serta kebersihan perseorangan yang berhubungan dengan kejadian ISR tersebut. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan sampel adalah seluruh istri supir truk tangki PT. Tegas dan PT. Tjadik Gazali.
Pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 112 responden, yang menderita ISR adalah sebesar (78,6%) dan yang menderita ISR selain gonore sebesar (64,3%). 53 suami responden (47,7) mengaku pernah menderita ISR dalam enam bulan terakhir. Faktor lingkungan perumahan yang berhubungan secara bermakna terhadap ISR adalah Sarana Air Bersih (SAB) (OR=69,0) dan rumah (OR=28,9)
Faktor karakteristik responden yang berhubungan bermakna adalah pendidikan istri (OR=5,9). Faktor perilaku dengan hubungan yang bermakna adalah variabel pengetahuan tentang kebersihan perseorangan (020,1), sikap istri terhadap kebersihan perseorangan (OR=36,5), perilaku kebersihan perseorangan secara umum (OR=36,5), perilaku kebersihan perseorangan saat menstruasi (OR=12,5), perilaku seksual berisiko istri dengan (OR=13,8) dan perilaku seksual berisiko suami diluar rumah (OR=85,0). Faktor yang secara bermakna paling berhubungan dengan kejadian ISR adalah SAB (OR=43,7), Rumah (OR=41,1) dan Sikap terhadap kebersihan perseorangan (OR=41,8). Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang berinteraksi adalah SAB dengan sikap terhadap kebersihan perseorangan (OR=2,9E+08).
Sedangkan untuk ISR selain gonore, faktor lingkungan perumahan yang memiliki hubungan bermakna adalah variabel sarana air bersih (SAB) (OR= 7,0), jamban (OR= 2,9) dan rumah (OR=11,0). Faktor perilaku dengan hubungan yang bermakna adalah variabel pengetahuan tentang kebersihan perseorangan (OR=1,1), perilaku kebersihan perseorangan secara umum (OR=2,7), perilaku seksual berisiko suami diluar rumah (OR=18,8) Faktor yang secara bermakna paling berhubungan dengan kejadian ISR selain gonore adalah jamban (OR=3,3), rumah (OR=7,2) dan perilaku seksual berisiko suami (OR=10,2). Dari ketiga faktor tersebut, yang berinteraksi adalah jamban dengan rumah (OR=1,5) dan rumah dengan perilaku seksual berisiko suami (OR=1123,6).
Disarankan untuk mengobati dan mengurangi penularan ISR pada responden dengan pemberian konseling dan penyuluhan oleh klinik serta upaya penyehatan lingkungan perumahan responden. Diharapkan klinik bisa berkoordinasi dengan instansi terkait dalam menangani ISR. Responden diharapkan mau merubah kondisi lingkungan perumahan yang kurang baik dan merubah perilaku berisiko untuk mengurangi kejadian ISR.

Reproductive Tract Infections (RTIs) is a disease that attacks reproductive organs, caused by overgrowth of organism that supposed to grow normally in the genital tract of healthy women, such as Hemophylus vaginalis and Candidia albicans. Sexually Transmitted Diseases (STD's) such as viral infections, bacterial infection or parasites microorganism infections that mostly transmitted by sexual intercourse with infected partners. And not so sterile medical care also have changes to cause RTIs. Climate, wearing tight clothes and bad air circulation are also other risky factors that may cause RTIs such as candidia. In several survey, the environment of house are also related to some severe. Personal hygiene also related to RTIs. The most vulnerable to become the victims of RTIs are the ones with the risky sexual behavior and bad personal hygiene.
The objective of this research is to get some information of RTIs case by driver wifes at PT. Tegas and Tjadik Gazali and the housing sanitation and also personal hygiene of that related to RTIs. The research was based on cross sectional design method of all drivers? wives at PT. Tegas and Tjadik Gazali.
