Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herwandi
"Secara harfiah kaligrafi berasal dari istilah Yunani: kalligraphia (kilos = indah dan cantik, graphein = menulis) yang dapat diartikan sebagai seni menulis indah. Setiap membahas masalah kaligrafi tidak terlepas dari membicarakan tentang tulisan, terutama tulisan yang dibuat seindah mungkin, yang kadang kala disertai dengan dekorasi tambahan. Sementara itu, dalam khasanah ilmu pengetahuan terdapat istilah epigrafi yang membicarakan tentang tulisan. Kedua istilah itu meskipun sama-sama membicarakan tulisan, tetapi sesungguhnya terdapat perbedaan yang jelas yaitu pada penekanannya. Kaligrafi lebih menekankan terhadap tulisan indah sedangkan epigrafi terhadap tulisan (tak peduli indah atau tidak). Dalam epigrafi tak tertutup kemungkinan membicarakan kaligrafi, namun sebaliknya tak semua materi epigrafi dapat dimasukkan dalam bahasan kaligrafi.
Dalam masyarakat Islam, seni kaligrafi memakai huruf Arab yang disebut dengan seni khat, juga menonjolkan keindahan tulisan (Safadi l986: 13; Yudoseputro 1986: 115; Situmorang 1991: 67). Faruqi dan Faruqi (1986, 1999) menjelaskan bahwa kaligrafi Islam meskipun ada di antaranya yang berbentuk figural dan ornamental, namun menekankan terhadap keindahan tulisan berdasarkan estetika Islam, yaitu estetika yang memancing perenungan tentang suatu eksistensi yang lebih tinggi, menghindarkan penikmatnya dari yang personal dan "keduniawian" ke arah pemusatan pemikiran terhadap transendensi vertikal.3
Munculnya huruf Arab tak bisa dilepaskan dari perkembangan lebih lanjut dari huruf Nabatea di wilayah Arabia Utara, yang dapat digolongkan ke dalam kelompok huruf Semit (Baba 1992: 10-11; Wilson 1925: 11), diperkirakan telah muncul bersamaan dengan timbulnya bangsa Nabatea itu sendiri sekitar 150 tahun SM (Safadi 1986: 7-8). Meskipun begitu bukti-bukti arkeologis menunjukan penggunaan huruf Nabatea dalam inskripsi baru dijumpai sekitar abad ke-3 M, dengan ditemukan isnkripsi Umm al-Jima: berangka tahun 250 M, dan sampai abad ke-6 M masih dipergunakan dalam beberapa inskripsi seperti Namarah (328 M),4 Zabad (512 M), dan Haman (568 M), (Safadi 1986: 7-8; Akbar 1995: 12). Inskripsi-inskripsi itu mempunyai hubungan erat dengan muncul dan berkembangnya huruf Arab paling awal yang disebut huruf Jazm.5
Kaligrafi Islam erat kaitannya dengan sejarah muncul dan berkembangnya huruf Arab sampai huruf tersebut dipilih untuk menuliskan Al-Quran dan menjadi alat komunikasi, sehingga menjadi dikenal hampir di seluruh pelosok dunia seiring dengan perkembangan dan dinamika masyarakat Islam. Perkembangan tersebut erat kaitannya dengan tradisi tulis-menulis yang mendapat sokongan tak sedikit dari para intelektual dan penguasa di kota-kota "pusat" budaya Islam di Arabia, Andalusia, Sudan, Persia, bahkan di India dan Gina, sehingga di kota-kota dan wilayah tertentu muncul jenis-jenis tulisan dan huruf yang mampu menjadi identitasnya sendiri.