In this study was found that from 112 drivers wives, there are about (78,6%) respondents with RTIs and (64,3%) respondents with RTIs without gonorrhea. 53 drivers (47,7%) said that they had been suffering from RTIs in the last six months. The housing environment factors that have significant related to RTIs are the clean water (OR=69,0) and the house (OR=28,9). For respondent characteristic factor that also have significant related to RTIs is wife's education (OR=5,9). Behavior factors that also have significant related to RTIs are personal hygiene knowledge (OR=20,1), personal hygiene attitude (OR=36,5), general personal hygiene behavior (OR=36,5), personal hygiene menstruation (OR=12,5), wife's risky sexual behavior (OR=13,8) and husband's risky sexual behavior (OR = 85,0). The most significant relation with RTIs are the clean water (OR=43,7), the house (OR=41,1) and personal hygiene attitude (OR=41,8). The interaction of that three factors is clean water with personal hygiene attitude (OR=2,9E+08).
The housing environment factors that have significant related to RTIs without gonorrhea are the clean water (OR=7,0), the toilet (OR=2,9), and the house (OR=11,0). Behavior factors are also have significant related such as knowledge about personal hygiene (OR=1,1), personal hygiene behavior (OR=2,7), husband's risky sexual behavior (OR 18,8). The most significant relation with RTIs are toilet (OR=3,3), house (OR=7,2) and husband's risky sexual behavior (OR-10,2). The interaction of that three factors are toilet with house (OR=1,5) and house with husband's risky sexual behavior (OR=1123,6)
In conclusion, it is recommended to do therapy and minimize the transmission of RTIs by giving counseling in the clinic, and healthy housing program. Respondent have to make healthier housing environment and driver have to change their risky sexual behavior to prevent RTIs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005
T15282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safa Nabilah
"Escherichia coli merupakan bakteri yang umum digunakan sebagai parameter terkait cemaran tinja dan sanitasi. Keberadaan nitrat pada air juga menjadi salah satu indikator terkait sanitasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sanitasi dapat mempengaruhi konsentrasi TDS (Total Dissolve Solids) dalam air tanah. Adanya kandungan E .coli, nitrat, dan TDS berlebih dalam air tanah yang digunakan sebagai air minum rumah tangga dapat berdampak pada kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kondisi sanitasi rumah tangga dengan kualitas air minum rumah tangga bersumber air tanah berdasarkan parameter E .coli, nitrat, dan TDS. Kondisi sanitasi yang diteliti meliputi 7 aspek, yaitu sarana buang air besar, tempat pembuangan akhir tinja, jarak tempat pembuangan akhir tinja, tempat pembuangan sampah rumah tangga, jarak TPS/TPA terdekat, sarana pembuangan limbah cair rumah tangga, serta jarak sarana pembuangan limbah cair rumah tangga. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode cross sectional. Analisis dilakukan dengan uji univariat dan uji bivariat menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara tempat pembuangan akhir tinja dengan kandungan TDS (p=0.086), tempat pembuangan sampah dengan cemaran E. coli (p=0.054), dan jarak TPS/TPA terdekat dengan kandungan TDS (p=0.061). Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menganalisis lebih lanjut mengenai keterkaitannya dengan kesehatan.

Escherichia coli is a commonly used bacteria as a parameter related to fecal contamination and sanitation. The presence of nitrate in water is also an indicator related to sanitation. Several studies show that sanitation can affect concentration of TDS (Total Dissolve Solids) in groundwater. So, the presences of E. coli, nitrate, and TDS in groundwater that used as daily needs household drinking water can affect human health. This study aims to analyze the relationship between seven household sanitation conditions and the quality of household drinking water from groundwater based on the presence of E. coli, nitrate, and TDS as the parameters. The sanitation conditions include 7 aspects, such as defecation facilities, faecal disposal sites, the distance between feces disposal sites and drinking water sources, household waste disposal sites, the distance between household and temporary storage sites (TPS)/Final Processing Sites (TPA), household waste water disposal facilities, and the distance between household waste water disposal facilities and drinking water source. This research uses secondary data with a cross sectional analysis method. The analysis was carried out with univariate test and bivariate test using chi square test with a confidence level of 90%. The research results showed that there was significant relations between faecal disposal sites and TDS (p=0.086), waste disposal sites and E. coli (p=0.054), the distance to the nearest waste disposal sites and TDS. Therefore, the suggestions for further researcher to analyze the relations with health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Martua Matthew
"Sebagai salah satu kontributor utama gas emisi yang mengakibatkan perubahan iklim, industri energi semakin didorong untuk beralih ke penggunaan energi terbarukan. Di Indonesia, PLTS atap rumah tangga diharapkan pemerintah untuk menjadi penopang utama upaya transisi industri energi bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan. Sayangnya, upaya tersebut menemui beberapa hambatan, utamanya dari kondisi sosial dan kondisi PLN, BUMN yang mengendalikan industri kelistrikan di Indonesia. Maka dari itu, dilakukan analisis skenario dengan basis model sistem dinamis untuk mengkaji dampak penetrasi PLTS atap rumah tangga dalam beberapa kondisi terhadap PLN dan bagaimana Pemerintah dapat mencapai target bauran energi dan juga lingkungan yang ditetapkan. Analisis pada penelitian menunjukkan bahwa resiliensi PLN terhadap adopsi PLTS atap rumah tangga jauh lebih tinggi dari prakiraan, sedangkan target bauran energi dengan PLTS atap rumah tangga sama sekali tidak tercapai. Hal ini menimbulkan sebuah gagasan rekomendasi akan bagaimana Pemerintah Indonesia harus merancang kebijakan pada kedepannya untuk mengejar target Indikator adopsi PLTS atap rumah tangga dan target indikator lingkungan sembari tetap menjaga keberlanjutan PLN.

As one of the main contributors of gas emissions that cause climate change, the energy industry is increasingly being encouraged to switch to the use of renewable energy. In Indonesia, the government expects household rooftop PVs to become the main support for the transition of fossil fuel energy industry to renewable energy. Unfortunately, these efforts encountered several obstacles, mainly from social barriers and PLN, the state-owned enterprise that controls Indonesia’s electricity industry. Therefore, a scenario analysis was carried out on the basis of a system dynamics model to examine the impact of household rooftop PV – under several conditions – on PLN and how the Government can achieve its energy mix and environmental targets. The analysis in the study shows that the resilience of PLN is much higher than forecasted, while the energy mix target with household rooftop PV is not achieved at all. This gave rise to a recommendation on how Indonesia’s government should design policies in the future to pursue the target of household rooftop PV adoption indicators and environmental indicators targets while maintaining the sustainability of PLN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Adrini
"Analisis Situasi
Kondisi sanitasi di Indonesia masih memprihatinkan dan belum memenuhi target pencapaian MDGs hingga tahun 2015 sehingga pemerintah membuat program edukasi sanitasi tingkat nasional. Kondisi sanitasi di D. I. Yogyakarta (DIY) sudah cukup baik, namun kondisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar manfaat yang diterima lebih maksimal. Selama ini, program edukasi yang dibuat pemerintah menyasar orang tua, oleh sebab itu dibuatlah program edukasi yang ditujukan untuk anak-anak khususnya siswa SLTP. Dalam ranah lingkungan, pemerintah mengacu pada MDGs yang ditetapkan oleh lembaga United Nations (UN), yang pada tahun ini bertema “International Year of Water Cooperation”. Oleh sebab itu, sejalan dengan cita-cita pembangunan sanitasi, aksi ini harus di dukung oleh semua kalangan masyarakat.
Tujuan
Mengedukasi siswa SLTP se-DIY untuk meningkatkan kesadaran dalam bidang sanitasi sehingga melakukan action yakni mengupayakan peningkatan sanitasi di lingkungan sekitar mereka.