Kota Makkah dan Madinah dari masa Nabi Muhammad, sebagai pusat kebangkitan Islam banyak dikunjungi dan didiami oleh para intelektual yang berdatangan dari daerah sekitarnya.6 Di kota-kota ini telah hidup tradisi tulis-menulis dengan menggunakan huruf bersudut, yaitu huruf Jazm. Bahkan pada abad ke-7 M atas perintah Khalifah Utsman huruf ini dipergunakan untuk membuat lima salinan Al-Quran yang terkenal dengan ? Usmani dijadikan sebagai naskah baku penyalinan Al-Quran masa berikutnya. Empat dari lima salinan tersebut kemudian dikirim ke wilayah-wilayah yang dianggap penting yaitu ke Madinah, Bashrah, Kufah, dan Syria (Safadi 1986: 9; Sirodjuddin Ar 1992: 61, 72-75)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
D53
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasin Hamid Safadi
London: Thames and Hudson, 1978
R 652.109 SAF i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Suranta Abd. Rahman
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasha Waznah Hamidi
"Artikel ini akan membahas perkembangan seni A.D. Pirous dari Abstrak ke Kaligrafi pada tahun 1965-1970. Perjalanan seorang seniman sehingga mencapai gaya khasnya tidaklah instan. Perkembangan gaya kesenian seorang seniman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keinginan untuk mencari identitasnya. Fenomena tersebut juga dilalui oleh A.D Pirous yang pada awal karirnya dikenal sebagai seniman abstrak Indonesia mengalami perkembangan yang unik di mana awalnya ia dikenal sebagai seniman abstrak Indonesia menjadi salah satu perintis kaligrafi modern di Indonesia. Perubahan tersebut menarik terdorong dari keinginannya untuk menemukan identitas nasionalnya setelah menyadari bahwa pendidikan seninya sangat dipengaruhi seni barat. Kini, karya kaligrafinya menjadi khas keindonesiaan Pirous pada dunia kesenian internasional. Telah banyak penelitian mengenai nilai-nilai Islam serta kajian yang menguraikan teknikalitas pada karya-karya Pirous. Maka dari itu, kajian ini akan menggambarkan identitas nasional A.D Pirous melalui perkembangan keseniannya pada tahun 1965-1980. Perkembangan seninya memperlihatkan bahwa perubahan gayanya melalui proses yang panjang. Penelitian ini menggunakan metode penulisan sejarah yang mencakup pemilihan topik, heuristik, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Data yang mendukung penelitian didapatkan dari pengumpulan arsip lukisan, pamflet pameran, wawancara, dan buku.
This article will discuss the development of A.D. Pirous' art from Abstract to Calligraphy in 1965-1970. An artist's journey to achieve his or her signature style is not instantaneous. The development of an artist's art style can be influenced by various factors such as the desire to find his identity. A.D Pirous, who at the beginning of his career was known as an Indonesian abstract artist, experienced a unique development where he was initially known as an Indonesian abstract artist to become one of the pioneers of modern calligraphy in Indonesia. The change was interestingly driven by his desire to find his national identity after realizing that his art education was heavily influenced by western art. Today, his calligraphic works are typical of Pirous's Indonesianness in the international art world. There have been many studies on Islamic values as well as studies outlining the technicalities of Pirous' works. Therefore, this study will illustrate A.D Pirous' national identity through the development of his art from 1965-1980. The development of his art shows that the changes in his style went through a long process. This research uses a historical writing method that includes topic selection, heuristics, verification (source criticism), interpretation, and historiography. Data supporting the research was obtained from the collection of painting archives, exhibition pamphlets, interviews, and books."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Schimmel, Annemarie, 1922-2003
London: I.B. Tauris, 1990
297.66 SCH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yasminne Nur Annisa Iman
"Buku Calligraphies of Love, sebuah buku kumpulan kaligrafi karya Hassan Massoudy yang merupakan kaligrafer kontemporer Irak. Hassan menghasilkan karya kaligrafi dengan menggabungkan kaligrafi tradisional dan seni kontemporer hingga menghasilkan kaligrafi kontemporer yang indah dan mendunia. Masalah yang diangkat dalam penelitian adalah bagaimana tipografi dan pengaplikasian warna yang digunakan Hassan Massoudy dalam buku Calligraphies of Love, apa objek yang dilukis Hassan dalam kaligrafinya, dan makna dan pesan apa yang ingin disampaikan Hassan melalui karyanya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif naratif dengan menarasikan penelitian dari hasil pengamatan visual. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori kaligrafi Arab kontemporer. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Hassan Massoudy menggunakan tipografi kaligrafi kontemporer ekspresionis, tradisional dan abstrak dalam buku Calligraphies of Love. Hassan memainkan warna-warna cerah seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, toska dan warna netral seperti coklat dan hitam dalam buku Calligraphies of Love. Melalui buku Calligraphies of Love, makna dan pesan yang ingin disampaikan Hassan adalah gagasan perdamaian, toleransi dan cinta.