Strategi
Melakukan pemasaran sosial sebagai strategi humas untuk meningkatkan aksi khalayak sasaran dengan menggunakan pendekatan 9P dalam marketing.
Khalayak Sasaran
Geografis: Penduduk di wilayah administratif DIY.
Demografis: Penduduk dengan jenis kelamin pria dan wanita. Status Sosial Ekonomi (SSE): SSE A, B, dan C, serta menjalani tingkat pendidikan SLTP
Psikografis: Orang yang peduli terhadap isu lingkungan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mengetahui bahasa populer, kreatif, inovatif, open minded, percaya diri, mampu membuat karya tulis/poster/green tips, serta memiliki kemampuan public speaking.
Teknografis: Pengguna aktif jejaring sosial, memiliki akses terhadap internet minimal 4 jam per hari, mampu mengoperasikan Microsoft office (Word, Excel, Power Point) atau aplikasi untuk presentasi dan menulis lainnya, memiliki dan mengerti cara mengoperasikan peralatan dokumentasi.
Objektif
Meningkatkan aksi pemeliharaan sanitasi terhadap sanitasi di kalangan pelajar SLTP sebanyak 30% dalam waktu 1 tahun pelaksanaan kampanye.
Meningkatkan engagement dengan khalayak sasaran melalui media sosial sebanyak 30% dalam waktu 1 tahun pelaksanaan kampanye
Pesan Kunci
Jaga Sanitasi: Reduce, Reuse, Recycle, dan Repair!!
Program
Pemilihan Duta Sanitasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Sosialisasi Sanitasi
Greenovation Fair
Jadwal
Jadwal periode pelaksanaan kegiatan adalah satu tahun yakni pada tahun 2013 dengan perincian kegiatan sebagai berikut:
Pemilihan Duta Sanitasi Provinsi DIYdilakukan pada bulan Januari - Juli
Sosialisasi Sanitasi dilakukan pada bulan Juli - September
Greenovation Fair dilakukan pada bulan September - November
Anggaran
Adapun total anggaran yang dikeluarkan untuk keseluruhan rangkaian program ini adalah Rp. 315.177.000,-
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan terdiri atas tiga macam:
Input, yakni evaluasi terhadap segala proses/program yang berlangsung dalam rangka mengadakan kegiatan
Output, yakni evaluasi terkait hasil kegiatan
Outcome, yakni pengukuran dampak dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan program (media monitoring, event report)

Situation Analysis
The sanitation condition in Indonesia still below the 2015 MDGs target, therefore the government convey the national education program on sanitation. The sanitation conditions in D. I. Yogyakarta, are above the nation’s average achievement but still below the 2015 MDGs target. Thus, we need to boost the effort. The government program so far only dedicated to the adults. Thus, the educational program on sanitation subjected to the children is needed. Especially for high school students. In environmental area, the Government is up to MDGs constructed by the UN. For this year, the theme is “International Year of Water Cooperation”. Therefore this action requires public support to make it success.
Goals
To educate the students and enhance the awareness from DIY’s junior high school students in sanitation. So that, they will initiate the action to preserve and develop the sanitation.
Strategy
Implement the social marketing strategy as Public Relations (PR) program to increase the target adopter’s initiative on on sanitation. Also, this program is using 9 Ps approaches on marketing.
Target Adopters
Geographic: The geographic characteristic is the citizen of D.I. Yogyakarta province.
Demographic: The demographic characteristics are male and female.
Social Economy Status: the social economy status of this program are A, B, C and doing the education in junior high school.
Psychographic: The one who has the awareness in environmental issues, has the ability to speak and write in Indonesian language properly, aware about popular language, creative, innovative, open-minded, self-confidence, has the ability to create posters, essays, and green-tips, also public speaking ability.
Techno graphic: The target adopters are people who actively involved in social media. Has an access to internet for minimum 4 hours a day, able to operate the Microsoft office, able to operate the documentation tools.
Objective
To enhance the action on sanitation preservation in Junior High School Students for about 30% in one year campaign period
To increase the engagement with target adopters trough social media for about 30% in one year campaign period.
Key Messages
Jaga Sanitasi: Reduce, Reuse, Recycle, dan Repair!!
Program
The election of sanitation ambassador
Socialization on sanitation
Greenovation fair
Schedule
The periods of this campaign lies between January to December 2013.
The election of sanitation ambassador will be held in January to July 2013
Socialization on sanitation will be held in July to September 2013
Greenovation fair will be held in September to November 2013
Budget
The sum of money needed to conduct this campaign are Rp. 315.177.000,-
Evaluation
Evaluation to program Social Marketing Program, Educational Campaign on Sanitation 2013 will be based on:
Input: evaluation on all the process needed to conduct the program
Output: evaluation on all production results
Outcome: measurement on all the following impact from the program and evaluation on the final result (media monitoring, event report).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salmaa Afkari
"Periode balita adalah fase rentan terhadap risiko kesehatan yang dapat menghambat pertumbuhan anak serta menyebabkan kematian. Diare menjadi perhatian utama dalam kesehatan balita karena menjadi penyebab utama kematian dan penyakit pada kelompok usia tersebut, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017, prevalensi diare pada balita di Indonesia cenderung stagnan, hanya mengalami sedikit penurunan dari 14,3% pada tahun 2012 menjadi 14,1% pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara sumber air minum dan sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare pada balita di Indonesia dengan menggunakan analisis propensity score matching berdasarkan data SDKI 2017. Penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi observasional.  Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak di bawah usia lima tahun (0-59 bulan) yang tercatat dalam data SDKI 2017. Hasil analisis propensity score matching menemukan bahwa efek rata-rata dari layanan air minum yang tidak layak menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita berdasarkan nilai statistic t yang dihasilkan dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 2,0%. Sementara itu, efek rata-rata dari layanan sanitasi yang tidak layak memenuhi nilai asumsi yang signifikan berdasarkan nilai t yang dihasilkan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 3,8%. Perbandingan hasil analisis propensity score matching dan analisis regresi logistik biner menunjukkan sedikit perbedaan pada nilai odds ratio yang dihasilkan, namun tidak terlihat signifikan. Temuan ini menunjukan masih diperlukan penanganan terhadap kejadian diare pada balita. Diperlukan upaya dalam penerapan program edukasi yang berfokus pada pencegahan diare untuk mengurangi kejadian diare pada balita terkait sanitasi jamban. Selain itu, diperlukan pengembangan infrastruktur dan peningkatan ketersediaan fasilitas sumber air minum dan sanitasi agar akses fasilitas dapat tercapai merata di seluruh wilayah Indonesia.

The under-five period is a phase vulnerable to health risks that can stunt a child's growth and cause death. Diarrhea is a major concern in the health of children under five as it is the leading cause of death and illness in this age group, especially in developing countries. Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017, the prevalence of diarrhea in children under five in Indonesia tends to stagnate, only experiencing a slight decrease from 14.3% in 2012 to 14.1% in 2017. This study aims to examine the effect of drinking water sources and household sanitation on the incidence of diarrhea in children under five years old in Indonesia using propensity score matching analysis based on the 2017 IDHS data. The research was quantitative in nature using an observational study design.  The population of this study was all children under the age of five (0 - 59 months) recorded in the 2017 IDHS data.  The results of the propensity score matching analysis found that the average effect of unimproved drinking water services showed insignificant results on increasing the incidence of diarrhea in children under five years of age based on the t-statistic value generated with an increased risk effect value of 2.0%. Meanwhile, the average effect of unimproved sanitation services meets the significant assumption value based on the resulting t value on the increase in the incidence of diarrhea in children under five with an increased risk effect value of 3.8%. Comparison of the results of propensity score matching analysis and binary logistic regression analysis showed a slight difference in the resulting odds ratio values, but did not appear significant. These findings indicate the handling of the incidence of diarrhea in toddlers. Efforts are needed to implement educational programs that focus on diarrhea prevention to reduce the incidence of diarrhea in children under five years of age related to latrine sanitation. In addition, it is necessary to develop infrastructure and increase the availability of water supply and sanitation facilities so that access to facilities can be achieved evenly throughout Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Putri Sortaria Permata