Calligraphies of Love, a calligraphy collection book by Hassan Massoudy, a contemporary Iraqi calligrapher who makes calligraphic works by combining traditional calligraphy and contemporary art to produce beautiful and worldwide contemporary calligraphy. Formulation of the problem that will be discussed related to how the typography and color application Hassan Massoudy used in his book Calligraphies of Love, what objects Hassan painted in his calligraphy, and what is Hassan wanted to convey through his work. This study used a descriptive qualitative narrative method by narrating the research from visual observations. This research uses contemporary Arabic calligraphy theory. This research found that Hassan Massoudy used contemporary expressionist, traditional and abstract calligraphy typography in the book Calligraphies of Love. Hassan plays bright colors like red, orange, yellow, green, blue, turquoise and neutral colors like brown and black in the book Calligraphies of Love. Through the book Calligraphies of Love, the meaning and message that Hassan wanted to convey was the idea of peace, tolerance and love."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bickham, George
New York: P. A. Struck, 1941
R 652 BIC u
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Effie Latifundia
"Tulisan ini diawali penelitian lapangan yang dilaksanakan pada tahun 2007, dengan metode survei dilengkapi studi kepustakaan, dan wawancara. Melalui tulisan ini berhasil diungkap bahwa tokoh-tokoh yang dimakam¬kan pada ketiga makam kuna di kawasan Garut, yaitu Syech Sunan Rohmat pada makam Godog, Raden Wangsa Muhamad pada makam Cinunuk, dan Syekh Jafar Sidiq pada makam Cibiuk merupakan tokoh yang kharismatik dan religius yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat setempat. Ketiga tokoh penyebar Islam tersebut makamnya dikeramatkan dan sakral serta ramai dikunjungi para peziarah yang datang baik dari dalam maupun luar kawasan Garut dan bahkan dari luar negeri. Motivasi para peziarah berkunjung pada tiga makam tersebut dilandasi persepi bahwa makam merupakan tempat untuk melakukan tafakur atau tempat yang tepat bagi peziarah yang mengutamakan kehidupan spiritual dengan harapan salah satunya hidup akan lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa sejumlah upacara yang dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama secara serentak dengan penekanan pada upacara (ritus) berdoa, bersaji, atau upacara berupa pesta tahunan, selamatandan sebagainya hal ini menggambarkan unsur religi. Kegiatan religi tersebut masih terus berlangsung dan melekat pada kegiatan ziarah."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fyza Ghaniya
"ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang perkembangan seni visual dalam unsur kaligrafi dan non-kaligrafi
di Aljazair. Saya berargumen bahwa terdapat perubahan kebudayaan yang sebelumnya
konservatif di bawah pengaruh Turki Utsmani kemudian berubah menjadi permisif setelah
penjajahan Perancis yang dibawa sampai ke era Modern. Studi-studi sebelumnya hanya
membahas variasi seni dalam kebudayaan Aljazair dan hanya mencakup unsur seni di Aljazair
secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data
visual yang tersedia di berbagai sumber serta wawancara yang mendalam kepada ahli seni visual
di berbagai institusi seni di Indonesia dan studi pustaka mengenai seni dan kebudayaan di
Aljazair.

ABSTRACT
This article discusses the development of visual arts in the elements of calligraphy and non-calligraphy
in Algeria. I argue that there was a culture change before conservatives under the influence of the Ottoman Turks later turned permissive after French occupation brought up to the Modern era. Previous studies only
discusses variations in art in Algerian culture and only includes elements of art in Algeria descriptively. This research uses qualitative methods, by collecting data visuals available in various sources as well as in-depth interviews with visual arts experts in various art institutions in Indonesia and literature studies on arts and culture in Algeria.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>