"Kondisi permukiman dan perumahan masih menjadi masalah yang pelik bagi kota besar seperti Jakarta. Persentase rumah sehat di DKI Jakarta masih tergolong rendah yaitu 31,28%. Karakteristik rumah tangga seperti sumber air bersih, fasilitas sanitasi, dan pengelolaan air limbah sangat penting terhadap kesehatan anggota keluarga. Salah satu tujuan dari Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan cakupan keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi lingkungan, tercapainya permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan, termasuk penanganan daerah kumuh yang biasanya terdapat di lokasilokasi yang tidak diperuntukan bagi permukiman, seperti bantaran sungai, pinggir rel kereta api, dan lainnya. Penyakit berbasis lingkungan seperti diare, ISPA, DBD, masih menjadi masalah utama pada sebagian besar wilayah permukiman di Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk melihat pengaruh kondisi fisik rumah, sarana sanitasi dasar, dan lokasi permukiman terhadap riwayat penyakit berbasis lingkungan di Kelurahan Bidara Cina. Kelurahan Bidara Cina merupakan salah satu kelurahan di Jakarta yang berbatasan langsung dengan sungai Ciliwung sehingga memiliki permukiman di sepanjang bantaran sungai tersebut.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa hasil wawancara dan observasi lapangan baseline survey Integrated Community Based Risk Reduction on Climate Change (ICBRR-CC) Palang Merah Indonesia. Disain studi yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional, dengan uji chi square untuk melihat hubungan antar variabel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 300 sampel, yang merupakan responden baseline survey tersebut.
Hasil yang didapatkan adalah adanya hubungan antara tingkat risiko lokasi permukiman dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan (OR=10.3). Adanya hubungan antara jenis ventilasi (OR=2.7), kondisi halaman (OR=3.02), jenis jamban (OR=2.82), kepemilikan SPAL (OR=2.38), Jenis SPAL (OR=5.06), dan pola pembuangan sampah (OR=1.9) dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan. Terdapat perbedaan jenis lantai, kualitas fisik air bersih, jenis jamban, dan jenis SPAL antara permukiman risiko tinggi dengan permukiman risiko rendah. Pada permukiman risiko tinggi, dari 12 variabel yang diuji, hasil yang signifikan hanya didapatkan antara jenis ventilasi dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan (OR=3.20). Hal ini disebabkan karena tingginya persentase riwayat penyakit berbasis lingkungan baik pada responden dengan kondisi fisik dan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada permukiman risiko rendah, terdapat hubungan antara tipe bangunan (OR=2.5), jenis lantai (OR=3.27), jenis ventilasi (OR=5.53), kondisi halaman (OR=7.26), jenis jamban (OR=3.43), kepemilikan SPAL (OR=4.04), dan pola pembuangan sampah (OR=2.72). Pihak-pihak terkait seperti sektor kesehatan, LSM, lembaga-lembaga kemanusiaan, dan pemerintah daerah perlu bekerja sama untuk mengupayakan peningkatan sanitasi dasar seperti jamban keluarga, SPAL, dan pengadaan tempat sampah yang saniter, serta perbaikan kondisi fisik rumah. Penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat juga penting dilakukan. Upayaupaya tersebut berfungsi untuk meningkatkan kapasitas dari masyarakat itu sendiri terhadap ancaman penyakit berbasis lingkungan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Pratiwi
"Bandara memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah transmisi berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Salah satu fasilitas penunjang di Bandara berupa restoran. Higiene perorangan dan sanitasi pengelolaan makanan restoran di Bandara perlu mendapatkan pengawasan untuk mencegah kejadian foodborne disease. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kondisi higiene perorangan dan sanitasi pengelolaan makanan terhadap kualitas bakteriologis makanan (Escherichia coli) restoran di Bandara Soekarno-Hatta tahun 2014. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan total sampel sebanyak 90 restoran di Bandara Soekarno-Hatta.
Hasil penelitian menujukan bahwa sebagian besar makanan restoran tidak terkontaminasi E. coli (95,6 %). Berdasarkan analisis univariat pada sanitasi fisik, terdapat tujuh variabel dari sembilan variabel yang memenuhi syarat, yaitu lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, gudang bahan makanan, dapur, dan ruang makan, bahan makanan dan makanan jadi, pengolahan makanan, penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi, serta penyajian makanan.
Variabel sanitasi alat sebagian besar memenuhi syarat (60 %) dan berdasarkan hasil pemeriksaan usap alat diperoleh hasil sebagian besar alat masak dan makan tidak terkontaminasi E. coli (97,8 %). Sedangkan, variabel higiene tenaga kerja sebagian besar tidak memenuhi syarat (56,7 %). Namun, sampel usap tangan penjamah makanan sebagian besar tidak ditemukan E. coli (97,8 %). Berdasarkan analisis bivariat tidak ditemukan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Airport has an important role of preventing transmission of diseases. One of the supporting facilities in the airport is restaurant. Personal hygiene and sanitation on food management needs to be supervised to prevent the foodborne diseases. This research is conducted to analyze the condition of personal hygiene and food management sanitation on food bacteriological quality (Escherichia coli) in restaurants at Soekarno-Hatta Airport 2014. The research uses cross-sectional study design with total sample of 90 restaurants in Soekarno-Hatta Airport.
The result has shown that a large number of food in the restaurants is not contaminated with E. coli (95,6%). Based on univariate analysis in physical sanitation, there are seven variables of nine variables that fulfill the qualifications: location and building, sanitation facility, raw food storage, kitchen, and dining room, raw food and processed food, food processing, storage of raw food and processed food, and food serving.
The variable of cooking equipment sanitation is mostly qualified (60 %) and based on result of equipment swab test shown that mostly of cooking equipment is not contaminated with E.coli (97,8 %). While, the variable of workers hygiene are mostly did not meet the qualification (56,7 %). But, food handler hand swab shown that mostly of hand swab sampling did not contaminated with E.coli (97,8 %). Based on bivariate analysis, the independent and dependent variables are not related.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"UKBM covered Posyandu , Poskesdes and POD/WOD. Posyandu, Poskesdes POD/WOD are organized in village/or rural area with the goal to prepare health services. warung Obat Desa (WOD) based on SK Menkes No. 983/Menkes/VIII/2004 about WOD implementation guide. The objective of the study is assessment about of the influence factors of Using and the Effort of Health community based services "UKBM" at Household in Indonesia."
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dumai is an endemic DBD area with below standard sanitary level. The purpose of this research is to give an overview of the condition of sanitary in Dumai and see the relation with the existence of dengue larvae. Result shows that the condition of household sanitary is generally unfavorable. Out of 555 containers, 186 (33,5%) contains dengue larvae, the relationship between the two variables are significant."
LIN 3:5 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Dari data pemeriksaan sanitasi kapal yang dilakukan oleh petugas sanitasi kantor kesehatan pelabuhan Pangkalpinang, didapatkan bahwa tingkat sanitasi kapal yang dinyatakan baik hanya 15%, tingkat sanitasi yang sedang sebanyak 20 %, sedangkan untuk kapal dengan tingkat sanitasi kapal yang jelek sebesar 65 % dari keseluruhan kapal kargo yang sandar.
Desain penelitian ini adalah potong lintang (Crossectional), sebagai populasinya adalah seluruh kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam, sedangkan sampel pada penelitian ini sebanyak 92 kapal kargo yang diambil ser'ara quota berjatah. Rata-rata kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam, yang mempunyai tingkat sanitasi kapal balk sebesar 16,3 %, tingkat sanitasi kapal sedang sebanyak 18,5 %, sedangkan tingkat sanitasi kapal yang buruk sebesar 65,2%. Hasil ini memperlihatkan bahwa tingkat sanitasi pada kapal-kapal yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam masih rendah.
Standar operasional prosedur, kepemimpinan nahkoda dan waktu yang digunakan untuk peningkatan sanitasi kapal secara signifikan berhubungan dengan tingkat sanitasi pada kapal yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam. Kapal yang mempunyai standar operasional prosedur yang baik akan mempunyai 98, 3 kali lebih besar dalam peningkatan sanitasi kapal dibandingkan pada kapal yang mempunyai standar operasional yang buruk. Kapal yang di nahkodai oleh nahkoda dengan komitmen tinggi dalam bidang sanitasi akan mempunyai 22, 7 kali lebih besar dalam peningkatan sanitasi kapal dibandingkan pada kapal yang dinahkodai oleh nahkoda dengan komitmen rendah. Kapal yang menyediakan waktu yang tinggi dalam bidang sanitasi kapal akan mempunyai 24, 1 kali lebih besar dalam peningkatan sanitasi kapal dibandingkan pada kapal yang menyediakan waktu yang rendah. Selanjutnya berdasarkan basil analisa variabel yang paling berhubungan terhadap peningkatan sanitasi kapal adalah variabel standar operasional prosedur dengan nilai OR sebesar 21,01 yang berarti kapal yang mempunyai standar operasional prosedur yang balk akan meningkatkan sanitasi kapal sebesar 21,01 kali lebih besar dibandingkan pada kapal dengan standart operasional prosedur yang buruk.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan setiap kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam mempunyai standar operasional prosedur yang baik. Untuk mengontrol standar operasional prosedur tersebut perlu supervise/pengawasan yang rutin dari petugas sanitasi kantor kesehatan pelabuhan Pangkalpinang.

From data inspection of ship sanitation which is conducted by sanitation staff in port health office Pangkalpinang, found that good ship sanitation level is only 15%, middle ship sanitation level is 20%, and bad ship sanitation level is almost 65% from entire of cargo ship which anchor.
The aim of this research is to know the image of factors related to sanitation level at ship which anchor in Pangkalbalam Harbour, Pangkalpinang, Variable which is checked is management characteristic, crew human resource characteristic, and also anticipated supporter characteristic related to sanitation level at ship which anchor in Pangkalbalam Harbour, Pangkalpinang.
This Research Desain is transversal. Cargo ship mean which anchor in Pangkalbalam Port, good ship sanitation level is 16.3%, middle ship sanitation level is 18.5%, and bad ship sanitation level is almost 65.2%. This result shows that ship sanitation which anchor in Pangkalbalam harbour is still lower. Standard operating procedure, leadership of Captain and timing that is used to improve ship sanitation which related significantly to sanitation level of ship which anchors in Pangkalbalam Harbour. Ship which has a good standard operating procedure will have 98, 3 risk of good sanitation compared with ship which has a bad standard operating procedure. Ship which is operated by Captain who has a high commitment in the sanitation field will reach 22, 7 times risk on improvement of ship sanitation compared with ship which is operated by Captain who has a low commitment. Ship which provide an affective time in the field of ship sanitation will reach 24, 1 risk of ship sanitation compared with ship which provide a non effective time. The most variable correlated on improvement of ship sanitation is standard operating procedure variable with OR value is 21, 01. A good standard operating procedure will improve ship sanitation almost 21, 01 times.
From this result research is expected that every cargo ship which anchor in Pangkalbalam port have a good standard operating procedure to guide crew how to manage ship sanitation. To control this standard operating procedure need supervising or routine observation from sanitation staff in port health office Pangkalpinang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>